Anda di halaman 1dari 36

“Studi pembelajaran”.

Sampai saat ini, istilah di Indonesia belum lazim digunakan


karena yang lebih popular istilah bahasa Inggris. Menurut Wang-Inversaon (2002)
kata ‘lesson” meliputi tidak hanya deskripsi mengenai apa yang akan diajarkan dalam
jangka waktu tertentu, tetapi meliputi hal-hala yangjauah lebih luas lagi.
Lesson Study adalah suatu bentuk yang paling utama peningkatana kualitas
pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru
Jepang. Dalam melaksanakan Lesson Study guru guru secara kolaboratif 1)
mempelajri kurikulum dan merumuskan tujuan pembelajaran dan tujuan
pengnembanagan peserta didik (pengembanagan kecakapan hidupnya), 2) merancang
pembelajaran untuk mencapai tujuan , 3) melaksanakan dan mengamati suatu
research lesson (“pembelajaran yang dikaji) dan, 4) melakukan refleksi untuk
mendiskusikan pembelajaran yang dikaji dan penyempurnaannya dan merencanakan
pembelajaran berikutnya. Lewwis, Perry, dan Murata (2006) menggambarkan daur
pembelajaran (Lesson Study Cycle) seperti Gambar 1.1.
Menurut Styler dan Hiebert (dalam Sparks, 1999) Lesson Study adalah suatu
proses kolaboratif pada sekelompok guru ketika mengidentifikasi masalah
pembelajaran, merancang suatu scenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan
mencariuku dan artikel mengenaia topic yang akan di ajarkan); membelajarkan
peserta didik sesuai scenario (salah seorang guru mrl;aksanakna pembelajaran
sementara yang lain mengamati), mengevalusi dan merevisi scenario pembelajaran,
membelajarkan lagi scenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi
pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain (mendesiminasikan).
1. MEMPELAJARI KURIKULUM DAN
MERUMUSKAN TUJUAN
Mengidentifikasi tujuan jangka penjang pendidikan
peserta didik dan tujuan pengembangan diri peserta didik
(karakteristik peserta didik yang diinginkan).
Mempelajari kurikulum dan standar, mengidentifikasi
topik yang diamati.

4. MELAKUKAN REFLEKSI
Diskusi formal mengenai pembelajaran
dimana pengamat :
 Berbagi data mengenai pembelajaran 2. MERANCANG PEMBELAJARAN
yang dikaji. Memilih atau merevisi Research Lesson
 Menggunakan data untuk menjelaskan Merancang pembelajaran yang meliputi:
bagaiman peserta didik belajar,  Tujuan jangka panjang
mempertanyakan bukti tujuan jangka  Perkiraan mengenai apa yang dipikirkan
panjang pendidikan dan peserta didik.
pengembangan diri peserta didik telah  Rancangan mengenai bagaimana
diupayakan pencapainya dan isu-isu mengumpulkan data.
PBM lainnya.  Model dan strategi pembelajaran.
 Mendokumentasikan hasil  Rasional mengapa memilih
pengamatan, menggabungkan dan pendekatanitu.
melancarkan pembelajaran berikutnya.
 Menyusun pertanyaan baru menuju
daur kaji pembelajara berikutnya.

3. MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN
Salah seoarang guru melaksnakan pembelajaran sesuia
rancangan/skenario yang telah dibuat.
Guru lainya mengamati dan mengumpulkan data mengenai
kegiatan peserta didik (berpikir, belajar, berpartisipasi, berprilaku)

Gambar 1.1 Daur Kaji Pembelajaran, diadaptasi dari


Lewis, Perry, Murata (2006: 4)

B. MENGAPA LESSON STUDY ?


Pada dasarnya, dalam rangka reformasi pendidikan tugas gur dan dosen begitu
banyak. Akan tetapi, mengapa masih dibebani dengan lesson study sehingga pantas
dibahas di seminar-seminar nasional dan dipertimbangkan untuk di ajarkan dikelas?
Menurut Stigler dan Hilbert (1999), di Amerika, dalam bukunya The Teaching Gap,
lesson study memberikan ”unsur kunci” yang hilang dari reformasi pendidikan yaitu
cara efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan
keprofesionalan dengan pelaksanaanya secara kolaboratif berdaarkan praktik
pembelajaran. Unutk memahami hal itu, pada bagian ini diuraikan alasan-alasan
perlunya lesson study dengan menjaarkan peranannya dalam peningkatan sistem
pendidikan dan pengembangan keprofesionalan guru.

1. Perana Lesson Study dalam Peningkatan Sistem Pendidikan


Lewis (2002) dan Wang-Inverson (2002), menyatakan bahwa lesson study
memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan secara sistematik.
Menurut Lewis (2002), di Jepang lesson study tidak hanya memberikan sumbangan
terhadap pengetahuan keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap peningkatan sistem
pendidikan yang lebih luas. Lewis menguraikan bagaiman hala tersebut dapat terjadi
dengan membahas lima jalur yang ditempuh lesson study sebagai berikut.

a. Membawa standar tujuan pendidikan kerealita dalam kelas. Melalui lesson study
guru secara kolaboratif menterjemahkantujuan dan standar pendidikan ke realita
dalam kelas. Mereka berupaya merancang pembelajaran sedemikian rupa
sehingga peserta didik dapat di bantu menemukan tujuan pembelajaran untuk
suatu materi pokok (yang di dalam kurikulum kita sekarang berarti peserta didik
dibantu untuk menguasai standar kompetensi dasar yang diharapkan). Selain itu
guru-guru di Jepang juga memperhatikan standar pendidikan nasional mereka
yaitu agar peserta didik belajar memiliki kebiasaan berpikir ilmiah dan belajar
memiliki kecakapan hidup. Mereka berupaya merancang skenario pembelajaran
yang memperhatikan kompetensi dasar dan pengembangan kebiasaan berpikir
ilmiah (lebih luas lagi: kecakapan hidup) dengan membantu peserta didik agar
sedapat mungkin mengalami sendiri (dalam istilah ilmia ’hands on’ dan ” minds
on”. Artinya, peserta didik terlibat secara aktif baik fisik maupun mental dalam
objek yang di pelajariinya). Setelah itu rancangan pembelajaran dilaksanakan,
diamati, didiskusikan, dan direvisi, dan bila perlu dilaksanakan di kelas lain.
Hasilnya kemudian disebar luaskan dalam bentuk rancangan pembelajaran yang
sudah direvisi.

b. Menggalakkan upaya perbaikan berdasar data. Lesson study menggalakkan upaya


perbaikan berdasar data. Data itu tidak berdasarkan hasil tes tulis (UAN) yang
hanya mengukur performansi akademis yang sangat sempit seperti yang selama
ini digunakan. Sebaliknya, dalam lesson study, guru-guru secara cermat
mengamati peserta didik yang mengumpulka data untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut.

 Bagaimana pengetahuan dan pemahaman peserta didik mengenaia topik


tersebut dapat berubahsepanjang proses pembelajaran?

 Apakah eserta didik benar-benar tertarik pada topik atau apakah mereka
belajara dengan terpaksa?

 Apakah peserta didik memiliki kualitas individu mendasar yang diperlukan


untuk belajar? Misalnya, apakah mereka tertib, bertnaggung jawab, dan
mampu mendenganrkan dan memberi jawaban atau komentar terhadap ide
teman mereka satu sama lain?

Di jepang guru mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data


sebagaia dasar merancang perubahan dalam pembelajaran, merancang
prosedur dalam kelas. Dengan demikian, dalam lesson study tidak hanya
mengurus kegiatan belajar akademis peserta didik, tetapi juga memperhatikan
motivasii peserta didik dan iklik sosial, yaitu faktor-faktor yang mugkin turut
berkontribusi terhadapa kesuksesan akademis peserta didik dalam jangka
panjang.

Berbeda dari tes dan hasil karya peserta didik yang hakikatnya hanya
memberikan informasi mengenai apa yang perlu ditingkatkan, lesson study
juga menyarankan bagaimana peningkatannya. Sebagai contoh, pengamat
menemukan cara mengajarakan konsep tertentuyang menyebabkan
kesalahpahan eserta didik. Oleh karena itu, ia menyarankan cara yang lebih
baik. Kebalikan dari hasil tes standar, masukan yang diperoleh melalui lesson
study langsung diterima sesuai dengan kondisi peserta didik saat itu dan
berdasarkan observasi terhadap realita pembelajaran. Umumnya, masukan
yang berasal dari mitra guru memili pengetahuan yang lebih cukup mengenai
pesert didik dan konteks pembelajaran mereka. Mengingat, guru-guru tersebut
mempunyai posisi untuk memahami permasalahan dan menyarankan
pemecahan yang dihadapi peserta didik.

c. Menargetkan pencapaian berbagaia kualitas peserta didik yang mempengaruhi


kegiatan belajar. Lesson study menargetkan pecapaia berbagai kualitas peserta
didik yang mempengaruhi kegiatan belajar dengan kecerdasan berpikir dan
bersikap (the habbit of mind as heart that are fundamental to succes in school).
Kecerdasn berpikir dan bersikap (dalam istilah ilmiah disebut “soft skill”).
Kecerdasan terdsebut telah dikembangkan selama bertahun-tahun di Jepang
dalambentuk ketekunan (persistence), kerjasama (kooperation), tanggung jawab
(responsibility), dan kemauan unutuk bekerja keras (wiilingnesss to work hard).
Untuk mengmebangkaanhala tersebut, guru perlu kerjasama dalam suatu tim yang
mampu memberikan lingkungna belajar (menurut istilah kita menumbuhkan
budaya sekolah) yang koheren dan konsisten. Tidaka mungkin peserta didik
belajar ”berpikir seperti ilmuan” hanya di salah satu kelas. Sementar itu, pada
tahun berikutnya hal itu tidak dikembangkan lagi oleh gurunya. Lewis (2002),
memberikan contoh kecerdasan berpikir dan bersikap yang diamati pada peserta
didik Jepang. Misalnya, mendengarkan dan merespon ide teman selama diskusi,
penuh tangung jawab dan berhati-hati bahan berbahaya dan mudah pecah,
mencatatat dengan tertib, dan membersihkan bahan dan iar yang tumpah setelah
praktikum.
d. Menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan kualitas pembelajaran.
Seseorang guru yang mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dikaji (research
lesson) akan mengadobsi pelajaran sejenis setelah mengamati respon peserta didik
yang tertarik dan termotivasi untuk belajar dengan cara yang dilaksanakan.
Melalui pengamatan langsung terhadap pembelajaran yang dikajai (research
lesson) maupun laporan tertulis, video, berbagai pengalaman dengan kolega. Di
Jepang telah tersebar luas berbagai macam pembelajaran yang dikembangakan
melalui lesson study meliputi berbagai topik. Semua itu dimulai dari tigkat lokal,
di kelola secara lokal, dan menyebara berwujud informasi pada tingkata sistem
pendidikan di seluruh negeri. Misalnya, dalam bidang matematika. Dari
pengalaman tersebut, perlahan-lahan berbalik mengjar untuk memahamkan
(teaching for understand) matemtika di tingkat SD.
e. Menjungjung nilai guru . Lesson study juga menjunjung tinggi nilai guru dalam
bentuk mengenali penting dan sulitnya membelajarkan peserta didik, yaitu secara
nyata menterjemahkan standar pendiidikan, kerangka dasar pendidikan, dan
”praktik pembelajaran” terbaik ke kelas. Lesson study menggunakan waktu dan
sumber daya guru untuk merancang, mengkaji,dan memperbaiki apa yang secara
nyata terjadi di kelas. Lesson study merupakan suatu system penilaian dan
pengembangan pada saat guru mengembangkan teori dan praktik melalui kajian
cermat terhadap ”praktik terbaik” dalam kelas yang di uji dan dikembangkan.

2. Peranan Lesson Study dala Pengembangan Keprofesionalan Guru


Menurut Lynn Liptak (Lewis 2002) perbandingna antara pengembangan
keprofesionalan guru secara tradisional dan melalui lesson study dapat di amati dalam
Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Perbandingan Pengembangan Keprofesionalan Guru
Tradisional dan Melalui Lesson Study
Aspek Tradisional Lesson Study
1. Awal Mula Dimulai dengan jawaban Dimulai dengan
pertanyaan
2. Tenaga pendorong Seorang ”pakar dari luar” Guru peserta atau
pelaksana sendiri
3. Aliran Komunikasi Pelatih atau penatar guru Dari guru ke guru
4. Hubungan Hierarki Ada herarki antara yang Hubungan setara (timbal
pelatih dengan yang dilatih balik) antar dosen atau
(pebelajar) guru sebagai pebelajar
5. Sebutan Penelitia memberi Praktik itu sendiri adalah
informasi untuk praktik penelitian (Practice is
(Research Informs research)
practikel)

Lebih lanjut Lewis (2002) menguraikan bagaiamana lesson study dapat memberikan
sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru, yaitu dengan menguraikan
delapan pengalaman yang diberikan lesson study memungkinkan guru untuk 1)
memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan bidang
pembelajaran, 2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik dan dapat
dikembangkan, 3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang
diajarkan, 4) memikirkan secara mendalam tujuan jagka panjang yang akan dicapai
yang berkaitan dengan peserta didik, 5) merancang program secara kolaboratif, 6)
mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta rtingkah laku peserta didik, 7)
mengembangkan pengetahuan pedaogis yang sesuai untuk membelajarkan pesert
didik, dan 8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata peserta didik dan
kolega. Secara sederhana pemikiran Lewis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Lesson study tidak hanya memperhatikan pembelajaran untuk satu pertemuan atau
satu pokok bahasan, tetapi bagaiamana membelajarkan satu unit pokok dan
bidang studi dan memperhatikan perkembangan peserta didik dal;am jangka
panjang. Oleh karena itu, ketika memilih bidang kajian akademis dan topik lesson
study, guru sering a) menargetkana untuk mengatasi kelemahan peserta didik
dalam belajar, b) memilih topik yang dianggap sulit mengajarkannya, c) memilih
subjek terkini, misalnya isi, pendekatan pembelajarannya, d) memusatkan
perhatian pada hal penting mendasar yang berpengaruh terhadap pembelajaran
yang lain (misalnya pentingnya pembelajaran bahasa dan matematika untuk
mempelajari IPA).
b. Guru dapat mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang dapat
dikembangkan. Hasil lesson study disebarkan melalui buku-buku yang ditulis
guru yang di dalamnya dijelaskan tujuan jangka panjang yang ingin di capai,
filosofi pembelajaran yang dianaut, rancangan pembelajaran dan rancangna
seluruh unit, contoh hasil kerja peserta didik, hasil refleksi mengenaia kekuatan
dan kesuliatan dalam pembelajaran, serta petunjuk praktis bagi guru yang ingin
mencoba pembelajaran tersebut. Apabila guru lain mencoaba membelajarkan,
menambah, menguji, dan melaporkan perbaiakn yang dilakukan, maka kualitas
pembelajaran akan semakin meningkat.
c. Memperdalam pengetahuan guru mengenai materi pokok yanga diajarkan.
Dengan melaksanakan lesson study guru dapat mengedintifikasi dan
mengorganisasi informasi apa yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang menjaddi fokus kajian. Guru decara bersama-sama
berkesempatan untuk memikirkan pengetahuan mana yang penting, apa saja yang
belaum mereka ketahui, dan berusaha mencari iformasi yang mereka perlukan
utuk membelajarkan peserta didik.
d. Memberi kesempatan kepada guru untuk mempertimbangkan kualitas yang ideal
yang diaharapakan dimiliki peserta didik saat sekarang, dan bagaiman mengatasi
kesenjangan yang terjadi diantaranya. Saat ini sedang dianjurkan kualitas yang
ideal yang diharapakan dimiliki peserta didik dalam bentuk kecakapan hidup.
Orang Jepang ada yang meyebut sebagai menhargai persahabatan,
mengembangakan persfektif dan cara berpikir, dan menikmati sains.
e. Memberi kesempatan guru secara kolaboratif merancang pembelajaran. Menurut
Lewis (2002) rata-rata guru di Jepang mengamati sekitar sepuluh pembelajaran
yang dikaji (research lesson) setiap tahun. Guru di Jepang mertasa kolaborasi itu
menguntungkan karena memberi kesempatan kepada guru untuk memikirkan
pembelajarannya sendiri dengan mengaitkannya dengan apa yagn dilakukan guru
lain. Dengan lesson study guru dapat saling membelajarkan.
f. Memberi kesempatan kepada guru untuk mengkaji secara cermat cara dan proses
belajar serta tingkah laku peserta didik. Fokus lesson study hendaknya pada
peningkatan pembelajaran, melalui pengamatan terhadap peserta didik sehigga
dapat dipikirkan cara-cara untuk meningkatakan kegiatan belajar dan kegiatan
berpikir peserta didik bukan pada kegiatan guru
(http://www.learningpt.org/nsc/product/tol.ht ) sehingga tidak semena-mena
menyalakan guru atau mengkritik kesalahan guru. Untuk itu, guru perlu mencari
bukti bahwa peserta didik memang belajar, termotivasi, dan berkembang. Dengan
demikian, melalui data yang dikumpulkan yang dilakukan oleh guru dapat
pembelajaran melalui mata peserta didik. Pertanyaan yang pentas diajukan yakni,
bagaimana pemahaman peserta didik mengenai materi pembelajarann ya? Apakah
peserta didik tertarik untuk belajar? Apakah mereka memperhatikan ide peserta
didik lainnya? Secara singkat data yang perlu dikumpulkan mengenai peserta
didik meliputi lima hal, yaitu hasil belajar akademis, motivasi dan persepsi,
tingkah laku sosial, sikap terhadapa belajar, dan interaksi guru-peserta didik
dalam proses pembelajaran.
g. Mengembangakan pengetahuan pedagogis yang sesuai utuk membelajarakan
pesrta didik. Dengan lesson study guru secara terus-menerus berupaya
mengembangkan dan menigkatakan strategi pembelajaran sehingga dengan
membelajarkannya dapat menerjemahkan kurikulum dengan tepat. Misalnya, guru
terus memikirkan bagaimana memberikan pertanyaan dalam pembelajaran yang
dapat mempertahankan minat peserta didik untuk terus belajar, bagaiman
menggunakan debat untumemaksimalkan partisipasi pesert didik dalam diskusi,
dan bagaimana mendorong peserta didik dapat membuat catatan yang baik dan
melakukan refleksi diri.
h. Memberikan kesempatan kepada guru melihat hasil pemelajaran sendiri melaui
mata pesert didik dan kolega. Data yang diberikan kolega menjadi ”cermin” bagi
gur prlaksana lesson study. Kolega dapat membantu gur mencatat kegiatan
diskusi dalam kelompok kecil, menghitung jumlah peserta didik yang angkata
tangan atau mencatat pertnanyaan dan jawababan gur atau dapat juga guru
memilih tiga peserta didik dengan prestasi berbeda dan meminta kolega mencatat
interaksi yang melibatkan ketiga peserta didik, karya mereka, dan seterusnya.
Dengan cara itu gur dapat melihat bagaimana peserta didik mengalami
pembelajaran yang dilaksanakan.

Lebih lanjut, Lewis (2002) mengadaptasi tulisan Darling Hamond (1999)


mengenai bagaimana pengembangan keprofesionalan guru yang efekti fdapat
dilaksanakan melalui lesson study sebagaiman dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Kualitas Keprofesionalan Guru yang Efektif


No. Ciri Keterangan
1 Melalui penglaman Melibatkan guru dalam tugas konkrit mengajar,
(eksperensial) melakukan asesmen, dan melakukan pengmatan
terhadap peserta didik
2 Fokus pengembangan Pertanyaan dan keingintahuan guru menjadi dasar
berasal dari guru pengembanga profesi.
3 Orang yang terlibat Melibatkan pakar dari dalam dan luar sekolah.
4 Kolaboratif Memungkinkan guru berbagi pengetahuan dan
penglaman.
5 Berpusat pada realitas Mengembangakan apa yang nyata dibelejarkan,
dan bagaimana membelajarkannya.
6 Berkelanjutan Pelaksanaannya berkesinambungan, tidak hanya
satu kali (one short).
7 Berdasarkan bukti Merespon terhadap bukti mengenai proses dan
hasil belajar peserta didik serta pengembangan
dalam kegiatan pembelajaran
8 Tidak berdiri sendiri Dikaitkan dengan aspek-aspek lain perubahan
yang terjadi di sekolah

Sumber: Darling-Harmmond L (1999) dalam Lewis (2003: 38)


Menurut White dan Lim (2007), lesson study di Australia merupakan suatu
proses yang kuat untuk mengarahkan guru-guru menuju praktik dan kecenderungan
berprilaku yang baru. Selain itu, juga menyatukan hasil pengamatan praktik dengan
cirri-ciri kegiatan kegiatan belajar-mengajar yang berkualitas untuk menciptakan
suatu proses pembelajaran yang rapi dan terstruktur dengan baik. Sementara itu, di
Malaysia, setelah mencobakan ke sekelompok mahasiswa calon guru, disimpulkan
bahwa sebagian besar mahasiswa berpendapat bahwa proses dalam lesson study dapat
menggalakkan kolaborasi antar mahaisiwa, memberikan ide-ide mengajara baru, dan
meningkatkan keterampilan mengajar mereka.
Menurut Lewis, Perry, dan Murata (2006), ada bukti perkiraan bagaimana
mekanisme lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sebagiamana
disajikan dalam Gambar 1.2 .
PERUBAHAN INTERVENING
CIRI-CIRI YANG TAMPAK
DARI LESSON STUDY
 Mengacu pada tujuan Perkiraan 1
janka panjanr Lesson Study meningkatkan kuailitas pembelajaran melalui
pendidikan dan perbaikan rencana-rencana pembelajaran
pengembangan diri
peserta didik
 Mendasarkan pada PERKIRAAN 2
kurikulum dan standar Lesson study menguatkan tiga jalur menuju peningkatan
yang berlaku pembelajaran yatiu pengetahuan guru, komitmen dan komunitas
 Merencanakan dan guru, dan sumber-sumber pembelajaran, comtohnya
melaksankan 1. Pengetahuan guru :
pembelajaran yang  Pengetahuan tentang materi ajar
dikaji (research  Pengetahuan tentang pengajaran PENINGKATAN
KUALITAS
lesson)  Kemampuan untuk mengobservasi peserta didik PEMBELAJARAN
 Mengumpulkan data  Hubungan antar praktik pembelajaran harian dengan
selama mengamati tujuan jangka panjang pendidikan
pembelajaran yang 2. Komitmen dan komunitas Guru:
dikaji (research  Motivasi untuk meningkat/maju
lesson)  Hugbungan dengan kolega yang dapat membantu
 Menunjukkandan  Rasa tanggung jawab terhadap komunitas belajar yang
mendiskusikan data berharg dihargai
dari hasil pengamatan 3. Sumber-sumber pembelajaran:
pembelajaran yang  Rencana pembelajaran yang menyatakan dan
dikaji (research mempromosikan kemampuan berpikir peserta didik.
lesson) dan menarik  Alat-alat yang mendukung pembelajaran kesejawatan
plikasi (perbaikannya) selama lesson study.
untuk pembelajaran
selanjutnya
Gambar 1.2 Bagaimana lesson study Menghasilkan peningkatan Kualitas
pembelajaran: Dua perkiraan (Lewis, Perry, and Murata; 2006)
Dengan pengalaman di Indonesia menunjukkan bahwa lesson study
memberikan manfaat bagi guru sebagai berikut ( Tim Lesson Study, 2007:8).
 Menguragi ketersaingan guru (dari komunitasnya) dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran dan perbaikannya.
 Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya.
 Memperdalam pemahaman guru tentang materi pembelajaran, cakupana da
urutan kurikulum.
 Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar
peserta didik.
 Meningkatkan kolaborasi antar sesama guru dalam pembelajaran.
 Meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya
berakibat pada peningkatan mutu lulusan (peserta didik).
 Memungkinkan guru guru memiliki banyak kesempatan untuk untuk
membuata ide-ide pendidikan dalam praktik pembelajarannya sehingga dapat
mengubah perspektif tentang pembelajaran, dan belajar praktik pembelajaran
dari persfektif peserta didik.
 Mempermudah guru berkonsultasi kepada pakar dalam hal pembelajaran atau
kesulitan materi pembelajaran.
 Memperbaiki praktik pembelajaran di kelas.
 Meningkatkan keterampilan menulis.
Selain itu lesson study juga memungkinkan peningkatan akuntabilitas kinerja
guru dan menciptakan terjadinya pertukaran pemahan tentang cara berpikir dan
belajar peserta didik.

C. BAGAIMAN LESSON STUDY MUDAH DILAKSANAKAN


Lesson study akan mudah dilaksanakan apabila memenuhi persyaratan
kurkulum dan persyaratan sikap guru sebagai berikut.

1. Persyaratan Kurikulum
Lesson study lebih mudah dilaksankan di negara yang kurikulumnya sederhana
dan luwes. Kurikiulum sekolah dasar (SD) di Jepang yang bersifata sederhana yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur sejenis untuk menetapkan tujuan yang luas dalam
setiap bidang studi. Misalnya, untuk IPA SD dituliskan tujuan jangka panjang
mencintai alam, mampu memecahkan masalah, berupaya secara lebih aktif
memahami gajala alam, dan memiliki kebiasaan berikir ilmiah. Untuk kelas 5 SD
hanya pada tujuh topik untuk dilaksanakan dalam 95 jam pelajaran. Komposisi
seperti itu yang mendukung pelaksanaan lesson study di Jepang. Dengan karakteristik
kurikulum yang seperti itu, guru dapat memusatkan perhatian dalam mencari cara
membelajarkan peserta didik yang trbaik sehingga menarik minat mereka dan
berdampak hasil belajar yang mendalam dan tidak mudah melupakan isi
pembelajaran karena cukup waktu.

2. Persyaratan Sikap Guru


Lesson study akan mudah dilaksanakan bila guru memilik 5 sikap berikut.
 Semangat ”mengkritik dir sendiri” merupakan sala-satu nilai yang
dikembangkan dalam lesson study (bahasa Jepang hansei), yaitu melakukan
refleksi secara jujur untuk memperbaiki kekurangan diri sendiri. Pada kahir
setiap jam pelajaran di sekolah, akhir minggu, akhir semester dilakukan
refleksi diri (hansei). Peserta didik melakukan hansei dengan mengjaukan
pertanyaan seperti ”Apakah saya sudah mencoba dengan sekuata tenaga ?”
”apakah saya ingat materi paa yang harus saya bawa ke sekolah dalam
minggu ini?” ”Apakah saya sudah melakukan perbuatan berdasarkan cinta
kasih ke teman-teman saya?” ”Apa yang masih perlu saya perbaiki?”
pelaksanaan refleksi yang dilakukan peserta didik dan guru itu bersifat
menular. Orang yang mendengarkan hasil refleksi orang lain hakekatnya akan
mulai menanyai diri sendiri juga, apakah dia telah melakukan yang terbaik
yang harus dilakukan. Kebiasaan melakukan refleksi diri merupakan salah-
satu kunci pendukung pelaksanaan lesson study (dan pembaharuan pendidikan
di Jepang).
 Keterbukaan terhadap masukan yang diberikan oleh orang lain. Berbagai
pengalaman melalui lesson study merupakan suatu hala yang perlu dipelajari
karena biasanya guru merasa malu bila proses pembelajaran dilihat oleh orang
lain. Bahkan, terjadi seorang guru jatuh sakit gara-gara melakukan peer
teaching. Oleh karena itu, guru yang dapat melaksankan lesson study adalah
guru yang mau ”belajar sepanjang hayat” dan mau memperoleh masukan dari
orang lain.
 Guru melaksanakan lesson study mengedepankan sikap mau mengakui
kesalahan. Perubahanakan terjadi bila orang mau menyediakan waktu dan
upaya melakukan perubahan karenamungkin di dalamnya ada kesalahan-
kesalahan. Sebagai manusia yang tidak luput dari dari kesalahan, guru jarang
melaksanakan pembelajaran secara sempurna. Melalui lesson study guru
berkesempatan secara pelan-pelan memperbaiki dan menyempurnakan
pembelajran yang dilakukan dan sekaligus membangun budaya sekolah yang
berpusat pada inkuiri dan perbaikan. Jadi, guru dapat belajar dari
pembelajaran yang kurang sempurna setelah merancang, melaksanakan, dan
mendiskusikan pembelajaran tersebut.
 Bersikap terbuka terhadap ide orang lain, tidak berusaha mencari pemikiran
sendiri yang ”asli” atau ”murni” yang terpenting adalah hasil pemikiran itu
dapat menggalakkan peserta didik untuk belajar kuncinya yakni bagaimana
membelajarkan peserta didik agar terbantu dalam belajar daripada mencari
”ide murni (ide sendiri)” pelaksanaan pembelajaranyang mungkin kurang
tepat membelajarkan peserta didik. Oleh karena itu, dalam lesson studyguru
tidak berangkat dari nol, tetapi memulai dari yang sudah ada, yang dilakukan
orang, dan memaksimalkan diri pada bagaimana dapat meningkatkan secara
berkesinambungan proses dan isi pembelajarannya.
 Guru mau memberi masukan secara jujur dan penuh respek. Sikap ini perlu
dikembangkan oleh guru yang terlibat dalam lesson study. Mereka secara
bersama-sama harus mencaricara agar terhindar dari dua hal yang ekstrem,
yaitu ”happy talk” (diman orang malu untuk tidak sepakat atau untuk
mengkritik) dan ”harping” (dimana orang merasa dan tidak bertindak
sedemikian seola-ola ego mereka bergantung pada atau akan naika bila
mereka dapat menjatuhkan atau mempermalukan orang lain). Menurut guru-
guru di Jepang, balikan kritis menandakan bahwa guru resfek itu terhadap
pembelajaran yang dilakukan. Dengan kritikan yanga diberikan diharapkan
kita dapat semakin berkembang karena dalam pembelajaran ada yang harus
diperbaiki. Sebaiknya, akan sangat mengecewakan bila kolega yang
mengamati pembelajaran kita tidak menyatakan apa-apa.

D. BAGAIMANA MELAKSANAKAN LESSON STUDY?


Salah satu hal perlu diketahui oleh dosen dan guru yang akan melaksanakan
lesson study yakni bagaimana melaksanakannya. Terdapat berbagai bentuk kegiatan
lesson study di Jepang (Lewis, 2002:20-21). Pelaksanaan suatu lesson study akan
lebih efektif jika pelaksanyan mengetahui langkah-langkah yang perlu diterapkan.
Dengan demikian, tujuan pengimplementasian suatau lesson study yang berfokus
pada peningkatan kualitas peserta didik dan guru dapat diwujudkan. Bagian ini
akanmenguraikan bagaiman memulai lesson study di suatu sekolah atau wilayah
(Lewis, 2002: 51-75), Bagiamana melakukan lesson study secara umum (Robinson,
2006) dan Bagaimana implementasi lesson study di Indonesia.

1. Memulai Lesson Study di Suatu Sekolah/Wilayah Menurut Lewis (2002)


Lewis (2002) menguraikan secara rinci bagaimana melakukan suatu l lesson
study di suatu sekolah atau wilayah dengan menjelaskan enam tahapan sebagai
berikut.

a. Membentuk Kelompok Lesson Study


Setidak-tidaknya ada empat kegiatan yang perlu dilakukan alam membentuk
kelompok lesson study. Keempat kegiatan tersebut (1) merekrut anggota kelompok,
(2) membuat jomitmen untuk menyedikan waktu khusus, (3) menyesuaikan jadwal
pertemuan, (4) menyetujui “aturan main” kelomok.
Pada dasarnya, anggota kelompok lesson study dapat direkrut dari guru, dosen,
pejababat pendidikan, dan/atau pemerhati pendidikan. Kreteria yang sangat oenting
yakni mereka mempunyai komitmen, minat, dan kemampuan untuk melakukan
inovasi dan memperbaiki kuailitas pendidikan.
Setiap anggota kelompok lesson study harus memiliki komitmen
untukmenyediakan waktu khusus dalam mewujudkan atau mengimplementasikan
lesson study. Anggota kelompok iin biasanya menyelengarakan pertemuan-
pertemuanrutin baik satu hingga empat kali sebulan selama beberapa bulan dalam
suatu semester atau dalam suatu tahaun ajaran tertentu. Pertemuan-pertemuan
anggota kelomok dapat dilakukan sesering mungkin dan beragam. Oleh karena itu,
diperlukan jadwal yang harus ditaati oleh setiap anggota kelompok. Yoshida
menyarankan setiap research lesson diajarkan 2 – 3 kali dikelas yang berbeda. Oleh
karena itu, kegiatan perllu dijadwalkan. Jadwal jiuga sangant berguna dalam
mengatur semua tugas yang terkait dengan kegiatan anggota kelompok, termasuk
tugas mengajar rutin.
Seluruh anggota kelompok perlu menyepakati ”aturan main” kelompok, antara
lain bagaiman cara mengambil keputusan kelomok, bagaimana membagi tanggung
jawab antar anggota kelompok, pengguaan waktu, bagaiman menyampaikan saran,
dan bagaimana menetapkan siapa yang menjadi fasilitatordiskusi.

b. Memfokuskan Lesson Study


Pada langkah ini ada tiga kegiatan yang dilakukan yaitu (1) menyepakati tema
penelitain (research theme), fokus penelitain, atau tujuan utama penelitain; (2)
memilih mata pelajaran, dan (3) memilih topic (unit) dan pelajaran (lesson) untuk
istilah kita: memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar atau indicator
pencapaian kompetensi dasar.
Terkait dengan penentuan tema penelitian suatu lesson study perlu diperhatikan
tiga hal. Pertama, bagaiman kualitas aktual para peserta didik saat sekarang. Kedua,
apa kualitas ideal yang diinginkan peserta didik di masa mendatang. Ketiga, adalah
kesenjangan antara kualitas ideal dan kualitas aktaual peserta didik yang menjadi
sasaran lesson study. Kesenjangan inilah yang dapat diangkat menjadi bahan
penelitain.
Mata pelajaran yang digunakan untuk lesson study ditentkan oleh anggota
kelompok. Untuk tingkat atau jenjang SMP, anggota kelompok dapat memilih mata
pelajaran bahasa, IPA, IPS, matematika, taua yang lain. Sebagai panduan untuk
memilih mata pelajaran dapat digunakan tiga pertanyaan berikut. Pertama, mata
pelajaran apa yang paling sulit bagi peserta didik. Kedua, mata pelajaran apa yang
sulit diajarakan oleh guru. Ketiga, mata pelajaran apa yang pada kurikulum baru yang
ingin dikuasai dan dipahami oleh guru.
Setelah menentukan tema dan mata pelajaran, langkah berikutnya yakni memlih
topik dan pelajaran. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang mendasari topik
pembelajaran berikutnya, topik yang dianggap sulit bagi peserta didik atau tidak
disukai peserta didik, topik yang diajarkan atau tidak disukai oleh guru, atau topik
baru dalam kurikulu. Setelah topik dipilih dan di tetapkan tujuannya. Selanjutnya,
berdasarkan tujuan topik itu ditetapkan beberapa pengalaman belajara yang akan
menunjang tercapainya tujuan topik tersebut.

c. Merancang Research Lesson


Dalam perencanaan research lesson terdapat tiga tahapan kegiatan, yaitu (1)
mengkaji pelajaran yang sedang berlangsung atau yang sudah ada, (2)
mengembangkan suatu rencana unutuk memadu peserta didik belajar (plan to guide
learning), dan kalau mungkin (3) mengundang pakar.
Guru yang akan melakukan lesson study hendaknya tidak memulai dari nol,
tetpai dengan memanfaatkan yang suadah ada atau rencana yang sudah dibuata
sebelumnya.
Rencana untuk memandu peserta didik belajar akan memandu pelaksanaan
pembelajaran, pengamatan, dan diskusi tentang research lesson serta mengungkap
temuan yang muncul selama lesson study berlangsung. Suatu rencana research lesson
menjawab pertanyaan yang sangat penting yaitu ”perubahan-perubahan apa yang
akan terjadi pada peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan apa yang akan
memotivasi mereka ?” Rencana research lesson biasanya biasanya ditulis dalam
suatu tabel yang memuat tiga atau empat kolom yang memuat permasalahan sebagai
berikut.

Elemen berikutnya dari daerah lingkaran tersebut yakni rencana unit. Unit
lebih luas daripada research lesson. Rencana unit menunjukan bagaimana research
lesson yang diamati sesuai dengan serangkaian pelajaran.
Bagian terakhir dari rencana memandu belajar yakni tema penelitian (tema
penelitian ini telah diemukakan di depan). Tema penelitian dan pelajaran mempunyai
hubungan yang erat.
Bagian dari perencanaan pembelajaran yakni membuat rencana untuk
pengumpulan data. Hal itu juga merupakan suatu elemen penting dalam menyusun
rencana untuk memandu peserta didik belajar. Seperti telah dikemukakan di depan,
salah satu kolom rencana research lesson memuat “point to notice”
atau”evaluation”. Kolom itu memandu pengamat untuk memperhatikan aspek-aspek
khusus dari pelajaran. Anggota kelompok lesson study dan guru-guru biasanya
diberikan tugas dan format pengumpulan data untuk membantu mereka dalam
mengumpulkan data. Pengumpulan data biasanya dikaitkan dengan suatu denah
tempat duduk peserta didik, dafatar anggota setiap kelompok peserta didik, catatan
tentang partisipasi setiap anggota dari suatu kelompok kecil, ataua data lainnya yang
sesuai dan diperlukan.
Data yang dikumpulkan selama lesson study biasanya memuat bukti tentang
belajar, motivasi, dan iklim social. Walaupun pengumpulan data biasanya lebih
difokuskan pada peserta didik tetapi pengumpulan data juga biasa dilakukan utnk
menatat ucapan atau ceramah guru dan waktu yang digunakan guru pada setiap
elemen pelajaran.
Satu bbagianb penting dan yang patut dipertimbangkan dalam merencanakan
research lesson yakni mengundang pakar dari luar. Mereka bias berasal dari guru
atau peneliti yang memilikji pengetahuan tentang bidang studi yang dipelajari dan
atau bagaiman mengajar bidang studi tersebut. Keterlibatan pakar dari luar akan lebih
efektif jika sudah berlangsung sejak awal. Dengan cara ini pakar mempunyai
kesempatan dalam membantu merancang pelajaran, member saran tentang sumbver-
sumber kurikulum, dan bertindak sebagai komentator terhadap research lesson.

D. Membelajarkan dan Mengamati Research Lesson

Research lesson yang sudah direncanakan dapat diimplementasikan dan


diamati. Guru anggota kelompok yang sudah ditunjuk dan disepakati dapat
melaksanakan tugas untuk membelajarkan lesson yang sudah ditetapkan. Sedangkan,
anggota kelompok lain mengamati lesson tersebut. Pengamat akan mengumpulkan
data yang diperlukan selama pembelajaran berlangsung. Untuk mendokumentasikan
research lesson biasanya dilakukan dengan menggunakan audiotape, videotape,
handycame, kamera, karya peserta didik, dan catatan observasi naratif. Peranan
pengamat selama lesson study yakin mengumpulkan data dan bukan membantu
peserta didik. Para peserta didik harus diberitahu lebih dahulu bahwa pengamat atau
guru lain di kelas mereka hanya bertugas untuk mempelajari pembelajaran yang
brelangsung dan bukan untuk membantu mereka.
Sebaiknya, setiap anggota kelompok lesson study diberi tugas dan tanggung
jawab tertentu. Di antara mereka ada yang bertugas misalnya, memeroleh materi yang
dibutuhkan dalam pembelajaran, mengopi rencana pembelajaran untuk pengamat,
mencatat hasil diskusi setelah pembelajaran dan menfasilitasi diskusi setelah
pembelajaran.

E. Mendiskusikan dan Menganalisis Research Lesson


Research lesson yang sudah diimplimentasikan perlu didiskusikan dan
dianalisis. Hal itu perlu dilakukan karena hasil diskusi dan analisis dapat dijadikan
sebagai bahan masukan untuk perbaikan atau revisi research lesson. Dengan
demikian, research lesson diharapkan menjadi lebih sempurna, efektif, dan efisien.
Diskusi dan analisis tentang research lesson sebaiknya memuat butir-butir (1)
refleksi instruktur, (2) latar belakang anggota kelompok lesson study, (3) presentase
dan diskusi tentang data dari research lesson, (4) diskusi umum, (5) komentator dari
luar (opsional), dan (6) ucapan terima kasih (Lewis, 2002:69).
Beberapa bagian penting dan berguna dari panduan diskusi pembelajaran
sebagai berikut. Pertama guru pengajar research lesson diberi kesempatan menjadi
pembicara pertama dan berkesempatan mengemukakan semua kesulitan dalam
pembelajarannya sebelum kesulitan tersebut dikemukakan oleh yang lain. Kedua
sebagai suatu aturan main, pembelajaran yang disampaikan merupakan milik semua
anggota kelompok lesson study . Hal ini merupakan pelajaran “kita”, bukan pelajaran
“saya”. Dan hal ini direfleksikan dalam setipa keterangan masing-masing anggota
kelompok. Anggota kelompok berasumsi bahwa mereka bertanggung jawab untuk
menjelaskan pemikiran dan perencanaan yang ada pada pelajaran tersebut. Ketiga
instruktur atau guru yang merencanakan pelajaran sebaiknya menceritakan mengapa
mereka merencanakan hal itu, perbedaan antara apa yang mereka rencanakan dan apa
yang sesungguhnya terjadi, serta aspek-aspek pembelajaran yang mereka inginkan
sehingga para pengamat dapat mengevaluasinya. Keempat diskusi berfokus pada data
yang dikumpulkan oleh para pengamat. Wujudnya, pengamat membicarakan secara
spesifik percakapan dan karya peserta didik yang mereka catat. Lebih lanjut,
pengamat tidak membicarakan tentang kualitas pembelajaran berdasarkan kesan
mereka, retapi mereka mebicarakan fakta tang ditemukan. Kelima waktu diskusi
terbatas. Oleh karena itu, terdapat kesempatan yang terbatas untuk “grandstanding”
dan penyimpangan (Lewis, 2002:69).
Diskusi dan analisis research lesson harus segera dilaksanakan pada hari yang
sama setelah research lesson diimplementasikan. Hal itu perlu diupayakan secepat
mungkin karena hasil diskusi dan analisis dapat digunakan dan dipertimbangkan
sebagai bahan merevisi pelajaran/unit/pendekatan pembelajaran.

F. Merefleksi Lesson Study dan Merencanakan Tahap-Tahap Berikutnya

Hal yang perlu dilakukan dalam merefleksi lesson study yakni memikirkan
tentang apa yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa
yang masih perlu diperbaiki. Pada saat ini, tiba saatnya berfikir tentang apa yang
harus dikerjakan selanjutnya oleh kelompok lesson study . apakah anggota kelompok
berkeinginan meningkatkan pembelajaran menjadilebih baik? Apakah anggota-
anggota yang lain berkeinginan untuk mengujicobakan pembelajaran pada kelas
mereka sendiri? Apakah anggota kelompok lesson study puas dengan tujuan-tujuan
lesson study dan metode operasi kelompok? (Lewis, 2002:71).
Pertanyaan-pertanyaan berikut juga dapat membantu guru dalam melakukan
refleksi terhadap siklus lesson study maupun memikirkan langkah yang akan
dilakukan berikutnya.
Pertanyaan tersebut antara lain (1) apa yang berguna atau bernilai tentang
lesson study yang dikerjakan bersama? (2) apakah lesson study membimbing guru
untuk berpikir dengan cara baru tentang praktik pembelajaran sehari-hari? (3) apakah
lesson study membantu mengembangkan pengetahuan guru tentang mata pelajaran
serta pengetahuan tentang belajar dan perkembangan perserta didik? (4) apakah
tujuan lesson study menarik bagi semua guru? (5) apakah guru bekerja bersama-sama
dalam suatu cara yang bersifat produktif dan suportif? (6) sudahkah guru membuat
kemajuan terhadap tujuan lesson study secara menyeluruh? (7) apakah semua anggota
kelompok sudah merasa terlibat dan berguna? Dan (8) apakah pihakyang bukan
peserta merasa terinformasikan dan terundang dalam kegiatan lessotiapn study ini?
(Lewis, 2002:71).

3. Bagaimana Melaksanakan Delapan Tahapan Lesson Study Secara


Umum?
Robinson (2006) mengusulkan ada delapan tahap berdasarkan banyaknya
kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study, yakni sebgai berikut.
- Tahap 1: pemilihan topik lesson study
- Tahap 2: melakukan reviu silabus dalam upaya mendapatkan kejelasan tujuan
pembelajaran untuk topic tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada
dalam buku pelajaran. Selanjutnya, berkerja dalam kelompok untuk menyusun
rencana pembelajaran.
- Tahap 3: setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan
atau mempersentasikan recana pembelajaran. Sementara itu, kelompok lain
member masukan sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih
baik.
- Tahap 4: guru yang ditunjuk pleh kelompok menggumakan masukan-masukan
tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
- Tahap 5: guru yang ditunjuk mempersentasikan rencana pembelajarannya di
depan semua anggota kelompok lesson study untuk mendapatkan balikan.
- Tahap 6: guru yang ditunjuk secara detail memperbaiki kembali rencana
pembelajaran dan mengirimkan pada semua guru anggota kelompok, sehingga
mereka mengetahui bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan di kelas.
- Tahap 7: para guru dapat mempelajari kembali rencana pembelajaran tersebut
dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran
yang mereka miliki, khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting, seperti
hal-hal yang akan dilakukan seorang guru, pemahaman peserta didik, dan
kemungkinan yang akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya.
- Tahgap 8: guru yang ditunjuk melaksanakan rencana pembelajaran dikelas.
Sementara itu, guru yang lain bersama dosen/pakar mengamati sesuai dengan
tugas masing-masing untuk member masukan pada guru. Pertemuan refleksi
akan segera dilakukan secepatnya kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk
memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen
atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan
pembelajaran, jika mereka mengulang di kelas masing-masing atau untuk
topic yang berbeda.
4. Pelaksanaan Lesson Study di Indonesia

Lesson study telah dilaksanakan di Indonesia sejak taun 2006 melalui program
SISTEMS (strengthening in-service teacher training of mathematics and science
education of secondary level) yang didukung Direktorat PMPTK, DIKTI, dan JICA.
Lesson study awalnya dilakukan, terutama di tiga kota, yaitu Sumedang,
berkolaborasi dengan Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Bantul, berkolaborasi dengan Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY), dan Pasuruan, berkolaborasi dengan Universitas Negeri
Malang (UM). Pelaksanaannya ditekankan pada tiga tahap yaitu plan (merencanakan
atau merancang), do (melaksanakan), see (mengamati dan sesudah itu merefleksikan
hasil pengamatan) (Sutopo dan Ibrohim, 2006).
Dalam perkembangan selanjutnya, lesson study di Indonesia didefinisikan
sebagai suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegoalitas dan
mutual learning untuk membangun learning community.
Apabila dicermati dala, definisi lesson study dapat kita temukan tujuh kata
kunci, yaitu pembinaan profesi, pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan,
kolegalitas, mutual learning, dan komunitas belajar. Lesson study bertujuan untuk
melakukan pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan sehingga peningkatan
keprofesionalan pendidik secara terus menerus. Apabila tidak dilakukan dapat
menurunkan keprofesionalan guru. Bagaimana mengupayakan hal itu? Upaya itu
dapat dilakukan dengan pengkajian pembelajaran secara terus menerus dan
kolaboratif. Pengkajian pembealjaarn harus dilakukan secara berkala, misalnya
seminggu sekali atau dua minggu sekali karena membangun komunitas belajar
merupakanmembangun budaya yang memfasilitasi anggotanya untuk saling belajar,
koreksi, menghargai, membantu, dan menahan ego. Membangun budaya tidak dapat
dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan waktu lama. Berapa lama waktu
yang diperlukan? Untuk membangun budaya komunitas belajar tidak ada pembatasan
waktu, semakin lama semakin baik.
Tidak ada pembelajaran yang sempurna tetapi selalu ada celah untuk
perbaikan. Oleh karena itu, pembelajaran harus dikaji secara terus menerus sehingga
lebih baik dan lebih baik lagi. Pengkajian pembelajaran dimaksudkan untuk mencari
solusi terhadap permasalahan pembelajaran sehingga terjadi peningkatan kualitas
pembelajaran secara terus menerus. Objek kajian pembelajaran dapat meliputi materi
ajar, metode/strategi/pendekatan pembelajaran, LKM/LKPD (lembar kerja
mahasiswa atau lembar kegiatan peserta didik), media pembelajaran, setting kelas,
dan asesmen.
Mengapa pengkajian pembelajaran dilakukan secara kolaboratif? Dengan
kajian tersebut dapat memberikan lebih banyak masukan perbaikan sehingga mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebagai ilustrasi, menurut penilaian diri sendiri
persiapan pembelajaran yang kita buat sudah bagus, tetapi ketika mendapat masukan
dari orang lain ternyata masih juga ada hal-hal yang bisa meningkatkan kualitas
persiapan pembelajaran.
Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling belajar) diterapkan dalam
berkolaborasi ketika melaksanakan kegiatan lesson study. Dengan kata lain, peserta
kegiatan lesson study tidak boleh merasa superior (merasa paling pinter) atau inferior
(merasa rendah diri) tetapi semua peserta memiliki tujuan saling belajar. Peserta yang
sudah memahami atau memiliki ilmu lebih harus bersedia berbagi dengan peserta lain
yang belum paham. Sebaliknya, peserta yang belum memahami harus bersedia
bertanya. Narasumber dalam forum lesson study harus bertindak sebagai fasilitator,
bukan instruktur. Fasilitator harus dapat memotivasi peserta untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya sehingga peserta dapat berkembang secara bersama-sama.
Siklus pengkajian pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap, seperti dalam
Gambar 1.3.
Tahap perencanaan (plan) bertujuan menghasilkan rancangan pembelajaran
yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif dan
membangkitkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Perencanaan dilakukan
secara kolaboratif oleh beberapa orang guru yang termasuk dalam suatu kelompok
lesson study (jumlah bervariasi 6-10 orang). Untuk memperlancar kegiatan tersebut
ditetapkan siapa guru yang akan menjadi guru pengajar penyusun RPP. Para guru
kemudian bertemu dan berbagi ide menyempurnakan rancangan pembelajaran yang
sudah disusun guru pengajar untuk menghasilkan cara pengorganisasian bahan ajar,
proses pembelajaran, maupun penyiapan alat bantu pembelajaran yang dianggap
paling baik. Semua komponen yang tertuang dalam rancangan pembelajaran sebelum
dilaksanakan dalam kelas disimulasikan lebih dulu. Pada tahap ini juga ditetapkan
prosedur pengamatan dan instrumen yang diperlukan dalam pengamatan.

plan do
secara kolaboratif guru seorang guru melaksanakan
merencanakan pembelajaran yang pembelajaran yang berpusat peserta
berpusat pada peserta didik didik. sementara itu, guru lain
berbasis permasalahan di kelas. mengobservasi kegiatan belajar
peserta didik.

see
secara kolaboratif guru merefleksikan
keefektifan pembelajaran dan saling
belajar dengan prinsip kolegialitas.

Gambar 1.3 siklus pengkajian pembelajaran dalam lesson study di Indonesia

Tahap pelaksanaan (Do), dimaksudkan untuk menerapkan rancangan


pembelajaran yang telah direncanakan. Salah satu anggota kelompok berperan
sebagai guru model, sedangkan anggota lainnya mengamati. Fokus pengamatan
diarahkan pada kegiatan belajar peserta didik dengan berpedoman pada prosedur dan
instrumen yang telah disepakati pada tahap perencanaan, bukan pada penampilan
guru yang sedang bertugas mengajar. Selama pembelajaran berlangsung, para
pengamat tidak diperkenankan mengganggu proses pembelajaran walaupun mereka
boleh merekam dengan kamera video atau kamera digital. Tujuan utama kehadiran
pengamat yakni belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung.
Tahap pengamatan dan refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan
kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Guru yang bertugas sebagai
pengajar mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan dan pemikirannya
mengenai pelaksanaan pembelajaran. Kesempatan berikutnya diberikan kepada yang
bertugas sebagai pengamat. Selanjutnya, pengamat dari luar juga mengemukakan apa
lesson learned yang dapat diperoleh dari pembelajaran yang baru berlangsung. Kritik
dan saran disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati guru yang
membelajarkan, dengan tujuan demi perbaikan praktik ke depan. Berdasarkan
masukan dapat dirancang pembelajaran berikutnya yang lebih baik.
Menurut Ibrohim (2008), ada dua bentuk kegiatan lesson study yang
dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan yaitu sebagai berikut.
1) Lesson study berbasis musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), yakni
lesson study yang dilaksanakan pada setiap hari pertemuan MGMP yang telah
ditetapkan di Kabupaten Pasuruan (hari kamis untuk Matematika dan Sabtu
untuk Sains). Kegiatan yang dilakukan meliputi plan pada minggu pertama
diikuti do dan see pada minggu ketiga.
2) Lesson study berbasis sekolah (LSBS) atau entire school lesson study (ESLS),
yakni lesson study yang dilakukan di suatu sekolah dengan kegiatan utama
berupa open lesson atau open class oleh setiap guru secara bergiliran pada
hari tertentu. Pada saat salah seorang guru “membuka kelas” (open class)
guru-guru yang lain di sekolah bertindak sebagai observer. Setelah itu semua
guru, baik guru model atau observer melakukan diskusi refleksi untuk
membahas berbagai hal yang terkait dengan fakta atau fenomena proses
belajar peserta didik yang ditemukan dalam pembelajaran tersebut.
Lesson study yang dilakukan pada lingkup MGMP oleh guru sebidanng studi
atau antarbidang studi (LSBS) merupakan salah satu wujud dari pembentukan
komunitas belajar di sekolah. Terbentuknya komunitas belajar merupakan sarana
untuk pengembangan diri setiap guru. Disamping itu, lesson study dan pengembangan
komunitas belajar di sekolah akan meningkatkan rasa kebersamaan dan kolegialitas
antarguru, bahkan dengan kepala sekolah. Kegiatan seperti itu jauh lebih bermanfaat
daripada sekadar mengikuti pelatihan yang sifatnya sporadis. Dengan kata lain,
pelatihan hanyalah sebagai pelengkap, sementara lesson study harus lebih diutamakan
dalam upaya pembinaan keprofesionalan guru karena dapat dilakukan secara rutin,
terus-menerus, berbasis pada kebutuhan riil guru dalam mengembangkan
pembelajaran, dan bertempat di sekolah.
Bagian selanjutnya dari buku ini akan membahas mengenai Lesson study
berbasis sekolah yang merupakan uraian pengalaman mengembangkan LSBS di
SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang selama empat tahun.

E. Hambatan dan Kesulitan Melaksanakan Lesson Study

Menurut Lewis (2002), Saito (2007), dan Tim Ahli JICA untuk SISTTEMS,
(Susilo, 2008), hambatan dan kesulitan melaksanakan lesson study sebagai berikut.

1. Miskonsepsi menbgenai Lesson study


Menurut Lewis, hambatan pelaksanaan terjadi karena adanya miskonsepsi
terhadap lesson study . Miskonsepsi tersebut sebagai berikut.
a. Lesson study hanya berupa kegiatan merancang pembelajaran.
Lesson study bukan sekadar kegiatan merancang pembelajaran, tetapi lebih
luas dari itu. Dapat dikatakan merancang pembelajaran hanya merupakan
sebagian kecil dari lesson study . Dalam pengertian lebih luas, lesson study
yang juga meliputi proses penetapan tujuan pendidikan jangka panjang peserta
didik, pengkajian respons peserta didik terhadap pembelajaran yang
dilakukan, dan perevisian pendekatan pembelajaran bila dirasa perlu.
b. Merancang pembelajaran mulai awal.
Lesson study juga tidak mulai dari awal atau dari nol, tetapi dikembangkan
dari apa yang sudah diketahui, pendekatan “state-of-the-art” yang sudah
dipakai saat ini, dan merevisinya untuk diadaptasikan pada lingkungan
pembelajaran yang di miliki sekolah. Jadi, fokus lesson study bukan pada
percepatan, tetapi pada pengembangan.
c. Menulis langkah-langkah pembelajaran yang kaku.
Lesson study juga tidak dimaksudkan untuk menghasilkan langkah-langkah
pembelajeran yang kaku.dalam lesson study guru memang menuliskan secara
lengkap scenario pembelajaran yang akan mereka laksanakan.artinya,mereka
merancang dengan hati-hati permasalahan atau pertanyaan yang akan mereka
gunakan untuk mengalakkan proses berpikir peserta didiknya.guru-guru di
jepang terbiasa mendeskripsikan secara lengkap proses
pembelajaran,pertanyaan yang akan diajukan ,jawaban dan proses berpikir
yang mungkin dilaksanakan peserta didik,dan pengalaman yang perlu dialami
peserta didik untuk membantu membangun pemahaman mereka.dengan
scenario itu,memberikan pedoman kepada guru dalam melaksanakan
pembelajarannya.guru-guru di jepang mengibaratkan pembelajaran itu
seperti”sebuah sungai yang terus mengalir’.di dalamnya banyak keputusan
yang harus diambil saat itu juga dan perubahan terhadap rancangan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya seringkali menghasilkan wawasan
penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
d. Menulis rancangan pembelajaran yang ”sempurna”untuk disebarluaskan ke
guru lain.lesson study tidak di maksudkan sebagai menulis rancangan
pembelajaran yang “sempurna”untuk disebarluaskan ke guru lain.pada
hakikatnya,penyebaran suatu pembelajaran bergantung pada guru yang
mengamati dan yang tertarik.dari pengamatan dan ketertarikan tersebut
kemudian guru-guri memutuskan untuk mengadaptasikan di kelasnya.oleh
karena dunia begitu bervariasi dan terus menerus berubah tidak ada jaminan
bahwa suatu pembelajaran akan tepat untuk semua peserta didik di semua
sekolah atau akan tepat untuk peserta didik pada masa yang akan
dating.lesson study memberikan sarana bagi guru untuk terus-menerus
memperbaiki pembelajarannya sedemikian rupa sehingga mereka dapat
merespons secara efektif peserta didik yang dibina dalam kelas mereka saat
ini.kehidupan peserta didik terus menerus berubah.oleh karena itu,lesson
study tidak pernah berakhir.
e. “research lesson” adalah suatu pembelajaran dari para ahli.pembelajaran yang
diteliti (research lesson)bukanlah suatu demonstrasi mengenai suatu
penbelajaran yang dilakukan oleh”pakar”.pelaksanaan lesson studyi yakni
guru yang mempunyai status yang sama dengan guru-guru lain yang ikut
hadie di dalam kelas pada saat”pembelajaran yang dikaji”dilaksanakan guru-
guru yang bergabung dalam lesson study saling bertukar peran sebagai
pengajar dan pengamat dan mereka mempunyai kedudukan yang setara.dalam
konteks tersebut,tidak ada salah seorang guru yang bertindak sebagai penatar
atau pemimpin.
f. Lesson study merupakan suatu penelitian dasar. Lesson study merupakan suatu
penelitian dasar.istilah lesson study dapat juga diubah menjadi penelitian atau
kaji pembelajaran atau penelitian intruksional.guru jepang menganggap lesson
study sebagai penelitian dan mereka seringkali memasukkan ke dalam peta
konsep lesson study sebagai suatu hipotesis yang menyebutkan bahwa suatu
perubahan dalam pembelajaran akan membantu peserta didik berkembang ke
arah yang diinginkan.namun,menurut lewis(2002), ada dua hal penting yang
membedakan lesson study dengan penelitian pendidukan umumnya dan
bahkan dengan penelitian tindakan. Perbedaan itu sebagai berikut. Pertama,
lesson study tidak bertujuan menghasilkan pengetahuan yang akan diterapkan
oleh guru lain. Lesson study bertujuan meningkatkan pembelajaran peserta
didik menurut pendapat guru itu sendiri, baik pengamatan secara langsung
melalui pembelajaran yang diteliti maupun secara tidak langsung melalui apa
yang dipelajari guru dalam pelaksanaan, rekaman data, dan hasil diskusi
refleksinya. Guru-guru di Jepang secara terbuka berbagi hasil pembelajaran
yang diteliti, tretapi mereka tidak berasumsi bahwa pembelajaran yang cocok
di sekolahnya pasti akan cocok di sekolah lain. Tuujuan utama lesson study
yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan mendokumentasikan
proses pembelajaran serupa dapat memahami dan memanfaatkan. Kedua,
lesson study mensyaratkan adanya upaya peningkatan secara aktif tidak
hanya berupa idea tau pertanyaan untuk dijawab. Dalam lesson study tidak
emalkukan kajian satu variable, tetapi mempraktikan berbagai variable
kualitas yang menentukan pembelajaran yang baik. Untuk itu,
mengajarkannya tidak cukup satu kali, terapi dilakukan setiap hari sehingga
kolega dapat mengamati pengaruh kumulatif dari praktik di kelas dan
disekolah seorang.
Dalam model penelitian pendidikan tradisional hasil penelitian diterapkan
pada praktik. Dalam lesson study, praktik itu merupakan bentuk penelitian.
Guru yang melaksanakan lesson study berangkat dari permasalahan yang
ditemui di kelas, misalnya peserta didik kurang termotivasi dalam belajar
sains. Untuk itu, guru perlu memikirkan perubahan apa yang perlu dilakukan
dalam pembelajaran dan mengamati, apakah perubahan pendekatan itu
bermanfaat. Jadi, tujuan utama pelaksanaan lesson study teutama
mengupayakan kemaslahatan anakdidik dan kedua menghasilkan pengetahuan
yang mungkin dapat diterapkan di tempat lain.

2. Kesulitan dan Permasalahan Pelaksanaan Lesson Study

Menurut Saito (2007) dan Tim Ahli JICAS untuk SISTEMS (2008),
kesuluitan atau permasalahan dalam pelaksanaan lesson study di Indonesia terutama
yang menyangkut LSBS meliputi empat hal yaitu terkait penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), penggunaan lembar kegiatan peserta didik (LKPD)
da proses pembelajaran, pemasukan kegiatan kelompok dalam pembelajaran, dan
kegiatan refleksi. Secara sederhana dijelaskan sebagai berikut.
a. Pertama LSBS terkait dengan penyusunan RPP. Guru kita kurang merasa
“memiliki RPP” yang akan dikembangkan dalam LS bila buikan dai yang
ditugaskan sebagai guru pengajar. Oleh karena itu, guru pengajarlah yang
biasanya menyusun RPP, baru kemudian pada kegiatan “plan” meminta
masukan dari guru-guru lain untuk penyempurnaanya.
b. LKPD terlalu padat dan materi terlalu banyak dalam sekali pembelajaran.
Padatnya LKPD menyebabkan kesulitan dalam proses pembelajaran, yaitu
peserta didi cenderung tidak mengerjakannya secara kolaboratif dengan
temennya, dan cenderung lebih banyak menfokuskan kegiatan pada bagaiman
menyelesaikan pengisian LKPD daripada berlatih berpikir mengenai apa yang
dipelajari. Masalah lain terkait proses pembelajaran yakni adaanya
kecenderungan peserta didik yang pandai yang mengerjakan LKPD sementara
itu, peserta didik yang kurang mampu hanya menyontek pekerjaan mereka.
Menurut Saito (2007), disebabkan terklalu padatnya LKPD dan kurangnya
perhatian guru terhadap proses belajarr peserta didiknya. Lenih lanjut, Tim
Ahli JICAS SISTEMS (2008) menyebutkan bahwa permasalahn lain yang
muncul terkait penggunaan LKPD yakni guru hanya menyalin LKPD yang
diterbitkan penerbit umum sehingga tidak relevan upaya peningkatan
kemampuan guru dalam mendesain pembelajaran. Seringkali dalam
pembelajaran guru tidak fleksibel dalam memanfaatkan LKPD dan tidak
menyesuaikan dengan kondisi dan reaksi peserta didik. Selain itu, setelah
pembelajaran guru meminta peserta didik mengumpulkan LKPD sehingag
tidak emmunbgkinnkan me-review apa yang telah dipelajari hari itu.
c. Bagaimana memasukan kegiatan kelompok dalam pembelajran. Banyak guru
masih belum memahami mengapa diperkenalkan kegiatan kelompok dalam
pembelajaran. Pada dasarnya, kegiatan kelompok menfasilitasi tumbuhnya
perkembangan peserta didik. Wujud kegiatan tersebut misalnya, medorong
peserta didik yang berkemampuan rendah untuk bertanya atau meminta
penjelasan pada kelompok yang lebih pandai. Guru seringkali membiarkan
peserta didik menghabiskan waltu untuk tugas kelompok dan presentasi. Ada
juga guru yang tidak menyediakan waktu untuk diskiusi kelompok selama
kegiatan kelompok, peserta didik kurang diberi kesempatan mereview hasil
yang telah diperoleh, mendiskusi alas an atau makna dibalik temaun yang
diperoleh dan mnegmabil kesimpulan secara bersama-sama.
d. Kesulitan yang terkait dengan refleksi yang dilakukan guru yaitu guru
cenderung mengatakan secara dekriftip apa yang daimati selama lesson study
tetapi sedikit sekali ayng memberikan wawasan atau hasil analisanya
mengenai mengapa terjadi hal itu atau mengapa peserta didik bertingkah laku
seperti itu. Kesulitan dan hambatan lain yang menonjol terjadi yakni tidak
semua guru dapat menjadi pendengar yang baik pada saat refleksi. Misalnay
sebagian mengobrol dan tidak mendengarkan komentar pengamat.

3. Hambatan Budaya dan Biaya


Menurut Susilo (2008) hambatan terbeasr dalam pelaksanaan lesson study
yakni kurangnya pemahaman dan komitmen guru mengenai apa, mengapa dan
bagaimana melaksanakannya. Selain itu juga factor budaya dan biaya. Lesson study
berasal dari Jepang, yang hakikatnya memiliki budaya yang berbeda dari budaya
Indonesia. Apakah lesson study cocok dengan “budaya Indonesia”? Lesson study
merupakan satu cara peningkatan kualitas ppembelajaran yang dapat dipelajari dan
dimanfaaatkan jika kkita mau, yaitu setelah mengetahui, mengenal, dan
memahaminya. Pada perkembangannya lesson study mulai menyebar kesuluruh
dunia, misalanya AS, Australia, Malaysia, dan Singapura (Lewis and Tsuchida,
1998’; Lewis, 2002; Richardson, 2001; Fernadez dan Chokshi,2002; White dan Lim,
2007) selain ke Indonesia. Hambatan budaya dan konteks merupakan salah satu hal
yang harus diatas dalam pelaksanaannya. Hambatan budaya yang berupa
kecendurangan guru kurang komitmen dan kesungguhan hati untuk melaksanakan
yang terbaik, kuyrang memiliki sikap “mau belajar sepanjang hayat” dan lebih
tertarik melakukan sesuatu bila “ada biaya”nya. Hambatan lain, kurang terbiasa
mengembangkan budaya saling belajar dan membelajarkan secara koalaboratif dan
kurang biasa melakukan refleksi diri secar kritis. Untuk mengatsi hal tersebut, guru
perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Guru atau kelompok guru perlu belajar memahami apa, mengapa, dan
bagaimana lesson study. Apabila dilingkungan sekitarnya tidak ada atau guru
tidak memperoleh kesempatan utnuk melihat, melakukan atau memahami
jelas kesulitan baginya untuk mencoba melakukan sendiri, karena hanya
berdasarkan tulisan yang ada.
b. Hambatan budaya, kecenderungan guru dan dosen yang kurang memiliki
komitmen dan kesungguhan hati utnuk melakukan yang terbaik (“do is the
best”, tetapi lebih cenderung memilikisikap sedang-sedang, dan cukup atau
mediocre). Hidup adalah pilihan dan masing-masing kita bebas untuk memilih
bagaimana kita bersikap. Setelah membaca buku ini, siapa yang akan memilih
untuk mempelajari dan mendalami lesson study secara sungguh-sungguh dan
ingin mencoba mempraktikannya dengan guru/dosen lain? Untuk itu, perlu
kolaborasi dengan minimal dau orang guru/dosen untuk melakukannya dan
perlu waktu khusus. Misalnya, setiap minggu.
c. Guru dan dosen kurang memiliki sikap “mau belajar sepanjang hayat” (dan
lebih tertarik melakukan sesuatu bila “ada biaya”nya.). hambatan itu tidak saja
terjadi di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Fernadez dan Chokshi (2002)
memberi contoh dosen Amerika Serikat. Di Negara tersebut, guru dan dosen
melakukan lesson study berkecenderungan sebagai sesuatu yang “incidental”
dan buakn “purposefulí”. Utnuk itu, agar dapat mencapai hasil yang optimal
dalm meningkatkan kuaitas pembelajaran, hendaknya dilakukan dengan
tujuan mendasar, yakni “mempelajari bagaimana peserta didik belajar” dan
“bagaimana dapat membantu peserta didik belajar lebih baik”. Para pelaku
lesson study di AS melaporkan bahwa mereka “banyak belajar” setelah
melakukan lesson study. Dengan demikian, untuk melaksanakan lesson study
dengan baik tidak cukup berbekal sekadr keinginan melakukan lesson study,
keinginan untuk “mau belajar sepanjang hayat”, berusaha melakukan yang
terbaik untuk membelajarkan peserta didik dmi kemaslahatan peserta didik.
Ada kecenderungan Dikti maupun Dierktorat PMPTK ingin segera
menyebarluaskan lesson study keseluruh LPTK dan MGMP di Indonesia.
Tidak cukup, bila lesson study dilakukan sekadar formalitas untuk memenuhi
persyaratan formal agar sudah ber lesson study dan agar terkesan tidak
ketinggalan zaman tanpa membawa “ruh” yang menghidupinya, yaitu
“keinginan untuk belajar sepanjang hayat membantu membelajarkan peserta
didik”.
d. Kepala sekolah dan pengawas kurang terbiasa melakukan supervise dalam
rangka peningkatan kualitas pembelajran. Salah seorang teman dosen sering
mengatakan bahwa selama ini “supervise di sekolah-sekolah kita sudah mati”.
Kunjungan kepala sekolah dan pengawas ke kelas selama ini dianggap
“menakutkan” karena mereka cenderung dianggap “ingin mencari kesalahan
guru” sehingga guru enggan dikunjungi kelasnya dan kepala sekolah maupun
pengawas “enggan mengunjungi” kelas. Selain itu, juga ada masalah kurang
cocoknya kualifikasi pengawas dengan kualifikaasi guru yang diawaasi
(misalnya, pengawas tidak sebidang studi atau serumpun studi dengan guru).
Pelaksanaan lesson study dapat memperbaiki hal itu bilab kepala sekolah dan
pengawas bersedia membentuk masyarakat belajar (learning community)
bersama dengan guru. Selama ini, di Kabupaten Pasuruan hanya beberapa
orang kepala sekLestari, dan Suarsini, 2007).
e. Guru seringkali kurang melakukan refleksi diri, tetapi hanya menunggu diberi
masukan oleh kepala sekoalh atau pengawas. Sebagai cara peningkatan
kaulitas diri, guru di Jepang juga sudah sangat terbiasa melakukan refleksi diri
secara kritis. Sebaliknya di AS, guru-guru masih kurang banyak melakukan
kegiatan tersebut, sepert halnya guru-guru di Indonesia. Hal itu juga
merupakan salah satu hambatan budaya yang harus ditembus.
Dengan mengetahui hambatandan kesulitan pelaksanaan lesson study
diharapkan para dosen dan guru dapat mengantisipasi dan melakukan upaya nyata
untuk mengurangi hambatan yang mungkin terjadi.
Lewis dan Tcuhida (1998) juga mempermasalahkan perbeadan kurikulum di
Jepang dan di Amerika ketika membahas apakah lesson study dapat ditransfer utuk
dilakukan di AS. Kurikulum di Jepang merupakan kurikulum nasional yang
“sederhana”. Sementara itu kurikulum di AS relative lebih padat, seperti kurikulum
Indonesia. Dengan kurikulum yang lebih sederhana, para guru di Jepang dapat
menggunakan lebih banyak waktu untuk membahas setiap topic dan guru masih
mempunyai waktu untuk mempelajari lebih dalam bagaimana membelajarkan topik
tersebut. Di Jepang, guru sudah terbiasa melakukan kegiatan “belajar-
membelajarkan” dengan guru lain disekolah maupun guru sekolah lain secara
kolaboratif. Sebaliknya, di Amerika Serikat, guru cenderung tidak membahas praktik
pembelajaran mereka apalagi sampai saling mengamati pembelajaran yang dilakukan.
Di Indonesia, sudah dalakukan penyederhanaan kurikulum. Wujudnya, denga
menyusun standar isi dan membiarkan guru menyusun kurikulum sendiri di
sekolahnya dalamn bentuk KTSP. Akan tetapi kurikulum kita saat ini masih terlalu
padat daripada kurikulum di Jepang. Dengan demikian perlu dicari cara bagaimana
membelajarkan peserta didik dengan sebaik-baiknya melalui lesson study bersama
guru-guru lain. Walaupun demikian, kita harus bersyukur bahwa kita memiliki
MGMP sehingga guru kita mempunyai wadah yang secara kolaboratif dapat saling
belajar dan membelajarkan diri melalui lesson study dalam wujud seperti lesson study
berbasis sekolah (LSBS).
Di Indonesia, rangkaian kegiatan lesson study yang dilaksanakan secara
kolaboratif antar guru maupun dengan pendampingan dosen MIPA telah
menghasilkan damapk sosiollogis yang positif (Sutopo dan Ibrohim, 2006). Misalnya,
kolegialitas antarpendidik data terbina dengan baik dan tidak ada pendidik yang
merasa lebih tinggi atau lebih rendah. Mereka dapat berbagi pengalaman dan saling
belajar. Dapat dikatakan, melalui kegiatan lesson study tercipta suatu keadaab yang
kondusif, terciptanya mutual learning (saling belajar) bagi seluruh pertisipannya.
Pada dasarnya setiap orang yang terlibat dalam lesson study diharapkan memperoleh
lesson learned (suatu hal baru yang dipelajari). Para dosen dan guru yang ingin
melakukan lesson study diharapkan dapat memperdalam bagaimana cara
melakukannya melalui buku-buku dan artikel yang kini dapat di download dari
internet.
Dengan memahami apa, mengapa, dan bagaimana lesson study kegiatan
diharapkan dosen dan guru mulai mecoba melaksanakan sesuai dengan karakterisktik
peserta didik atau mahasiswa. Untuk melaksanakan dengan baik diperlukan 5D
(Indraseno, 2008) yang memodifikasinya deri 4Dnya Bryan Tracy, yaitu Desire
(keinginan yang kuat untuk mempelajarinya), Decision (keputusan untuk
mencobanya), Determiantion (kesungguhan untuk mempraktikkannya), Discipline
(pengadaan waktu bersama dosen atau guru lain seprofesi), dan Deed (benar-benar
melaksanakannya, tidak hanya sekedar wacana).

Anda mungkin juga menyukai