Pertanyaan :
Berikan pendapat anda terkait dengan work life balance berdasarkan dari materi
bacaan dan jurnal terkait tersebut!
Jawaban :
A. Definisi
Work life balance adalah kemampuan manajerial setiap individu dalam mengalokasi
waktu serta energi terhadap perannya di dalam lingkungan kerja dan lingkungan sosial seperti
keluarga, agama, komunitas, hobi, politik dan pendidikan (Anindita, 2018).
Dimensi work life balance menurut Fischer dalam Anindita (2018) adalah :
1. Work Interference with Personal Life (WIPL)
adalah dimensi yang mencerminkan progress setiap individu melakukan pekerjaan
yang dapat mengganggu kehiduoan pribadinya.
2. Personal Life Interference with Work (PLIW)
adalah dimensi yang mencerminkan progress kehidupan pribadi setiap individu dapat
mengganggu kehidupan pekerjaan.
3. Work Enhancement of Personal Life ((WEPL)
adalah dimensi yang mencerminkan progress kehidupan pribadi setiap individu dapat
meningkatkan performa dalam dunia kerja.
4. Personal Life Enhancemnet with Work (PLEW)
adalah dimensi yang mencerminkan progress pekerjaan dapat meningkatkan kualitas
kehidupan pribadi.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan untuk meningkatkan work life balance
antara lain :
1. Jam kerja fleksibel.
2. Kerja paruh waktu.
3. Jam kerja masuk akal.
4. Akses untuk penanganan anak.
5. Penyusunan pekerjaan yang fleksibel.
6. Cuti harian.
7. Menyediakan mobilitas pekerjaan yang baik.
8. Meningkatkan keamanan dan kesejahteraan.
9. Akses telepon bagi karyawan.
Yang menjadi masalah adalah meskipun jumlah hari masuk lebih sedikit, resiko
pekerjaan yang dihadapi oleh seorang tenaga medis adalah sangat tinggi. Hal itu dapat terjadi
karena berhubungan dengan nyawa manusia. Tingkat tekanan yang dihadapi seorang tenaga
medis bervariasi mulai dari ringan sampai berat, tergantung tingkat kesulitan yang dihadapi.
Dalam profesi dokter yang bekerja di rumah sakit, dapat dibagi menjadi 3 jenis dokter
dengan keseimbangan kehidupan pekerjaan yang bervariasi, dengan pembahasan sebagai
berikut :
1. Dokter Umum
Dokter umum memiliki strata lebih rendah bila dibandingkan dokter spesialis. Dokter
umum biasanya bertugas sebagai dokter jaga IGD atau dokter jaga bangsal, dan bukan
sebagai dokter penanggung jawab pasien utama. Dalam praktiknya, dokter umum
masuk kerja menggunakan sistem shift. Sehingga kesesuaian jam kerja di rumah sakit
dengan peraturan adalah sesuai. Namun bukan berarti dokter umum bekerja hanya 7
atau 8 jam sehari. Selain berdinas di rumah sakit, dokter umum juga bisa membuka
praktik pribadi di rumah. Dokter umum diberikan hak untuk praktik di 3 tempat. Tak
jarang kita melihat seorang dokter umum yang memaksimalkan haknya untuk praktik
di 3 tempat. Jika kita melihat sekilas, bisa terlihat bahwa sebenarnya dokter umum
bekerja lebih dari 8 jam sehari. Penulis bahkan pernah menjumpai seorang dokter
yang praktik di 3 rumah sakit, pagi di RS A, siang di RS B, malam di RS C. Jika
kehidupan seperti itu dijalani terus, kapan hasil pekerjaannya akan dinikmati? Sebuah
penelitian yang dilakukan Young (2013) tentang kehidupan dokter di Hong Kong
menyebutkan 57% dokter merasakan gangguan keseimbangan kehidupan
pekerjaannya yang berakibat menurunkan tingkat produktifitas, kualitas kerja dan
peningkatan rasa capek.
2. Dokter Umum Peserta Pendidikan Spesialis
Dokter umum yang menjalani pendidikan dokter spesialis dikenal dengan sebutan
residen, mendapati nasib yang tidak kalah berat. Residen dikenal lelucon “kau tidak
bisa menjadi dokter dan manusia dalam satu waktu” (Rich, 2016). Hal ini karena
sistem pendidikan dokter spesialis masih menerapkan jam rotasi panjang (antara 48
hingga 72 jam) dan tuntutan pembelajaran dimana selain harus melayani pasien,
seorang residen masih diharuskan untuk belajar, melakukan penelitian, dan adanya
sistem senior – junior yang tidak adil bagi residen. Yang membedakan antara residen
luar neger dan residen di Indonesia adalah residen luar negeri dianggap sebagai dokter
yang bekerja di rumah sakit, sehingga mereka diberikan bayaran. Sedangkan di
Indonesia, residen dianggap sebagai murid sehingga walaupun mereka dokter, mereka
tidak digaji, bahkan harus membayar biaya sekolah dan biaya hidup selama sekolah
yang tidak murah. Padahal selama menjalani masa pendidikan, mereka tidak
diperbolehkan praktik, sehingga otomatis tidak mempunyai mata pencaharian.
3. Dokter Spesialis
Dokter spesialis menempati strata teratas dalam struktur kerja di rumah sakit. Dokter
spesialis adalah penanggung jawab pasien. Sistem pelayanan rumah sakit di Indonesia
masih memaknai istilah dokter penanggung jawab pasien sebagai pihak yang
bertanggung jawab atas keadaan pasien 24 jam. Maka meskipun secara kontrak kerja
telah tertulis jelas jam kerja sesuai ketetapan pemerintah, seorang dokter spesialis
harus membuka diri untuk menerima komunikasi sewaktu – waktu dari rumah sakit
selama 24 jam. Bahkan dalam kasus – kasus tertentu, dokter spesialis dituntut untuk
dapat hadir di rumah sakit diluar jam kerjanya, karena harus segera memberikan
pertolongan secara langsung pada pasien. Sebagai contoh, dokter spesialis anestesi,
spesialis bedah, spesialis obstetri dan ginekologi wajib melakukan operasi darurat
tengah malam meskipun sedang enak – enaknya tidur malam. Bagi dokter spesialis
non bedah juga belum tentu lebih enak. Bila praktik pribadi ramai, bisa saja praktik
tersebut dilakukan hingga jam 12 malam. Atau seorang spesialis forensik yang
dikenal sebagai “tahanan kota”, dimana saat sedang santai berlibur di luar kota, harus
segera kembali ke rumah sakit, hanya karena ada kasus kematian yang membutuhkan
visum. Semua profesi spesialis hadir dengan resiko pekerjaan yang sangat
mengganggu work life balance dokter spesialis tersebut.
D. Kesimpulan
Work life balance adalah kondisi ideal bagi setiap pekerja. Sayang masih belum dapat
diaplikasikan dalam lingkup pekerjaan seorang dokter.
Referensi :
Anindita, Rina. 2018. Modul Pembelajaran Online : ARS105, Manajemen SDM Rumah
Sakit.
Gregory,A. Milner, SE. 2009. Editorial: work-life balance: a matter of choice? Diunduh dari
htt[p://usir.salford.ac.uk/1737/
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor KEP.233/MEN/2003 tentang Jenis
dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus.
Rich, A. et al. 2016. ‘You can’t be a person and a doctor’ : the work-live balance of doctors
in training – a qualitative study. BMJ Open 2016;6e013897
Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.
Young, F. 2013. The Work-Life Balance of Public Hospital Doctors in Metropolitan City.
International Journal of Business and Social Science Vol. 4 No. 13; October 2013.