Disusun oleh:
Putri Syifa Humaira
1306377700
Ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron yang berkontribusi pada total GFR. Akibat
etiologi di atas, ginjal melakukan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
GFR. Lambat laun, nefron yang masih berfungsi baik mengalami kegagalan dalam
mengatur autoregulasi tekanan glomerular sehingga menyebabkan hipertensi sistemik
dalam glomerulus. Kerusakan fungsi ginjal tersebut akan menurunkan fungsi
ekskretorik dan non ekskretorik. Kerusakan fungsi ekskretorik ginjal antara lain
penurunan ekskresisisa nitrogen, penurunan reabsorbsi natrium pada tubular,
penurunan ekskresi kalium, penurunan ekskresi fosfat, dan penurunan ekskresi
hidrogen. Sedangkan fungsi non ekskretorik diantaranya kegagalan mengubah bentuk
inaktif Ca, penurunan produksi eritropoetin, dan menurunkan fungsi insulin.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan manifestasi klinis dari kondisi kegawatdaruratan pada CKD antara lain
(VA/DoD Clinical Practice Guidelines, 2014; Jones & Fix, 2009):
Letargi
Gagal ginjal akut
Penurunan tekanan darah akibat kelebihan cairan yang disebabkan edema paru
dan perifer
Hiperkalemia (potassium ≥ 6.0 mEq/L) – (rentang normal 3.5-5.3mEq/L)
Asidosis metabolic (bikarbonat ≤16 mEq/L) – (rentang normal 24-28 mEq/L)
Pericarditis
Enselopati/penurunan kesadaran
Gejal auremik, seperti nausea, mual dan muntah persisten, anoreksia
Kejang
4. Pengkajian Primer
A: Airway
Kaji apakah ada obstruksi jalan nafas yang diakibatkan oleh penurunan kesadaran.
B: Breathing
Klien dengan CKD dapat mengalami pernapasan kussmaul akibat asidosis metabolik.
Perubahan ritme nafas juga dapat terjadi karena edema paru.
C: Circulation
Hiperkalemia menyebabkan pasien dengan CKD mengalami aritmia atau perubahan
ritme jantung. Aritmia ditandai dengan nadi yang abnormal dan irregular. Selain itu,
dapat terjadi penurunan tekanan darah disebabkan kelebihan cairan (edema pulmonal
dan perifer) dan dehidrasi/sepsis. Edema paru menyebabkan oksigenasi klien
terganggu sehingga perlu pemeriksaan analisis gas darah untuk mengetahui apakah
klien mengalami hipoksemia dan hipokapnea. Klien dengan CKD seringkali
mengalami dehidrasi, oleh karena itu perlu mengkaji turgor kulit untuk mengetahui
status hidrasi.
D: Disability
Kaji tingkat kesadaran klien. Klien dengan CKD dapat mengalami ensefalopati
metabolik yang ditandai dengan letargi dan penurunan kesadaran.
E: Elimination
Lakukan pengkajian pada urine output klien, apakah klien mengalami oliguria atau
bahkan anuria. Urin yang kurang dari 400 ml/24 jam menandakan gagal ginjal akut.
5. Pengkajian Sekunder
Adapun pengkajian sekunder yang perlu dilakukan antara lain (Jones & Fix, 2009):
- Pemeriksaan BUN serum, kreatinin, elektrolit, DPL, pemeriksaan koagulasi
(PT/PTT), osmolaritas serum, panel kimia
- Urinalisis dengan pemeriksaan mikroskopik
- Kultur dan sensitivitas urin
- Elektrolit urin dan osmolaritas urin
- Urin 24 jam untuk bersihan kreatinin
- Pemindaian ultrasonografi ginjal
- Rontgen dada
- Biopsi ginjal
- Laju LFG
- Rontgen ginjal-ureter-kandung kemih
- Pielogram intravena
- CT scan atau MRI ginjal
- Arteriogram grinjal
6. Diagnosa Keperawatan
Kelebihan cairan ditandai dengan perubahan tekanan darah, status mental,
tekanan arteri pulmonal, dan pola nafas; azotemia; edema; dyspnea; oliguria
berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus
Kerusakan pertukaran gas ditandai dengan abnormalitas pH arteri, gas darah
arteri, pola nafas, warna kulit, konfusi, sianosis, dyspnea, iritabilitas, takikardia,
dan gangguan pengelihatan berhubungan dengan pertukaran membran alveolar-
kapiler
Penurunan cardiac output ditandai dengan perubahan EKG, penurunan tekanan
vena sentral, edema, dyspnea, oliguria, kulit pucat, perubahan kecepatan denyut
jantung berhubungan dengan perubahan ritme jantung
7. Penanganan Kegawatdaruratan
Pada pasien dengan oliguria atau anuria dilakukan rangsangan diuresis dengan
memberikan loop diuretic yang dianjurkan dengan bolus furosemide 100 mg
dilanjutkan dengan drip melalui infus, dosis tidak melebihi 500 mg/hari. Bila tidak
berhasil harus dihentikan karena dapat menyebabkan tuli yang menetap (Subekti, et
al, 2000).
Overload cairan dapat dihindari dengan pembatasan asupan garam dan cairan
hanya sekitar 400-500 ml/hari ditambah sejumlah kencing sehari sebelumnya.
Hiperkalemia lebih dari 6 mEq/L harus segera ditangani, disamping membatasi
asupan kalium, dapat diberikan kalsium glukonas 10% 1-3 ampul dalam infuse cepat,
atau infus dextrose 10% dengan atau tanpa insulin, atau infuse natrium bikarbonat 50-
100 ml dalam waktu 1-2 jam.
Apabila pasien mengalami asidosis metabolik, maka dapat dikoreksi dengan
natrium bikarbonat, namun perlu hati-hati karena dapatvmenyebabkan penambahan
natrium dan air. Semua tindakan di atas dapat dilakukan sebelum atau sambil
persiapan dialysis karena tindakan-tindakan tersebut hanya bersifat sementara,
kemudian tetap perlu dilakukan dialysis untuk mengatasi kondisi pasien. Tindakan
dialysis perlu segera dilakukan jika timbul gejala-gejala uremia seperti anoreksia,
muntah, perikarditis, overload cairan, dangan gangguan elektrolit yang tidak dapat
ditoleransi secara konservatif dengan tindakan simtomatik. Jenis dialisis yang
digunakan masih banyak yang konvensional dengan memakai cairan bikarbonat
sebagai dialisa karena lebih sedikit mempengaruhi hemodinamik. Peritoneal dialysis
dapat juga dipakai, namun kurang efektif bila dalam keadaan hiperkatabolik.
Komplikasi Hemodialisis
Komplikasi hemodialisis akut yang menjadi sorotan keperawatan kritis adalah sebagai
berikut (Bieberb & Himmefalb, 2013):
10. WOC
VENTILATOR
A. Pengertian
Ventilator adalah mesin yang membantu pernafasan. Ventilator berfungsi untuk
membantu memenuhi oksigen paru, mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh,
membantu pasien untuk lebih mudah bernafas, membantu pasien yang kehilangan
kemampuan untuk bernafas. Ventilator menyalurkan gas ke paru-paru dengan
menggunakan tekanan positif pada tingkat tertentu. Jumlah gas disampaikan dapat
dibatasi oleh waktu, tekanan atau volume. Durasi bisa dikontrol dengan waktu,
tekanan atau aliran (Smeltzer, et al, 2010)
B. Indikasi
Indikasi klinis.
- Perburukan klinis
- Takipnea : RR > 35x/mnt
- Hypoxia : pO2<60mm Hg
- Hypercarbia: pCO2 > 55mm Hg
- Minute ventilation<10 L/min
- Volume Tidal <5 ml/kg
H. Komplikasi
1. Ventilator Induced Lung Cedera
toksisitas oksigen
Barotrauma / volutrauma
2. Komplikasi Kardiovaskular: penurunan curah jantung (biasanya, tidak selalu
dan sering kita bahkan tidak menyadari)
3. Ventilator-associated Pneumonia (VAP)
I. Alarm
b. Pressure
High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg diatas PIP pasien rata-
rata. Alarm akan berbunyi jika tekanan meningkat dimanapun selama
masih di sirkuit ventilator.
Penyebab Penatalaksanaan
Peningkatan hambatan aliran gas Luruskan selang nafas ventilator. Auskultasi
suara nafas dan berikan bronkodilator jika
diperlukan
Penurunan compliance paru Turunkan flow rate/VT/gunakan control
mode
Pasien melawan ventilator (fighting) Disconnect dari ventilator, lakukan bagging
Jika respiratory distress tidak ada, maka
masalahnya ada pada ventilator.
Jika ada usaha nafas dari pasien, gunakan
SIMV
Low inspiratory pressure
Biasanya disetting 5-10 cmHg dibawah PIP. Alarm akan berbunyi jika
tekanan di sistem lebih rendah dari settingan
Penyebab Penatalaksanaan
Gangguan pada pasien dengan ventilator Koreksi kebocoran atau saluran yang lepas
Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan sumber udara tidak adekuat
Penyebab Penatalaksanaan
Kehilangan sumber udara/kehilangan Cek sambungan dengan sumber udara. Jika
tekanan dalam sumber udara karena turunnya tekanan ventilator tidak
berfungsi, lakukan ventilasi secara manual
Low PEEP/CPAP
Parameter alarm PEEP/CPAP biasanya diatur 3-5cmHg dibawah settingan
PEEP/CPAP yang digunakan
Penyebab Penatalaksanaan
Kerusakan pada sirkuit ventilator Evaluasi dan koreksi sumber kerusakan
c. Volume
Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute volume venyilation
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak tersambungnya ventilator sistem Kebocoran bisa bersumber dari mulut atau
dengan pasien (cth: alat terlepas dari koreksi sirkuit.
pasien) Tanda dan gejala pada pasien:
Terjadi kebocoran Hipoksemia dan hiperkabnia
Kebocoran bisa juga karena malposisi
alat pada jalan napas, udara dapat
ditambahkan pada cuff
Jika kebocoran tidak dapat diperbaiki
dalam waktu singkat, maka reset kembali
parameter alarm (VT) untuk
mengkompensasi volume yang hilang
Pasien dalam penggunaan ventilator Kaji penyebab penurunan compliance paru
dengan PC mode, pasien dengan atau penurunan resistensi jalan nafas
penurunan compliance, penurunan Kaji tanda dan gejala kelelahan otot nafas
resistensi atau kelelahan pada pasien : RR, pola napas irregular,
penggunaan otot-otot aksesoris pernapasan
Meningkatkan tekanan inpirasi untuk
mendapatkan VT yang cukup, meningkatkan
jumlah nafas bantuan, atau mengubah mode
ventilator menjadi volume cycled mode
Mencapai tekanan batas atas tekanan Gangguan disebabkan karena tingginya
tertinggi karena ventilator membuang tekanan inspirasi
sisa VT
Sensor dalam kondisi basah, Keringkan sensor dan susun kembali
menyebabkan tidak akuratnya
pengukuran volume ekspirasi
Tidak cukupnya aliran gas Awasi/kaji adanya waktu inpirasi yang
memanjang dengan mengontrol I:E ratio.
Kemudian perbaiki dengan meningkatkan
aliran udra (flow rate)
d. Apnea
Alarm akan diaktifkan atau berbunyi jika tidak ada ekshalasi
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak terdeteksinya usaha nafas spontan Kaji pernapasan pasien.
dari pasien Jika pasien tidak bernafas, lepas ventilator
dang anti dengan bantuan nafas manual
(bagging). Jika nadi tidak teraba, cai bantuan
dan lakukan RJP
Lepasnya sambungan sensor ekshalasi Periksa sambungan sensor dan hubungkan
kembali dengan ventilator
e. I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau dibawah 1:1,5.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak sesuainya volume tidal, peak Cek kesiapan VT, peak inspiratory flow rate,
inspiratory flow rate dan respiratory rate dan RR control
control Jika VT dan RR settingnya sudah sesuai, atur
peak inspiratory flow rate untuk mencapai
I:E ratio normal
Metode penyapihan
a. Metode T.Piece
Teknik penyapihan dengan menggunakan suatu alat yang bentuknya seperti huruf T.
pemberian oksigen harus lebih tinggi 10% dari oksigen saat penggunaan ventilator.
Pasien dinyatakan siap diekstubasi jika penggunaan T. Piece lebih banyak dari
penggunaan ventilator. Keuntungannya adalah proses penyapihan lebih cepat
b. Metode SIMV
Metode dengan cara mengurangi bantuan ventilasi dengan cara mengurangi frekuensi
pernapasan yang diberikan oleh mesin. Dengan menggunakan metode ini pasien dapat
metih otot-otot pernapasan, lebih aman dan pasien tidak merasakan ketakutan, tetapi
kerugiannya berlangsung lambat
c. Metode PSV
Dengan cara mengurangi jumlah tekanan yang diberikan ventilator
Prosedur Penyapihan
a. Memberitahukan pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak pada awal
weaning. Lakukan support mental pada pasien terutama yang sudah menggunakan
ventilator dalam waktu lama
b. Meminimalkan obat-obat sedasi
c. Melakukan pada pagi hari atau siang hari dimana masih banyak staff ICU dan kondisi
pasien stabil
d. Membersihkan jalan nafas, memposisikan pasien senyaman mungkin
e. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semula
f. Melakukan monitoring keluhan subjektif, nadi, RR, irama jantung, kerja nafas, dan
saturasi O2
g. Mengawasi analisa gas darah 30 menit setelah prosedur
h. Melakukan dokumentasi yang meliputi teknik weaning, respon pasien, dan lamanya
weaning
Algoritma Penyapihan
.
Referensi