Anda di halaman 1dari 12

ARSITEKTUR RENAISSANCE

Minggu, 18 Mei 2014

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KOTA


ERA RENAISSANCE

ISMA SASMITA : 211-02-084

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Rabb pencipta alam semesta,pengatur segala urusan
makhluknya,raja segala raja,tidak ada sekutu bagi-NYA tiada tuhan yang diibadahi
dengan benar kecuali dia yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Berkenaan dengan adanya tugas perencanaan dan perancangan kota penulis
mengambil judul Era abad pertengahan, era Renaissance, dan era Baroque. Isi dari
penyusunan tugas ini merupakan apresiasi kami mahasiswa Teknik Arsitektur dalam
pengenalan sejarah ataupun sub- sub dalam perancangan dan perancangan kota itu
sendiri.
Penyusunan tugas ini mampu diselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karna itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak
tersebut yang telah memberikan bantuan yang tak terhingga. penyusun sadar bahwa
tak ada gading yang tak retak mungkin disana sini masih terdapat kelemahan-
kelemahan dan kekurang sempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat konstruktif penulis senantiasa nantikan

Kendari, 11 mei 2014

Penyusun

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1. ERA RENAISSANCE
Renaissance sendiri mempunyai arti kelahiran kembali yaitu dimana pada
masa ini menghidupkan kembali kebudayaan masa lalu, budaya-budaya klasik
pengaruh zaman Romawi dan Yunani. Era Renaissance ini dimulai dari abad XIV-
XVII sekitar tahun 1300. Pada masa ini, dunia keagamaan berkembang dengan
pesat, terutama agama Kristen, sehingga pengaruh otorita seorang pemimpin
gereja sangat kuat. Bersamaan dengan itu adalah tumbuhnya dan berseminya
benih-benih ambisius dari ilmu untuk men-jajarkan diri dengan agama, yang pada
saatnya nanti, akan menggantikan agama dalam perannya sebagai “penguasa
semesta dan penguasa manusia”. Mereka pun menganggap abad renaissance ini
sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat
manusia, yaitu paham yang menaruh perhatian pada masalah dunia, masyarakat
yang praktis dan sadar diri serta perubahan sekuler. Tidak seperti masa
sebelumnya yang lebih menitik beratkan pada masalah keagamaan serta
perhatian pada akhirat.
Tak hanya kehidupan sosial masyarakat dan religi yang sangat kuat, namun
juga memiliki arsitektur yang berbeda. Di masa ini para arsitektur dan seniman ikut
berusaha menghidupkan kembali kebudayaan klasik zaman Yunani dan Romawi
namun dengan pemikirannya sendiri. Arsitektur Renaissanse (yang berjaya dalam
abad 15–17 M) memperlihatkan sejumlah ciri khas arsitektur.
Dalam masa Renaissance ini terjalinlah kesatuan gerak dalam berarsitektur,
yakni kesa-tuan gerak nalar dan gerak rasa. Di masa ini pula arsitektur Yunani dan
Romawi ditafsir kembali (reinterpretation) dengan menggunakan nalar (di-
matematik-kan) dengan tetap mempertahankan rupa-pokok Yunani (pedimen dan
pilar/kolom yang menandai konstruksi balok dipikul tiang)) serta Romawi (bangun
dan konstruksi busur, yakni konstruksi bagi hadirnya lubangan pada konstruksi
dinding pemikul). Setelah tahun 1600-an, arsitektur Renaisans mulai
meninggalkan gaya-gaya klasik, kemudian disambung dengan kebudayaan Barok
(Baroque) dan Rococo. Barok dan Rococo dianggap merupakan bentuk dari
kebudayaan Renaisans.
A. Ciri-ciri Umum bangunan di era renainssance.
 Pola tata ruang ( di luar benteng) (extra-muros >< intra muros
 Bentuk dan pandangan dari luar cenderung mendatar.
 garis-garis horisontal dari dekorasi, bertolak belakang dengn Gotik
 Bangunan melebar, datar, dan tipis (lebar banding panjang
berbedanya besar)
 Garis-garis lantai di bawah dan di atas diekspos menjadi garis
horisontal, terkesan yang satu menumpuk di atas lainnya.
 Bangunan-bangunan umum penting (istana, gereja, balaikota dll)
diletakkan dalam ujung sumbu jalan atau taman luas terbuka

B. Faktor-faktor Munculnya Renaissance


Middle Age merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa
suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasai gereja sangat kuat
dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan,
justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan
demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat
balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai teori
tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini
bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi
dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi).
Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka
tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu
pengetahuan banyak diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat
berkembang sehingga lahirfilsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat
yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh karena
itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Dengan adanya berbagai pembatasan yang dilakukan pihak
pemerintah atas saran dari gereja maka timbulah sebuah gerakan kultural,
pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan,
dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV. Sebelum gereja
mempunyai peran penting dalam pemerintahan, golongan ksatria hidup dalam
kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran. Namun, ketika
dominasi gereja mulai berpengaruh maka hal seperti itu tidak mereka peroleh
sehingga timbullah semangat renaissance.
Menurut Ernst Gombrich munculnya renaissance sebagai suatu gerak
kembali di dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak dipengaruhi oleh ide-
ide baru. Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist merupakan gerakan
kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya Gotik Internasional yang
penuh hiasan.
Menurut Prancis Michel De Certeau renaissance muncul karena
bubarnya jaringan-jaringan sosial lama dan pertumbuhan elite baru yang
terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk kembali mendesak kendali
dan manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian berbagai teknik visual-
dengan cara-cara mengadakan pameran untuk mengilhami kepercayaan,
khotbah-khotbah bertarget dengan menggunakan citra-citra dan teladan-
teladan dan sebagainya yang diambil dari pemikiran budaya klasik sehingga
dapat mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah
akibat skisma(perang agama).
Renaissance muncul dari timbulnya kota-kota dagang yang makmur
akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad
Pertengahan) menjadi optimistis. Hal ini juga menyebabkan dihapuskannya
system stratifikasi sosial masyarakat agraris yang feodalistik. Maka
kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan feodal menjadi masyarakat yang
bebas. Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama
sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi focus
kemajuan.Antroposentrisme menjadi pandangan hidup
dengan humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya
dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan
semangatRenaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa.
C. Karakteristik Renaissance
Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban modern di Eropa.
Essensi dari semangat Renaissance salah satunya adalah pandangan manusia
bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi
mereka harus memikirkan hidupnya di dunia ini. Renaissance menjadikan manusia
lahir ke dunia untuk mengolah, menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru
setelah itu menengadah ke surga. Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan,
kesengsaraan dan kenistaan di dunia bukanlah takdir Allah melainkan suatu
keadaan yang dapat diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia dengan akal budi,
otonomi dan bakat-baktnya. Manusia bukan budak melainkan majikan atas dirinya.
Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat
dipelajari melalui bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.
Dengan semakin kuatnya Renaissance sekularisasi berjalan makin kuat. Hal
ini menyebabkan agama semakin diremehkan bahkan kadang digunakan untuk
kepentingan sekulerisasi itu sendiri. Semboyan mereka “religion was not highest
expression of human values”. Bahkan salah seorang yang dilukiskan sebagai
manusia ideal renaissance Leon Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani
mengatakan “Man can do all things if they will”.Renaissance mengajarkan kepada
manusia untuk memanfaatkan kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayanan
kepada sesama. Manusia hendaknya menjalani kehidupan secara aktif memikirkan
kepentingan umum bukan hidup bersenang-senang dalam belenggu moral dan ilmu
pengetahuan di menara gading. Manusia harus berperan aktif dalam kehidupan,
bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir. Namun, manusia menjadi pusat segala
hal dalam kehidupan atau Antoposentrisme.
Manusia renaissance harus berani memuji dirinya sendiri, mengutamakan
kemampuannya dalam berfikir dan bertindak secara bertanggung jawab,
menghasilkan karya seni dan mengarahkan nasibnya kepada sesama. Keinginan
manusia untuk menonjolkan diri baik dari keindahan jasmani maupun kemampuan
intelektual-intelektualnya. Keinginannya itu dituangkan dalam berbagai karya seni
sastra, seni lukis, seni pahat, seni music dan lain-lain. Ekspresi daya kemampuan
manusia terus berkembang sampai saat ini sehingga di zaman modern ini pun tidak
ada lagi segi kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan.

D. Teori-teori Arsitektur Renaissance


Perkembangan teori arsitektur yang dipakai para arsitek pada masa
Renaissance percaya bahwa bangunan mereka harus menjadi satu bagian dari
suatu tata aturan yang lebih tinggi. Mereka kembali pada sistem proporsi matematis
Yunani sehingga timbul pengertian arsitektur adalah matematika yang diterjemahkan
dalam satuan-satuan ruang. Pengembangan teori-teori Renaissance banyak
mengacu pada falsafah yang dibuat oleh Plato, Pythagoras dan Aristoteles. Teori
Plato melihat bahwa keindahan alami muncul melalui adanya garis, lingkaran, dan
permukaan yang menghasilkan bentuk dan volume geometris yang absolut. Teori
Pythagoras merupakan dasar pengembangan rasio perbandingan yang

membentuk dasar bagi proporsi-proporsi arsitektural dengan mencoba


perhitungan Matematis untuk membentuk suatu yang Estetis. Teori Aristoteles
mengemukakan teori ruang sebagai tempat dan terbatasnya
Kosmos yang kemudian berkembang sampai dengan timbulnya konsep”Ruang
Cartesian”. Teori ini menyatakan bahwa panjang, lebar dan ketebalan membentuk
wujud keteraturan geometris seperti grid dua atau tiga dimensi (konsep geometri
ruang). Gabungan dari beberapa teori terdahulu dengan teori Vitruvius
menghasilkan teori Proporsi pada Renaissance yang mengutamakan
KEHARMONISAN.
Proporsi,
Adalah perbandingan antara tiap-tiap dimensi sehingga menghasilkan
keseimbangan dimensi. Teori ini diterapkan berdasar pada penerapan tubuh
manusia melalui sistem-sistem geometris dan matematis yang menghasilkan
bentuk-bentuk yang unik dan sistem-sistem universal. Teori Proporsi yang
diterapkan Andrea Palladio (1508 – 1580) menegaskan adanya tujuh buah ruang
yang paling indah proporsinya, yaitu berupa “Tujuh Bentuk Denah Ruang-Ruang
yang Ideal” (Lihat Gambar). Selain itu Palladio mengusulkan
beberapa cara untuk menentukan ketinggian yang benar, untuk ruang-ruang yang
memiliki langit-langit datar, tinggi ruang seharusnya 1/3 lebih besar dari pada
lebarnya. Palladio menggunakan Pythagoras untuk menentukan tingginya ruang
dengan menggunakan matematika, geometri dan harmoni.
MATEMATIS : C – B / B – A = C / C misalnya 1,2,3 atau 6,9,12
GEOMETRIS : C – B / B – A = C / B eg. 1,2,4 atau 4,6,9
HARMONIK : C – B / B – A = C / A eg. 2,3,6 atau 6,8,12
Hukum Pythagoras menyatakan bahwa “segala sesuatu diatur menurut angka-
angka”. Plato mengembangkan estetika Pythagoras tentang angka-angka menjadi
proporsi estetika dengan menciptakan segiempat-segiempat bujur sangkar dan
kubus-kubus peningkatan angka sederhana untuk menciptakan penambahan-
penambahan yang dua maupun 3 x lipat. Deret angka 1, 2, 4, 8, dan 1, 3, 9, 27 ini
mengungkapkan struktur alam yang harmonis. Teori Renaissance
mengembangkan rasio-rasio tersebut tidak hanya pada dimensi sebuah ruang atau
façade, tetapi juga di dalam proporsi-proporsi kaitan ruang-ruang dari suatu urutan
ruang-ruang atau suatu denah keseluruhan.

Balance,
Teori ini mengemukakan tentang keseimbangan dalam bentuk, dimensi dan rasio.
Keseimbangan ini dibuat melalui suatu yang „Simetris‟ atau „Asimetris‟. Simetris
adalah kasus spesial dariprinsip „koheren‟ tiap-tiap elemen. Dari simetri ini
dihasilkan sumbu-sumbu atau axis, yang dapat memberikan kesan formal dan
religius. Simetri dalam Arsitektur Renaissance, menjadi : Simetri dengan prinsip-
prinsip Estetika. Memperhatikan keselarasan (harmoni), seperti yang dipakai oleh
Palladio atau memperhatikan
kekuatan simbol-simbol bangunan religius seperti karya-karya
Michelangelo. Simetri dengan prinsip-prinsip Konstruktif. Menggunakan rasionalitas
dengan aturan-aturan statik untuk membentuk bentang sederhana,
rangka, busur, dome dan lain-lain.

Geometri.
Geometri pada teori Renaissance terhadap bentuk, dimensi dan rasio menerapkan
pendekatan terhadap proporsi melalui struktur tubuh manusia yang diterapkan pada
elemen-elemen arsitektur. Analogi antara proporsi tubuh dengan bangunan
menjadikan arsitektur mempunyai perbendaharaan istilah „façade‟, „kulit
bangunan‟, „skeleton‟, serta yang hubungan antara ukuran, bentuk dan gerak
berupa „skala manusia‟.

Perspektif
Teori Perspektif pada masa Renaissance diawali oleh Brunelleschi yang
menerapkan perspektif dalam pengembangan arsitektur terhadap „Ruang dan
Bentuk‟. Hal ini tampak pada karyanya Piazza Del Campidoglio di Roma.
Pengembangan prinsip perspektif ini jelas dipengaruhi oleh pemahaman baru
terhadap kaidah optik.

Teknologi
Teknologi sangat mendukung dalam pengembangan konsep-konsep dan teori
arsitektur Renaissance. Pertama adalah ilmu pertukangan yang mendapat
kemudahan karena penemuan teknik penyajian stereotomy karya Delorme (1510–
1570). Teknik ini dapat menggambarkan pembuatan „busur‟ (vaulting) dengan batu
potongan. Hal ini kemudian dikembangkan pula oleh Gottfried Semper (1803-1879)
dengan teori tentang tektonik. Semper mengatakan bahwa bahasa arsitektur adalah
bahasa tangan yang perwujudannya adalah tektonik sedangkan ruang perlu
diungkap melalui stereotomik. Bahasa tangan ini meliputi cara menyambung unsur
konstruksi. Kedua adalah ilmu bangunan yang mengeluarkan tipe-tipe rumah, diikuti
dengan perkembangan peraturan dan baku bangunan.

E. Prinsip keindahan dan konsep desain arsitektur yang di jadikan sebagai dasar acuan
bagi arsitek renaisans adalah sebagai berikut :
1. Order atau keteraturan berarti keteraturan dalam memilih komponen,
konsisten dalam skala, logika hubungan antarkomponen,modul, dsb.
2. Eurithmy adalah keindahan dan keserasian antar komponen arsitektur
yang akhirnyamembentuk kesatuan arsitektonis dan proporsi yang indah
serta sesuai antara dimensi lebar, tinggi, dan kedalaman ruang.
3. Symmetry adalah keseimbangan antar bagian bangunan
4. Propriety adalah keterpaduan antara gaya atau prinsip bentuk tertentu
yang menjadikan bangunan memiliki sosok arsitektur yang sesuai dan
konsisten
5. Economy menunjukan manajemen pelaksanaan yang baik dan biyaya
yang masuk akal.

F. Tokoh Arsitek
Gereja Basilika St. Petrus di Roma (Vatikan)
Pembangunan gereja Basilika ini mulai tahun 1506, untuk menggantikan
sebuah gereja yang sudah berumur 1200 tahun, yang berdiri diatas makam St.
Petrus (Zaman Kristen Awal). Setelah para arsitek bersaing untuk mengajukan
rancangannya, pemenangnya adalah Donate Bramante. Kemudian para
arsitek lainnya seperti Raffaelo dan Michaelangelo berulangkali melakukan
perubahan besar. Ketika Kathedral itu selesai dibangun pada tahun 1623,
hanya kubah besarnya saja rancangan Michaelangelo yang menyerupai
rencana asli.

Kubah Rancangan Michelangelo

Bagian dalam Basilika Santo Petrus berukuran 186 meter panjang bagian
tengahnya, serta 137 meter panjang kedua bagian tangannya. Kubah Utama
(tengah) yang dirancang oleh Michelangelo berada pada ketinggian 120
meter dari atas lantai basilika. Lebar dari kubah ini sendiri adalah 42,56
meter.
Pintu masuk basilika yang paling kanan disebut Porta Santa (Pintu Suci)
yang hanya boleh dibuka oleh Paus dengan jalan mengetuknya menggunakan
Palu Perak setiap 25 tahun sekali sebagai tahun Jubileum. Pembukaan Pintu
suci yang terakhir adalah tahun 2000 kemarin selama 1 tahun penuh mulai
tanggal 24 Desember 1999 – 06 Januari 2001

Piazza St. Pietra dilihat dari atas Gereja San Pietra (Gereja Santo Petrus)

Piazza St. Pietra dilihat dari atas Gereja San Pietra (Gereja Santo Petrus)

Di sebelah kanan bagian dalam gereja terdapat patung “Pieta”, karya Michelangelo
yang dilindungi oleh kaca anti peluru dimana menggambarkan kesedihan mendalam
dari Bunda Maria yang sedang memangku tubuh Yesus sesudah diturunkan dari
kayu salib.

CERPEN di 17.21
Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya

CERPEN
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai