4. MELAKUKAN REFLEKSI
Diskusi formal mengenai pembelajaran
dimana pengamat :
Berbagi data mengenai pembelajaran 2. MERANCANG PEMBELAJARAN
yang dikaji. Memilih atau merevisi Research Lesson
Menggunakan data untuk menjelaskan Merancang pembelajaran yang meliputi:
bagaiman peserta didik belajar, Tujuan jangka panjang
mempertanyakan bukti tujuan jangka Perkiraan mengenai apa yang dipikirkan
panjang pendidikan dan peserta didik.
pengembangan diri peserta didik telah Rancangan mengenai bagaimana
diupayakan pencapainya dan isu-isu mengumpulkan data.
PBM lainnya. Model dan strategi pembelajaran.
Mendokumentasikan hasil Rasional mengapa memilih
pengamatan, menggabungkan dan pendekatanitu.
melancarkan pembelajaran berikutnya.
Menyusun pertanyaan baru menuju
daur kaji pembelajara berikutnya.
3. MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN
Salah seoarang guru melaksnakan pembelajaran sesuia
rancangan/skenario yang telah dibuat.
Guru lainya mengamati dan mengumpulkan data mengenai
kegiatan peserta didik (berpikir, belajar, berpartisipasi, berprilaku)
a. Membawa standar tujuan pendidikan kerealita dalam kelas. Melalui lesson study
guru secara kolaboratif menterjemahkantujuan dan standar pendidikan ke realita
dalam kelas. Mereka berupaya merancang pembelajaran sedemikian rupa
sehingga peserta didik dapat di bantu menemukan tujuan pembelajaran untuk
suatu materi pokok (yang di dalam kurikulum kita sekarang berarti peserta didik
dibantu untuk menguasai standar kompetensi dasar yang diharapkan). Selain itu
guru-guru di Jepang juga memperhatikan standar pendidikan nasional mereka
yaitu agar peserta didik belajar memiliki kebiasaan berpikir ilmiah dan belajar
memiliki kecakapan hidup. Mereka berupaya merancang skenario pembelajaran
yang memperhatikan kompetensi dasar dan pengembangan kebiasaan berpikir
ilmiah (lebih luas lagi: kecakapan hidup) dengan membantu peserta didik agar
sedapat mungkin mengalami sendiri (dalam istilah ilmia ’hands on’ dan ” minds
on”. Artinya, peserta didik terlibat secara aktif baik fisik maupun mental dalam
objek yang di pelajariinya). Setelah itu rancangan pembelajaran dilaksanakan,
diamati, didiskusikan, dan direvisi, dan bila perlu dilaksanakan di kelas lain.
Hasilnya kemudian disebar luaskan dalam bentuk rancangan pembelajaran yang
sudah direvisi.
Apakah eserta didik benar-benar tertarik pada topik atau apakah mereka
belajara dengan terpaksa?
Berbeda dari tes dan hasil karya peserta didik yang hakikatnya hanya
memberikan informasi mengenai apa yang perlu ditingkatkan, lesson study
juga menyarankan bagaimana peningkatannya. Sebagai contoh, pengamat
menemukan cara mengajarakan konsep tertentuyang menyebabkan
kesalahpahan eserta didik. Oleh karena itu, ia menyarankan cara yang lebih
baik. Kebalikan dari hasil tes standar, masukan yang diperoleh melalui lesson
study langsung diterima sesuai dengan kondisi peserta didik saat itu dan
berdasarkan observasi terhadap realita pembelajaran. Umumnya, masukan
yang berasal dari mitra guru memili pengetahuan yang lebih cukup mengenai
pesert didik dan konteks pembelajaran mereka. Mengingat, guru-guru tersebut
mempunyai posisi untuk memahami permasalahan dan menyarankan
pemecahan yang dihadapi peserta didik.
Lebih lanjut Lewis (2002) menguraikan bagaiamana lesson study dapat memberikan
sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru, yaitu dengan menguraikan
delapan pengalaman yang diberikan lesson study memungkinkan guru untuk 1)
memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan bidang
pembelajaran, 2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik dan dapat
dikembangkan, 3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang
diajarkan, 4) memikirkan secara mendalam tujuan jagka panjang yang akan dicapai
yang berkaitan dengan peserta didik, 5) merancang program secara kolaboratif, 6)
mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta rtingkah laku peserta didik, 7)
mengembangkan pengetahuan pedaogis yang sesuai untuk membelajarkan pesert
didik, dan 8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata peserta didik dan
kolega. Secara sederhana pemikiran Lewis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Lesson study tidak hanya memperhatikan pembelajaran untuk satu pertemuan atau
satu pokok bahasan, tetapi bagaiamana membelajarkan satu unit pokok dan
bidang studi dan memperhatikan perkembangan peserta didik dal;am jangka
panjang. Oleh karena itu, ketika memilih bidang kajian akademis dan topik lesson
study, guru sering a) menargetkana untuk mengatasi kelemahan peserta didik
dalam belajar, b) memilih topik yang dianggap sulit mengajarkannya, c) memilih
subjek terkini, misalnya isi, pendekatan pembelajarannya, d) memusatkan
perhatian pada hal penting mendasar yang berpengaruh terhadap pembelajaran
yang lain (misalnya pentingnya pembelajaran bahasa dan matematika untuk
mempelajari IPA).
b. Guru dapat mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang dapat
dikembangkan. Hasil lesson study disebarkan melalui buku-buku yang ditulis
guru yang di dalamnya dijelaskan tujuan jangka panjang yang ingin di capai,
filosofi pembelajaran yang dianaut, rancangan pembelajaran dan rancangna
seluruh unit, contoh hasil kerja peserta didik, hasil refleksi mengenaia kekuatan
dan kesuliatan dalam pembelajaran, serta petunjuk praktis bagi guru yang ingin
mencoba pembelajaran tersebut. Apabila guru lain mencoaba membelajarkan,
menambah, menguji, dan melaporkan perbaiakn yang dilakukan, maka kualitas
pembelajaran akan semakin meningkat.
c. Memperdalam pengetahuan guru mengenai materi pokok yanga diajarkan.
Dengan melaksanakan lesson study guru dapat mengedintifikasi dan
mengorganisasi informasi apa yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang menjaddi fokus kajian. Guru decara bersama-sama
berkesempatan untuk memikirkan pengetahuan mana yang penting, apa saja yang
belaum mereka ketahui, dan berusaha mencari iformasi yang mereka perlukan
utuk membelajarkan peserta didik.
d. Memberi kesempatan kepada guru untuk mempertimbangkan kualitas yang ideal
yang diaharapakan dimiliki peserta didik saat sekarang, dan bagaiman mengatasi
kesenjangan yang terjadi diantaranya. Saat ini sedang dianjurkan kualitas yang
ideal yang diharapakan dimiliki peserta didik dalam bentuk kecakapan hidup.
Orang Jepang ada yang meyebut sebagai menhargai persahabatan,
mengembangakan persfektif dan cara berpikir, dan menikmati sains.
e. Memberi kesempatan guru secara kolaboratif merancang pembelajaran. Menurut
Lewis (2002) rata-rata guru di Jepang mengamati sekitar sepuluh pembelajaran
yang dikaji (research lesson) setiap tahun. Guru di Jepang mertasa kolaborasi itu
menguntungkan karena memberi kesempatan kepada guru untuk memikirkan
pembelajarannya sendiri dengan mengaitkannya dengan apa yagn dilakukan guru
lain. Dengan lesson study guru dapat saling membelajarkan.
f. Memberi kesempatan kepada guru untuk mengkaji secara cermat cara dan proses
belajar serta tingkah laku peserta didik. Fokus lesson study hendaknya pada
peningkatan pembelajaran, melalui pengamatan terhadap peserta didik sehigga
dapat dipikirkan cara-cara untuk meningkatakan kegiatan belajar dan kegiatan
berpikir peserta didik bukan pada kegiatan guru
(http://www.learningpt.org/nsc/product/tol.ht ) sehingga tidak semena-mena
menyalakan guru atau mengkritik kesalahan guru. Untuk itu, guru perlu mencari
bukti bahwa peserta didik memang belajar, termotivasi, dan berkembang. Dengan
demikian, melalui data yang dikumpulkan yang dilakukan oleh guru dapat
pembelajaran melalui mata peserta didik. Pertanyaan yang pentas diajukan yakni,
bagaimana pemahaman peserta didik mengenai materi pembelajarann ya? Apakah
peserta didik tertarik untuk belajar? Apakah mereka memperhatikan ide peserta
didik lainnya? Secara singkat data yang perlu dikumpulkan mengenai peserta
didik meliputi lima hal, yaitu hasil belajar akademis, motivasi dan persepsi,
tingkah laku sosial, sikap terhadapa belajar, dan interaksi guru-peserta didik
dalam proses pembelajaran.
g. Mengembangakan pengetahuan pedagogis yang sesuai utuk membelajarakan
pesrta didik. Dengan lesson study guru secara terus-menerus berupaya
mengembangkan dan menigkatakan strategi pembelajaran sehingga dengan
membelajarkannya dapat menerjemahkan kurikulum dengan tepat. Misalnya, guru
terus memikirkan bagaimana memberikan pertanyaan dalam pembelajaran yang
dapat mempertahankan minat peserta didik untuk terus belajar, bagaiman
menggunakan debat untumemaksimalkan partisipasi pesert didik dalam diskusi,
dan bagaimana mendorong peserta didik dapat membuat catatan yang baik dan
melakukan refleksi diri.
h. Memberikan kesempatan kepada guru melihat hasil pemelajaran sendiri melaui
mata pesert didik dan kolega. Data yang diberikan kolega menjadi ”cermin” bagi
gur prlaksana lesson study. Kolega dapat membantu gur mencatat kegiatan
diskusi dalam kelompok kecil, menghitung jumlah peserta didik yang angkata
tangan atau mencatat pertnanyaan dan jawababan gur atau dapat juga guru
memilih tiga peserta didik dengan prestasi berbeda dan meminta kolega mencatat
interaksi yang melibatkan ketiga peserta didik, karya mereka, dan seterusnya.
Dengan cara itu gur dapat melihat bagaimana peserta didik mengalami
pembelajaran yang dilaksanakan.
1. Persyaratan Kurikulum
Lesson study lebih mudah dilaksankan di negara yang kurikulumnya sederhana
dan luwes. Kurikiulum sekolah dasar (SD) di Jepang yang bersifata sederhana yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur sejenis untuk menetapkan tujuan yang luas dalam
setiap bidang studi. Misalnya, untuk IPA SD dituliskan tujuan jangka panjang
mencintai alam, mampu memecahkan masalah, berupaya secara lebih aktif
memahami gajala alam, dan memiliki kebiasaan berikir ilmiah. Untuk kelas 5 SD
hanya pada tujuh topik untuk dilaksanakan dalam 95 jam pelajaran. Komposisi
seperti itu yang mendukung pelaksanaan lesson study di Jepang. Dengan karakteristik
kurikulum yang seperti itu, guru dapat memusatkan perhatian dalam mencari cara
membelajarkan peserta didik yang trbaik sehingga menarik minat mereka dan
berdampak hasil belajar yang mendalam dan tidak mudah melupakan isi
pembelajaran karena cukup waktu.
Elemen berikutnya dari daerah lingkaran tersebut yakni rencana unit. Unit
lebih luas daripada research lesson. Rencana unit menunjukan bagaimana research
lesson yang diamati sesuai dengan serangkaian pelajaran.
Bagian terakhir dari rencana memandu belajar yakni tema penelitian (tema
penelitian ini telah diemukakan di depan). Tema penelitian dan pelajaran mempunyai
hubungan yang erat.
Bagian dari perencanaan pembelajaran yakni membuat rencana untuk
pengumpulan data. Hal itu juga merupakan suatu elemen penting dalam menyusun
rencana untuk memandu peserta didik belajar. Seperti telah dikemukakan di depan,
salah satu kolom rencana research lesson memuat “point to notice”
atau”evaluation”. Kolom itu memandu pengamat untuk memperhatikan aspek-aspek
khusus dari pelajaran. Anggota kelompok lesson study dan guru-guru biasanya
diberikan tugas dan format pengumpulan data untuk membantu mereka dalam
mengumpulkan data. Pengumpulan data biasanya dikaitkan dengan suatu denah
tempat duduk peserta didik, dafatar anggota setiap kelompok peserta didik, catatan
tentang partisipasi setiap anggota dari suatu kelompok kecil, ataua data lainnya yang
sesuai dan diperlukan.
Data yang dikumpulkan selama lesson study biasanya memuat bukti tentang
belajar, motivasi, dan iklim social. Walaupun pengumpulan data biasanya lebih
difokuskan pada peserta didik tetapi pengumpulan data juga biasa dilakukan utnk
menatat ucapan atau ceramah guru dan waktu yang digunakan guru pada setiap
elemen pelajaran.
Satu bbagianb penting dan yang patut dipertimbangkan dalam merencanakan
research lesson yakni mengundang pakar dari luar. Mereka bias berasal dari guru
atau peneliti yang memilikji pengetahuan tentang bidang studi yang dipelajari dan
atau bagaiman mengajar bidang studi tersebut. Keterlibatan pakar dari luar akan lebih
efektif jika sudah berlangsung sejak awal. Dengan cara ini pakar mempunyai
kesempatan dalam membantu merancang pelajaran, member saran tentang sumbver-
sumber kurikulum, dan bertindak sebagai komentator terhadap research lesson.
Hal yang perlu dilakukan dalam merefleksi lesson study yakni memikirkan
tentang apa yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa
yang masih perlu diperbaiki. Pada saat ini, tiba saatnya berfikir tentang apa yang
harus dikerjakan selanjutnya oleh kelompok lesson study . apakah anggota kelompok
berkeinginan meningkatkan pembelajaran menjadilebih baik? Apakah anggota-
anggota yang lain berkeinginan untuk mengujicobakan pembelajaran pada kelas
mereka sendiri? Apakah anggota kelompok lesson study puas dengan tujuan-tujuan
lesson study dan metode operasi kelompok? (Lewis, 2002:71).
Pertanyaan-pertanyaan berikut juga dapat membantu guru dalam melakukan
refleksi terhadap siklus lesson study maupun memikirkan langkah yang akan
dilakukan berikutnya.
Pertanyaan tersebut antara lain (1) apa yang berguna atau bernilai tentang
lesson study yang dikerjakan bersama? (2) apakah lesson study membimbing guru
untuk berpikir dengan cara baru tentang praktik pembelajaran sehari-hari? (3) apakah
lesson study membantu mengembangkan pengetahuan guru tentang mata pelajaran
serta pengetahuan tentang belajar dan perkembangan perserta didik? (4) apakah
tujuan lesson study menarik bagi semua guru? (5) apakah guru bekerja bersama-sama
dalam suatu cara yang bersifat produktif dan suportif? (6) sudahkah guru membuat
kemajuan terhadap tujuan lesson study secara menyeluruh? (7) apakah semua anggota
kelompok sudah merasa terlibat dan berguna? Dan (8) apakah pihakyang bukan
peserta merasa terinformasikan dan terundang dalam kegiatan lessotiapn study ini?
(Lewis, 2002:71).
Lesson study telah dilaksanakan di Indonesia sejak taun 2006 melalui program
SISTEMS (strengthening in-service teacher training of mathematics and science
education of secondary level) yang didukung Direktorat PMPTK, DIKTI, dan JICA.
Lesson study awalnya dilakukan, terutama di tiga kota, yaitu Sumedang,
berkolaborasi dengan Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Bantul, berkolaborasi dengan Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY), dan Pasuruan, berkolaborasi dengan Universitas Negeri
Malang (UM). Pelaksanaannya ditekankan pada tiga tahap yaitu plan (merencanakan
atau merancang), do (melaksanakan), see (mengamati dan sesudah itu merefleksikan
hasil pengamatan) (Sutopo dan Ibrohim, 2006).
Dalam perkembangan selanjutnya, lesson study di Indonesia didefinisikan
sebagai suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegoalitas dan
mutual learning untuk membangun learning community.
Apabila dicermati dala, definisi lesson study dapat kita temukan tujuh kata
kunci, yaitu pembinaan profesi, pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan,
kolegalitas, mutual learning, dan komunitas belajar. Lesson study bertujuan untuk
melakukan pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan sehingga peningkatan
keprofesionalan pendidik secara terus menerus. Apabila tidak dilakukan dapat
menurunkan keprofesionalan guru. Bagaimana mengupayakan hal itu? Upaya itu
dapat dilakukan dengan pengkajian pembelajaran secara terus menerus dan
kolaboratif. Pengkajian pembealjaarn harus dilakukan secara berkala, misalnya
seminggu sekali atau dua minggu sekali karena membangun komunitas belajar
merupakanmembangun budaya yang memfasilitasi anggotanya untuk saling belajar,
koreksi, menghargai, membantu, dan menahan ego. Membangun budaya tidak dapat
dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan waktu lama. Berapa lama waktu
yang diperlukan? Untuk membangun budaya komunitas belajar tidak ada pembatasan
waktu, semakin lama semakin baik.
Tidak ada pembelajaran yang sempurna tetapi selalu ada celah untuk
perbaikan. Oleh karena itu, pembelajaran harus dikaji secara terus menerus sehingga
lebih baik dan lebih baik lagi. Pengkajian pembelajaran dimaksudkan untuk mencari
solusi terhadap permasalahan pembelajaran sehingga terjadi peningkatan kualitas
pembelajaran secara terus menerus. Objek kajian pembelajaran dapat meliputi materi
ajar, metode/strategi/pendekatan pembelajaran, LKM/LKPD (lembar kerja
mahasiswa atau lembar kegiatan peserta didik), media pembelajaran, setting kelas,
dan asesmen.
Mengapa pengkajian pembelajaran dilakukan secara kolaboratif? Dengan
kajian tersebut dapat memberikan lebih banyak masukan perbaikan sehingga mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebagai ilustrasi, menurut penilaian diri sendiri
persiapan pembelajaran yang kita buat sudah bagus, tetapi ketika mendapat masukan
dari orang lain ternyata masih juga ada hal-hal yang bisa meningkatkan kualitas
persiapan pembelajaran.
Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling belajar) diterapkan dalam
berkolaborasi ketika melaksanakan kegiatan lesson study. Dengan kata lain, peserta
kegiatan lesson study tidak boleh merasa superior (merasa paling pinter) atau inferior
(merasa rendah diri) tetapi semua peserta memiliki tujuan saling belajar. Peserta yang
sudah memahami atau memiliki ilmu lebih harus bersedia berbagi dengan peserta lain
yang belum paham. Sebaliknya, peserta yang belum memahami harus bersedia
bertanya. Narasumber dalam forum lesson study harus bertindak sebagai fasilitator,
bukan instruktur. Fasilitator harus dapat memotivasi peserta untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya sehingga peserta dapat berkembang secara bersama-sama.
Siklus pengkajian pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap, seperti dalam
Gambar 1.3.
Tahap perencanaan (plan) bertujuan menghasilkan rancangan pembelajaran
yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif dan
membangkitkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Perencanaan dilakukan
secara kolaboratif oleh beberapa orang guru yang termasuk dalam suatu kelompok
lesson study (jumlah bervariasi 6-10 orang). Untuk memperlancar kegiatan tersebut
ditetapkan siapa guru yang akan menjadi guru pengajar penyusun RPP. Para guru
kemudian bertemu dan berbagi ide menyempurnakan rancangan pembelajaran yang
sudah disusun guru pengajar untuk menghasilkan cara pengorganisasian bahan ajar,
proses pembelajaran, maupun penyiapan alat bantu pembelajaran yang dianggap
paling baik. Semua komponen yang tertuang dalam rancangan pembelajaran sebelum
dilaksanakan dalam kelas disimulasikan lebih dulu. Pada tahap ini juga ditetapkan
prosedur pengamatan dan instrumen yang diperlukan dalam pengamatan.
plan do
secara kolaboratif guru seorang guru melaksanakan
merencanakan pembelajaran yang pembelajaran yang berpusat peserta
berpusat pada peserta didik didik. sementara itu, guru lain
berbasis permasalahan di kelas. mengobservasi kegiatan belajar
peserta didik.
see
secara kolaboratif guru merefleksikan
keefektifan pembelajaran dan saling
belajar dengan prinsip kolegialitas.
Menurut Lewis (2002), Saito (2007), dan Tim Ahli JICA untuk SISTTEMS,
(Susilo, 2008), hambatan dan kesulitan melaksanakan lesson study sebagai berikut.
Menurut Saito (2007) dan Tim Ahli JICAS untuk SISTEMS (2008),
kesuluitan atau permasalahan dalam pelaksanaan lesson study di Indonesia terutama
yang menyangkut LSBS meliputi empat hal yaitu terkait penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), penggunaan lembar kegiatan peserta didik (LKPD)
da proses pembelajaran, pemasukan kegiatan kelompok dalam pembelajaran, dan
kegiatan refleksi. Secara sederhana dijelaskan sebagai berikut.
a. Pertama LSBS terkait dengan penyusunan RPP. Guru kita kurang merasa
“memiliki RPP” yang akan dikembangkan dalam LS bila buikan dai yang
ditugaskan sebagai guru pengajar. Oleh karena itu, guru pengajarlah yang
biasanya menyusun RPP, baru kemudian pada kegiatan “plan” meminta
masukan dari guru-guru lain untuk penyempurnaanya.
b. LKPD terlalu padat dan materi terlalu banyak dalam sekali pembelajaran.
Padatnya LKPD menyebabkan kesulitan dalam proses pembelajaran, yaitu
peserta didi cenderung tidak mengerjakannya secara kolaboratif dengan
temennya, dan cenderung lebih banyak menfokuskan kegiatan pada bagaiman
menyelesaikan pengisian LKPD daripada berlatih berpikir mengenai apa yang
dipelajari. Masalah lain terkait proses pembelajaran yakni adaanya
kecenderungan peserta didik yang pandai yang mengerjakan LKPD sementara
itu, peserta didik yang kurang mampu hanya menyontek pekerjaan mereka.
Menurut Saito (2007), disebabkan terklalu padatnya LKPD dan kurangnya
perhatian guru terhadap proses belajarr peserta didiknya. Lenih lanjut, Tim
Ahli JICAS SISTEMS (2008) menyebutkan bahwa permasalahn lain yang
muncul terkait penggunaan LKPD yakni guru hanya menyalin LKPD yang
diterbitkan penerbit umum sehingga tidak relevan upaya peningkatan
kemampuan guru dalam mendesain pembelajaran. Seringkali dalam
pembelajaran guru tidak fleksibel dalam memanfaatkan LKPD dan tidak
menyesuaikan dengan kondisi dan reaksi peserta didik. Selain itu, setelah
pembelajaran guru meminta peserta didik mengumpulkan LKPD sehingag
tidak emmunbgkinnkan me-review apa yang telah dipelajari hari itu.
c. Bagaimana memasukan kegiatan kelompok dalam pembelajran. Banyak guru
masih belum memahami mengapa diperkenalkan kegiatan kelompok dalam
pembelajaran. Pada dasarnya, kegiatan kelompok menfasilitasi tumbuhnya
perkembangan peserta didik. Wujud kegiatan tersebut misalnya, medorong
peserta didik yang berkemampuan rendah untuk bertanya atau meminta
penjelasan pada kelompok yang lebih pandai. Guru seringkali membiarkan
peserta didik menghabiskan waltu untuk tugas kelompok dan presentasi. Ada
juga guru yang tidak menyediakan waktu untuk diskiusi kelompok selama
kegiatan kelompok, peserta didik kurang diberi kesempatan mereview hasil
yang telah diperoleh, mendiskusi alas an atau makna dibalik temaun yang
diperoleh dan mnegmabil kesimpulan secara bersama-sama.
d. Kesulitan yang terkait dengan refleksi yang dilakukan guru yaitu guru
cenderung mengatakan secara dekriftip apa yang daimati selama lesson study
tetapi sedikit sekali ayng memberikan wawasan atau hasil analisanya
mengenai mengapa terjadi hal itu atau mengapa peserta didik bertingkah laku
seperti itu. Kesulitan dan hambatan lain yang menonjol terjadi yakni tidak
semua guru dapat menjadi pendengar yang baik pada saat refleksi. Misalnay
sebagian mengobrol dan tidak mendengarkan komentar pengamat.