Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perubahan paradigma kependudukan dan pembangunan di

atas program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia juga mengalami

perubahan orientasi dari nuansa demografis menjadi nuansa kesehatan

reproduksi yang di dalamnya terkandung pengertian bahwa KB adalah suatu

program yang dimaksudkan untuk membantu pasangan atau perorangan dalam

mencapai tujuan reproduksinya. Hal ini mewarnai program KB era baru di

Indonesia (BKKBN, 2000 diakses 17 April 2017).

Kesehatan Reproduksi (KR) adalah suatu keadaan kesehatan secara

fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang

berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan

hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Sedangkan Keluarga

Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,

pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2009 : 4).

Tujuan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera

yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pertumbuhan penduduk indonesia. Sasaran gerakan KB Nasional

1
2

adalah (1) Pasangan Usia Subur (PUS), dengan prioritas PUS muda dengan

paritas rendah, (2) generasi muda dan pernah PUS, (3) pelaksanaan dan

pengelola KB, (4) sasaran wilayah yang permukiman pada. Daerah kumuh dan

daerah terpencil (Sulastyawati, 2011 diakses 17 April 2017).

Sejalan dengan filosofi BKKBN yaitu menggerakkan peran serta

masyarakat dalam KB, BKKBN telah menetapkan visi “seluruh keluarga ikut

KB” misi “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” antara lain adalah

meningkatkan partisipasi pria dalam ber-KB, melalui peningkatan akses pria

terhadap informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan KB. Sebagaimana

diketahui sampai saat ini pencapaian KB pria jauh dari yang di harapkan.

Berdasarkan hasi; Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,

Pencapaian peserta KB pria masih berkisar 1,6%, yang terdiri dari peserta

kondom 0,7% dan vasektomi 0,6% (BKKBN, 2011 : 12)

Faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga

berencana yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari sisi klien pria itu sendiri

(pengetahuan, sikap dan praktek serta kebutuhan yang ia inginkan), faktor

lingkungan yaitu sosial budaya, dukungan istri, masyarakat (tokoh masyarakat)

dan keluarga/istri, keterbatasan informasi dari tenaga kesehatan dan

aksesabilitas terhadap pelayanan keluarga berencana pria, keterbatasan jenis

kontrasepsi pria disertai masih adanya persepsi di masyarakat mengenai

keluarga berencana pria (BKKBN, 2010 diakses 17 April 2017).

Menurut WHO (world health organization), keluarga berencana adalah

tindakan yang membantu individu/pasutri untuk menghindari kelahiran yang


3

tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval

diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Program KB

Indonesia, 2009). Angka pengguna kontrasepsi menurut WHO diperkirakan

adalah 460 juta atau sekitar 51% dari pasangan yang beresiko hamil. Metode

spesifik yang digunakan adalah sterilisasi wanita sukarela 26%, alat kontrasepsi

dalam rahim 19%, kontrasepsi oral 15%, sterilisasi pria sukarela 10%, kondom

10%, koitus interuptus 8%, metode keluaga berencana alami 7%, metode

sawar vagina 2%, kontrasepsi suntik 1%, metode lain 2% (Manuaba, 2010

diakses 21 April 2017).

Sebagai salah satu Negara berkembang, Indonesia juga tidak luput dari

masalah kependudukan, secara garis besar, masalah-masalah pokok dibidang

kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk besar dengan

laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang

tidak merata, struktur umur muda, kualitas penduduk yang masih harus

ditingkatkan (Sulistyawati, 2011 diakses 21 April 2017).

Tujuan umum seseorang menggunakan KB adalah membentuk keluarga

kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara

pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan

sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2011

diakses 17 April 2017).

Ada 2 jenis metode kontrasepsi pada pria yaitu Kondom dan MOP. Pada

masa kini, kondom yang merupakan metode kontrasepsi pria yang telah lama

dikenal, kembali mendapatkan perhatian baru, baik dalam bidang Keluarga


4

Berencana maupun dalam bidang lain. Selain itu, kontrasepsi pria selain

kondom adalah kontrasepsi mantap pria. Kontrasepsi mantap pria atau

Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria

yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi

yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Hartanto, 2004 diakses 21

April 2017).

Menurut riwayatnya, kondom sudah digunakan di Mesir sejak Tahun 1350

sebelum Masehi. Baru abad ke-18, sarung ini mendapat nama “kondom” yang

pada waktu itu dipakai dengan tujuan mencegah penularan penyakit kelamin.

Mekanisme kerja kondom yaitu menghalangi masuknya sperma kedalam

vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah (Sulistyawati, 2011 diakses 17

April 2017).

Vasektomi adalah melakukan tindakan mengikat/memotong saluran

spermatozoid yang berasal dari testis, sehingga semen (air mani) tidak lagi

mengandung spermatozoid (sel kelamin pria). Dalam keadaan vasektomi testis

melalui sel Leydig masih memproduksi hormon testosteron yang akan beredar ke

seluruh tubuh. Hormon ini memengaruhi fungsi seksual pada pria sehingga gairah

Seks tidak akan luntur/menurun dan penis akan masih tetap jaya sepanjang

masa. alat kontrasepsi ini permanen bagi pria yang sudah memutuskan tidak

ingin mempunyai anak lagi. Klien harus mempertimbangkan secara matang

sebelum mengambil keputusan. operasi ini aman dan mudah hanya memerlukan

beberapa menit di rumah sakit atau klinik KB yang terstandar untuk melakukan

pembedahan ringan (Hartanto, 2009 : 37).


5

Usaha mengikutsertakan laki-laki sebagai pelaku dalam program KB

tersebut merupakan sebuah langkah yang sangat penting, Penyertaan laki-laki

Dalam program KB bisa menjadi pintu masukan• untuk membongkar

asumsi-asumsi patriarkis yang selama ini menjadi bagian dari kesadaran

masyarakat kita. KB bagi laki-laki akan membukakan mata masyarakat bahwa

perencanaan dan pengaturan reproduksi bukanlah tanggung jawab perempuan

semata, melainkan juga laki-laki (BKKBN, 2009 diakses 20 April 2017)

Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria, keterlibatan dan

keikutsertaan pria ber-KB dan kesehatan reproduksi serta prilaku seksual yang

sehat dan aman bagi dirinya, pasangannya serta keluarganya (BKKBN, 2010 :

11).

Rendahnya partisipasi pria/suami dalam KB dan Kesehatan Reproduksi

pada dasarnya disebabkan antara lain kurangnya kesadaran pria akan

pentingnya cara-cara berperan dalam KB dan Kesehatan Reproduksi. Hal ini

tercermin dari adanya kebiasaan masyarakat yang masih cenderung

menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab tersebut kepada istri. Dewasa ini

kesetaraan dan keadilan gender, serta hak-hak reproduksi merupakan bagian

integral dari hak-hak azasi manusia yang universal, yang secara bertahap

harus diperbaiki dan ditingkatkan (BKKBN, 2010 : 9).

Masih rendahnya pencapaian peserta KB Pria ini antara lain

karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat khususnya Pasangan

Usia Subur tentang KB Pria, terbatasnya akses pria terhadap pelayanan


6

informasi/KIE tentang KB Pria, dan belum optimalnya dukungan

terhadap upaya Peningkatan Partisipasi Pria (BKKBN, 2008 : 2).

Teori yang menjadi pijakan adalah pendapat Green mengenai tiga

faktor perilaku yang mempengaruhi partisipasi seseorang terhadap

suatu kegiatan, baik individual maupun secara kolektif (Stiawati, 2014 :

1).

Menurut World Health Organization (WHO) (2014) Penggunaan kontrasepsi

telah meningkat dibanyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan

terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern

telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada

tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun

melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6

tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari

60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari

66,7% menjadi 67,0%. Diperkirakan 225 juta perempuan di negara-negara

berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak

menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut:

terbatas pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan

yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidakadilan

didorong oleh pertumbuhan populasi (WHO, 2014 diakses 20 April 2017).

Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2014

dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 47.019.002.

Peserta KB baru sebesar 7.761.961 (16,15%) meliputi suntik sebanyak


7

3.855.254(49,67%), pil KB sebanyak1.951.252 (25,14%), kondom sebanyak

441.141 (5,68%), implan sebanyak826.627 (10,65%),IUD (Intra Uterine Device)

sebanyak 555.241 (7,15%), Metode Operasi Wanita (MOW) Sebanyak 116.384

(1,5%), Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak16.062 (0,2%). Sedangkan peserta

KB aktif sebanyak 35.202.908 meliputi IUD sebanyak 3.896.081 (11,07%), MOW

sebanyak1.238.749 (3,52%),MOP sebanyak 241.642 (0,69%), implant sebanyak

3.680.816 (10,46%), kondom sebanyak 1.110.341 (3,15%), suntikan sebanyak

16.734.917 (47,54%), dan pil KB sebanyak8.300.362 (29,58%) (KemenKes,

2014).

Berdasarkan data BKKBN Proivinsi Kepulauan Bangka Belitung (2016),

Jumlah penggunaan KB aktif atau pasangan yang sering/lama menggunakan

KB yaitu sebanyak 179.419 jiwa. Sedangkan pengguna KB baru atau pasangan

yang baru memulai menggunakan KB pada tahun 2016 sebanyak 27.102 jiwa.

Penggunaan KB aktif tahun 2016 didominasi oleh suntikan 109.787 jiwa

(61,2%), pil 47.903 jiwa (26,7%), implan 9.319 jiwa (5,2%), Kondom 5.232

(2,9%), IUD 4.215 (2,3%), MOW 2.611 jiwa (1,5%), MOP 352 (0,2%).

Berdasarkan data BPMPKB Kota Pangkalpinang, pada tahun 2014

jumlah peserta KB Pria yang melakukan cara kontrasepsi Kondom berjumlah

1.167 orang dengan presentase (3,6%) dan menggunakan kontrasepsi MOP

berjumlah 13 orang dengan persentasse (0,1%). Pada tahun 2015 peserta KB

Pria yang melakukan cara kontrasepsi Kondom berjumlah 905 orang dengan

presentase (2,7%) dan menggunakan kontrasepsi MOP berjumlah 7 orang

dengan persentase (0,0%). Pada tahun 2016 jumlah peserta KB Pria yang
8

melakukan cara kontrasepsi Kondom berjumlah 985 orang dengan presentase

(2,9%) dan menggunakan kontrasepsi MOP berjumlah 8 orang dengan

persentasse (0,0%) (BPMPKB Kota Pangkalpinang Tahun 2016).

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Berencana Kota Pangkalpinang jumlah KB Pria pada tahun 2016,

Puskesmas Kacang pedang dengan jumlah KB Aktif 1.427 orang dengan

persentase (86,4%) yang menggunakan kontrasepsi MOP 1 orang dengan

persentase (0,1%) dan Kondom 112 orang dengan persentase (6,8%),

Puskesmas Pasir Putih dengan Jumlah KB Aktif 2.046 orang dengan

persentase (83,5%) yang menggunakan kontrasepsi MOP 0 orang dengan

persentase (0,0%) dan Kondom 73 orang dengan persentase (3,0%),

Puskesmas Selindung dengan jumlah KB Aktif 3.865 orang dengan persentase

(81,8%) yang menggunakan kontrasepsi MOP 0 orang dengan persentase

(0,0%) dan Kondom 157 orang dengan persentase (3,3%), Puskesmas

Gerunggang dengan total KB Aktif 5.227 orang dengan persentase (79,6%)

yang menggunkan kontrasepsi MOP 4 orang dengan persentase (0,1%) dan

Kondom 292 orang dengan persentase (4,4%), Puskesmas Girimaya dengan

total KB Aktif 2.532 orang dengan persentase (76,7%) yang menggunakan

kontrasepsi MOP 0 orang dengan persentase (0,0%) dan Kondom 26 orang

dengan persentase (0,8%), Puskesmas Taman Sari dengan total KB Aktif 1.490

orang dengan persentase (79,4%) yang menggunakan kontrasepsi MOP 0

orang dengan persentase (0,0%) dan Kondom 45 orang dengan persentase

(2,4%), Puskesmas Air Itam dengan total KB Aktif 2.231 dengan persentase
9

(72,4%) yang menggunkan kontrasepsi MOP 2 orang dengan persentase

(0,1%) dan Kondom 131 orang dengan persentase (4,3%), Puskesmas

Melintang dengan total KB Aktif 4.806 orang dengan persentase (67,3%) yang

menggunakan kontrasepsi MOP 1 orang dengan persentase (0,0%) dan

Kondom 139 orang dengan persentase (1,9%), Puskesmas Pangkal Balam

dengan total KB Aktif 1.896 orang dengan persentase (55,7%) yang

menggunakan kontrasepsi MOP 0 orang dengan persentase (0,0%) dan

Kondom 10 orang dengan persentase (0,3%).

Berdasarkan data dari Puskesmas Pasir Putih dari tahun 2014 sampai

2016 penggunaan KB pria dapat dilihat dari data berikut : Tahun 2014 jumlah

KB Aktif sebesar 1814 dengan mengunakan KB Kondom 80 orang dan MOP 0

orang dengan persentase 3,3%. Tahun 2015 jumlah KB Aktif sebesar 1925 KB

Kondom sebanyak 78 dan MOP 0 orang dengan persentase 3,2%. Tahun 2016

jumlah KB Aktif sebesar 2046, KB Kondom 73 orang dan MOP 0 orang dengan

persentase 3,00%. Terjadi penurunan partisipasi pria dalam berKB

menggunakan alat kontrasepsi kondom di wilayah kerja puskesmas Pasir Putih

Kota Pangkalpinang Tahun 2016.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa penurunan jumlah

akseptor KB pria dengan menggunakan alat kontrasepsi di wilayah kerja

Puskesmas Pasir Putih sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam

menggunakan alat kontarsepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Putih Kota

Pangkal Pinang Tahun 2016”.


10

B. Rumusan Masalah

Terjadi penurunan pastisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi

di wilayah kerja Puskesmas Pasir Putih Tahun 2016 dan belum diketahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan pastisipasi pria dalam menggunakan alat

kontrasepsi tersebut sehingga rumusan masalah penelitian ini adalah faktor-

faktor yang berhubungan partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi

di wilayah kerja Puskesmas Pasir Putih Tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui “faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan

partisipasi pria dalam menggunakan alat kontasepsi di wilayah kerja

Puskesmas Pasir Putih Kota Pangkalpinang tahun 2016”.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan partisipasi pria

dalam menggunakan alat kontasepsi di wilayah kerja Puskesmas Pasir

Putih tahun 2016.

b. Untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan dengan partisipasi pria

dalam menggunakan alat kontasepsi di wilayah kerja Puskesmas Pasir

Putih tahun 2016.

c. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan partisipasi pria dalam

menggunakan alat kontasepsi di wilayah kerja Puskesmas Pasir Putih

tahun 2016.
11

d. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan istri dengan partisipasi pria

dalam menggunakan alat kontasepsi di wilayah kerja Puskesmas Pasir

Putih tahun 2016.

e. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan petugas kesehatan

dengan partisipasi pria dalam menggunakan alat kontasepsi kondom di

wilayah kerja Puskesmas Pasir Putih tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan di Stikes

Abdi Nusa Pangkalpinang dan untuk menerapkan ilmu yang pernah didapat

selama menempuh pendidikan di Stikes Abdi Nusa Pangkalpinang.

2. Bagi Tempat Penelitian

Bahan masukan untuk pihak Puskesmas Pasir Putih agar dapat

mengevaluasi Program Keluarga Berencana dan meningkatkan cakupan

program KB

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat disajikan sebagai bahan informasi atau

tambahan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

rendahnya partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi di wilayah

Kerja Puskesmas Pasir Putih Kota Pangkalpinang Tahun 2016.


12

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor apa sajakah

yang berhubungan dengan partisipasi Pria dalam menggunakan alat

kontasepsi di wilayah Kerja Puskesmas Pasir Putih tahun 2016. Alasan

dilakukan penelitian ini karena menurunnya partisipasi pria dalam

menggunakan alat kontrasepsi di wilayah kerja puskesmas Pasir Putih.

Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Putih

dimulai dari bulan Juli sampai Agustus Tahun 2017.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta KB aktif di

Puskesmas Pasir Putih tahun 2016 yaitu 2046 dengan jumlah kasus 73

orang perbandingan kasus dan kontrol 1:1 dengan kasus 73 dan yang

menjadi kontrol 73 orang. Pengambilan sampel kontrol diambil

menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini menggunakan

desain penelitian case control. Variabel dependen penelitian ini yaitu

partisipasi pria dalam dalam menggunakan alat kontasepsi kondom dan

variabel independennya yaitu, pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan

istri dan dukungan petugas kesehatan. Pengambilan data diperoleh melalui

wawancara dengan menggunakan kuisioner. analisa data menggunakan chi

square.

Anda mungkin juga menyukai