Anda di halaman 1dari 19

B.

REFLEKSI LSBS RUMPUN IPA


Mata pelajaran yang masuk rumpun IPA yakni kikia, fisika dan biologi.
Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berfikir analitis,
induktif, dan deduktif, untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang
matematika, fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya.
Sebagai salah satu guru biologi di SMA Lab UM, perlu kiranya saya
menceritakan pengalaman dan keterlibatan, dalam kegiatan Lesson Study berbasis
sekolah. Apa yang saya tuangkan di sini merupakan bukti nyata yang benar-benar
saya alami dan rasakan tentang manfaat dari lesson study berbasis sekolah. Cerita
ini semoga menjadi semangat awal atau sumber inspirasi bagi pembaca untuk
melaksanakan lesson study bersama rumpun bidang studi masing-masing
sehingga mutu pembelajaran di sekolah baik proses maupun hasil semakin
meningkat.
1. Perjalanan Karier sebagai Guru
Saya pertama mulai bertuas sebagai guru di SMA Laboratorium UM
pada tahun 2003/2004. Pengalaman pertama dalam mengajar yang tidak bisa
saya lupakan yakni merasa takut, nervous, dan merasa sangat tidak percaya
diri. Sebenarnya, mengajar bukan sesuatu yang baru bagi saya. Sebelum
menjadi guru honorer di SMA Laboratorium UM, saya pernah mengajar di
Lembaga Bimbingan Belajar “Technos” Cabang Malang sebagai tentor
biologi untuk peserta didik SMP dan SMA. Perbedaan yang sangat saya
rasakan yakni mengajar di Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) tidak
memerlukan pengelolaan kelas yang ideal. Saya merasa seluruh peserta didik
antusias mengikuti atau mendengarkan ceramah/materi yang saya sampaikan
di kelas. Saya merasa sangat dihargai sebagai guru/tentor. Berbeda saat saya
kali pertama mengajar di SMA Laboratorium UM. Sya merasa stres karena
hampir seluruh peserta didik tidak memperhatikan saya saat mengajar.
Kondisi kelas sangat tidak kondusif, banyak peserta didik melakukan aktivitas
lain selama saya mengajar. Materi yang saya sampaikan hanya direspons oleh
peserta didik yang kemampuan akademisnya tinggi. Sedangkan, peserta didik
yang kemampuan akademisnya rendah tidak memperhatikan materi yang saya
sampaikan. Melihat kondisi kelas yang tidak kondusif tersebut, saya merasa
malas untuk memberikan materi. Saya lebih sering menyuruh peserta didik
untuk mencatat materi yang telah saya rangkum daripada saya ceramah di
depan kelas. Saya lebih banyak duduk (melihat peserta didik mencatat)
daripada berkeliling kelas memantau pekerjaan peserta didik. Ironisnya, saya
juga sering meninggalkan kelas saat peserta didik ramai di kelas. Saya juga
pernah tidak mau mengajar di kelas dan meminta saran ke guru BK untuk
tidak lagi mengejar di kelas tersebut. Saya menyampaikan semua kesalahan
yang telah dilakukan peserta didik di kelas. Dengan cara demikian, harapan
saya agar saya tidak lagi mendapat tugas mengajar di kelas tersebut. Waktu
itu, tindakan meninggalkan kelas karena peserta didik ramai dan tidak dapat
diatur saya anggap sebagai perbuatan yang tepat. Tujuan saya waktu itu, agar
peserta didik merasa insaf atau menyadari dan kemudian bisa menghargai
guru. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi di lapangan malah sebaliknya.
Peserta didik malah begitu senang karena saya tidak mau mengajar. Kondisi
kelas semakin ramai dan banyak peserta didik yang keluar kelas (ke kantin).
Pada suatu hari, saya dipanggil oleh koordinator rumpun biologi. Pada
saat itu yang bertindak sebagai koordinator rumpun biologi adalah Dra.
Husnul Chotimah, M.Pd. Beliau menanyakan kepada saya, apakah benar saya
meninggalkan kelas dan tidak mau mengajar saat peserta didik tidak tertib di
kelas? Beliau juga menanyakan alasan mengapa saya melakukan hal itu. Saya
pun melakukan pembelaan terhadap sikap saya. Alasan yang saya sampaikan
karena peserta didik tidak menghargai saya saat mengajar, peserta didik sulit
diatur, peserta didik meremehkan tugas-tugas yang saya berikan. Pada intinya,
saya merasa tidak bersalah, peserta didiklah yang bersalah. Ibu Husnul waktu
itu tidak memarahi saya, tetapi saya paham betul kalau beliau memikirkan
sesuatu. Saya pun kemudian bertanya dan meminta saran kepada beliau ”Apa
yang sebaiknya saya lakukan apabila peserta didik tidak menghargai saya
sebagai guru di kelas?”
Beberapa hari kemudian, saya diajak oleh Ibu Husnul untuk menemui
bapak kepala ssekolah. Sebelumnya, saya tidak memahami maksud beliau
mengajak saya bertemu dengan kepala sekolah. Akhirnya, saya memahami
juga beliau. Ibu Husnul meminta kepada bapak kepala sekolah untuk
menggantikan beliau sebagai guru ’piloting’ kepada saya. Melalui kegiatan
Piloting, saya mulai ’belajar bagaimana mengajar’. Ternyata, dalam proses
belajar-mengajar ada dua hal yang penting, yaitu ’what to teach’ dan ’how to
teach’. Selama ini, saya hanya mementingkan materi yang saya ajarkan, saya
kurang belajar bagaimana cara menyampaikan materi itu agar peserta didik
tertarik sehingga pembelajaran menjadi sangat menyenagkan. Saya mulai
berpikir, ternyata kondisi kelas yang tidak kondusif disebabkan oleh
ketidakmampuan guru dalam me’manage’ kelas. Kesalahan tidak terletak
kepada peserta didik, tetapi kesalahan justru terletak pada guru yang kurang
mampu mengelola kelas. Dari kegagalan mengelola kelas tersebut
memberikan peluang kepada pesert didik untuk tidak belajar. Pertanyaan saya
kepada Ibu Husnul sudah saya temukan jawabannya melalui kegiatan
piloting.
Kegiatan piloting merupakan project IMSTEP-JICA dengan FMIPA-
UM dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Salah satu
sekolah binaan IMSTEP-JICA yakni SMA Laboratorium UM. Guru-guru
yang terlibat dalam kegiatan piloting merupakan guru bidang studi
matematika dan IPA (guru MIPA). Peningkatan mutu pembelajaran saat itu
lebih ditekankan pada pembelajaran science. Selama kegiatan piloting saya
mendapatkan banyak kesempatan untuk memperbaiki kesalah saya dalam
mengajar. Saya jua mendapatkan bimingan secara intensif dari beberapa
dosen Universitas Negeri Malang yang terlibat dalam kegiatan piloting.
Misalnya, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Saran dan
masukan yang disampaikan oleh dosen ketika pembelajaran berakhir menjadi
perbaikan bagi saya untuk pembelajaran berikutnya. Saya pun mulai belajar
bagaimana mengelola kelas yang baik. Saya mulai banyak mengerti berbagai
metode pembelajaran dengan berbagai pendekatan. Misalnya, pendekatan
contextual teaching and learning dan cooperative learning cooperative
learning yang berbasis filosofi konstruktivistik. Sejak menjadi guru piloting,
saya tidak lagi meninggalkan kelas.

2. Mengenal Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS)


Mulai tahun pelajaran 204/2005 kegiatan IMSTEP-JICA difokuskan
pada kegiatan lesson study. Melalui kegiatan piloting pengembangan tersebut,
saya mulai mengenal ’apa dan bagaimana lesson study?’. Lesson study yaitu
suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas
dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan demikian,
lesson study bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan lesson
study dapat menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai
dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Pada dasarnya,
lesson study adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesi guru
yang bercirikan guru membuka pelajaran ynag dikelolanya untuk guru sejawat
lainnya sebagai observe. Dengan kegiatan itu memungkinkan guru-guru dapat
membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya.
Lesoon study dapat dilakukan oleh sejumlah guru dan paka
rpembelajaran yang mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu perencanaan
(planning), implementasi (action) pembelajaran, dan observasi serta refleksi
(reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran dalam
rangka meningkatkan kualitas pebalajaran .
Lesson study merupakan proses pelatihan guru yang bersiklus, diawali
dengan seorang guru 1) merencanakan pelajaran melalui eksplorasi akademis
terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran; 2) melakukan pembelajaran
berdasarkan rencana dan alat-alat pelajaran yang dibuat dan mengundang
sejawat untuk mengobservasi; 3) melakukan refleksi terhadap pelajaran yang
dilakukan melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan observer. Oleh
karena itu, implementasi program lesson study perlu dimonitor dan dievaluasi
sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefisienan, dan perolehan
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Lesson study sebagai salah satu
program kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kualitas
pembelajaran dapat dikembangkan di sekolah sebagai studi untuk analisis atas
suatu praktik pembelajaran yang dilaksakan dalam bentuk pembelajaran
berbasis riset untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu.
Berdasarkan pengalaman yang telah saya lakukan selalu
mengimplementasikan lesson study, saya dapat memaparkan langkah-langkah
dari kegiatan lesson study sebagai berikut.
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada di kelas yang
akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif
pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan pemecahan
masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi pelajaran) yang
relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik peserta didik dan
suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, dan
evaluasi proses dan hasil belajar.
Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok lesson
study) tentang pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media
yang sesuai dengan karakteristik peserta didk, serta jenis evaluasi yang akan
digunakan. Pada saat diskusi akan muncul pendapat dan sumbang saran dari
para guru dan pakar dalam kelompok tersebut untuk menetapkan pilihan yang
akan diterapkan. Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-hal
penting/baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh para guru. Misalnya,
pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran kontekstual,
pengembangan life skill, realistic mathematics education, pemutakhiran
materi ajar, atau hal lain yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
pemilihan tersebut.
Hal yang penting pula untuk didiskusikan yakni penyusunan lembar
observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
suatu proses pembelajaran dan indikator itu disusun berdasarkan perangkat
pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan untuk
dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahan,
selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang
terdiri atas sebagai berikut.
 Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
 Petunjuk pelaksanaan pembelajaran (Teaching Guide)
 Lembar kegiatan peserta didik (LKPD)
 Media atau peraga pembelajaran
 Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran
 Lembar observasi pembelajaran
Penyusunan perangkat pembelajaran tersebut dapat dilakukan oleh
seorang guru atau beberapa orang guru atas dasar kesepakatan tentang aspek-
aspek pembelajaran yang direncanakan sebagai hasil diskusi. Hasil
penyusunan perangkat pembelajaran tersebut, perlu dikonsultasikan dengan
dosen atau guru yang dipandang pakar dalam kelompoknya untuk
disempurnakan.
Perencanaan dapat juga diatur sebaliknya, yaitu seorang atau beberapa
orang guru yang dotunjuk dalam kelompok mengidentifikasi permasalahan
dan membuat perencanaan pemecahannya yang berupa perangkat-perangkat
pembelajaran untuk suatu pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran yang
telah ditetapkan dalam kelompok. Selanjutnya, hasil identifikasi masalah dan
perangkat pembelajaran tersebut didiskusikan untuk disempurnakan.
b. Implementasi dan Obeservasi
Pada tahap ini seorang guru yang telah ditunjukk (disepakati) oleh
kelompoknya melakukan implementasi rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang telah disusun tersebut di dalam kelas. Pakar dan guru lain
melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan. Para observer bertugas
mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran, terutama
dilihat dari segi tingkah laku pendidik. Selain itu (jika memungkinkan),
dilakukan rekaman video (audio visual) yang meng-close up kejadian-
kejadian khusus (pada guru atau peserta guru) selama pelaksanaan
pembelajaran. Hasil rekaman nantinya berguna sebagai bukti autentik
kejadian yang perlu didiskusikan dalam tahap refleksi atau pada seminar hasil
lesson study. Di samping itu, dapat juga digunakan sebagai bahan diseminasi
kepada khalayak yang lebih luas.

c. Refleksi
Selesai praktik pembelajaran, segera dilakukan refleksi. Pada tahap
refleksi, guru yang tampil, pada observer, dan pakar mengadakan diskusi
tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Diskusi dipimpin oleh kepala
sekolah, koordinator kelompok, atau guru yang ditunjuk oleh kelompok.
Pertama, guru yang melakukan implementasi rencana pembelajaran diberi
kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan
pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap peserta didik yang
dihadapi. Selanjutnya, observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil
analisis data observasinya, terutama yang menyangkut kegiatan kegiatan
peserta didik selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan
pemutaran video hasil rekaman pembelajaran. Selanjutnya, guru yang
melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas
komentar para observer. Hal yang penting pula dalam tahap refleksi yakni
mempertimbangkan kembali rencanan pembelajaran yang telah disusun
sebagai dasr untuk perbaikan rencana pembelajaran berikutnya. Apakah
rencana pembelajaran tersebut sesuai dan dapat meningkatkan performance
keaktifan belajar peserta didik. Jika belum ada kesesuaian dapat diganti
dengan pertanyaannya, materi dalam LKPD, media atau alat peraga, atau
kasud lainnya. Pertimbangan-pertimbangan tersebut digunakan untuk
perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya.

3. Terlibat dalam Kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS)


Sebenarnya, kegiatan lesson study bukan sesuatu yang baru bagi kami
(tim biologi SMA Lab UM) karena sebelumnya Ibu Husnul sering
mengundang guru-guru MGMP biologi SMA/MA kota Malang untuk melihat
bagaimana kami mengajar. Setelah pembelajaran, masing-masing guru diberi
kesempatan untuk mebrikan masukan baik berupa kritikan maupun saran
dalam upaya mningkatkan pembelajaran. Bedanya, dalam lesson study guru-
guru yang bertindak sebagai observer, tidak ikut bersama-sama membuat dan
merancang RPP. RPP dibuat oleh tim biologi SMA Laboratorium UM.
Selanjutnya, salah satu dari kami menjadi guru model untuk
mengimplementasikan RPP yang telah kami rancang tersebut. Guru-guru
MGMP biologi SMA/MA kota Malang bertindak sebagai observer.
Agar pembaca lebih memahami tentang langkah-langkah lesson study,
saya akan menceritakan pengalaman pertama saat terlibat dalam kegiatan
lesson studyberbasis sekolah (LSBS). LSBS adalah lesson studylesson study
yang dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala
sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. LSBS yang pertama saya
lakukan adalah lesson study yang diikuti oleh guru-guru biologi se-Jatim,
kepala sekolah, dan Tim IMSTEP-JICA dari Jepang.
Materi yang diLSBS-kan saat itu adalah materi Vermes (cacing).
Langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang saya lakukan dalam kegiatan
lesson study adalah sebagai berikut.
a. Plan (Merencanakan)
Sebagai guru pengajar, saya meras kesulitan untuk menyampaikan
materi cacing/vermes kepada peserta didik, khususnya dalam mempelajari
siklus hidup cacing. Peserta didik merasa sangat kesulitan sebab banyak
istilah dalam bahasa latin yang harus dihafalkan peserta didik saat
mempelajari daur hidup cacing. Sering kali peserta didik merasa jenuh dan
tidak tertarik saat guru menjelaskan daur hidup cacing. Masalah semacam itu
dicari solusinya agar peserta didik menjadi senang. Setelah
menemukan/mengidentifikasi maslah, kami (tim biologi SMA Laboratorium
UM) mulai memikirkan metode apa yang tepat digunakan untuk
menyampaikan materi daur hidup cacing. Kami pun sepakat memilih metode
picture and picture. Alasan kami memilih metode ini, karena metode picture
and picture dapat memudahkan peserta didik untuk mengingat dan memahami
konsep/materi. Melalui potongan-potongan gambar peserta didik dapat
menyusun/mengonstruk pengetahuannya sehingga mampu membangun
konsep yang benar tentang daur hidup cacing. Potongan-potongan gambar
juga diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik untuk
mengingat istilah-istilah latin yang sering kali menjadi ’momok’ bagi peserta
didik dalam belajar biologi
Selain tersebut,kami juga merencanakan memotivasi peserta didik di
awal pembelajaran dengan memperlihatkan/menunjukkan awetan basah dari
spesimen ‘cacing pita’. Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan
memahami setelah mereka mendengar, melihat, dan meraba langsung objek
yang dipelajari daripada hanya mendengar atau membaca materi dari buku
bacaan.
Setelah identifikasi masalah dan berdiskusi perencanaan
pemecahannya, selanjutnya disusun perangkat pembelajaran yang terdiri atas
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen penilaian proses dan
hasil belajar, dan lembar observasi pembelajaran. Pada saat membuat atau
menyusun perangkat pembelajaran, kami dibantu oleh beberapa mahasiswa
praktikan dari UM, RPP yang saya susun bersama tim biologi SMA Lab UM
saat tahap plan sebagai berikut.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


KD : 3.4

Nama Sekolah : SMA Laboratorium UM


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X/2
Alokasi Waktu: 5 45 menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati
Kompetensi Dasar : 3.4 Mendeskripsikan ciri-ciri filum dalam dunia hewan dan
peranannya bagi kehidupan

I. Indikator
1. Mengidentifikasi ciri-ciri umum filum Platyhelminthes
2. Menyebutkan macam-macam filum Platyhelminthes
3. Menjelaskan peranan filum Platyhelminthes bagi kehidupan manusia
4. Menjelaskan contoh daur hidup anggota Platyhelminthes melalui
gambar
5. Mengidentifikasi ciri-ciri umum filum Nemathelminthes
6. Menyebutkan macam-macam filum Nemathelminthes
7. Menjelaskan contoh daur hidup anggota Nemathelminthes melalui
gambar
8. Menjelaskan peranan filum Nemathelminthes bagi kehidupan manusia
9. Mengidentifikasi ciri-ciri umum filum Annelida
10. Menyebutkan macam-macam filum Annelida
11. Menjelaskan contoh daur hidup anggota Annelida melalui gambar
12. Menjelaskan peranan filum Annelida bagi kehidupan manusia
II. Materi Pembelajaran
Materi Pokok : Dunia Hewan (Vermes)
Sub-sub materi :
Pertemuan I
o Ciri-ciri umum filum Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan
Annelida
o Macam-macam filum Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan
Annelida
o Peranan filum Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida bagi
kehidupan
Pertemuan II
o Daur hidup anggota Platyhelminthes melalui gambar
o Daur hidup anggota Nemathelminthes melalui gambar
o Daur hidup anggota Annelida melalui gambar

III. Pendekatan Pembelajaran


Kontekstual
Strategi Pembelajaran
Pertemuan I : Kooperatif tipe Jigsaw
Pertemuan II : Kooperatif model Picture and Picture

IV. Langkah-langkah Pembelajaran


Pertemuan II (2 45 menit)
Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran ini peserta didik dapat :
1. Menjelaskan daur hidup anggota Platyhelminthes melalui gambar
2. Menjelaskan daur hidup anggota Nemathelminthes melalui gambar
3. Menjelaskan daur hidup anggota Annelida melalui gambar
A. Kegiatan Awal (5 menit)
 Guru memperlihatkan vermes (cacing) ke peserta didik, kemudian
guru bertanya kepada peserta didik benda apakah yang mereka lihat?
(harapan : peserta didik menjawab cacing)
 Guru menggali pengetahuan awal peserta didik, guru menanyakan
kepada peserta didik di manakah cacing mudah ditemukan? (harapan :
peserta didik menjawab di tanah, di air sungai/kali dan dalam tubuh
manusia), bagaimanakah ciri-ciri cacing? (harapan: peserta didik
menjawab cacing adalah binatang invertebrata, tubuhnya gilik, hidup
parasit pada tubuh hewan dan manusia)
 Peserta didik menjawab pertanyaan guru berdasarkan pengetahuan
awal yang mereka miliki
 Guru bertanya kepada peserta didik apa yang mereka ingin ketahui
lebih lanjut tentang ’daur hidup cacing’.
 Peserta didik menulis di papan tulis tentang hal-hal yang ingin
diketahui dari kehidupan cacing

B. Kegiatan Inti (80 menit)


 Guru membagikan kertas manila yang berisi tentang skema daur hidup
cacing dan potongan-potongan gambar fase/tahapan daur hidup cacing.
 Guru membagikan lembar kegiatan peserta didik kepada masing-
masing kelompok
 Guru menugaskan peserta didik untuk menempel potongan-potongan
gambar fase/tahapan daur hidup/reproduksi cacing
 Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan skema daur
hidup/reproduksi cacing
 Guru menugaskan kelompok untukmempresentasikan hasil kerja
kelompok
 Guru memberi penguatan dari hasil diskusi kelas
 Guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari
pembelajaran sebagi berikut
Daur hidup Faciola hepatica
Telur keluar bersama feces domba menjadi mirasidium. Kemudian,
mirasidium berenang di air dan jika bertemu dengan siput air tawar, maka
mirasidium akan masuk ke tubuh siput. Di dalam tubuh siput mirasidium
membesar menjadi sporokista. Sporokista berpartenogenesis menjadi redia,
kemudian redia berpartogenesis menjadi serkaria. Serkaria keluar dari tubuh
siput dan melepas ekornya di rumput menjadi metaserkaria. Metaserkaria
membungkus diri membentuk kista. Apabila kista dimakan domba, kista akan
menembus dinding usus halus menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa bertelur
dan telur dikeluarkan bersama feces.

C. Kegiatan Akhir/tindak lanjut (15 menit)


Guru menugaskan peserta didik membuat poster tentang daur hidup cacing
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat/Bahan : Alat tulis, OHP/LCD
Sumber Belajar :
- Syamsuri, Istamar, dkk.2004.Biologi untuk SMA kelas X
semester I1. Penerbit Erlangga: Jakarta
- Sudjino, dkk. 2005. Biologi SMA kelas X jilid 1b.
Penerbit Sunda Kelapa Pustaka: Jakarta
- Sudjadi, Bagod, dkk. 2004. Biologi Sains dalam
Kehidupan kelas 1 SMA semester kedua. Yudistira:
Surabaya
VI. Penilaian
 Penilaian terhadap LKPD
 Penilaian proses belajar peserta didik

Mengetahui,
Kepala SMA Laboratorium UM Ketua Rumpun Bidang Studi

Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si. Dra. Husnul Chotimah, M.Pd.


LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK
KD 3.4

Kalian suka makan daging? Berhati-hatilah. Ini bukan menakut-nakuti.


Memang itulah kenyataannya. Hati sapi, usus sapi, dan otot babi merupakan tempat
larva cacing pita. Demikian juga dengan siput, siput merupakan larva cacing hati.
Kedua jenis cacing itu berbahaya bagi manusia.
Menurut kalian, bagaimana cacing-cacing itu masuk ke dalam tubuh hewan
tersebut? Untuk lebih mengenal ”kehidupan” cacing lakukan kegiatan berikut.
1. Letakkan/tempelkan gambar-gambar cacing di kertas manila yang
sudah disediakan sesuai dengan topik
2. Diskusikan dnegan anggota kelompok hasil kegiatan tersebut.
3. Presentasikan hasil kehiatanmu di depan kelas.
4. Catatlah semua pertanyaan dan sanggahan yang diajukan oleh
kelomppok yang lain di jurnal belajarmu.
5. Buatlah kesimpulan dari hasil kegiatanmu.
Penilaian Proses Belajar Didik KD 4.2
Picture and Picture
No Elemen yang dinilai Skor Penilaian
maksimal Peserta didik pendidik
1 Mengamati semua guntingan gambar 20
2 Menempel gambar dengan tepat 20
3 Menggunakan waktu secara efisien 20
4 Menempel potongan gambar dengan 20
rapi dan bersih
5 Informasi tentang gambar harus 20
akurat/cermat dan peserta didik
memahami konsep ilmiah yang
disajikan
Total skor 100
Sumber : Tim Bio SMA Lab UM
Nilai 
 skor peserta didik  skor pendidik  / 2 100 Nilai
Total skor maksimal

Setelah menyusun RPP saya (sebagai guru model)


mengimplementasikan atau melaksanakan RPP yang telah kami susun
bersama (Lihat Gambar 4.5). Sedangkan, guru-guru yang lain sebagai
observer atau pengamat (Lihat Gambar 4.6). Pada kesempatan ini yang
bertindak sebagai observer selain tim biologi SMA Laboratorium UM juga
dari TIM IMSTEP JICA-UM, dan guru-guru yang terlibat dalam MGMP se
Jatim. Pada saat pembelajaran berlangsung para observer melakukan
observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan
perangkat lain yang diperlukan. Para observer mencatat bagaimana peserta
didik belajar bukan bagaimana guru mengajar. Selama pembelajaran
berlangsung, observer juga mengakomodasikan hal-hal penting saat peserta
didik belajar. Hasil dokumentasi dapat dilihat pada Gambar 3-7 berikut.
Pada kesempatan itu, TIM IMSTEP JICA-UM membuat rekaman
video (audio visual) uang meng-close up kejadian khusus (pada guru atau
peserta didik) selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil rekaman merupakan
bukti autentik kejadian-kejadian yang perlu didiskusikan atau dibahas dalam
tahap refleksi. Hasil rekaman ini juga dibawa ke Jepang untuk dikomentari
oleh pakar pendidikan di Jepang.
b. Reflection (Refleksi)
Pertama-tama guru model menyampaikan refleksi setelah
pembelajaran berlangsung. Beberapa refleksi yang saya kemukakan pada saat
itu adalah model pembelajaran picture and picture yang diterapkan pada
materi cacing dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Peserta
didik terlihat sangat antusias dalam belajar dan merasa tidak jenuh belajar dari
awal sampai akhir pembelajaran. Hal itu disebabkan peserta didik bermain
gambar sambil belajar sehingga iklim belajar menjadi leih menyenangkan dan
tujuan pembelajaran tetap tercapai. Mereka juga menjalin kerjasama yang
baik di dalam kelompoknya untuk memecahkan suatu masalah sehingga
tercipta proses belajar bersama (learning society) baik antara peserta didk
dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru
Model pembelajaran picture and picture juga dapat meingkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Peserta didik berani mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan kepada kelompok yang presentasi. Pertanyaan-
pertanyaan yang muncul dari peserta didik merupakan pertanyaan tingkat
pemahaman dan analisis, misalnya sebagai berikut.
1. Mengapa Fasciola hepatica memilihj siput air untuk
menetaskan larva-larvanya?
2. Bagaimana cara mengetahui ciri-ciri hewan ternak (babi, sapi)
yang terinfeksi cacing Taenia saginata?
3. Bagaimana cara memutus daur hidup cacing Fasciola hepaica?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut didiskusikan oleh kelompok penyaji.
Sedangkan kelompok yang lain membantu menjawab jawaban penyaji kurang
sempurna. Pada saat diskusi peran guru hanya sebagai fasilitator dan
menggiring peserta didik untuk menentukan jawaban.
Dari hasil refleksi, saya selaku guru model menyadari banyak sekali
manfaat yang diperoleh pembelajaran model picture and picture yaitu sebagai
berikut.
1. Manfaat bagi guru (guru model)
 Guru lebih mudah dalam mengelola kelas karena
peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok.
 Memberi kemudahan dalam menilai keaktifan peserta
didik di kelas.
 Guru dapat mengukur sejauh mana pengetahuan peserta
didik terhadap daur hidup cacing. Hal itu dapat diketahui
pada saat peserta didikmelakukan presentasi lisan......(hal
185)

Anda mungkin juga menyukai