Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Masalah lalu lintas melalui darat, laut, dan udara

merupakan hal baru dalam kehidupan masyarakat, bahkan

suatu kebutuhan penting yang saling terkait dan

berhubungan untuk memenuhi proses kebutuhan hidup

melalui sarana dan prasarana sebagai alat transportasi.

Keterlibatan manusia dalam lalu lintas tidak dapat

dihindari karena lalu lintas merupakan hal terpenting

untuk sarana penunjang aktivitas manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidup.

Kereta api merupakan salah satu transportasi

publik yang paling banyak memiliki konsumen di

Indonesia, karena memiliki kelebihan yaitu harga tiket

yang relatif murah, dapat mengangkut penumpang dalam

jumlah besar, dan kecepatan kereta api, membuat kereta

api menjadi sarana transportasi favorit publik.

Kecelakaan kereta api merupakan hal yang kerap

terjadi di Indonesia. Kecelakaan kereta api dapat

didefinisikan sebagai terjadinya salah satu peristiwa

tabrakan antara kereta api dengan kereta api; tabrakan


2

antara kereta api dengan kendaraan lain; kereta api

terguling; adanya banjir/longsor; tabrakan kereta api

dengan manusia.

Profesi dokter berkewajiban membantu melakukan

pemeriksaan-pemeriksaan terhadap korban kecelakaan baik

itu korban hidup atau korban tewas saat diminta oleh

petugas hukum yang berwenang, seorang dokter yang masih

menjalankan tugas profesinya sebagai dokter umum atau

dokter ahli, dapat diminta bantuannya secara tertulis

oleh petugas penegak hukum.

Petugas penegak hukum yang dapat meminta Visum et

Repertum atas seseorang korban tindak pidana/kecelakaan

adalah penyidik dan pembantu penyidik polisi , baik

oleh POLRI atau Polisi Militer (PM), sesuai dengan

juridiksinya masing-masing. Jaksa penyidik juga

berwenang meminta Visum et Repertum pada perkara

pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).


3

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, dapat

ditentukan adanya permasalahan yang muncul, yaitu :

Bagaimana gambaran sebab meninggalnya korban kasus

kecelakaan kereta api berdasarkan Visum et Repertum ?

I.3. Tujuan Penelitian

1. 3.1 Tujuan Umum :

1. Mengetahui angka insidensi kasus sebab meninggalnya

korban kecelakaan kereta api berdasarkan visum et

repertum yang telah dilakukan otopsi Instalasi

Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito.

1. 3.2Tujuan Khusus :

1. Mengetahui profil visum et repertum antara lain jenis

kelamin dan usia.

2. Mengetahu demografi antara lain persebaran lokasi,

jumlah korban saat terjadi kecelakaan KA, dan daerah

penyidik.

.
4

I.4. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, sebelumnya telah

dilakukan penelitian mengenai

1. Penelitian yang dilakukan oleh Adhitya Bagus

Kurniawan pada tahun 2011 dengan judul

penelitian Gambaran Kasus Kecelakaan Lalu

Lintas Yang Dimintakan Visum et Repertum Di

Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal

RSUP Dr. Sardjito Tahun 2009-2010, menunjukkan

kesimpulan bahwa korban jenis kelamin pria

memiliki prevalensi lebih besar terjadi

kecelakaan dibanding wanita; pengambilan VetR

lebih sedikit yang diambil oleh penyidik

dibandingkan dengan yang tidak diambil;

prevalensi terjadinya kecelakaan lalu lintas

paling banyak terjadi pada Polres Sleman yang

terdapat di Kabupaten Sleman; semua kecelakaan

lalu lintas dilakukan pemeriksaan luar dengan

jumlah 150 korban (100%).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Meltem Akkas et

al. pada tahun 2011 dengan judul penelitin 10-

Years Evaluation of Train Accidents,

menunjukkan kesimpulan bahwa mayoritas


5

kecelakaan KA menyebabkan perlukaan

musculoskeletal dan amputasi yang dikarenakan

terjatuh dari KA atau akselerasi KA, harus

disadari perlukaan jenis ini dapat menimbulkan

morbiditas dan mortalitas yang cukup serius.

Kecelakaan KA dapat mengacu mortalitas sebanyak

16% dan morbiditas sebnyak 37%. Penemuan ini

menunjukkan bahwa diperlukan strategi

pencegahan kecelakaan KA.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Manoj Kumar

Mohanty et al, pada tahun 2007 dengan judul

Death Due to Traumatic Railway Injury

menunjukkan kesimpulan bahwa korban kecelakaan

KA lebih banyak terjadi pada korban pria;

terjadi paling banyak pada rentang umur 21-40

tahun; mayoritas korban meninggal di tempat

kejadian perkara dengan mayoritas sebagai

pejalan kaki. Dalam usaha menurunkan angka

kematian karena kecelakaan KA, usaha pencegahan

harus dilakukan seperti meningkatkan

surveillance system, mengurangi akses pejalan

kaki dengan rel KA, dan penegakkan hukum secara

tegas pada pelanggar peraturan KA.


6

I.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberi manfaat

a) Bagi institusi medis/akademisi adalah memberikan

pengetahuan dan gambaran mengenai penerapan

hubungan ilmu hukum dengan ilmu bidang lainnya,

dalam hal ini adalah ilmu kedokteran forensik.

b) Bagi masyarakat luas adalah dapat memberikan

informasi mengenai sebab kematian korban

kecelakaan kereta api sehingga dapat berhati-hati

saat menggunakan jasa transportasi kereta api.

c) Bagi peneliti adalah melatih dan memperkaya

kemampuan penulis dalam mengkaji suatu kecelakaan

dan menganalisanya berdasarkan pengalaman dan

teori yang telah didapat di perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai