Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Manajemen Keuangan, Manajemen Persediaan”.Sayaberharap tugas ini dapat
diterima dengan baik oleh ibu dosen dan para pembacanya karena sayasudah
berusaha untuk menyelesaikan tugas ini semaksimal mungkin
Saya menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, bila
terdapat kesalahan dan kekurangan pada tugas ini sayamohon maaf yang sebesar-
besarnya, seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak. Kritik dan saran
yang bersifat membangun terbuka untuk pengembangan lebih lanjut. Akhir kata,
sayamengucapkan terimakasih.
Denpasar, 16 Oktober2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berkaitan dengan manajemen persediaan pada bab ini dibahas : akuntansi
persediaan, penentuan persediaan yang optimal dengan pembelian yang paling
ekonomis baik menggunakan potongan ataupun tidak, dan sistem pengendalian
persediaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pembahasan
Pembelian : Persediaan akhir:
1/5 1.000 x 250 = Rp 250.000 14.000 – 11.000 = 3.000
3/5 5.000 x 170 = 850.000
10/5 4.000 x 200 = 800.000
23/5 4.000 x 230 = 920.000
14.000 Rp 2.820.000
Penjualan
6/5 3.000 x 250 = Rp 750.000
11/5 4.500 x 250 = 1.125.000
17/5 3.500 x 200 = 700.000
26/5 6.000 x 250 = 1.500.000
11.000 Rp 4.075.000
Identifikasi khusus
Misalkan sisa persediaan akhir 31/12- 2005 terdiri dari
1.000 x 250 =Rp 250.000
2.100 x 170 = 17.000
2.120 x 230 = 27.600
Rp 294.600.000
4
2.2 Economical Order Quantity (EOQ)
Apabila jumlah kebutuhan persediaan dalam satu periode dapat diketahui
dengan pasti maka Economical Order Quantity (EOQ) bisa diterapkan untuk
menentukan jumlah pembelian yang paling ekonomis. Secara lebih spesifik
pengertian Economical Order Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang
yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai
jumlah pembelian yang optimal. Biaya variabel persediaan pada prisipnya dapat
digolongkan dalam :
Set-up costs akan semakin besar apabila Order Quantity semakin besar.
5
Storage atau carry ing costs adalah biaya yang berubah-ubah dengan
besarnya persediaan. Penentuan besarnya biaya ini didasarkan atas rata-rata
persediaan, dan biaya ini kadang-kadang dinyatakan dalam persentase dari nilai
dalam rupiah dari rata-rata persediaan atau dinyatakan dalam rupiah per unit.
Carrying cost akan semakin kecil apabula jumlah material yang dipesan
semakin kecil. Besarnya EOQ dapat ditentukan dengan dua formula :
Dimana :
S = biaya pemesanan
6
Contoh (dalam bentuk presentase)
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gedung adalah 30% dari nilai rata –
rata persediaan. Biaya pemesanan adalah Rp 20.000 setiap kali pesan. Jumlah
material yang dibutuhkan selama setahun sebanyak 1.000 unit dengan harga Rp
1.000 per unit nya.
2𝑅𝑆
EOQ = √ 𝑃𝐼
2(1.000)(20.000)
EOQ = √ 0,30(1000)
= 365 unit
Kebutuhan selama satu periode adalah 1000 unit, biaya setiap kali pesan
adalah Rp 20.000, biaya simpan per unit sebesar Rp 1000 harga per unit bahan
1000
2𝑅𝑆
EOQ = √ 𝐶
2(1000)(20000)
EOQ = √ 1000
= 200 unit
7
Hubungan antara biaya pesanan, biaya penyimpanan barang digudang dan
jumlah biaya selama suatu periode dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1
EOQ
Berdasarkan Gambar 1 tampak bahwa biaya pesan akan semakin menurun apabila
jumlah pemesanan semakin besar untuk setiap kali pesan. Sebaliknya biaya
simpan akan semakin besar apabila jumlah pemesanan semakin besar setiap kali
pesan. Dengan demikian total biaya persediaan mula mula akan menurun dengan
sama besarnya jumlah pemesanan, tetapi sampai pada satu titik total biaya akan
meningkat. Titik pada saat total biaya terendah menunjukkan besarnya jumlah
persediaan yang optimal.
Gambar 2
Rata-rata Persediaan
8
2.3 Reorder Point dan Safety Stock
Reorder point adalah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi
sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan bahan baku yang dipesan
itu adalah tepat waktu. Kebutuhan akan bahan baku di ketahui secara pasti, tetapi
untuk melakukan pesanan di perlukan waktu 10 hari. Dalam satu tahun
perusahaan beroperasi selama 320 hari maka berarti dalam selama setahun
perusahaan harus melakukan pemesanan sebanyak 10 kali pesanan atau
perusahaan harus memesan setiap 20 hari. Itu berarti bahwa pesediaan sebesar
2.000 unit akan habis untuk proses selama 20 hari
Dengan demikian perusahaan harus melakukan pemesanan saat persedian
yang ada hanya cukup untuk beroperasi selama waktu menunggu sehingga
pesanan yang baru tiba atau lead time
2.000
Reorder point (ROP) = x 10 = 1000 unit
20
Berarti pesanan harus dilakukan pada saat persediaam mencapai 1000 unit
Gambar 3
Reorder Point
Apabila pemakaian setiap periode tidak pasti maka perusahaan perlu
mempertahankan safety stock agar ketidakpastian atau keterlambatan datangnya
pesanan yang baru dan pemakaian bahan tidak menunggu operasi perusahaan.
Andaikan perusahaan menentukan safety stock sebesar 200 unit, maka dengan
data yang sama reorder point harus dilakukan saat persediaan mencapai 700 unit,
atau sebesar pemakaian selama leadtime ditambah dengan safety stock.
9
Gambar 4
Reorder Point dengan Safety Stock
Pada Gambar 4 nampak bahwa beberapa kemungkinan dalam pemakaian dan
lead time itu terjadi. Ada kemungkinan besarnya pemakaian setiap periode tidak
pasti, atau kemungkinan lain yakni leadtime selama 8 hari tetapi kenyataannya
pesanan sudah tiba dalam waktu 7 hari dengan demikian persediaan menjadi lebih
besar dari yang seharusnya. Keadaan lain misalnya pemakaian yang jauh lebih
besar sehingga persediaan yang ada akan habis dalam waktu yang lebih cepat,
sementara pesanan yang baru belum tiba. Oleh karena itu tampak bahwa untuk
menghindari masalah ketidakpastian itu perusahaan perlu mempertahankan
persediaan pengaman (safety stock). Dan safety stock menjadi begitu penting
untuk mempertahankan agar kontinuitas dapat terjamin.
10
menjadi lebih besar. Tetapi biaya yang lain yakni biaya simpan akan menjadi
lebih kecil karena perusahaan akan melakukan pemesanan sebanyak 5 kali saja.
Dengan demikian apabila perusahaan akan memanfaatkan tawaran potongan ini
maka biaya yang harus ditanggung adalah:
2. Biaya pesanan
(20.000/6000 x Rp 10.000) = Rp 33.333,33
3. Biaya simpan
(6.000/2 x Rp 1.00) = Rp 300.000
Total biaya Rp 19.333.333
11
adanya sistem pengendalian persediaan yang lainnya. Dalam bagian ini akan
dibahas sistem pengendalian persediaan yang lainnya.
1. Sistem Komputerisasi
Perkembangan teknologi komputer akhirakhir ini telah mengubah
sistem pengendalian persediaan. Banyak perusahaanperusahaan besar
memanfaatkan komputer dalam manajemen persediaan. Dengan
komputerisasi dimungkinkan pencatatan, persediaan, pengurangan, dan
pengelohan data persediaan dilakukan dengan sangat tepat. Selain itu
komputer menyediakan data kapan harus dilakukan pesanan kembali. Di
Indonesia pemanfaatan sistem komputer didalam pengendaliaan
persediaan gudang. Dengan sistem ini memungkinkan pencatatan transaksi
dapat dilakukan dengan cepat.
2. Sistem Just-in Time
Sistem Justin Time pertama kali dikembangkan di Jepang yang
dipergunakan untuk mensinkroonkan kecepatan bagian produksi dengen
bagian pengiriman bahan dari supplier. Metode ini diterapkan pada
perusahaan besar seperti perusahan mobil Toyota, yang mencoba menekan
persediaan yang harus dipertahankan dengan cara menyesuaikan kecepatan
proses perakitan atau assembling dengan pengirimin bahan dari
suplliernya. Spare part diterima hanya beberapa jam atau bahkan beberapa
menit sebelum spare part diperlukan. Justin time tidak hanya dapat
diterapkan di perusahaan besar tetapi dapat juga diterapkan oleh perusaan
kecil, bahkan perusahaan kecil lebih mudah menerapkannya karena relatif
lebih mudah dalam redefine job function dibandingkan dengan perusahaan
besar.
3. Sistem pengendalian ABC
Metode ABC pada prinsipnya memperhatikan factor harga atau
nilai persediaan, frekuensi pemakaian, risiko kehabisan persediaan, dan
lead time. Barangbarang yang nilai, frekuensi pemakaian dan risiko
kehabisan tinggi dikelompokkan ke dalam kelompok A. kelompok ini
berarti mencakup kelompok barang yang sangat penting untuk diawasi
dengan seksama. Kelompok B, mencakup barangbarang yang relatif
12
kurang penting sedangkan di luar kedua kelompok tersebut
dikelompokkan ke dalam kelompok C. Kelompok C ini mungkin saja
secara kuantitas besar tetapi dari segi nilai relatif kecil dibandingkan
dengan kelompok A. Dengan metode ini manajemen menitikberatkan pada
kelompok A yang bernilai strategis bagi perusahaan. Karena
ketidaktepatan dalam manajemen kelompok A akan berakibat sangat besar
bagi kelangsungan perusahaan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen persediaan penting bagi khususnya bagi perusahaan manufaktur,
karena kesalahan dalam investasi persediaan akan mengganggu kelancaraan
operasi perusahaan. Apabila persediaan terlalu kecil maka kegiatan-kegiatan
operasi besar kemungkinannya mengalami penundaan, atau perusahaan beroperasi
pada kapasitas rendah. Sebaliknya apabila persediaan terlalu besar maka akan
mengakibatkan perputaran persediaan yang rendah sehingga profitabilitas
perusahaan menurun.
Apabila jumlah kebutuhan persediaan dalam satu periode dapat diketahui
dengan pasti maka Economical Order Quantity (EOQ) bisa diterapkan untuk
menentukan jumlah pembelian yang paing ekonomis. Saat atau titik dimana harus
diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan
bahan baku yang dipesan itu adalah tepat waktu bisa dilakukan dengan analisis
Reorder point.
Apabila pemakaian setiap periode tidak pasti maka perusahaan perlu
mempertahankan safety stock agar ketidakpastian atau keterlambatan datangnya
pesanan yang baru dan pemakaian bahan tidak menunggu operasi perusahaan.
Apabila jumlah kebutuhan persediaan dalam satu periode tidak dapat
diketahui dengan pasti maka, akan diperlukan adanya sistem pengendalian
persediaan seperti : sistem komputerisasi, sistem just-in time, dan sistem
pengendalian ABC.
14
DAFTAR PUSTAKA
15