KELOMPOK U’17 :
2. ETIOLOGI
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma
bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi
jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa/ras serta status immunologis. Bahan inhalasi
karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.
a. Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain :
polomium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat
menurunkan resiko terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih
tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.
b. Pengaruh Industri
Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah
asbestos, yang dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali.
Menyusul kemudian industri bahan-bahan radioaktif, penambang
uramium mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan
industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20 tahun.
c. Pengaruh Penyakit Lain
Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi
karsinoma brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi – metaplasi -
karsinoma insitu-karsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya
jaringan parut tuberkulosis.
d. Pengaruh Genetik dan Status imunologis
Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh
keturunan yang terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini
membuka pendapat bahwa karsinoma bronkogenik dapat diturunkan.
Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat dengan
enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis
penderita yang dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya
korelasi antara derajat deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan
terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi umumnya
tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat
meninggal (Suryo, 2010).
Faktor Risiko Kanker Paru menurut Suryo (2010) yaitu sebagai
berikut:
1. Laki-laki
2. Usia lebih dari 40 tahun
3. Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
4. Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok
pasif)
5. Radon dan asbes
6. Lingkungan industri tertentu
7. Zat kimia, seperti arsenic
8. Beberapa zat kimia organic
9. Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
10. Polusi udara
11. Kekurangan vitamin A dan C
3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sudoyo (2007), pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti
pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor tumbuh setempat) :
Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis.
Hemoptisis
Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
Atelektasis
2. Invasi lokal:
Nyeri dada
Dispnea karena efusi pleura
Invasi ke perikardium —> terjadi tamponade atau aritmia
Sindrom vena cava superior
Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis servikalis.
3. Gejala Penyakit Metastasis :
Pada otak, tulang, hati, adrenal
Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
4. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan
gejala
Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi, hipertrofi
osteoartropati, Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati
perifer, neuromiopati
Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
Renal: syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
Kelainan berupa nodul soliter
Menurut Alsagaff dan mukty (2002)
4. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral
dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor
lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan
resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan
adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya
perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan
untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis
yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari
komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan
yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan
terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama meingguan sampai tahunan.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel
besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang
bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat
tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada
sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk
kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis
baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi
dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
c. CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
d. MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum
pada kanker paru).
3. Histopatologi
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
e. Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam
– macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
6. PENATALAKSANAAN
Menururt Fandik Prasetiyawan (2011) penatalaksaaan medis untuk
klien kanker paru adalah sebagai berikut:
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
2. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
3. Radioterapi radikal
Radioterapi radikal digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil
yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang
bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit.
4. Terapi endobronkia
Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan
stent dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan
penyakit endobronkial yang signifikan
5. Perawatan faliatif
Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan
dispnea. Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan
memperbaiki selera makan.
7. KOMPLIKASI
Paru - paru komplikasi kanker adalah kondisi gejala sekunder atau
gangguan lain yang disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus
perbedaan antara gejala dan komplikasi dari penyakit ini tidak jelas.
Komplikasi mungkin karena penyakit itu sendiri atau efek samping dari
salah satu perawatan. Menurut Novit Widya Rahayu (2012) kanker paru-
paaru dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:
1. Sesak napas
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika
kanker berkembang untuk menutup saluran udara yang utama.
2. Batuk darah
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang
dapat membuat Anda batuk darah (hemoptisis).
3. Nyeri
Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain
dari tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.
4. Cairan di dada (efusi pleura)
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang
mengelilingi paru-paru di rongga dada (ruang pleura).
5. Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)
Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya
berlawanan dengan paru paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar
adrenal. Kanker yang meluas dapat menyebabkan rasa sakit, sakit
kepala, mual, `tau tanda-tanda dan gejala lain bergantung pada organ
yang terkena.
6. Kematian
Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini
sangat rendah. Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN CA BRONKOGENIK
1. Pengkajian Primary Survey
Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk
Breathing
Kelemahan menelan / batuk / melindungi jalan nafas, timbul pernafasan
yang sulit atau tidak teratur, suara nafas ronkhi, ada ekspansi dinding
dada
Circulation
Takikardi, Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, akral dingin, sianosis
Disability
Menilai tingkat kesadaran dengan cepat
Exposure
Menilai adanya cedera atau jejas
3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
2. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada
jaringan paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf
oleh tumor paru.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan dan dispneu.
DAFTAR PUSTAKA
Afif Muttaqin, (2008). Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Alsagaf Hood dan Mukti Abdul H, (2002). Dasar-Dasar Ilmu Diagnostik Fisik
Paru. Surabaya: Airlangga.
Suryo Joko. 2010. HERBAL”Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan”.
Yogyakarta. Penerbit B First(PT Bentang Pustaka)
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
WOC CA BRONKOGENIK
FORMAT LAPORAN ANALISA SINTESA
RUANG GAWAT DARURAT
Breathing :
rr : 32x/i
nafas cepat dan dangkal
terdapat cuping hidung
retraksi dinding dada (+)
terdapat alat bantu pernafasan
terdapat suara nafas tambahan ronki
Circulation :
Nadi : 100x/i
Irama : teratur
Kekuatan : kuat
TD : 130/74 mmHg
MAP : 82
CRT < 2 detik
Akral hangat
Tidak ada sianosis
Disability :
GCS : 15 E=4 v=5 M=6
Ukuran Pupil : 2mm/2mm
Pupil isokor
Reflek cahaya : +
Nyeri pada dada rasa seperti ditusuk tusuk
Nyeri pada dada sebelah kanan,
Skala nyeri 5
Pasien tampak meringis
P :
nyeri akut
E :
Agen cidera
S :
GCS : 15 E=4 v=5 M=6
Ukuran Pupil : 2mm/2mm
Pupil isokor
Reflek cahaya : +
Nyeri pada dada rasa seperti ditusuk tusuk
Nyeri pada dada sebelah kanan,
Skala nyeri 5
Pasien tampak meringis
RKS :
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan berat badan menurun sejak
3 bulan yang lalu sebanyak 10 kg , pasien mengatakan tidak nafsu makan dan
sulit menelan karena batuk
RKD :
Pasien mengatakan pernah dirawat di RSUD BP4 padang pariaman
dengan diagnosa effusi pleura tahun 2017, Pasien mengatakan punya riwayat
perokok aktif dan pasien juga sering terpapar zat karsinogenik selama 18
ttahun ditempat pasien bekerja
RKK :
pasien mengatakan tidak ada anggota kelarga yang menderita penyakit yang
sama atau penyakit sistemik lainya
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala :
Inspeksi/palpasi : simetris, rambut bersih bewarna hitam distribusi
rambut merata
Mata :
Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
ukuran pupil 2mm/2mm, reflek cahaya positif, fungsi penglihatan baik
Telinga : simetris tidak ada serumen, fungsi pendenagran baik.
Hidung : simetris, terdapat secret, tidak ada pollip, pendarahan
negartif, ada nafas cuping hidung
Mulut : mukosa bibir kering, gigilengkap, karies(+)
Leher : tidak ada pembengkakan tiroid ddan getah bening
Thorax :
inspeksi : simetris, penggunaan alat bantu nafas ,ada retraksi dinding
dada (+)
Palpasi : fremitus kiri kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi: vesikuler
Jantung
Inspeksi: ictus carsdis tidak terlihat
Palpasi ; ictus cardis teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi :irama teratur
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat asites
Palpasi :Nyeri tekan negatif
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus(+)
Ekstremitas
Inspeksi : teepasang infus ditangan kanan
8. Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax :
suspek tumor paru kanandengan mestastase paru disertai efusi pleura kanan
Hasil laboratorium
HB :10,2 g/dl
Trombosit : 120.000mm3
Leukosit : 5.800 mm3
9. Diagnosa Keperawatan (berdasarkan hasil pengkajian sekunder dan
penunjang)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berat badan turun 10 kg
Nafsu makan turun
Sulit menelan karena batuk
Mukosa mulut kering
Hb : 10,2
Trombosit :120.000
Konjungtiva anemis