Proposal Penelitian SMT 5
Proposal Penelitian SMT 5
PENDAHULUAN
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan metode pembelajaran yang menarik dan
tepat, yang membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika.
Salah satu metode yang dianggap efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran
matematika, yaitu pembelajaran kooperatif. Semua metode kooperatif menitikberatkan
pada proses belajar dalam kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok.
Metode pembelajaran kooperatif memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan
semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan dari pihak lain yang terlibat dalam
pembelajaran, seperti teman sebaya. Selain metode pembelajaran, keaktifan belajar siswa
juga salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran. Keaktifan juga sangat
1
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa, yang mana guru memberikan siswa
kesempatan untuk bertanya pada materi yang belum ia mengerti. Dengan
diberlakukannya Kurikulum 2013 di sekolah siswa dituntut untuk bersikap aktif dalam
menanggapi pelajaran yang diberikan. Metode pembelajaran kooperatif yang dipilih
adalah tipe NHT (Numbered Heads Together).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemasalahan yang terjadi dalam pendidikan indonesia?
2. Bagaimana prestasi belajar matematika siswa?
3. Bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika?
2
4. Apakah keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan prestasi
pembelajaran matematika?
5. Apakah penggunaan metode pembelajaran NHT dapat mempengaruhi prestasi belajar
matematika siswa?
C. Pembatasan Masalah
Agar penulisan ini menjadi lebih terarah, maka penulis membatasi ruang lingkup pada
penulisan ini, yaitu:
1. Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang dimaksud yakni
dibatasi pada indikator, yaitu: siswa membentuk kelompok yang masing-masing
anggota kelompok diberikan papan bernomor, siswa diberikan masalah dan
menyelesaikan dengan berdiskusi, guru memanggil salah satu nomor pada papan
setiap anggota untuk mempresentasikan hasil diskusi.
2. Prestasi belajar matematika siswa pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar
setelah terjadi pada proses belajar mengajar pada pembahasan materi yang berkaitan
dengan penalaran serta pemahaman.
3. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah sejauh mana siswa berperan aktif dan
berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas.
Keaktifan siswa meliputi bertanya, berdiskusi, mengerjakan soal, mencatat, dan
mempelajari kembali materi pelajaran.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan
yang terkait dengan penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut: Apakah terdapat pengaruh pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari keaktifan siswa kelas XI SMA Negeri
55 Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkat hasil prestasi belajar matematika siswa
melalui metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah terdapat pengaruh pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari
keaktifan siswa kelas XI SMA Negeri 55 Jakarta.
3
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, penelitia berharap hasil ini dapat memberikan manfaat yang baik
bagi pembelajaran matematika. Peneliti juga berharap dapat memberikan manfaat
kepada:
1. Guru
Memberikan wawasan tentang penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran matematika yang dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
2. Siswa
Mampu berperan aktif berbagi pengetahuan dalam pembelajaran matematika dengan
temannya.
3. Peneliti
4. Untuk menambah wawasan peneliti terhadap pengajaran matematika di sekolah dan
sebagai pengalaman dalam tahapan proses pembinaan diri sebagai calon pendidik.
Sumber referensi dan kajian teori.
4
BAB II
A. Deskripsi Teori
1. Prestasi Belajar Matematika
Prestasi merupakan besarnya skor tes yang telah dicapai siswa setelah mendapat
perlakuan selama proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan belajar
mengasilkan suatu perubahan pada siswa, perubahan yang terjadi akibat proses belajar
yang serupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap. Oleh karena itu proses
belajar dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar serta dapat diartikan juga
sebagai hasil perubahan.
Prestasi belajar matematika merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh
melalui pengalaman-pengalaman siswa dari berbagai kegiatan pemecahan masalah,
seperti kegiatan mengumpulkan data, mencari hubungan antara dua hal, menghitung,
menyusun hipotesis, menggeneralisasikan dan lain sebagainya.1Sehingga diperoleh
konsep-konsep dari hukum-hukum matematika secara baik.
Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses belajar. Prestasi belajar adalah
tingkat penguasaan materi terhadap siswa saat mengikuti proses belajar mengajar
guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari
dua kata yakni prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari sesuatu yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara individu ataupun kelompok serta membawa hasil
perubahan yang lebih baik.
Nasrun Harahap dikutip memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan
penguasaan materi yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam
kurikulum.2 Sedangkan Qadar bahwa prestasi belajar adalah apa yang telah
didapatkan, diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
melalui keuletan kerja.
Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas, jelas perbedaan pada kata-kata
tertentu sebagai penekanan, namun pada intinya sama merupakan hasil dari suatu
5
kegiatan. Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diusahakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang
diperoleh melalui keuletan.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keselruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan dan penilaian terhadap setiap pengetahuan dan
kecakapan dasar atau pengalaman dalam organisasi. Adapun yang serupa dengan
pengertian sebelumnya “belajar adalah suatu proses perubahan dalam pribadi
manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan melalui bentuk peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan-kemampuan
lainnya. Pengertian ini akan berpengaruh terhadap perolehan prestasi sebagai
keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan deskripsi di atas, dapat dipahami bahwa prestasi dasarnya
merupakan hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan, sedangkan belajar pada dasarnya
merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam dari individu yakni
perubahan tingkah laku. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
dari pengalaman yang megakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai akibat
dari proses belajar. Dengan mengamati berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil dari belajar yang merupakan usaha sadar
membangun kemampuan dan keterampilan yang sebelumnya tidak dimiliki, dan
prestasi belajar biasanya dilambangkan dalam bentuk angka-angka sebagai peringkat
baik atau tidaknya hasil belajar. Selanjutnya dalam usaha individu mencapai hasil
belajar yang baik tidak terlepas dari usaha yang dilakukan dalam belajarnya,
maksudnya siswa dikatakan berprestasi jika di dalam belajarnya mendapat nilai yang
baik berupa angka-angka, yakni bila siswa medapatkan nilai tinggi maka siswa dapat
dikatakan berprestasi.
6
2. Definisi Prestasi Belajar menurut para Ahli di antaranya:
WS Winkel mengungkapkan prestasi belajar adalah keberhasilan usaha yang
dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu.3
Djalal mengungkapkan prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa
yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran.4Hamalik berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan sikap dan
tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.5
Saifudin Azwar mengungkapkan prestasi belajar merupakan dapat
dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi
studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.6
Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut:
Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada
kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara
ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan
untuk menyelidiki, mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan dan harus
menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai
raport/nilai test).7
Dari beberapa definisi diatas tentang prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa
pretasi belajar merupakan hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran
kecakapan yang dicapai berupa nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha yang
berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai
seseorang, prestasi belajar ditunjukkan denganjumlah nilai raport atau hasil test nilai
sumatif.
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan)dalam hal
ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang
diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.8Maka
dapat dikatakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dilakukan dengan melibatkan
seluruh potensi dalam dirinya baik potensi akademik maupun potensi non akademik
dalam melakukan kegiatan belajar.
7
Pencapaian keberhasilan tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian
tes hasil belajar. Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
berhasil mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Selain mengetahui
keberhasilan pada siswa guru juga harus mengetahui sejauh mana keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar
matematika adalah nilai yang diperoleh siswa setelah dilakukannya proses yang
melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya seperti dalam
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam
proses belajar mengajar matematika.
Prestasi belajar adalah keberhasilan yang telah dicapai setelah ia melaluiproses
belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan kemampuan siswa
dalam suatu materi pelajaran tertentu.
9Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. hlm. 54
8
4. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Bruner mengungkapkan belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendiri, belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan sisa untuk
dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru hanya sekedar
pembimbing dan pengarah.10 Menurut teori kognitif , belajar menunjukkan adanya
jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya
menyimpannya tanpa dipahami atau ditransformasi. Menurut teori ini anak memiliki
sifat aktif, konstruktive, dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam Kurikulum 2013
merupakan kurikulum yang akan menghidupkan kembali karakteristik siswa salah
satunya adalah membangun keaktifan pada diri siswa-siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.
Suparno mengungkapkan sebagai implikasi dari ciri-ciri pembelajaran dalam
pandangan konstruktivis terhadap pembelajaran matematika, maka lingkungan belajar
perlu diupayakan sebagai berikut: 1) Menyediakan pengalaman belajar dengan
mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar
melalui proses pembentukan pengetahuan. 2) Menyediakan berbagai alternatif
pengalaman belajar, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
3) Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi
sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerjasama seseorang dengan lingkungan. 4)
Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi lebih
menarik dan siswa mau belajar.11
9
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
13 Abdul Majid. 2015. Strategi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hlm. 192.
14 Lie, A. 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang kelas. Jakarta: Gramedia
10
kelas guru memilih secara acak berdasarkan nomor anggota dari masing-masing
kelompok. Peran guru dalam metode pembelajaran NHT ini hanya sebagai fasilitator
yang mengarahkan dan memotivasi siswa utuk belajar mandiri. Dengan demikian
siswa akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga aktivitas belajar dapat meningkat
yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil serta prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara kelompok.
Kelompok merupakan tempat tercapainya keberhasilan pada tujuan yang ingin dicapai.
Oleh karena itu, kelompok harus mampu membuat siswa belajar. Setiap anggota
kelompok harus membuat setiap siswa atau teman sekelompoknya belajar. Dengan cara
pembelajaran ini siswa lebih termotivasi untuk mencapai keberhasilan pada tujuan
tertentu, biasanya tujuannya disini adalah hasil belajar.
11
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan pada keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama yang baik ditekankan
dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran tidak akan
mencapai hasil yang optimal. Maka mau tidak mau siswa harus menciptakan lingkungan
yang kondusif agar kerja sama dapat dirasakan lebih mudah. Kondisi lingkungan ini
dapat memicu pengaruh proses dan hasil belajar.
Salah satu pembelajaran kooperatif adalah tipe NHT dengan pembelajaran ini siswa
diberikan kesempatan secara bergiliran untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat, selain itu metode ini mendorong siswa untuk
meningkatkan kesiapan dalam menerima pembelajaran. Dengan ini siswa dapat
meningkatkan motivasi, harga diri, dan hasil belajarnya.
Dalam pembelajaran Numbered Heads Together terdapat 4 tahapan yaitu numbering,
questionering, head together, dan answering. Pada tahap numbering guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok atau grup yang beranggotakan 4 atau 5 orang dan
memberi nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda.
Pemberian nomor pada siswa disesuaikan dengan jumlah siswa yang terdapat dalam
kelompok tersebut. Pada tahap questioning guru mengajukan pertanyaan kepada siswa,
pertanyaan bervariasi tingkat mudah ke tingkat sulit atau dari yang spesifik hingga
bersifat umum. Pada tahap head together siswa berpikir bersama untuk menggambarkan
dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam kelompoknya sudah mengetahui jawaban
tersebut. Pada tahap answering guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari
tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
untuk seluruh siswa dalam kelas itu.
Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan diatas ada kaitan antara pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan hasil belajar dan prestasi belajar matematika siswa. Karena
membuat siswa lebih siap, pengetahuan betambah, meningkatkan hubungan sosial antara
siswa, menumbuhkan keaktifan siswa, kemampuan pemahaman siswa bertambah saat
tahap head together dan kemampuan penerapan siswa dapat tercapai dengan langkah-
langkah metode pembelajaran NHT. Dengan demikian dapat di duga, pembelajaran tipe
NHT dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika melalui hasil belajarnya.
12
Numbering
Questioning
Numbered
Heads Together
Head Together
Answering
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka berpikir yang telah
diuraikan. Maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa prestasi belajar matematika siswa
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional.
13
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Ditinjau dari permasalahan yang ada, penelitian ini menggunakan
pendekatanpenelitian kuantitatif. Penelitian Kuantitatif adalah suatu penelitian yang
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.15 Oleh karena itu data yang terkumpul
harus diolah secara statistik agar dapat ditafsirkan dengan baik.
Adapun data yang diolah secara statistik dalam penelitian ini adalah data nilai
matematika yang menggambarkan prestasi belajar matematika peserta didik. Sehingga
analisis statistik yang dipakai adalah uji t-test manual dengan bantuan Microsoft Office
Excel 2007.
Jenis penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian
Eksperimen ini sebagai bagian dari metode kuantitatif yang mempunyai ciri khas
tersendiri, terutama dengan adanya kelompok kontrol.16
Sedangkan menurut Prasetyo, penelitian eksperimen adalah salah satu jenis
penelitian eksperimen kuantitatif yang sangat kuat mengukur hubungan sebab akibat.17
Dengan cara ini peneliti sengaja membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau
keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya.
Pada penelitian ini, penulis ingin meneliti pengaruh dari metode kooperatif tipe NHT
terhadap prestasi belajar matematika dengan mengambil dua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan treatment (perlakuan)
15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 10
16 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm.107
17 Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
hlm.158
14
pada saat pembelajaran matematika berlangsung dan untuk kelas kontrol tidak diberikan
treatment.
2. Sampling
20
Sampling adalah cara pengambilan sampel dari suatu populasi. Besarnya sampel
yang ditarik dari populasinya tergantung pada variasi yang ada di kalangan anggota
populasi. Apabila anggota populasinya homogen, maka sampel yang kecil dapat
mewakili seluruh populasi. Jadi makin homogen suatu populasi, makin kecil sampelnya.
Dan makin tinggi variasinya, makin besar pula sampel yang dibutuhkan.21
Ada banyak cara atau teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel diantaranya
adalah accidental sampling, purposive sampling, quota sampling, dll.Padapenelitian ini
penulis menggunakan purposive samplingyaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.22
3. Sampel Penelitian
Menurut Sukardi, sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk
sumber data.23 Sedangkan menurut Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti.24
15
Pada penelitian ini diambil dua kelas sebagai sampel yang terdiri dari satu kelas
sebagai kelas eksperimen, dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Dalam hal ini yang
menjadi sampel dalam penelitian adalah siswa kelas XI MIA A dan XI MIA C SMA
Negeri 55 Jakarta, dimana kelas XI MIA A sebagai kelas kontrol dan kelas XI MIA C
sebagai kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen diterapkan metode kooperatif tipe
NHT, sedangkan pada kelas kontrol tidak diterapkan metode kooperatif tipe NHT tetapi
diterapkan metode konvensional (ceramah).
2. Variabel
Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah lepas dalam setiap jenis
penelitian.Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah
objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. 26
Sedangkan menurut Faisal, variabel adalah kondisi-kondisi ataukarakteristik-
karakteristik yang oleh pengeksperimen dimanipulasikan, dikontrol atau
diobservasikan.27
25Mudrajat Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm.127
26Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek...,hlm.94
27Sanapsiah Faisal, Metodologi Penelitian dan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional), hlm.82
16
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Variabel bebasnya adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan
variabel terikatnya adalah prestasi belajar matematika siswa.
17
penelitian yang mana dilakukan dengan melihat, mendengarkan, merasakan dan
yang kemudian dicatat subyektif mungkin.30
Metode ini dilakukan dalam penelitian untuk memperoleh data-data yaitu data
awal sebelum penelitian dan data akhir sesudah penelitian. Diantara data awal yaitu
observasi dengan guru matematika sebelum melaksanakan penelitian dengan tujuan
mengidentifikasi permasalahan. Untuk data akhir adalah data yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran metode kooperatif tipe NHT khususnya dikelas
eksperimen dan kelas kontrol.
b. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasati, agenda, dan
sebagainya.31 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data penting kegiatan
yang berkaitan dengan keadaan dan operasional dari objek penelitian.
c. Metode Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang ditentukan.32
Jadi untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang
diteliti, peneliti menggunakan metode tes tertulis. Tes tertulis nanti berupa sejumlah
pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui
dari jawaban-jawaban yang diberikan secara tertulis pula.
Tes ini dilakukan sesudah perlakuan tentang metode yang diberikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan mendapatkan data dari hasil belajar
siswa. Tes diberikan kepada kedua kelas dengan soal tes yang sama dan hasil
pengolahan data digunakan untuk menguji kebenaran hipotesa penelitian.
2. Instrumen Penelitian
Sebagaimana metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini maka
instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
18
a. Lembar Observasi
Maksud dari lembar observasi adalah alat bantu yang digunakan dalam
pengumpulan data-data melalui pengamatan, dan pencatatan yang sistematis terhadap
berbagai hal yang diselidiki.
Pedoman ini digunakan untuk mengamati sejumlah fenomena yang berkaitan
dengan objekpenelitian, diantaranya melihat keadaan gedung, dan keadaan sarana
pendidikan.
b. Pedoman Dokumentasi
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh informasi atau data dari bermacam-
macam sumber tertulis ditempat penelitian. Data-data tersebut berupa data siswa,
arsip nilai, dan lain-lain.
33 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan penilaian pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007),
hlm. 261-262
34 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif ..., hlm.244
19
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis menggunakan uji t-test, pengujian
tersebut dapat digunakan jika memenuhi persyaratan dari uji t-test. Adapun syarat dari
uji t-test adalah dua kelas yang akan diteliti harus dalam keadaan homogen. Uji
homogenitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik dengan
menggunakan nilai ujian semester 1 selanjutnya data tersebut diuji homogenitasnya,
untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut dalam keadaan yang sama sebelum
dilaksanakan penelitian.
G. Hipotesis Statistik
1. Uji Homogenitas
Homogenitas merupakan kesamaan variansi antar kelompok yang ingin
dibandingkan, sehingga kita akan berhadapan dengan kelompok yang dari awalnya
dalam kondisi yang sama.35Rumus yang digunakan dalam uji homogenitas ini adalah
uji Harley. Uji Harley merupakan uji homogenitas variansi yang sangat sederhana
karena kita cukup membandingkan variansi terbesar dengan variansi terkecil.36
Rumusnya adalah sebagai berikut:
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹𝑚𝑎𝑥 =
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Kriteria pengujian adalah membandingkan hasil hitung rumus dengan tabel nilai –
nilai F pada signifikansi 5% sebagai berikut:
𝑇𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝐻0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah suatu variabel normal atau tidak.
Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Untuk menguji
normalitas data dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan ketentuan jika
Asymp. Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal.38 Dalam hal ini menggunakan
bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16.0 for
Windows.
35 Agus Irianto. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2007). Hlm.
272
36 Ibid, hlm. 276
37 Ibid, hal 277
38 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2009), hal. 78.
20
3. Uji t-Test
Setelah semua perlakuan berakhir kemudian peserta didik diberikan tes (post
test). Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk
mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan.
Adapun untuk menjawab hipotesis penelitian digunakan statistik parametris.
Statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis dua sampel bila datanya
berbentuk interval atau ratio dengan menggunakan t-test.39Teknik t-test (disebut juga
t-score, t-ratio, t-technique, student-t) adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk
menguji signifikansi perbedaan 2 buah mean yang berasal dari dua buah
distribusi.40Data yang akan dianalisis diperoleh dari nilai hasil belajar pada saat post-
test dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumus sebagai berikut:
X1 X 2
t test 41
SD1 SD2
2 2
N 1 N 1
1 2
21