Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu masalah yang dihadapi dalam pendidikan di Indonesia adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran salah satunya pembelajaran matematika. Kemampuan
berfikir siswa kurang di motivasi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu
proses yang rumit karena tidak hanya menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan
berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan terutama bila menginginkan hasil
belajar yang baik.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi


modern dan mempunyai peran penting dalam mengembangkan daya pikir manusia.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan dalam
setiap proses pembelajaran. Anggapan yang demikian tidak lepas dari pemikiran yang
berkembang dalam masyarakat tentang matematika yang dianggap sebagai ilmu yang
abstrak, teoritis, penuh dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang sulit dan
membingungkan. Keberhasilan dalam proses pembelajaran matematika dapat diukur dari
keberhasilan siswa mengikuti pembelajaran matematika. Salah satunya bentuk usaha
yang dilakukan pemerintah yang memberikan mata pelajaran matematika diberikan pada
setiap jenjang pendidikan dan diajarkan dengan jumlah jam pelajaran yang paling banyak
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, tetapi rata-rata prestasi belajar siswa masih
rendah. Hal ini menunjukan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika
sehingga prestasi belajarnya rendah.

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan metode pembelajaran yang menarik dan
tepat, yang membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika.
Salah satu metode yang dianggap efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran
matematika, yaitu pembelajaran kooperatif. Semua metode kooperatif menitikberatkan
pada proses belajar dalam kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok.
Metode pembelajaran kooperatif memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan
semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan dari pihak lain yang terlibat dalam
pembelajaran, seperti teman sebaya. Selain metode pembelajaran, keaktifan belajar siswa
juga salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran. Keaktifan juga sangat

1
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa, yang mana guru memberikan siswa
kesempatan untuk bertanya pada materi yang belum ia mengerti. Dengan
diberlakukannya Kurikulum 2013 di sekolah siswa dituntut untuk bersikap aktif dalam
menanggapi pelajaran yang diberikan. Metode pembelajaran kooperatif yang dipilih
adalah tipe NHT (Numbered Heads Together).

Metode pembelajaran NHT adalah pembelajaran yang membagi siswa ke dalam


beberapa kelompok yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan
soal yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk aktif
dalam mengolah, mencari, dan melaporkan hasil diskusinya dalam pelaporan hasil
diskusi melalui presentasi di depan kelas guru memilih secara acak berdasarkan nomor
anggota dari masing-masing kelompok. Peran guru dalam model pembelajaran ini hanya
sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar
mandiri.Dengan adanya metode pembelajaran kooperatif tipe NHT ini diharapkan siswa
akan lebih mudah dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Dengan lebih mudahnya siswa dalam menerima materi pelajaran, maka siswa akan dapat
meningkatkan hasil prestasi belajarnya.

Dalam pembelajaran matematika perlu dikembangkan pembelajaran yang dapat


memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar, sehingga berdampak pada
ingatan siswa tentang apa yang sedang dipelajari akan lebih bertahan lama dan membuat
siswa lebih kreatif, serta akan memudahkan siswa dalam memecahkan suatu masalah
matematika. Suatu konsep akan mudah dipahami dan diingat siswa jika konsep tersebut
diperoleh melalui prosedur dan langkah-langkah yang menarik.

Berdasarkan deskriptif yang telah dijabarkan sebelumnya, maka menyikapi penerapan


Kurikulum 2013 peneliti tertarik untuk mengetahui Pengaruh Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap prestasi belajar
matematika ditinjau dari keaktifan siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemasalahan yang terjadi dalam pendidikan indonesia?
2. Bagaimana prestasi belajar matematika siswa?
3. Bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika?

2
4. Apakah keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan prestasi
pembelajaran matematika?
5. Apakah penggunaan metode pembelajaran NHT dapat mempengaruhi prestasi belajar
matematika siswa?

C. Pembatasan Masalah
Agar penulisan ini menjadi lebih terarah, maka penulis membatasi ruang lingkup pada
penulisan ini, yaitu:
1. Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang dimaksud yakni
dibatasi pada indikator, yaitu: siswa membentuk kelompok yang masing-masing
anggota kelompok diberikan papan bernomor, siswa diberikan masalah dan
menyelesaikan dengan berdiskusi, guru memanggil salah satu nomor pada papan
setiap anggota untuk mempresentasikan hasil diskusi.
2. Prestasi belajar matematika siswa pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar
setelah terjadi pada proses belajar mengajar pada pembahasan materi yang berkaitan
dengan penalaran serta pemahaman.
3. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah sejauh mana siswa berperan aktif dan
berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas.
Keaktifan siswa meliputi bertanya, berdiskusi, mengerjakan soal, mencatat, dan
mempelajari kembali materi pelajaran.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan
yang terkait dengan penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut: Apakah terdapat pengaruh pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari keaktifan siswa kelas XI SMA Negeri
55 Jakarta?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkat hasil prestasi belajar matematika siswa
melalui metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah terdapat pengaruh pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari
keaktifan siswa kelas XI SMA Negeri 55 Jakarta.

3
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, penelitia berharap hasil ini dapat memberikan manfaat yang baik
bagi pembelajaran matematika. Peneliti juga berharap dapat memberikan manfaat
kepada:
1. Guru
Memberikan wawasan tentang penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran matematika yang dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
2. Siswa
Mampu berperan aktif berbagi pengetahuan dalam pembelajaran matematika dengan
temannya.
3. Peneliti
4. Untuk menambah wawasan peneliti terhadap pengajaran matematika di sekolah dan
sebagai pengalaman dalam tahapan proses pembinaan diri sebagai calon pendidik.
Sumber referensi dan kajian teori.

4
BAB II

KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Prestasi Belajar Matematika
Prestasi merupakan besarnya skor tes yang telah dicapai siswa setelah mendapat
perlakuan selama proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan belajar
mengasilkan suatu perubahan pada siswa, perubahan yang terjadi akibat proses belajar
yang serupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap. Oleh karena itu proses
belajar dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar serta dapat diartikan juga
sebagai hasil perubahan.
Prestasi belajar matematika merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh
melalui pengalaman-pengalaman siswa dari berbagai kegiatan pemecahan masalah,
seperti kegiatan mengumpulkan data, mencari hubungan antara dua hal, menghitung,
menyusun hipotesis, menggeneralisasikan dan lain sebagainya.1Sehingga diperoleh
konsep-konsep dari hukum-hukum matematika secara baik.
Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses belajar. Prestasi belajar adalah
tingkat penguasaan materi terhadap siswa saat mengikuti proses belajar mengajar
guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari
dua kata yakni prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari sesuatu yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara individu ataupun kelompok serta membawa hasil
perubahan yang lebih baik.
Nasrun Harahap dikutip memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan
penguasaan materi yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam
kurikulum.2 Sedangkan Qadar bahwa prestasi belajar adalah apa yang telah
didapatkan, diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
melalui keuletan kerja.
Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas, jelas perbedaan pada kata-kata
tertentu sebagai penekanan, namun pada intinya sama merupakan hasil dari suatu

1 Nana Sudjana, Penilaian ... , hlm.22.


2QurrotaA’yunNeina.2015.http://eprints.walisongo.ac.id/1409/3/133911159_bab2.pdf#page=1&zoom=auto.-

107.842. Diakses pada 6/1/2015, 01.15.56

5
kegiatan. Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diusahakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang
diperoleh melalui keuletan.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keselruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan dan penilaian terhadap setiap pengetahuan dan
kecakapan dasar atau pengalaman dalam organisasi. Adapun yang serupa dengan
pengertian sebelumnya “belajar adalah suatu proses perubahan dalam pribadi
manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan melalui bentuk peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan-kemampuan
lainnya. Pengertian ini akan berpengaruh terhadap perolehan prestasi sebagai
keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan deskripsi di atas, dapat dipahami bahwa prestasi dasarnya
merupakan hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan, sedangkan belajar pada dasarnya
merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam dari individu yakni
perubahan tingkah laku. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
dari pengalaman yang megakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai akibat
dari proses belajar. Dengan mengamati berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil dari belajar yang merupakan usaha sadar
membangun kemampuan dan keterampilan yang sebelumnya tidak dimiliki, dan
prestasi belajar biasanya dilambangkan dalam bentuk angka-angka sebagai peringkat
baik atau tidaknya hasil belajar. Selanjutnya dalam usaha individu mencapai hasil
belajar yang baik tidak terlepas dari usaha yang dilakukan dalam belajarnya,
maksudnya siswa dikatakan berprestasi jika di dalam belajarnya mendapat nilai yang
baik berupa angka-angka, yakni bila siswa medapatkan nilai tinggi maka siswa dapat
dikatakan berprestasi.

6
2. Definisi Prestasi Belajar menurut para Ahli di antaranya:
WS Winkel mengungkapkan prestasi belajar adalah keberhasilan usaha yang
dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu.3
Djalal mengungkapkan prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa
yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran.4Hamalik berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan sikap dan
tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.5
Saifudin Azwar mengungkapkan prestasi belajar merupakan dapat
dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi
studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.6
Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut:
Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada
kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara
ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan
untuk menyelidiki, mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan dan harus
menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai
raport/nilai test).7
Dari beberapa definisi diatas tentang prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa
pretasi belajar merupakan hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran
kecakapan yang dicapai berupa nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha yang
berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai
seseorang, prestasi belajar ditunjukkan denganjumlah nilai raport atau hasil test nilai
sumatif.
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan)dalam hal
ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang
diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.8Maka
dapat dikatakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dilakukan dengan melibatkan
seluruh potensi dalam dirinya baik potensi akademik maupun potensi non akademik
dalam melakukan kegiatan belajar.

3 Winkel, WS 1987. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.


4 Djalal, MF 1986. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa Asing. Malang: P3T IKIP Malang
5 Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

6 Saifudin Azwar. 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi. Jogyakarta: Pustaka Belajar


7Drs.H Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono, hlm 151
8 Poerwodarminto.1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Ilmu.

7
Pencapaian keberhasilan tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian
tes hasil belajar. Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
berhasil mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Selain mengetahui
keberhasilan pada siswa guru juga harus mengetahui sejauh mana keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar
matematika adalah nilai yang diperoleh siswa setelah dilakukannya proses yang
melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya seperti dalam
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam
proses belajar mengajar matematika.
Prestasi belajar adalah keberhasilan yang telah dicapai setelah ia melaluiproses
belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan kemampuan siswa
dalam suatu materi pelajaran tertentu.

3. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar


Pendidikan secara umum sebenarnya merupakan suatu faktor rangkaian kegiatan
komunikasi antar manusia. Kegiatan yang ada didalam dunia pendidikan antara lain
kegiatan proses belajar mengajar yang dipengaruhi oleh faktor yang menentukan
keberhasilan siswa. Sehubungan dengan faktor yang menentukan keberhasilan siswa
dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa untuk
belajar, yaitu:
Faktor Internal merupakan faktor yang muncul dari dalam diri sendiri, yaitu: 1)
Faktor Jasmaniah, seperti kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor Psikologi, seperti
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. 3) Faktor Kelemahan.
Sedangkan Faktor Eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar diri sendiri,
yaitu: 1) Faktor Keluarga. 2) Faktor Sekolah. 3) Faktor Masyarakat.9
Dari beragamnya faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar
yang dapat juga mempengaruhi prestasi belajar menunjukkan bahwa belajar
merupakan proses yang cukup kompleks. Setiap masing-masing individu memang
tidak selamanya menguntungkan terkadang tidak berjalan lancar, terkadang mudah
menangkap materi yang diberikan dan dipelajari dan terkadang sulit mencerna materi
pelajaran.

9Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. hlm. 54

8
4. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Bruner mengungkapkan belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendiri, belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan sisa untuk
dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru hanya sekedar
pembimbing dan pengarah.10 Menurut teori kognitif , belajar menunjukkan adanya
jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya
menyimpannya tanpa dipahami atau ditransformasi. Menurut teori ini anak memiliki
sifat aktif, konstruktive, dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam Kurikulum 2013
merupakan kurikulum yang akan menghidupkan kembali karakteristik siswa salah
satunya adalah membangun keaktifan pada diri siswa-siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.
Suparno mengungkapkan sebagai implikasi dari ciri-ciri pembelajaran dalam
pandangan konstruktivis terhadap pembelajaran matematika, maka lingkungan belajar
perlu diupayakan sebagai berikut: 1) Menyediakan pengalaman belajar dengan
mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar
melalui proses pembentukan pengetahuan. 2) Menyediakan berbagai alternatif
pengalaman belajar, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
3) Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi
sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerjasama seseorang dengan lingkungan. 4)
Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi lebih
menarik dan siswa mau belajar.11

5. Pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together (NHT)


Pembelajaran dengan metode yang telah dipilih akan membantu guru dalam
kegiatan belajar mengajar. Salah satunya yaitu metode pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik.12

10 H.Baharuddin Esa Nur Wahyuni, Teori... , hlm 115.


11Paul Suparno, Metodologi ... , hlm. 15-19
12 Herdian. 2009. https://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/.

Diakses 22 April 2009

9
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,


menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok dan sebagainya.

Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu pendekatan yang dikembangkan


oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek pemahaman terhadap isi
pelajaran tersebut. Sebagai pengganti langkah mengajukan pertanyaan kepada seluruh
kelas. Dalam hal ini, guru menggunakan struktur 4 langkah: 1) Langkah pertama,
Penomoran. 2) Langkah kedua, Mengajukan Pertanyaan. 3) Langkah ketiga, Berpikir
Bersama. 4) Langkah keempat, Menjawab.13
Lie (2002:18) mengungkapkan pendapatnya bahwa metode pembelajaran
Numbered Heads Togethermerupakan suatu sistem kerja/belajar kelompok yang
terstrukur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok di mana siswa menghabiskan
sebagian besar waktunya dikelas dengan bekerjasama antara 4-5 orang dalam satu
kelompok.14
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Metode pembelajaran NHT salah
satu metode pembelajaraan kooperatif yang dilakukan dengan pendekatan yang
membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. model
pembelajaran ini mendorog siswa untuk aktif dalam mengolah, mencari dan
melaporkan hasil diskusinya. Dalam laporan hasil diskusi melalui presetasi di depan

13 Abdul Majid. 2015. Strategi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hlm. 192.
14 Lie, A. 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang kelas. Jakarta: Gramedia

10
kelas guru memilih secara acak berdasarkan nomor anggota dari masing-masing
kelompok. Peran guru dalam metode pembelajaran NHT ini hanya sebagai fasilitator
yang mengarahkan dan memotivasi siswa utuk belajar mandiri. Dengan demikian
siswa akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga aktivitas belajar dapat meningkat
yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil serta prestasi belajar siswa.

B. Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dampak pelaksanaan metode
pembelajaran kooperatif tipe NHT di dalam proses belajar.
Penelitian Achmad Nurrofio (2008) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Pendekatan Struktural NHT (Numbered Heads Together)Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa” hasil penelitiannya yakni
masih digunakannya metode ceramah dan mengakibatkan siswa cenderung pasif dalam
proses pembelajaran.
Penelitian lainnya, penelitian Nurul Mu’animah (2012) dengan judul
“Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Siswa Kelas VIII SMPN 1 Ngunut
Tulungagung Semester Genap tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitiannya menggunakan
uji-t yang thitung >ttabel maka pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
pembelajaran NHT lebih baik dibandingkan pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode konvensional.
Penelitian di atas terdapat kesamaan variabel penelitian. Kesamaan yang pertama
terdapat pada variabel bebasnya, yaitu penerapan metode pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT). Kesamaan yang kedua juga terdapat pada variabel terikat, yaitu
peningkatan prestasi belajar.

C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara kelompok.
Kelompok merupakan tempat tercapainya keberhasilan pada tujuan yang ingin dicapai.
Oleh karena itu, kelompok harus mampu membuat siswa belajar. Setiap anggota
kelompok harus membuat setiap siswa atau teman sekelompoknya belajar. Dengan cara
pembelajaran ini siswa lebih termotivasi untuk mencapai keberhasilan pada tujuan
tertentu, biasanya tujuannya disini adalah hasil belajar.

11
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan pada keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama yang baik ditekankan
dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran tidak akan
mencapai hasil yang optimal. Maka mau tidak mau siswa harus menciptakan lingkungan
yang kondusif agar kerja sama dapat dirasakan lebih mudah. Kondisi lingkungan ini
dapat memicu pengaruh proses dan hasil belajar.
Salah satu pembelajaran kooperatif adalah tipe NHT dengan pembelajaran ini siswa
diberikan kesempatan secara bergiliran untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat, selain itu metode ini mendorong siswa untuk
meningkatkan kesiapan dalam menerima pembelajaran. Dengan ini siswa dapat
meningkatkan motivasi, harga diri, dan hasil belajarnya.
Dalam pembelajaran Numbered Heads Together terdapat 4 tahapan yaitu numbering,
questionering, head together, dan answering. Pada tahap numbering guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok atau grup yang beranggotakan 4 atau 5 orang dan
memberi nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda.
Pemberian nomor pada siswa disesuaikan dengan jumlah siswa yang terdapat dalam
kelompok tersebut. Pada tahap questioning guru mengajukan pertanyaan kepada siswa,
pertanyaan bervariasi tingkat mudah ke tingkat sulit atau dari yang spesifik hingga
bersifat umum. Pada tahap head together siswa berpikir bersama untuk menggambarkan
dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam kelompoknya sudah mengetahui jawaban
tersebut. Pada tahap answering guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari
tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
untuk seluruh siswa dalam kelas itu.
Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan diatas ada kaitan antara pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan hasil belajar dan prestasi belajar matematika siswa. Karena
membuat siswa lebih siap, pengetahuan betambah, meningkatkan hubungan sosial antara
siswa, menumbuhkan keaktifan siswa, kemampuan pemahaman siswa bertambah saat
tahap head together dan kemampuan penerapan siswa dapat tercapai dengan langkah-
langkah metode pembelajaran NHT. Dengan demikian dapat di duga, pembelajaran tipe
NHT dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika melalui hasil belajarnya.

12
Numbering

Questioning
Numbered
Heads Together
Head Together

Answering

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka berpikir yang telah
diuraikan. Maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa prestasi belajar matematika siswa
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional.

13
BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 55 Jakarta kelas XI pada mata pelajaran
matematika tahun ajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan pada semester genap di mulai
pada bulan Januari 2016 sampai bulan Febuari 2016.

B. Metode Penelitian
Ditinjau dari permasalahan yang ada, penelitian ini menggunakan
pendekatanpenelitian kuantitatif. Penelitian Kuantitatif adalah suatu penelitian yang
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.15 Oleh karena itu data yang terkumpul
harus diolah secara statistik agar dapat ditafsirkan dengan baik.
Adapun data yang diolah secara statistik dalam penelitian ini adalah data nilai
matematika yang menggambarkan prestasi belajar matematika peserta didik. Sehingga
analisis statistik yang dipakai adalah uji t-test manual dengan bantuan Microsoft Office
Excel 2007.
Jenis penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian
Eksperimen ini sebagai bagian dari metode kuantitatif yang mempunyai ciri khas
tersendiri, terutama dengan adanya kelompok kontrol.16
Sedangkan menurut Prasetyo, penelitian eksperimen adalah salah satu jenis
penelitian eksperimen kuantitatif yang sangat kuat mengukur hubungan sebab akibat.17
Dengan cara ini peneliti sengaja membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau
keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya.
Pada penelitian ini, penulis ingin meneliti pengaruh dari metode kooperatif tipe NHT
terhadap prestasi belajar matematika dengan mengambil dua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan treatment (perlakuan)

15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 10
16 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm.107
17 Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),

hlm.158

14
pada saat pembelajaran matematika berlangsung dan untuk kelas kontrol tidak diberikan
treatment.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah semua anggota yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara
terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dapat
dibedakan menjadi dua macam populasi yaitu populasi target dan populasi
terjangkau.18Menurut Arikunto populasi adalah keseluruhan objek penelitian.19 Dari
beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah sejumlah
invidu yang akan diteliti.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 55
Jakarta Tahun 2016/2017.

2. Sampling
20
Sampling adalah cara pengambilan sampel dari suatu populasi. Besarnya sampel
yang ditarik dari populasinya tergantung pada variasi yang ada di kalangan anggota
populasi. Apabila anggota populasinya homogen, maka sampel yang kecil dapat
mewakili seluruh populasi. Jadi makin homogen suatu populasi, makin kecil sampelnya.
Dan makin tinggi variasinya, makin besar pula sampel yang dibutuhkan.21
Ada banyak cara atau teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel diantaranya
adalah accidental sampling, purposive sampling, quota sampling, dll.Padapenelitian ini
penulis menggunakan purposive samplingyaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.22

3. Sampel Penelitian
Menurut Sukardi, sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk
sumber data.23 Sedangkan menurut Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti.24

18 Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian. Bandung.Remaja Rodakarya. Hlm 251.


19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., hlm.108
20 W. Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Grafindo, 2002), hal.78
21 Ibid hlm. 82
22 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif ..., hlm.85
23 Sukardi, Metodologi Penelitian..., hlm.54
24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., hlm.109

15
Pada penelitian ini diambil dua kelas sebagai sampel yang terdiri dari satu kelas
sebagai kelas eksperimen, dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Dalam hal ini yang
menjadi sampel dalam penelitian adalah siswa kelas XI MIA A dan XI MIA C SMA
Negeri 55 Jakarta, dimana kelas XI MIA A sebagai kelas kontrol dan kelas XI MIA C
sebagai kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen diterapkan metode kooperatif tipe
NHT, sedangkan pada kelas kontrol tidak diterapkan metode kooperatif tipe NHT tetapi
diterapkan metode konvensional (ceramah).

D. Sumber Data, Variabel, Data dan Pengukurannya


1. Sumber Data
Menurut Kuncoro, sumber data penelitian digolongkan menjadi dua yaitu: data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data sekunder adalah data yang
telah dikumpulkan oleh pihak lain, peneliti dapat mencari data sekunder ini melalui
sumber data sekunder.25
Adapun sumber data penelitian ini adalah:
a. Sumber data primer yaitu: Siswa kelas XI MIA A dan XI MIA C SMA Negeri 55
Jakarta dan guru bidang studi matematika SMA Negeri 55 Jakarta.
b. Sumber data sekunder meliputi:
1) Responden: kepala sekolah, dewan guru dan karyawan.
2) Dokumentasi: beberapa dokumen, arsip atau catatan yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian.

2. Variabel
Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah lepas dalam setiap jenis
penelitian.Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah
objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. 26
Sedangkan menurut Faisal, variabel adalah kondisi-kondisi ataukarakteristik-
karakteristik yang oleh pengeksperimen dimanipulasikan, dikontrol atau
diobservasikan.27

25Mudrajat Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm.127
26Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek...,hlm.94
27Sanapsiah Faisal, Metodologi Penelitian dan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional), hlm.82

16
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Variabel bebasnya adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan
variabel terikatnya adalah prestasi belajar matematika siswa.

3. Data dan Pengukurannya


Data adalah hasil pengamatan peneliti baik berupa fakta ataupun angka. Dari sumber
SK Menteri P dan K No. 0259/U/1997 tanggal 11 juli 1977 disebutkan bahwa data
adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu
keperluan.28
Kuncoro mengungkapkan, pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa
terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini akan
dipaparkan data-data yang diperoleh di lapangan serta cara pengukurannya:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat
untuk pertama kalinya.29 Data primer pada penelitian ini yaitu nilai matematika siswa
kelas XI MIA A dan XI MIA C SMA Negeri 55 Jakarta tahun ajaran 2016/2017 yang
diperoleh dari hasil mengerjakan tes.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti. Pada data sekunder ini peneliti tidak perlu mengukurnya (mengolahnya),
karena data yang diperoleh peneliti telah diuji dan diuji kebenarannya. Misalnya
seperti data profil sekolah, jumlah guru, jumlah siswa, serta data tentang fasilitas
sekolah, yang peneliti peroleh dari karyawan Tata Usaha (TU) di SMA Negeri 55
Jakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


1. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:
a. Metode Pengamatan (observation)
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau
kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama

28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., hlm.96


29 Mudrajat Kuncoro, Metode Riset..., hlm. 127

17
penelitian yang mana dilakukan dengan melihat, mendengarkan, merasakan dan
yang kemudian dicatat subyektif mungkin.30
Metode ini dilakukan dalam penelitian untuk memperoleh data-data yaitu data
awal sebelum penelitian dan data akhir sesudah penelitian. Diantara data awal yaitu
observasi dengan guru matematika sebelum melaksanakan penelitian dengan tujuan
mengidentifikasi permasalahan. Untuk data akhir adalah data yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran metode kooperatif tipe NHT khususnya dikelas
eksperimen dan kelas kontrol.

b. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasati, agenda, dan
sebagainya.31 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data penting kegiatan
yang berkaitan dengan keadaan dan operasional dari objek penelitian.

c. Metode Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang ditentukan.32
Jadi untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang
diteliti, peneliti menggunakan metode tes tertulis. Tes tertulis nanti berupa sejumlah
pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui
dari jawaban-jawaban yang diberikan secara tertulis pula.
Tes ini dilakukan sesudah perlakuan tentang metode yang diberikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan mendapatkan data dari hasil belajar
siswa. Tes diberikan kepada kedua kelas dengan soal tes yang sama dan hasil
pengolahan data digunakan untuk menguji kebenaran hipotesa penelitian.

2. Instrumen Penelitian
Sebagaimana metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini maka
instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

30W.Gulo, Metodologi Penelitian…, hlm.116


31 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., hlm.206
32 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 53

18
a. Lembar Observasi
Maksud dari lembar observasi adalah alat bantu yang digunakan dalam
pengumpulan data-data melalui pengamatan, dan pencatatan yang sistematis terhadap
berbagai hal yang diselidiki.
Pedoman ini digunakan untuk mengamati sejumlah fenomena yang berkaitan
dengan objekpenelitian, diantaranya melihat keadaan gedung, dan keadaan sarana
pendidikan.

b. Pedoman Dokumentasi
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh informasi atau data dari bermacam-
macam sumber tertulis ditempat penelitian. Data-data tersebut berupa data siswa,
arsip nilai, dan lain-lain.

c. Soal Tes Tertulis


Soal-soal yang digunakan dalam tes tertulis adalah soal-soal bentuk uraian.
Dimana siswa diminta merumuskan, mengorganisasi, dan menyajikan jawabannya
dalam bentuk uraian. Soal-soal bentuk uraian ini jika direncanakan dengan baik,
sangat tepat untuk menilai proses berfikir seseorang serta kemampuannya
mengekspresikan buah pikiran.33
Adapun soal-soal test tertulis yang akan digunakan untuk instrumen pengumpulan
datanya berbentuk soal uraian dan sebelumnya soal-soal test tersebut terlebih dahulu
diuji cobakan. Peneliti menggunakan validasi ahli untuk mengetahui validitas soal tes
yang akan digunakan secara efektif dan efisien.

F. Teknik Analisis Data


Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.34

33 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan penilaian pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007),
hlm. 261-262
34 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif ..., hlm.244

19
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis menggunakan uji t-test, pengujian
tersebut dapat digunakan jika memenuhi persyaratan dari uji t-test. Adapun syarat dari
uji t-test adalah dua kelas yang akan diteliti harus dalam keadaan homogen. Uji
homogenitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik dengan
menggunakan nilai ujian semester 1 selanjutnya data tersebut diuji homogenitasnya,
untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut dalam keadaan yang sama sebelum
dilaksanakan penelitian.

G. Hipotesis Statistik
1. Uji Homogenitas
Homogenitas merupakan kesamaan variansi antar kelompok yang ingin
dibandingkan, sehingga kita akan berhadapan dengan kelompok yang dari awalnya
dalam kondisi yang sama.35Rumus yang digunakan dalam uji homogenitas ini adalah
uji Harley. Uji Harley merupakan uji homogenitas variansi yang sangat sederhana
karena kita cukup membandingkan variansi terbesar dengan variansi terkecil.36
Rumusnya adalah sebagai berikut:
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹𝑚𝑎𝑥 =
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Kriteria pengujian adalah membandingkan hasil hitung rumus dengan tabel nilai –
nilai F pada signifikansi 5% sebagai berikut:
𝑇𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝐻0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

𝑇𝑜𝑙𝑎𝑘 𝐻0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 37

2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah suatu variabel normal atau tidak.
Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Untuk menguji
normalitas data dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan ketentuan jika
Asymp. Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal.38 Dalam hal ini menggunakan
bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16.0 for
Windows.

35 Agus Irianto. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2007). Hlm.
272
36 Ibid, hlm. 276
37 Ibid, hal 277
38 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2009), hal. 78.

20
3. Uji t-Test
Setelah semua perlakuan berakhir kemudian peserta didik diberikan tes (post
test). Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk
mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan.
Adapun untuk menjawab hipotesis penelitian digunakan statistik parametris.
Statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis dua sampel bila datanya
berbentuk interval atau ratio dengan menggunakan t-test.39Teknik t-test (disebut juga
t-score, t-ratio, t-technique, student-t) adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk
menguji signifikansi perbedaan 2 buah mean yang berasal dari dua buah
distribusi.40Data yang akan dianalisis diperoleh dari nilai hasil belajar pada saat post-
test dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumus sebagai berikut:
X1  X 2
t  test  41

 SD1   SD2 
2 2
   
 N 1   N 1
 1   2 

Keterangan: X1 = Rata-rata pada distribusi sampel 1

X2 = Rata-rata pada distribusi sampel 2


2
SD1 = Nilai varian pada distribusi sampel 1
2
SD2 = Nilai varian pada distribusi sampel 2
N1 = Jumlah individu pada sampel 1
N2 = Jumlah individu pada sampel 2

39 Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. (Bandung: Alfabeta. 2007), hlm.121


40 Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, (Malang: UMM Press, 2006), hlm 81.
41 Ibid, hlm. 82

21

Anda mungkin juga menyukai