Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

INTENSIVE CARE UNIT

Disusun oleh:
Putri Syifa Humaira
1306377700

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2017
1. Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah penyakit irreversibel dan progresif yang menurunkan
fungsi jaringan ginjal. Penyakit ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbanagn cairan serta elektrolit menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddart, 2001). Penyakit ini
terjadi selama lebih dari 3 bulan. Diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika
nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/ menit. Batasan karakteristik penyakit
ginjal kronik yaitu
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelianan struktur atau fungsi ginjal dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan: kelainan patologi
(kerusakan ginjal seperti proteinuria).
2. Laju filtrasi glomerulus < 60ml/menit selama > 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal (Price, S.A & Wilson, 2003).
Pada pasien dengan CKD, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi
glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus
yang lebih rendah. Untuk mendapatkan GFR harus mengukur konsentrasi sampel
plasma (px) dalam sampel urin (Ux) dan volume urin dalam periode tertentu,

GFR (ml/menit) = Ux (mg/ml) V (ml/menit)


Px (mg/ml)
Ada lima stadium menurut (Price, S.A & Wilson, 2003)
- Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal
- Stadium 2 adalah kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan
- Stadium 3 adalah kerusakan ginjal dengan penurunan yang sedang fungsi ginjal
- Stadium 4 adalah kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal
- Stadium 5 adalah gagal ginjal.

Stadium Deskripsi LFG (ml/menit/1,73 m2)


0 Risiko meningkat  90 dengan faktor
risiko
1 Kerusakan ginjal disertai GRF >90
normal atau meningkat
2 Penurunan ringan GRF 60-89
3 Penurunan moderat GFR 30-59
4 Penurunan berat GFR 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Gagal ginjal kronik dalam perjalanan penyakitnya dapat menjadi kondisi


kegawatdaruratan ketika terjadi komplikasi yang ditandai dengan gangguan
elektrolit, kelebihan cairan, asidosis metabolic berat, dan lain-lain.
2. Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab yang mendasari kasus CKD bermacam-macam, diantaranya penyakit
glomerulus baik primer maupun sekunder, penyakit vaskuler, infeksi, nefritis
interstisial, obstruksi saluran kemih.Patofisiologi penyakit CKD melibatkan dua
mekanisme kerusakan yaitu
a. Mekanisme pencetus spesifik yang mendasari kerusakan selanjutnya seperti
kompleks imun dan mediator inflamasi pada glomerulo nefritis, atau pajanan zat
toksin pada penyakit tubulus ginjal dan interstisium
b. Mekanisme kerusakan progresif yang ditandai dengan adanya hiperfiltrasi dan
hipertrofi nefron yang tersisa.

Ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron yang berkontribusi pada total GFR. Akibat
etiologi di atas, ginjal melakukan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
GFR. Lambat laun, nefron yang masih berfungsi baik mengalami kegagalan dalam
mengatur autoregulasi tekanan glomerular sehingga menyebabkan hipertensi sistemik
dalam glomerulus. Kerusakan fungsi ginjal tersebut akan menurunkan fungsi
ekskretorik dan non ekskretorik. Kerusakan fungsi ekskretorik ginjal antara lain
penurunan ekskresisisa nitrogen, penurunan reabsorbsi natrium pada tubular,
penurunan ekskresi kalium, penurunan ekskresi fosfat, dan penurunan ekskresi
hidrogen. Sedangkan fungsi non ekskretorik diantaranya kegagalan mengubah bentuk
inaktif Ca, penurunan produksi eritropoetin, dan menurunkan fungsi insulin.

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan manifestasi klinis dari kondisi kegawatdaruratan pada CKD antara lain
(VA/DoD Clinical Practice Guidelines, 2014; Jones & Fix, 2009):
 Letargi
 Gagal ginjal akut
 Penurunan tekanan darah akibat kelebihan cairan yang disebabkan edema paru
dan perifer
 Hiperkalemia (potassium ≥ 6.0 mEq/L) – (rentang normal 3.5-5.3mEq/L)
 Asidosis metabolic (bikarbonat ≤16 mEq/L) – (rentang normal 24-28 mEq/L)
 Pericarditis
 Enselopati/penurunan kesadaran
 Gejal auremik, seperti nausea, mual dan muntah persisten, anoreksia
 Kejang

4. Pengkajian Primer

A: Airway
Kaji apakah ada obstruksi jalan nafas yang diakibatkan oleh penurunan kesadaran.
B: Breathing
Klien dengan CKD dapat mengalami pernapasan kussmaul akibat asidosis metabolik.
Perubahan ritme nafas juga dapat terjadi karena edema paru.
C: Circulation
Hiperkalemia menyebabkan pasien dengan CKD mengalami aritmia atau perubahan
ritme jantung. Aritmia ditandai dengan nadi yang abnormal dan irregular. Selain itu,
dapat terjadi penurunan tekanan darah disebabkan kelebihan cairan (edema pulmonal
dan perifer) dan dehidrasi/sepsis. Edema paru menyebabkan oksigenasi klien
terganggu sehingga perlu pemeriksaan analisis gas darah untuk mengetahui apakah
klien mengalami hipoksemia dan hipokapnea. Klien dengan CKD seringkali
mengalami dehidrasi, oleh karena itu perlu mengkaji turgor kulit untuk mengetahui
status hidrasi.
D: Disability
Kaji tingkat kesadaran klien. Klien dengan CKD dapat mengalami ensefalopati
metabolik yang ditandai dengan letargi dan penurunan kesadaran.
E: Elimination
Lakukan pengkajian pada urine output klien, apakah klien mengalami oliguria atau
bahkan anuria. Urin yang kurang dari 400 ml/24 jam menandakan gagal ginjal akut.
5. Pengkajian Sekunder
Adapun pengkajian sekunder yang perlu dilakukan antara lain (Jones & Fix, 2009):
- Pemeriksaan BUN serum, kreatinin, elektrolit, DPL, pemeriksaan koagulasi
(PT/PTT), osmolaritas serum, panel kimia
- Urinalisis dengan pemeriksaan mikroskopik
- Kultur dan sensitivitas urin
- Elektrolit urin dan osmolaritas urin
- Urin 24 jam untuk bersihan kreatinin
- Pemindaian ultrasonografi ginjal
- Rontgen dada
- Biopsi ginjal
- Laju LFG
- Rontgen ginjal-ureter-kandung kemih
- Pielogram intravena
- CT scan atau MRI ginjal
- Arteriogram grinjal

6. Diagnosa Keperawatan
 Kelebihan cairan ditandai dengan perubahan tekanan darah, status mental,
tekanan arteri pulmonal, dan pola nafas; azotemia; edema; dyspnea; oliguria
berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus
 Kerusakan pertukaran gas ditandai dengan abnormalitas pH arteri, gas darah
arteri, pola nafas, warna kulit, konfusi, sianosis, dyspnea, iritabilitas, takikardia,
dan gangguan pengelihatan berhubungan dengan pertukaran membran alveolar-
kapiler
 Penurunan cardiac output ditandai dengan perubahan EKG, penurunan tekanan
vena sentral, edema, dyspnea, oliguria, kulit pucat, perubahan kecepatan denyut
jantung berhubungan dengan perubahan ritme jantung

7. Penanganan Kegawatdaruratan
Pada pasien dengan oliguria atau anuria dilakukan rangsangan diuresis dengan
memberikan loop diuretic yang dianjurkan dengan bolus furosemide 100 mg
dilanjutkan dengan drip melalui infus, dosis tidak melebihi 500 mg/hari. Bila tidak
berhasil harus dihentikan karena dapat menyebabkan tuli yang menetap (Subekti, et
al, 2000).
Overload cairan dapat dihindari dengan pembatasan asupan garam dan cairan
hanya sekitar 400-500 ml/hari ditambah sejumlah kencing sehari sebelumnya.
Hiperkalemia lebih dari 6 mEq/L harus segera ditangani, disamping membatasi
asupan kalium, dapat diberikan kalsium glukonas 10% 1-3 ampul dalam infuse cepat,
atau infus dextrose 10% dengan atau tanpa insulin, atau infuse natrium bikarbonat 50-
100 ml dalam waktu 1-2 jam.
Apabila pasien mengalami asidosis metabolik, maka dapat dikoreksi dengan
natrium bikarbonat, namun perlu hati-hati karena dapatvmenyebabkan penambahan
natrium dan air. Semua tindakan di atas dapat dilakukan sebelum atau sambil
persiapan dialysis karena tindakan-tindakan tersebut hanya bersifat sementara,
kemudian tetap perlu dilakukan dialysis untuk mengatasi kondisi pasien. Tindakan
dialysis perlu segera dilakukan jika timbul gejala-gejala uremia seperti anoreksia,
muntah, perikarditis, overload cairan, dangan gangguan elektrolit yang tidak dapat
ditoleransi secara konservatif dengan tindakan simtomatik. Jenis dialisis yang
digunakan masih banyak yang konvensional dengan memakai cairan bikarbonat
sebagai dialisa karena lebih sedikit mempengaruhi hemodinamik. Peritoneal dialysis
dapat juga dipakai, namun kurang efektif bila dalam keadaan hiperkatabolik.

Terapi Penggantian Ginjal


Terapi penggantian ginjal (renal replacement therapy, RRT) merupakan
istilah umum untuk menggambarkan berbagai penatalaksanaan subtitusi yang tersedia
untuk gagal ginjal kronik tahap akhir (ESCRF) yang berat dan akut, termasuk dialisis
(hemodialisis dan dialisis peritoneal), hemofiltrasi, dan transplantasi ginjal (Jones &
Fix, 2009).
Hemodialisis merupakan salah satu RRT yang digunakan dalam
penatalaksanaan gagal ginjal untuk mengeluarkan kelebihan cairan dan produk sisa
sehingga terjadi perbaikan kimiawi dan elektrolit. Kinerja hemodialisis akan
melewatkan darah klien melalui suatu membran semipermeabel buatan untuk
melakukan fungsi filtrasi dan ekskresi ketika ginjal tidak dapat menjalankan fungsi
ekskretorik secara efektif. Dialisis bekerja dengan menggunakan perpindahan pasif
toksin-toksin melalui difusi (pergerakan molekul dari area konsentrasi tinggi ke area
konsentrasi rendah). Darah dan dialisat (larutan untuk dialisis) yang mengandung
elektrolit dan H20 yang sangat menyerupai plasma akan mengalir dalam arah yang
berlawanan melalui membran semipermeabel. Darah pasien mengandung kelebihan
H2) dan kelebihan elektrolit dan sisa metabolik. Selama dialisis, produk sisa dan
kelebihan H2) bergerak dari darah menuju dialisat akibat adanya perbedaan
konsentrasi. Elektrolit dapat bergerak masuk atau keluar darah atau dialisat. Pola
sirkulasi ini berlangsung selama jangka waktu tertentu, umumnya 3-4 jam. Komponen
pada sistem hemodialisis mencakup dialiser, dialisat, akses vaskular, mesin
hemodialisis. Heparin digunakan untuk mencegah pembekuan darah di dalam dialiser
atau selang darah. Dosis heparin ditentukan bedasarkan kebutuhan pasien. Beberapa
hal penting yang menjadi nursing consideration dalam melakukan asuhan
keperawatan hemodialisis antara lain:
 Banyak obat yang akhirnya dapat terdialisis
 Obat vasoaktif dapat menyebabkan hipotensi. Oleh karena itu, obat ini dapat
ditunda setelah dialisis
 Banyak antibiotik diberikan setelah dan pada hari pasien menjalani dialisis
8. Algoritma
9. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan dilakukan setelah klien mendapatkan terapi hemodialisis. Adapun
pemantauan yang dilakukan pascadialisis antara lain:
 Memantau tanda-tanda vital pasien setiap jam selama 4 jam, kemudian setiap 4
jam sekali. (Hipotensi dapat terjadi sekunder akibat hipovolemia sehingga klien
membutuhkan cairan IV; peningkatan suhu dapat terjadi setelah dialisis akibat
penghangatan darah pada mesin dialisis)
 Pengecekan berat badan pascadialisis
 Hindari semua prosedur invasif selama 4-6 jam setelah dialisis jika
menggunakan antikoagulan

Komplikasi Hemodialisis
Komplikasi hemodialisis akut yang menjadi sorotan keperawatan kritis adalah sebagai
berikut (Bieberb & Himmefalb, 2013):
10. WOC
VENTILATOR
A. Pengertian
Ventilator adalah mesin yang membantu pernafasan. Ventilator berfungsi untuk
membantu memenuhi oksigen paru, mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh,
membantu pasien untuk lebih mudah bernafas, membantu pasien yang kehilangan
kemampuan untuk bernafas. Ventilator menyalurkan gas ke paru-paru dengan
menggunakan tekanan positif pada tingkat tertentu. Jumlah gas disampaikan dapat
dibatasi oleh waktu, tekanan atau volume. Durasi bisa dikontrol dengan waktu,
tekanan atau aliran (Smeltzer, et al, 2010)

Tujuan dari pemasangan ventilator adalah:


1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
4. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

B. Indikasi
Indikasi klinis.
- Perburukan klinis
- Takipnea : RR > 35x/mnt
- Hypoxia : pO2<60mm Hg
- Hypercarbia: pCO2 > 55mm Hg
- Minute ventilation<10 L/min
- Volume Tidal <5 ml/kg

Indikasi lain adalah (Smeltzer, et.al, 2010), seperti :


- pascaoperatif bedah toraks dan abdomen - kegagalan multisystem
- penyakit neuromuskular - koma
- insufisiensi jantung - apnea yang tidak cepat pulih
- cidera inhalasi - henti jantung
- trauma multiple - henti napas
- penyakit paru obstruktif
- syok
- hipoksemia (tidak teratasi dengan pemberian O2 non-infasif)
C. Anatomi and Fsiologi Dasar Sistem Pernafasan
Proses ventilasi:
1. Pergerakan diafragma
2. Perubahan pada tekanan transpulmonal
3. Pemenuhan paru
4. Resistensi saluran nafas

D. Cara Kerja Ventilator


Ventilator meniup udara-udara atau dengan ekstra oksigen ke dalam saluran
pernapasan dan kemudian paru-paru. Saluran pernapasan merupakan pipa yang
membawa udara yang kaya oksigen ke paru-paru Anda. Mereka juga membawa
karbon dioksida, gas buang, dari paru-paru.
E. Klasifikasi Ventilator
1. Berdasarkan cara alat mendukung ventilasi
a. Ventilator tekanan negative
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan dara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas
kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti
poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi ateral amiotrifik dan miastenia
gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien
yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.

b. Ventilator bertekanan positif


Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian
mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator
jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini
secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat
tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu
bersiklus dan volume bersiklus.
2. Berdasarkan mekanisme kerja ventilator
a. Volume cycled ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah siklusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator.
Prinsip dasar macam dan mode pada ventilator type ini adalah siklusnya
menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila
telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup
inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini
bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan
juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil,
penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator.
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio
I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
d. Flow cycled Ventilator
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran
yang sudah disetting terlebih dahulu.
F. Setting ventilator
Settingan yang ada ventilator mencakup:
1. Fraksi Oksigen Inspired (FiO2): Jumlah oksigen yang diberikan kepada pasien.
Disesuaikan untuk mempertahankan O2 duduk dari> 90%. Kepedulian dengan
toksisitas oksigen dengan FiO2> 60% yang diperlukan selama 12-24 jam.
* Dalam ICU neonatal dan ICU Pediatric, O2 SATS mungkin berbeda
berdasarkan proses penyakit pasien.
2. Respiration Rate : Jumlah napas / menit. Yang diberikan ventilator
3. Volume Tidal: Jumlah udara disampaikan dengan setiap napas ventilator, biasanya
ditetapkan pada 6-8 ml / kg.
4. Sigh: Ventilator napas dengan volume yang lebih besar dari volume tidal yang
telah ditetapkan, digunakan untuk mencegah atelektasis, Namun, tidak selalu
digunakan (volume Tidal mungkin cukup untuk mencegah atelektasis)
5. Batas Tekanan: Batas tekanan tertinggi yang diizinkan oleh ventilator; Penyebab
alarm tekanan tinggi mungkin termasuk batuk, akumulasi sekret, tabung tertekuk,
pneumotoraks, penurunan kepatuhan paru
6. Positif End Ekspiration Pressure (PEEP): Tekanan dipertahankan dalam paru-
paru pada akhir ekspirasi digunakan untuk meningkatkan oksigenasi dapat
membuka collaps alveoli, meningkatkan ventilasi / perfusi, meningkatkan
oksigenasi; dapat digunakan untuk mengurangi FiO2
7. Peak Inspiration Pressure: Tekanan Puncak terdaftar pada pengukur tekanan
saluran udara selama ventilasi normal; Nilai PIP digunakan untuk mengatur tinggi
dan rendah alarm tekanan; peningkatan kepatuhan paru PIP dapat
mengindikasikan penurunan atau peningkatan resistensi paru-paru
8. Volume Menit atau Menit Ventilasi (Ve): kali tingkat pernapasan volume tidal RR
x vt = Ve Volume menit normal untuk orang dewasa adalah 5-10 liter

Setting Function Parameter


Respiratory Rate (RR) Jumlah pernapasan yang Biasanya 4-20 x/menit
diebrikan oleh ventilator
setiap menit
Tidal Volume (VT) Volume gas yang Biasanya 8-12 cc/kg
dberikan setiap kali PPOK = 10 ml/kg
ventilator bernafas (mencegah overinflation)
ARDS = 8 ml/kg
(mencegah volutrauma)
Fractional Inspired Oxygen Jumlah oksigen yang 21% to 100%; biasanya
(FIO2) diberikan oleh ventilator di set untuk menjaga
pada pasien PaO2 > 60 mmHg atau
SaO2 > 90%
Inspiratory:Expiratory (I:E) Perbandingan panjang Biasanya 1:2 atau 1:1.5
Ratio ekspirasi dan inspirasi ratio ventilasi yang
dibutuhkan
Pressure Limit Jumlah maksimum 10-20 cm H2O diatas
tekanan yang bisa peak inspiratory pressure
digunakan ventilator (PIP); maksimal 35 cm
untuk bernafas H2O
G. Mode Ventilator

MODE FUNCTION PENGGUNAAN KLINIS

Control Ventilation Memberikan Volume preset Biasanya digunakan untuk


(CV) atau tekanan terlepas dari pasien yang apnea
upaya inspirasi pasien sendiri
Assist-Control Memberikan napas dalam Biasanya digunakan untuk
Ventilation (A/C) menanggapi upaya pasien dan pasien bernapas spontan
jika pasien gagal untuk dengan kelemahan otot
melakukannya dalam jumlah pernafasan
waktu tertentu
Synchronous Napas ventilator disinkronkan Biasanya digunakan untuk
Intermittent dengan upaya pernapasan menyapih pasien dari ventilasi
Mandatory pasien mekanik
Ventilation(SIMV)

Pressure Support Tekanan Preset yang Sering digunakan dengan


Ventilation (PSV) menambah upaya inspirasi SIMV selama penyapihan
pasien dan mengurangi kerja
pernapasan

Positive End Tekanan positif diterapkan Digunakan dengan CV, A / C,


Expiratory Pressure pada akhir ekspirasi dan SIMV untuk
(PEEP) meningkatkan oksigenasi
dengan membuka colaps
alveoli

Continuous Mirip dengan PEEP tetapi Mempertahankan tekanan


Positive Airway digunakan hanya dengan positif konstan dalam saluran
Pressure (CPAP) pasien secara spontan bernapas udara sehingga resistensi
menurun

Independent Lung Berventilasi setiap paru secara Digunakan untuk pasien


Ventilation (ILV) terpisah; membutuhkan dua dengan penyakit paru-paru
ventilator dan obat penenang / unilateral atau proses penyakit
kelumpuhan yang berbeda di setiap paru-
paru

High Frequency Memberikan sejumlah kecil Digunakan untuk


Ventilation (HFV) gas dengan kecepatan tinggi ketidakstabilan hemodinamik,
(60-100 napas / menit); selama prosedur jangka
membutuhkan sedasi / pendek, atau jika pasien
kelumpuhan berisiko untuk pneumothorax
Inverse Ratio I: E rasio terbalik untuk Meningkatkan oksigenasi
Ventilation (IRV) memungkinkan inspirasi lagi; pada pasien yang masih
membutuhkan sedasi / hipoksia bahkan dengan
kelumpuhan PEEP; membuat alveoli dari
runtuh

H. Komplikasi
1. Ventilator Induced Lung Cedera
 toksisitas oksigen
 Barotrauma / volutrauma
2. Komplikasi Kardiovaskular: penurunan curah jantung (biasanya, tidak selalu
dan sering kita bahkan tidak menyadari)
3. Ventilator-associated Pneumonia (VAP)

I. Alarm

Alarm ventilator bekerja atau berbunyi verarti mengindikasikan terjadinya suatu


masalah. Mekanisme kerja alarm pada ventilator antara lain:
a. Oksigen
Alarm akan berbunyi jika FiO2 menyimpang dari settingan awal
Penyebab Penatalaksanaan
Settingan FiO2 diubah-ubah dan tidak Mengubah settingan FiO2 sesuai dengan
sesuai dengan nilai yang diharapkan nilai yang diharapkan
Analyzer oksigen error Mengkalibrasikan analyzer
Gangguan pada sumber oksigen Mengkoreksi gangguan yang terjadi

b. Pressure
 High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg diatas PIP pasien rata-
rata. Alarm akan berbunyi jika tekanan meningkat dimanapun selama
masih di sirkuit ventilator.
Penyebab Penatalaksanaan
Peningkatan hambatan aliran gas Luruskan selang nafas ventilator. Auskultasi
suara nafas dan berikan bronkodilator jika
diperlukan
Penurunan compliance paru Turunkan flow rate/VT/gunakan control
mode
Pasien melawan ventilator (fighting) Disconnect dari ventilator, lakukan bagging
Jika respiratory distress tidak ada, maka
masalahnya ada pada ventilator.
Jika ada usaha nafas dari pasien, gunakan
SIMV
 Low inspiratory pressure
Biasanya disetting 5-10 cmHg dibawah PIP. Alarm akan berbunyi jika
tekanan di sistem lebih rendah dari settingan
Penyebab Penatalaksanaan
Gangguan pada pasien dengan ventilator Koreksi kebocoran atau saluran yang lepas
 Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan sumber udara tidak adekuat
Penyebab Penatalaksanaan
Kehilangan sumber udara/kehilangan Cek sambungan dengan sumber udara. Jika
tekanan dalam sumber udara karena turunnya tekanan ventilator tidak
berfungsi, lakukan ventilasi secara manual

 Low PEEP/CPAP
Parameter alarm PEEP/CPAP biasanya diatur 3-5cmHg dibawah settingan
PEEP/CPAP yang digunakan
Penyebab Penatalaksanaan
Kerusakan pada sirkuit ventilator Evaluasi dan koreksi sumber kerusakan

c. Volume
 Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute volume venyilation
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak tersambungnya ventilator sistem Kebocoran bisa bersumber dari mulut atau
dengan pasien (cth: alat terlepas dari koreksi sirkuit.
pasien) Tanda dan gejala pada pasien:
Terjadi kebocoran  Hipoksemia dan hiperkabnia
 Kebocoran bisa juga karena malposisi
alat pada jalan napas, udara dapat
ditambahkan pada cuff
 Jika kebocoran tidak dapat diperbaiki
dalam waktu singkat, maka reset kembali
parameter alarm (VT) untuk
mengkompensasi volume yang hilang
Pasien dalam penggunaan ventilator Kaji penyebab penurunan compliance paru
dengan PC mode, pasien dengan atau penurunan resistensi jalan nafas
penurunan compliance, penurunan Kaji tanda dan gejala kelelahan otot nafas
resistensi atau kelelahan pada pasien : RR, pola napas irregular,
penggunaan otot-otot aksesoris pernapasan
Meningkatkan tekanan inpirasi untuk
mendapatkan VT yang cukup, meningkatkan
jumlah nafas bantuan, atau mengubah mode
ventilator menjadi volume cycled mode
Mencapai tekanan batas atas tekanan Gangguan disebabkan karena tingginya
tertinggi karena ventilator membuang tekanan inspirasi
sisa VT
Sensor dalam kondisi basah, Keringkan sensor dan susun kembali
menyebabkan tidak akuratnya
pengukuran volume ekspirasi
Tidak cukupnya aliran gas Awasi/kaji adanya waktu inpirasi yang
memanjang dengan mengontrol I:E ratio.
Kemudian perbaiki dengan meningkatkan
aliran udra (flow rate)

 Tingginya volume tidal ekspirasi atau minute volume venyilation


Penyebab Penatalaksanaan
Meningkatkan RR atau tidal volume Cari alasan/penyebab pasien mengalami
peningkatan volume ekspirasi:kecemasan,
nyeri, hipoksemia, asidosis metabolic yang
dikarenakan menurunnya perfusi jaringan,
kehilangan HCO3 melalui abdominal drain
Cari penyebab kecemasan, penyebab
hipoksemia, control nyeri
Pengaturan ventilator yang tidak sesuai M,engatur kembali settingan VT dan RR
atau alarm parameter pada ventilator
Adanya kebisingan yang berlebihan Keluarkan cairan dari selang ventilator
(misal adanya air pada selang) dapat sesegera mungkin
menyebabkan kesalahan dalam
interpretasi.

d. Apnea
Alarm akan diaktifkan atau berbunyi jika tidak ada ekshalasi
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak terdeteksinya usaha nafas spontan Kaji pernapasan pasien.
dari pasien Jika pasien tidak bernafas, lepas ventilator
dang anti dengan bantuan nafas manual
(bagging). Jika nadi tidak teraba, cai bantuan
dan lakukan RJP
Lepasnya sambungan sensor ekshalasi Periksa sambungan sensor dan hubungkan
kembali dengan ventilator

e. I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau dibawah 1:1,5.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak sesuainya volume tidal, peak Cek kesiapan VT, peak inspiratory flow rate,
inspiratory flow rate dan respiratory rate dan RR control
control Jika VT dan RR settingnya sudah sesuai, atur
peak inspiratory flow rate untuk mencapai
I:E ratio normal

f. Gangguan mesin ventilator


Penyebab Penatalaksanaan
Lepasnya sambungan kabel ke sumber Cek sambungan listrik
listrik
Rusaknya tekanan udara dan oksigen Cek sumber tekanan udara dan oksigen dan
cek sambungan
Disfungsunya microproccesor Disconnect ventilator dan berikan bantuan
ventilasi secara manual
(Brunner and Suddarth, 2002 ; Hudak and Gallo, 1995; Pierce, 1995; Tanjung,
2003)
J. Weaning and Ekstubasi
Tujuan dari ventilasi mekanis adalah untuk "pasien dapat bernapas" sampai pasien cukup
pulih untuk bernapas sendiri. Proses ini biasanya bertahap, dan disebut sebagai
penyapihan (weaning). Weaning dicapai dengan menurunkan jumlah napas yang
diberikan oleh ventilator, serta dengan mengubah cara pemberikan bantuan napas kepada
pasien. Metode penyapihan terdiri dari: T-piece / uji CPAP, Synchronized Intermittent
Mandatory Ventilation (SIMV), dan Pressure Support Ventilation (PSV).
Syarat-syarat penyapihan
a. Proses penyakit yang menyebabkan pemasangan ventilator sudah dapat
dikurangi/diatasi
b. Pasien dalam keadaan sadar
c. Hemodinamika stabil dan normal
d. Pada pemberian PEEP tidak lebih dari 5 cm H2O atau pada FiO2 50% dapat
mempertahankan PaO2 ≥60mmHg
e. PaCO2<45mmHg
f. Volume tidal 10-15cc/KgBB
g. Kapasitas vital paru > 10cc/Kg/BB atau 2 kali lebih besar dari volume tidal
h. Volume semenit < 10 L/menit
i. Tekanan maksimum inspirasi <20 H2O
j. Laju pernapasan kurang dari 25 kali/menit

Metode penyapihan
a. Metode T.Piece
Teknik penyapihan dengan menggunakan suatu alat yang bentuknya seperti huruf T.
pemberian oksigen harus lebih tinggi 10% dari oksigen saat penggunaan ventilator.
Pasien dinyatakan siap diekstubasi jika penggunaan T. Piece lebih banyak dari
penggunaan ventilator. Keuntungannya adalah proses penyapihan lebih cepat
b. Metode SIMV
Metode dengan cara mengurangi bantuan ventilasi dengan cara mengurangi frekuensi
pernapasan yang diberikan oleh mesin. Dengan menggunakan metode ini pasien dapat
metih otot-otot pernapasan, lebih aman dan pasien tidak merasakan ketakutan, tetapi
kerugiannya berlangsung lambat
c. Metode PSV
Dengan cara mengurangi jumlah tekanan yang diberikan ventilator
Prosedur Penyapihan
a. Memberitahukan pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak pada awal
weaning. Lakukan support mental pada pasien terutama yang sudah menggunakan
ventilator dalam waktu lama
b. Meminimalkan obat-obat sedasi
c. Melakukan pada pagi hari atau siang hari dimana masih banyak staff ICU dan kondisi
pasien stabil
d. Membersihkan jalan nafas, memposisikan pasien senyaman mungkin
e. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semula
f. Melakukan monitoring keluhan subjektif, nadi, RR, irama jantung, kerja nafas, dan
saturasi O2
g. Mengawasi analisa gas darah 30 menit setelah prosedur
h. Melakukan dokumentasi yang meliputi teknik weaning, respon pasien, dan lamanya
weaning
Algoritma Penyapihan

.
Referensi

Brunner dan Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Jones, Janice & Fix, Brenda. (2009). Seri Panduan Klinis: Perawatan Kritis ed terj.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Price SA, Wilson LM. (2003). Gagal Ginjal Kronik. Dalam : Patofisiologi, Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Smeltzer, S. C., et. al. (2010). Brunner & Suddarth’s text books of medicalsurgical
nursing (12th ed.). Philadelphia: Lippincott.
Sole, M.L., Klein, D.G., & Moseley, M.J. (2005). Critical care nursing (4th ed.).
St.Louis: Elsevier Saunders.
Subekti, et al. (2000). Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sundana, K. (2008). Ventilator: Pendekatan praktis di unit perawatan kritis.
Bandung: CICU RSHS Bandung.
US Department of Veteran Affair. (2014). National Chronic Kidney Disease
Factsheet 2014. Diakses dari:
http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/kidney_factsheet.pdf

Anda mungkin juga menyukai