Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN ISLAM DI ANDALUSIA ............................................... 2
1. Periode Pertama ........................................................................................... 3
2. Periode Kedua .............................................................................................. 4
3. Periode Ketiga .............................................................................................. 5
4. Periode Keempat .......................................................................................... 5
5. Periode Kelima ............................................................................................. 6
6. Periode Keenam ........................................................................................... 7

B. KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA ................................. 8


1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan filsafat ......................................................... 8
2. Bidang Sejarah dan Geografi ....................................................................... 8
3. Bidang Ilmu Agama ..................................................................................... 8
4. Bidang Musik dan Kesenian ........................................................................ 8
5. Bidang Bahasa dan Sastra ............................................................................ 8
6. Bidang Pembangunan Fisik ......................................................................... 9

C. SEBAB KEMUNDURAN & KERUNTUHAN ISLAM DI ANDALUSIA ..... 9


1. Konflik Antara Islam & Kristen................................................................... 9
2. Kesulitan Ekonomi ....................................................................................... 9
3. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan ............................................... 10
4. Keterpencilan ............................................................................................... 10

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................................ 11
B. Hikmah ............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam telah menorehkan tinta emas pada sejarah kehidupan umat manusia. Dan
sebagaimana Islam yang datang sebagai rahmatan lil ‘alamin, sehingga Islam mampu berdiri
tegak pada setiap masa dan kurun waktu. Realitas spiritual dan metahistorikal yang
mentransformasi kehidupan lahir dan batin dari beragam manusia di dalam situasi temporal
maupun ruang yang berbeda. Dan secara historis Islam telah memainkan peran yang
signifikan dalam perkembangan beberapa aspek pada peradaban dunia.

Spanyol merupakan tempat paling utama dan jembatan emas bagi Eropa dalam
menyerap peradaban Islam dan hasil-hasil kebudayaan Islam. Pemerintahan Islam di Spanyol
dalam waktu yang panjang telah menyisakan berbagai karya luar biasa yang menjadi cikal
bakal peradaban dunia. Hasil karya umat Islam di Spanyol juga memiliki kontribusi besar
dalam membebaskan bangsa Eropa dari kegelapan. Kegemilangan umat Islam di Spanyol
dibangun oleh Abdurrahman III, namun kondisi ini tidak berlangsung lama. Pada saat umat
Kristen Spanyol telah menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki kepandaian, mereka justru
menyusun strategi untuk menghancurkan kekuasaan Islam di Spanyol. Dinasti Islam terakhir
yang berkuasa di Spanyol adalah Dinasti Ahmar di Granada. Pada tahun 1492 M, Raja
Ferdinad II dan Ratu Isabella berhasil merebut Granada dari tangan umat Islam. Kejatuhan
Dinasti Ahmar ini akhirnya membawa kepada keruntuhan kekuasaan Islam di Spanyol.

B. Rumusan Masalah

Untuk megetahui sejarah Islam di Andalusi secara komprehensif, penulis akan


membahas poin poin penting yang kami batasi dengan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Andalusia

2. Apa saja kemajuan peradaban yang ditorehkan Islam di Andalusia

3. Apa sebab runtuh dan hancurny kerajaan/peadaban Islam di Andalusi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN ISLAM DI ANDALUSIA


Andalusia adalah nama bagi semenanjung Iberia pada zaman kejayaan Umayyah.
Andalusia berasal dari Vandal yang berarti negeri bangsa Vandal, karena semenanjung Iberia
pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum terusir oleh bangsa Ghotia barat 1. Spanyol
diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al -Walid (705-715), salah seorang khalifah dari
bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah
menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti
Umayyah. Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat 3 pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa memimpin satuan pasukan ke wilayah tersebut. Mereka adalah Tharif bin
Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair2
Ada 2 faktor yang menjadi sebab Islam bisa dengan mudah menguasai Spanyol
 Faktor eksternal
Suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan
spanyol oleh orang orang Islam, kondisi sosial, politik & ekonomi negeri ini berada dalam
keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak koyak dan terbagi ke dalam
beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Ghotik bersikap tidak toleran terhadap
aliran agama yang dianut penguasa, yaitu aliran monofisit, apalagi terhadap penganut agama
lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol
dipaksa untuk di Baptis menurut agama kristen. Sedangkan yang tidak bersedia disiksa dan
dibunuh secara brutal3. Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat.
Ketika Islam masuk spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Hal itu tampak
jauh berbeda ketika Spanyol berada di bawah kekuasaan Romawi
Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya
dari Sevilla ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa diberhentikan
begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza.
Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick, mereka
bergabung dengan kaum muslimin yang berada di Afrika Utara. Sementara itu terjadi pula
konfilik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga

1
Jaih Mubarok, "Sejarah Peradaban Islam", (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005, Cetakan Kedua), 109.
2
Samsul Munir Amin "Sejarah Peradaban Islam", (Jakarta: AMZAH, 2013), 162.
3
Thomas W.Arnold, "Sejarah Da`wah Islam", (Jakarta:Wijaya, 1983), 118.
2
bergabung dengan pasukan kaum Muslimin & mendukung usaha umat Islam untuk menguasai
Spanyol.
Hal yang menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang
terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi memiliki semangat perang. Selain itu orang
Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi
perjuangan kaum muslimin4
 Faktor Internal
Suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh pejuang dan
prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para
pemimpin adalah tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri.
Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tidak kalah
pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu Toleransi,
persaudaraan dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat
dalam pribadi kaum muslimin menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam
disana5.
Menurut Dr.Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi menjadi 6
periode6, yaitu :
1. Periode Pertama (711-755M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat
khalifah bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada masa ini, stabilitas politik di
Spanyol belum tercipta dengan sempurna, karena di antara para elite penguasa masih terdapat
perselisihan, terutama diakibatkan oleh perbedaan etnis dan golongan. Bahkan terjadi pula
perbedaan pandangan politik antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara,
dimana diantara mereka merasa paling berhak berkuasa di Spanyol. Oleh karena itu terjadi 20
kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan
pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara.
Disamping itu gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang
bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada
pemerintahan Islam. Namun demikian pada masa itu, perluasan daerah tetap dapat dilakukan.
Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, usaha penaklukan Spanyol diteruskan untuk
menerobos pegunungan Pyneria dan terus ke timur di bawah pimpinan As-Samah bin Malik

4
A. Syalabi, "Sejarah dan kebudayaan Islam", Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Alhusna,1983, Cetakan Pertama), 158.
5
Thomas W. Arnold, "Sejarah da`wah Islam", 120.
6
Badri Yatim "Sejarah Peradaban Islam" (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013, cetakan ke-24), 93.
3
pada tahun 719 M, namun ia terbunuh dan digantikan oleh Abdurrahman al-Ghafiqy. Dengan
pasukannya ia menyerang kota Bordesu, Poiter dan terus ke kota Tours, namun pasukannya
ditahan oleh Charles Martel diantara kota Poiter dan Tours, sehingga penyerangan ke Perancis
gagal dan pasukan Islam kembali ke Spanyol. Setelah itu perluasan wilayah pada masa
tersebut masih terjadi, seperti ke Avirignon (734 M), Lyon (743 M) dan ke pulau-pulau di laut
tengah, seperti Majorka, Corsia, Sardina, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari pulau
Sicilia7.
2. Periode kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang amir (panglima atau
gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu di pegang oleh
Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I, yang memasuki
Spanyol tahun 138H/755M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah
keturunan bani Umayyah dan berhasil mendirikan dinasti bani Umayyah di Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman Al-Dakhil, Hisyam I,
Hakam I, Abd Al Rahman Al Ausath, Muhammad ibn Abd Al-Rahman, Mundzir ibn
Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad
Kemajuan-kemajuan di bidang politik maupun peradaban telah mulai terlihat pada
masa ini. Hal ini terlihat dari pembangunan fisik yang dilakukan, seperti pembangunan
Mesjid Cordova dan gedung-gedung sekolah di kota besar Spanyol oleh Abdurrahman ad-
Dahkhil. Pada masa Hakam diadakanlah pembaharuan di bidang militer, seperti dengan
membentuk satuan tentara bayaran.
Disamping itu perhatian para Amir terhadap ilmu pengetahuan telah turut menjadi
faktor pendukung berkembangnya berbagai disiplin ilmu. Abdurrahman al-Ausath bahkan
mengundang para ahli ilmu dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol untuk
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa ini ditandai dengan masuk dan
berkembangnya pemikiran filsafat di dunia Islam Spanyol.
Pada masa ini umat Islam masih dihadapkan kepada hal yang mengancam stabilitas
keamanan, baik yang datang dari luar Islam seperti gerakan Nasrani fanatik yang mencari
kesyahidan (Matyrdom) maupun dari kalangan umat Islam sendiri seperti pemberontakan
dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan Malaga ataupun
pemberontakan yang terjadi di Toledo, disamping perselisihan yang kerap terjadi antara
orang-orang Arab dan orang Barbar.
7
Harun Nasution, "Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek", (Jakarta : UI-Press, 1974), 62.

4
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman III yang bergelar
"An-Nasir" sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal dengan sebutan Muluk al-
Tawaif. Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah. Khalifah-
Khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu : Abd Al-Rahman Al-
Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M)
Pada periode ini Umat Islam di Spanyol mencapai puncak kejayaannya, hingga dapat
menyaingi kejayaan Bani Abasiyyah di Baghdad. Hal ini terlihat dari pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan di daerah tersebut dengan didukung oleh sarana penunjang yang dibangun
oleh pemerintahan Daulah Umayyah disana, seperti pembangunan Universitas Cordova
dengan koleksi buku-buku mencapai ratusan ribu. Bahkan pada masa al-Hakam II, Andalus
dikenal sebagai pusat kebudayaan, kesusasteraan dan Ilmu Pengetahuan.
Kondisi ini terus berlangsung sampai kepada masa khalifah al-Muzaffar, akan tetapi
setelah beliau wafat pada tahun 1008 M, para penerus Bani Umayyah tidak dapat
mempertahankan kejayaan negeri tersebut. Para khalifah yang terpilih memiliki kecakapan
dalam pemerintahan, hingga memicu timbulnya berbagai kekacauan yang akhirnya membawa
kepada kehancuran, sekaligus menjadi tanda berakhirnya kekuasaan Daulah Umayyah di
Spanyol. Pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan
khalifah, dan ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam beberapa kerajaan kecil yang berpusat
di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota
seperti Neville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah
Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa
pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja raja kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan
yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen pada
periode ini mulai mengambil inisiatif pnyerangan.
Walaupun pada masa ini merupakan masa perpecahan tapi peradaban dan seni
dianggap memasuki masa kejayaannya, kerajaan-kerajaan yang tersebar di seluruh Spanyol
tersebut tetap memberikan dorongan kepada para ilmuwan dan sastrawan untuk
mengembangkan ilmunya, bahkan mereka mendapatkan perlindungan dari kalangan

5
penguasa8. Bahkan para pemimpin setiap golongan berlomba-lomba untuk menyaingi
kemajuan Cordoba sebagai pusat ilmu, sehingga pada masa tersebut bermunculan pusat-pusat
peradaban baru yang lebih maju dari Cordoba.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini, Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara,
tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143
M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M)..
Sejarah mencatat bahwa pendiri dinasti Murabithun adalah Yusuf bin Tasfin. Dinasti
ini memilih Sevilla sebagai ibukota kedua setelah Maroko. Secara politik, para penguasa
dinasti ini mempertahankan otoritas kekuasaannya dan memilih dengan gelar amirul
muslimin, sementara dalam bidang spiritual mereka masih mengakui otoritas khalifah
Abbasiyah di Baghdad sebagai pemegang otoritas tertinggi. Kekuasaan dinasti Murabithun ini
demikian kuat di Afrika barat daya dan Spanyol Selatan, sepanjang lebih dari setengah abad.
Menurut anilis Hitti, inilah untuk pertama kalinya, seorang berber memainkan peranan
penting di panggung dunia. Dinasti Murabitun berakhir pada tahun 541 M. Andalus kemudian
jatuh ke tangan taifa serta juga kemudian timbullah penguasa baru yaitu Dinasti Muwahhidun.
Dinasti Muwahhidun ini merupakan salah satu dinasti dalam sejarah Islam di dunia
walaupun tidak panjang. Dinasti ini besar dan tumbuh dengan megah dan mengalami
kejayaannya di kawasan Afrika Utara dan Spanyol. Nama dinasti ini dinisbatkan kepada
Muhammad bin Tumart dari kabilah Zanatah barbar, terletak di Maroko jauh bagian tenggara.
Pada masa ini serangan dari pihak Nasrani semakin gencar, pada awalnya serangan
yang dilancarkan oleh pihak Nasrani dapat dipatahkan, sampai akhirnya Dinasti Muwahhidun
dihadapkan pada perang Las Nafas de Tolosa. Pada saat itu pasukan Nasrani dipimpin oleh
Alfonso VIII, raja Castile, dengan mengatas namakan perang suci. Mereka berhasil
menghimpun bantuan dari Perancis, Jerman, Inggris, dan Italia. Pasukan Islam yang saat itu
dibawah kepemimpinan al-Mansur Billah mengalami kekalahan besar, yang membawa
kepada berakhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun di Spanyol. Sejak saat itu satu per satu
daerah kekuasaan Islam di Spanyol jatuh ke tangan pasukan Nasrani, selama tahun 1238 –
1260 M mereka dapat menguasai seluruh Spanyol9 kecuali daerah Granada.
Selain itu, diantara penyebab runtuhnya dinasti ini adalah pemerintah tidak dijalankan
oleh para pemimpin dan tidak membuat ibu kota. Hal itu membuat bangsa Spanyol dengan

8
Tim Ensiklopedi, "Ensiklopedi Tematis Dunia Islam", J.2, (Jakarta : PT. Icktiar Baru Van Hoeve, 2002), 201
9
Philip K. Hitti, "History of the Arabs", (London : The Macmilan Press, 1974), 531-534

6
mudah menguasai Andalus kembali. Selain faktor tersebut diatas, dalam pandangan Hiti
Dinasti, kejatuhan dinasti Muwahhidun disebabkan nilai nilai barbar yang tersisa di dalam
mental mereka, diantaranya adalah seperti kemalasan, korupsi, dan oligarki militer yang lama
lama menuju ke arah disintegrasi dan kejatuhan dinasti10
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya memiliki daerah kekuasaan di Granada, di bawah dinasti
Bani Ahmar (1232-1492 M). Mereka berhasil mengendalikan daerah-daerah pegunungan di
Propinsi Granada, yang kemudian di sana didirikan benteng al-Hamra. Pada masa ini
peradaban kembali mengalami kemajuan seperti pada zaman Abdurrahman III, Granada pada
waktu itu menjadi pusat peradaban yang banyak menarik perhatian para cendikiawan dan
sastrawan khususnya yang berada di kawasan barat Islam.
Keadaan ini dapat dipertahankan selama 2 ½ abad, yang mungkin sangat erat
kaitannya dengan penguasa Granada hanya terdiri dari satu etnis yaitu Arab, yang berasal dari
daerah Spanyol lainnya, yang kemudian berlindung di bawah kekuasaan Bani Ahmar.
Akan tetapi pada akhir pemerintahan, perebutan kekuasaan di dalam tubuh
pemerintahan Bani Ahmar tidak dapat dielakkan, hingga mengakibatkan lemahnya posisi
kekuatan Muslim di Granada. Abu Abdullah yang ingin berkuasa meminta bantuan dari
orang-orang Nasrani yang waktu itu dipimpin oleh Ferdinand II dan Isabella untuk
menumbangkan pemerintahan yang sah. Kesempatan ini dipergunakan oleh umat Nasrani
untuk merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol tersebut, mereka berhasil
mengalahkan pemerintahan yang sah, bahkan Granada berhasil mereka taklukkan.
Muhammad IX Sultan Bani Ahmar terakhir, meninggalkan Spanyol. Demikian juga dengan
Abu Abdullah yang kemudian hijrah ke Afrika Utara. Hal ini menandai berakhirnya
kekuasaan Islam di Spanyol.
Jatuhnya kota Granada ke tangan umat Nasrani menjadi tanda berakhirnya kekuasaan
Islam di Spanyol. Para penguasa Bani Ahmar mengambil inisiatif untuk hijrah ke daerah
Islam lainnya. Sedangkan masyarakat Islam di Spanyol dihadapkan kepada dua pilihan, antara
menjadi pengikut agama Nasrani atau meninggalkan daerah Spanyol, sehingga pada tahun
1609 M tidak ada lagi umat Islam yang tinggal di daerah tersebut.

10
Muzaiyana, "Sejarah Peradaban Islam 2", (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, cetakan I, 2014), 154.
7
B. KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA

1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat


Ketika Islam berjaya di Andalusia, ilmu pengetahuan dan filsafat mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Ketika Islam lahir, sebagai agama pemersatu dan agama
peradaban, bangsa Yunani sedang tenggelam dalam kekuasaan pemerintah yang kejam,
sedang dunia Islam mulai menyingsingkan fajar kebebasan, terutama bagi berkembangnya
ilmu pengetahuan. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan oleh
penguasa Muslim ketika itu, sehingga para ilmuwan dan filsof kenamaan banyak lahir di
dunia Islam, seperti Ibnu Hazm dengan karyanya al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr Muhamad
Ibnu Al-Asyik (wafat 1138) yang dikenal Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu Thufael (wafat 1185)
yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Hay bin Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198
M) yang dikenal dengan sebutan Averous, karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.
2. Bidang Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah & geografi, lahir Al Masuni, dan Ibn Jubair yang menulis
tentang negeri-negeri Islam Mediterania dan Sicilia, Ibn Batuthah dari Tangier mencapai
samudera Pasai dan Cina, dan Ibn al Khatib yang menulis riwayat Granada. Sedang Ibn
Khaldun dari Tunis adalah ahli sejarah dan peletak dasar ilmu ilmu sosial dalam Islam. Tokoh
tokoh sejarah lainnya seperti Ubidillah, Al Bakry dan Ibn Hayyan. Al Bakry dan Al Idrisi
merupakan ahli geografi terbesar di abad ke sebelas.11
3. Bidang Ilmu Agama
Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya
melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd yang
terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm
yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.
4. Bidang Musik dan Kesenian
Tokoh yang terkenal pada masa ini di bidang musik dan seni suara adalah Al-hasan bin Nafi’
yang dijuluki Zaryab, ia adalah seorang seniman yang terkenal di zamannya.
5. Bidang Bahasa dan Sastra
Di bidang bahasa dan sastra, bahas Arab merupakan bahasa administrasi bagi pemerintahan
Islam Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan muslim di negeri itu
termasuk penduduk asli. Di antara tokoh yang terkenal pada masa itu adalah Ibn Malik

11
Moh. Nurhakim, "Sejarah dan Peradaban Islam", (Malang : UMM Press, Cetakan kedua, 2004 ), 124.
8
pengarang kitab “Alfiyah”, Ibn Khuru, Ibn Al-Haj, dan sebagainya, sedangkan tokoh
sastranya antara lain Ibn Abdi Rabah dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan
bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya
Al-Qalaid.
6. Bidang Pembangunan Fisik
Pemerintahan Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa
lembaga berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di Cordova,
membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air
hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water wheel),
memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam,
dan lainnya
Namun demikian, pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan
gedung gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman taman.
Diantara pembangunan yang megah adalah Masjid Cordova, kota Al Zahra, Istana Ja`fariyah
dari saragosa, tembok Toledo, Istana Al Makmun, Masjid Seville, dan Istana Al Hamra di
Granada12
C. SEBAB KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN ISLAM DI ANDALUSIA
1) Konflik Islam dan Kristen
Sejak awal sebagian kelompok Kristen garis keras menolak kedatangan Islam. Namun,
ketika kekuasaan Islam berkembang dan mencapai puncak kejayaan, umat Islam memberikan
toleransi yang amat tinggi bagi umat Kristen, dan membiarkan kerajaan kerajaan kecil Kristen
bertahan, dan tetap menjalankan hukum, agama, dan tradisinya. Namun kedatangan bangsa
Arab Islam, disisi lain, ternyata membuat kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen semakin
kuat dan mengkristal. Kekuatan inilah yang kemudian menjadi duri dalam daging, upaya
mempertentangkan antara Islam dan Kristen sering muncul dari kekuatan ini. Ketika
kekuasaan Islam melemah di abad ke 11 dan seterusnya, sementara kekuatan kristen semakin
mengalami kemajuan. Maka disinilah muncul berbagai serangan dari kerajaan-kerajaan
Spanyol Kristen terhadap pemerintahan Arab Islam13
2) Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lali membina

12
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam, 104.
13
Moh. Nurhakim, Sejarah dan peradaban Islam, 127.
9
perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan
mempengaruhi kondisi politik dan militer
3) Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan karena inilah keku
asaan bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat
kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinan dan Isabella, diantaranya juga
disebabkan karena masalah ini.
4) Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang
sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada
kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan kristen disana14

14
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam, 108.
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam di Spanyol sekarang tinggal kenangan, padahal 7 abad lebih (711-1492 M)
berada dinegeri Eropa tersebut. Sebab utamanya adalah perpecahan karena perebutan
kekuasaan dan kelemahan diri. Sisi yang lain, masuknya Islam ke Spanyol tidak hanya
merubah kehidupan masyarakat disana, tapi lebih dari itu. Kemajuan peradaban yang tercipta
disana telah membangunkan bangsa Eropa dari tidur nyenyak yang diselimuti kebodohan.
Mereka bangun menjadi bangsa yang modern dengan kemajuan yang begitu pesat dalam
bidang sains dan teknologi mengungguli kejayaan Islam sampai saat ini. Tidaklah terlalu
berlebihan bila dikatakan Islam telah membidani lahirnya kebangkitan kebudayaan baru di
Benua Eropa sampai sampai saat ini.
B. Hikmah
Hikmah yang bisa kita ambil dari sejarah ini adalah :
1. Islam sangat peduli pada ilmu pengetahuan, hendaklah setiap kita terus berusaha
memperkaya ilmu agar tercipta kehidupan yang bermartabat
2. Islam mengajarkan Tasamuh (Toleransi) antar umat beragama, sehingga Islam bisa hadir
di tengah tengah umat sebagai agama yang rahmatal lil alamin
3. Jabatan adalah amanah yang diberikan oleh Alloh SWT yang akan dimintai pertanggung
jawaban.
4. Terus berdakwa dimanapun berada untuk membumikan Islam ke seluruh pelosok dunia
karena setiap diri berkewajiban mendakwakan agamanya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : AMANZAH, 2013


Hasan Ibrahim Hasan, ad-Daulat Fathimiyah, Mesir : al-Qahirah, 1959
Hitti, Philip K., History of The Arabs, London : The Macmilan Press, 1974
Muzaiyanah, Sejarah Peradaban Islam 2, Surabaya : UIN Sunan Ampepel Press, 2014
Murhakim, Moh, Sejarah dan Peradaban Islam, Malang : UMM Press, 2004
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jakarta : UI-Press, 1974
Syalabi, Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam 2, Jakarta : Pustaka al-Husna, 2003
Tim Ensiklopedi, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, J.2, Jakarta : PT. Icktiar Baru Van Hoeve,
2002
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997

12

Anda mungkin juga menyukai