Anda di halaman 1dari 10

27

Dari tabel 4 keseluruhan data diperoleh

menunjukkan bahwa subjek berjenis kelamin pria sebanyak

21 korban (64%), dan wanita sebanyak 12 korban (36%).

Di bawah ini merupakan proporsi jumlah korban

sebaga pejalan kaki atau pengendara lain yang terlibat

kecelakaan KA :

Tabel 5. Data proporsi jumlah korban sebagai pejalan

kaki dan pengendara kendaraan lain

Status 2008 2009 2010 2011 2012 total %

Pejalan Kaki 11 10 5 4 1 31 94%

Pengendara kendaraan 0 1 0 0 1 2 6%

bermotor

Total 11 11 5 4 2 33 100%

Dari keseluruhan data diperoleh dari korban

kecelakaan KA sebanyak 31 orang (96%) pejalan kaki, 2

orang (6%) pengendara kendaraan bermotor.


28

Berikut adalah hasil penelitian mengenai proporsi

jumlah korban yang meninggal atau terkait pada saat

terjadi kecelakaan KA :

Tabel 6.Proporsi jumlah kasus kecelakaan KA yang

bersifat kecelakaan tunggal dan multiple

Status 2008 2009 2010 2011 2012 total %

Tunggal 11 7 5 4 2 29 88%

Multiple 0 4 0 0 0 4 12%

Total 11 11 5 4 2 33 110%

Dari keseluruhan data diperoleh jumlah kecelakaan

tunggal sebanyak 29 (88%) kasus, sedangkan kecelakaan

multiple sebnyak 4 (12%) kasus.

Di bawah ini adalah proporsi wilayah penyidik

kecelakaan KA yang mengajukan pemeriksaan otopsi untuk

VetR(asal permintaan otopsi):


29

Tabel 7. Data proporsi wilayah penyidik kecelakaan KA

yang mengajukan pemeriksaan untuk VetR

Wilayah penyidikan Jumlah %

(kepolisian)

POLSEK Gamping 8 24%

POLSEK Banguntapan 7 21%

POLSEK Gondokusuman 3 9%

POLSEK Sedayu 2 6%

POLSEK Kasihan 1 3%

POLSEK Danurejan 1 3%

POLSEK Tegalrejo 3 9%

POLSEK Prambanan 1 3%

POLSEK Depok Barat 2 6%

POLSEK Berbah 2 6%

POLSEK Moyudan 1 3%

POLSEK Kalasan 1 3%

POLSEK Gedongtengen 1 3%

Total 33 100%

Pada tabel 7 menunjukkan proporsi wilayah penyidik

kecelakaan KA yang mengajukan pemeriksaan untuk VetR,

terbanyak 8 kasus atau 24% dimintakan oleh POLSEK


30

Gamping lalu diikuti POLSEK Banguntapan dengan 7 kasus

atau 21%.

Berikut adalah hasil penelitian mengenai proporsi

jumlah rentang usia korban:

Tabel 8. Data jumlah rentangusia korban kecelakaan KA

Range umur (tahun) Jumlah %

10-19 4 12%

20-29 8 24%

30-39 2 6%

40-49 5 15%

50-59 0 0%

60-69 5 15%

>70 4 12%

Tidak diketahui 5 15%

Total 33 100%

Pada tabel 8 menunjukkan jumlah rentangusia korban

kecelakaan KA, rentang usia 20-29 tahun sebanyak 8

kasus atau 24%.


31

Berikut adalah hasil penelitian mengenai proporsi

sebab kematian korban kecelakaan KA menurut hasil

otopsi yang dilaporkan di VerT:

Tabel 9.Proporsisebab kematian korban kecelakaan KA

Sebab Jumlah %

Kerusakan organ vital 18 55%

Perdarahan 15 45%

Asfiksia 0 0%

Infeksi 0 0%

Total 33 100%

Pada tabel 9 menunjukkan jumlahproporsi sebab

kematian korban kecelakaan KA menurut hasil otopsi yang

dilaporkan di VerT, penyebab kematian paling banyak

disebabkan oleh kerusakan organ vital sebanyak 18 kasus

atau 55%, diikuti perdarahan dengan 15 kasus atau 45%

IV. 2. Pembahasan

Hasil penelitian, dapat dianalisa bahwa korban

kecelakaan KA yang dimintakanVetR di Instalasi

Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito lebih banyak

terjadi pada korban Pria dengan jumlah data 21 korban


32

(64%) sedangkan pada wanita 12 korban (36%) dari

keseluruhan 33 korban dari tahun 2008-2012.

Keadaan ini sangat mungkin terjadi mengingat Indonesia,

termasuk Propinsi Daerah Indonesia menganut faham

patrialisme yang merupakan faham bahwa pemimpin

keluarga adalah laki-laki, sehingga aktivitas di luar

rumah lebih banyak dilakukan oleh kaum laki-laki.

Sehingga kemungkinan terjadi keceslakaan pada kelompok

laki-laki lebih besar terjadi dibandingkan perempuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ramesh Nanaji Wasnik

dengan judul Analysis of Railway Fatalities in Central

India menunjukkan bahwa korban pria lebih banyak

daripada korban wanita pada kasus kecelakaan KA, ini

disebabkan karena pria lebih banyak beraktifitas di

luar rumah.

Hasil penelitian, didapatkan bahwa jumlah

kematian korban kecelakaan KA lebih banyak terjadi pada

pejalan kaki 31 korban (94%), pengendara kendaraan

bermotor (6%). Hal ini dimungkinkan karena pejalan kaki

lebih berani untuk mengambil keputusan untuk melintasi

rel kereta meskipun KA sudah datang dan pejalan kaki

lebih lambat untuk menghindar saat ada kereta datang.

Hasil penelitian, didapatkan bahwa jumlah kematian

korban pada kecelakaan KA lebih banyak terjadi secara


33

tunggal 29 kasus (88%) dan yang secara multipel 4 kasus

(12%).Hal ini dimungkinkan korban lebih cenderung

berani untuk melanggar rel KA pada saat sendiri/tunggal.

Hasil penelitian, didapatkan bahwa jumlah kematian

korban pada kecelakaaan KA lebih banyak dimintakan oleh

POlSEK Gamping yaitu 8 kasus (24%).Melihat hasil data,

ini dapat terjadi karena daerah Gamping merupakan

daerah yang padat penduduk dan terdapat jalan utama

yang sering dilewati oleh masyarakat dari dan/atau

keluar Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hasil penelitian , dapat dilihat bahwa jumlah

kematian korban pada kecelakaan Ka lebih banyak terjadi

pada perkiraan umur 20-29 tahun yaitu 8 kasus (24%).

Penelitian yang dilakukan oleh Ramesh Nanaji Wasnik

dengan judul Analysis of Railway Fatalities in Central

India menunjukkan jumlah terbanyak korban kecelakaan KA

pada grup kelompok umur 20-49 tahun, ini disebabkan

pada penumpang KA/pejalan kaki yang mayoritas adalah

laki-laki berani mengambil risiko untuk mengambil

keputusan dan tindakan, yaitu menaiki KA yang sedang

berjalan, duduk di dekat pintu masuk atau jendela KA,

menaiki atap KA, dan berjalan di pinggir atau tengah

rel.
34

Hasil penelitianjumlahproporsi sebab kematian

korban kecelakaan KA menurut hasil otopsi yang

dilaporkan di VerT, penyebab kematian paling banyak

disebabkan oleh kerusakan organ vital sebanyak 18 kasus

atau 55%, diikuti perdarahan dengan 15 kasus atau 45%.

Kecelakaan KA yang menimpa seseorang dapat

berakibat sangat fatal, ini disebabkan karena sejumlah

energi kinetik yang dihantarkan oleh KA besar karena

proportional dari massa dan kecepatan KA, sehingga saat

jumlah energi kinetik yang besar itu berpindah ke tubuh

manusia saat terjadi kecelakaan akan menimbulkan luka

yang masif yaitu perlukaan muskuloskeletal dan amputasi,

dan kerusakan organ dalam karena energi kinetik, dan

perlukaan seperti ini berdampak buruk pada keadaan

morbiditas dan mortalitas korban (Akkas et al, 2011).


35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.I. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pola perlukaan

kemungkinan penyebab kematian korban kecelakaan KA yang

diotopsi di Instalasi Kedokteran Forensik RS Sardjito

Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Jumlah korban kecelakaan KA berdasarkan jenis kelamin

adalah laki-laki berjumlah 64 %. Berdasarkan rentang

umur usia 20-29 tahun menduduki peringkat tertinggi

dengan jumlah 8 kasus atau 24%

2. Berdasarkan proporsi kematian kasas kecelakaan KA

berdasarkan kriteria pengguna jalur KA korban paling

banyak yaitu 91% ,dengan jumlah korban saat terjadi

kecelakaan KA paling banyak adalah kecelakaan tunggal

sebesar 88%.

3. Wilayah penyidikan yang melakukan penyidikan kecelakaan

KA di wilayahnya paling banyak dilakukan oleh POLSEK

Gamping yaitu 24%. Berdasarkan hasil VetR yang dilakukan

di Instalasi Kedokteran Forensik RS Sardjito, sebab

kematian yang paling banyak adalah disebabkan karena

kerusakan parah pada organ vital sebesar 55%.


36

V.II. Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih

banyak kekurangan. Berikut beberapa saran yang perlu

dipeneliti sampaikan :

1. Bagi Rumah Sakit, agar dalam pencatatan korban kecelakaan

KA yang meninggal dunia dicatat secara lengkap pada VetR

dan dipisahkan dengan kasus-kasus lainnya

2. Bagi Peneliti, diharapkan penelitian serupa yang akan

datang dilakukan lebih detail dan mendalam sebab-sebab

terjadinya kematian pada kecelakaan KA terutama pada

perilaku sosial masyarakat terkait kecelakaan KA.

3. Bagi Masyrakat, agar diharapkan mampu mematuhi tanda-

tanda dan marka rel KA yang diberikan oleh PT. KAI

sehingga dapat menurunkan resiko terjadi kecelakaan KA.

Anda mungkin juga menyukai