Anda di halaman 1dari 14

TRANSPORTASI

Diposkan pada 16 Februari 2015 oleh lilinrosyanti

DAFTAR ISI

Kata pengantar
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Tujuan
Bab II pembahasan
1.1. Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Transportasi pengangkutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Pemindahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Evakuasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana, baik
itu bencana alam, maupun bencana – bencana sosial yang terjadi dalam
masyarakat. Dengan banyaknya bencana yang terjadi, kita dituntut untuk terus
waspada terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi disebabkan datangnya
suatu bencana ini tanpa diduga atau di ketahui sebelumnya. Selain terus waspada,
kita juga dituntut untuk mengetahui tata cara penanggulangan dari bencana
ataupun korban dari bencana itu sendiri. Apalagi kita sebagai salah satu tenaga
medis kesehatan patutlah mengetahui tata cara pertolongan tepat korban bencana.
Seperti bagaimana cara mengevakuasi korban, memindahkannya ke alat
transportasi yang akan membawanya disalah satu instalansi medis untuk segera
mendapatkan pertolongan dan lain sebagainya. Hal ini sangat penting di ketahui
guna untuk meminimalisir banyaknya korban yang berjatuhan pasca bencana.
Selain untuk menolong, kita juga dapat menambah ilmu kita mengenai cara
pengangkutan, pemindahan yang tepat korban yang gawat atau kritis, entah itu
yang disebabkan oleh bencana alam ataupun bencana- bencana sosial yang sering
kali terjadi di masyarakat.
B. FENOMENA DAN DATA-DATA YANG AKURAT
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah bencana
alam yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2011 mencapai angka 1.598. Pada
tahun 2011, bencana di Indonesia terjadi 1.598 kejadian bencana. Data ini masih
sementara karena belum seluruhnya data di kementerian atau lembaga dan
pemerintah daerah terkumpul. jumlah orang meninggal dan hilang mencapai 834
orang. Untuk masyarakat yang mengungsi berjumlah 325.361 orang. Rumah rusak
berat 15.166 unit, rusak sedang 3.302 unit dan rusak ringan 41.795 unit.
Sedangkan bencana geologi seperti gempabumi, tsunami dan gunung meletus
masing-masing terjadi 11 kali (0,7 persen), 1 kali (0,06 persen) dan 4 kali (0,2
persen). Dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi 5 orang meninggal dan
rumah rusak sebanyak 7.251 unit.
Berdasarkan jumlah kejadian terbanyak adalah banjir yaitu sebanyak 403.
Disusul kebakaran 355 kejadian, dan puting beliung 284 kejadian. “Korban jiwa
dari kecelakaan transportasi 372 orang meninggal. Sedangkan tanah longsor 192
orang dan banjir 160 orang. Kecelakaan yang dimaksud ini bukan lalu lintas.
Sedangkan berdasarkan jumlah orang mengungsi, banjir mencapai 279.523 orang,
erupsi gunungapi 9.699 orang, dan banjir dan longsor 9.053 orang. Belajar dari
kejadian tersebut, kita bisa melihat dua hal penting, antara lain betapa masyarakat
butuh pendidikan dalam hal pertolongan pertama, sehingga korban yang cedera
tidak semakin dicederai tanpa sengaja. Konsep akan adanya safe community
(gerakan menuju masyarakat sehat, aman dan sejahtera yang melibatkan peran
serta berbagai profesi dan juga masyarakat). Ujung tombaknya adalah SPGDT.
SPGDT atau Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu adalah penanganan
gawat darurat bukan hanya di rumah sakit tetapi juga sebelum rumah sakit atau
yang disebut pelayanan gawat darurat pra rumah sakit. Pelayanan gawat darurat
pra rumah sakit adalah tahapan yang tidak kalah pentingnya dari penangananan
gawat darurat setelah di rumah sakit, mencakup mulai kejadian sampai korban
dievakuasi ke bagian gawat darurat rumah sakit. Bahkan pada saat terjadinya
kecelakaan, maka mulailah berlaku waktu emas (golden period), dan satu jam
pertama sebagai jam emas (golden hour). Sehingga konsep pelayanan gawat
darurat tersebut selayaknya dipandang sebagai suatu sistem, bukan hanya pada
area rumah sakit saja, tetapi semua tahapan yang saling mempengaruhi hasil akhir
(outcome) dari seorang korban kecelakaan.
Apa yang terjadi pada pra rumah sakit (sebelum tiba di rumah sakit) akan
mempengaruhi hasil akhir bagi pasien atau korban. Begitupun selanjutnya,
bagaimana penanganan di rumah sakit akan mempengaruhi outcome yang dicapai
pada masa pemulihan bagi korban yang selamat. Sehingga selayaknyalah konsep
sistem pelayanan gawat darurat sudah dapat terlaksana secara utuh.
Ada beberapa aspek yang harus dibenahi dalam rangka berjalannya pelayanan
gawat darurat di masyarakat (pelayanan gawat darurat pra rumah sakit), antara
lain: berapa lama dari saat kejadian korban ditolong, bagaimana
penanganan/stabilisasi yang dilakukan, serta berapa lama evakuasi dan transportasi
korban.

C. PERMASALAHAN
Permasalahan yang timbul dari latar belakang diatas yaitu jelaskan apa yang
dimaksud dengan “ transportasi pengangkutan, pemindahan dan evakuasi korban
gawat darurat “.

D. TUJUAN
Adapun tujuan yang timbul dari permasalahan diatas adalah sebagai berikut “
Mengetahui apa yang dimaksud dengan transportasi pengangkutan, pemindahan
dan evakuasi korban gawat darurat “
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu adalah suatu jejaring sumber daya
yang saling berhubungan untuk memberikan pelayanan gawat darurat dan
transportasi kepada penderita yang mengalami kecelakaan atau penyakit
mendadak. Pelayanan gawat darurat modern dimulai dari tempat kejadian,
berlanjut selama proses transportasi dan disempurnakan di fasilitas kesehatan.

B. TRANSPOTASI PENGANGKUTAN
Menurut Muhammad (2004), transportasi merupakan kegiatan pemindahan
korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik,
seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah
sehingga harus dirujuk ke dokter. Transportasi penderita gawat darurat dari tempat
kejadian ke rumah sakit sampai sekarang masih dilakukan dengan bermacam-
macam kendaraan, hanya sebagian kecil saja dilakukan dengan ambulan. Dan
ambulannya bukan ambulan yang memenuhi syarat tetapi ambulan biasa.
Prinsip Transportasi Pra RS Untuk mengangkat penderita gawat darurat dengan
cepat & aman ke RS / sarana kesehatan yang memadai, tercepat & terdekat.
1. Panduan Mengangkat Penderita
 Kenali kemampuan diri dan kemampuan team work
 Nilai beban yang diangkat,jika tidak mampu jangan dipaksa
 Selalu komunikasi, depan komando
 Ke-dua kaki berjarak sebahu, satu kaki sedikit kedepan
 Berjongkok, jangan membungkuk saat mengangkat
 Tangan yang memegang menghadap ke depan (jarak +30 cm)
 Tubuh sedekat mungkin ke beban (+ 50 cm)
 Jangan memutar tubuh saat mengangkat
 Panduan tersebut juga berlaku saat menarik/mendorong
2. Syarat Transportasi Penderita
Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita tersebut
siap (memenuhi syarat) untuk ditransportasikan, yaitu:
Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi resusitasi : bila
diperlukan
 Perdarahan dihentikan
 Luka ditutup
 Patah tulang di fiksasi
3. Alat :
 Tenaga Manusia : Satu orang, dua orang, tiga orang, empat orang
 Tandu kasur : Kasur, papan, dahan/bambu, matras
 Kendaraan : Darat, laut, udara
4. Kendaraannya
Transportasi dalam hal ini dapat berupa kendaraan:
 Laut
 Udara : pesawat terbang, helicopter
 Darat : ambulance, pick up, truck, gerobak, dan lain-lain.
Yang terpenting disini adalah :
 penderita dapat terlentang
 cukup luas untuk paling sedikit 2 penderita dan petugas dapat bergerak
leluasa
 cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infus dapat jalan
 dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah sakit
 identitas yang jelas sehingga mudah dibedakan dari ambulan lain
Perawatan Pasien selama Perjalanan
Lanjutkan perawatan medis emergensi selama dibutuhkan. Jika usaha bantuan
hidup (life support) telah dimulai sebelum memasukkan pasien ke dalam
ambulans, maka prosedur tersebut harus dilanjutkan selama perjalanan ke
rumah sakit. Pertahankan pembukaan jalan nafas, lakukan resusitasi, berikan
dukungan emosional, dan lakukan hal lain yang diperlukan termasuk mencatat
temuan baru dari usaha pemeriksaan awal (initial assesment) pasien.
2. Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar dan Anda
telah mempertimbangkan bahwa perawatan emergensi selanjutnya tidak akan
terganggu, maka Anda dapat mulai mencari informasi baru dari pasien.
3. Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign. Peningkatan
denyut nadi secara tiba-tiba misalnya, dapat menandakan syok yang dalam.
Catat vital sign dan laporkan perubahan yang terjadi pada anggota staf bagian
emergensi segera setelah mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian ulang
vital sign setiap 5 menit untuk pasien tidak stabil dan setiap menit untuk pasien
stabil.
4. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. Beberkan informasi
hasil pemeriksaan dan penanganan pasien yang sudah Anda lakukan, dan beri
tahu perkiraan waktu kedatangan Anda.
5. Periksa ulang perban dan bidai.
6. Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan emosi Anda. Bercakap-cakap
terkadang berguna untuk menenangkan pasien yang ketakutan.
7. Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk
menghentikan ambulans sementara Anda melakukan Resusitasi dan
memberikan AED (defibrilator). Beri tahu pengemudi untuk menjalankan
ambulans lagi setelah memastikan bahwa henti jantung telah teratasi. Pastikan
bahwa UGD mengetahui adanya henti jantung. Adalah hal yang sangat
membantu jika Anda memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras di
antara matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko tinggi
mengalami henti jantung.
A. PEMINDAHAN
Pemindahan ialah
Panduan memindahkan penderita (Secara Emergency, Non Emergency) yaitu
sebagai berikut :
– Contoh pemindahan Emergency adalah :
• Ada api, bahaya api atau ledakan
• Ketidakmampuan menjaga penderita terhadap bahaya lain
• Usaha mencapai penderita lain yang lebih urgen
• RJP penderita tidak mungkin dilakukan di TKP tersebut
Catatan : “ Apapun cara pemindahan penderita selalu ingat kemnungkinan
patah tulang leher (servical) jika penderita trauma “
– Contoh Pemindahan Non Emergency :
• pengangkatan dan pemindahan secara langsung
• pengangkatan dan pemindahan memakai sperei
Macam-macam pemindahan yaitu sebagai berikut :
a. pemindahan darurat
• Berada pada situasi yang membahayakan keselamatan penderita / penolong.
• Menghalangi akses penolong ke penderita lain yg mungkin lebih parah.
• Lokasinya tidak memungkinkan untuk melakukan BHD-RJP kepada
penderita.
b. Pemindahan tidak darurat
• Situasinya tidak membahayakan diri penolong dan penderita.
• Perawatan darurat di lapangan dan pemeriksaan tanda vital telah diselesaikan.
• Korban dalam keadaan stabil, semua cedera telah ditangani dengan baik.
• Kecurigaan fraktur servikal dan spinal telah diimobilisasi
Darurat disini bukan karena ketiadaan alat tetapi karena situasinya yang
darurat.
1. Pemindahan Darurat
Teknik Sampir Pundak
2. Pemindahan Tidak Darurat Oleh Satu Orang Penolong

3. Pemindahan Tidak Darurat Oleh Dua Orang Penolong

Teknik Angkat Langsung

PERALATAN PEMINDAHAN
1. Tandu Beroda (wheeled stretcher)

2. Peralatan Ekstrikasi / Pemindahan

3. Tandu Improvisasi

4. Pemindahan Dengan Tandu Kursi

Teknik Log Roll (Flip & Strip)


1. Manuver mengangkat dan memindahkan penderita ke LSB (Long Spinal Board).
2. Pemindaian dengan sinar x membuktikan bahwa bila teknik ini dilakukan dengan
baik, kelurusan tulang belakang ketika korban dipindahkan tetap terjaga, walaupun
dari posisi tengadah (supinasi), tengkurap (pronasi) atau miring (lateral).

Posisi Penderita
1. Jika penderita syok, letakkan dalam posisi syok (jika tidak ada cedera di tungkai
dan tulang belakang)
2. Jika penderita dengan gangguan pernapasan posisikan dengan posisi duduk atau
setengah duduk
3. Penderita dengan nyeri perut, posisikan dengan tungkai ditekuk
4. Penderita dengan muntah-muntah posisikan nyaman dan awasi jalan napas
5. Penderita dengan trauma posisikan spine stabilkan dan imobilisasi dengan papan
spinal panjang
6. Jika penderita tidak ada respon dan tidak dicurigai ada cedera spinal atau cedera
berat lain posisi miring stabil
7. Posisi nyaman, bila cedera tidak mengganggu
Dirangkum dari berbagai sumber
Referensi :Diktat PMI Yogyakarta dan Diktat RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Rangkaian pemindahan korban dengan cara yaitu sebagai berikut :
1. persiapan,
2. pengangkatan korban ke atas tandu,
3. pemberian selimut pada korban
4. Tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cedera.

B. EVAKUASI
Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat lain
yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah-daerah yang
sulit dijangkau dimulai setelah keadaan darurat. Penolong harus melakukan evakuasi
dan perawatan darurat selama perjalanan.

Syarat-syarat korban yang akan dievakuasi adalah :


a) Penilaian awal sudah dilakukan lengkap, dan monitor terus keadaan umum korban
b) Denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal
c) Perdarahan yang ada sudah diatasi dan dikendalikan
d) Patah tulang yang ada sudah ditangan
e) Mutlak tidak ada cedera spinal
f) Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan korban
Penggunaan tubuh penolong dalam melakukan pengangkatan dan pemindahankorban
perlu mendapatkan perhatian yang serius
Apabila cara melakukannya salah,cedera atau keadaan korban dapat bertambah parah,
bahkan penolong dapat mengalami cedera. Untuk mencegah hal-hal di atas, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
a) Pikirkan kesulitan memindahkan sebelum mencobanya
b) Jangan coba angkat dan turunkan korban jika tidak dapat mengendalikannya
c) Selalu mulai dari posisi seimbang dan tetap jaga keseimbangan
d) Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
e) Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong
f) Lakukan gerakan secara menyeluruh, serentak dan upayakan agar bagian
tubuhsaling menopang
g) Bila dapat kurangi jarak atau tinggi yang harus dilalui korban8. Perbaiki posisi dan
angkat secara bertahap
h) Punggung tegak waktu mengangkat korban atau menjaga kelurusan tulangbelakang.
Pada pemindahan korban, perlu diperhatikan beberapa pertanyaan berikut :
kapankorban harus dipindahkan, apakah penilaian dan pemeriksaan korban harus
selesaisebelum pemindahan, dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menjaga
tulangbelakang, yang semua itu tergantung dari keadaan. Tidak perlu memindahkan
korbanyang tidak ada bahaya luar yang mengancam sebelum korban ditangan.

1. JENIS EVAKUASI
1) Evakuasi Dilihat Dari Kondisi Medan
b. Evakuasi Horizontal adalah kegiatan evakuasi yang dilakukan pada kondisi medan
tidak sulit dan umumnya mudah dijangkau oleh rescuer atau petugas kesehatan yang
berupaya melakukan pertolongan dan orang awampun dapat melakukannya contoh
dilapangan, perkampungan, ladang dll.
c. Evakuasi Vertical/Vertical Rescueadalah kegiatan evakuasi yang kondisi medannya
sulit dijangkau oleh orang awam yang belum mempunyai kecakapan rescue contoh
jurang, tebing, hutan, sungai dll.
2) Evakuasi Dilihat Dari Peralatan
a. Evakuasi Manualadalah upaya pemindahan korban yang dilakukan tanpa
menggunakan peralatan, hal ini biasa dilakukan evakuasi pada yang jaraknya pendek.
Cara ini bisa dilakukan satu orang, dua orang, tiga orang atau empat orang, evakuasi
seperti ini sering digunakan oleh petugas Pemadam Kebakaran karena evakuasi pada
musibah kebakaran membutuhkan kecepatan dalam memindahkan korban. Korban
bisa, digendong, dibopong atau dipanggul seperti terlihat digarnbar. Pertolongan
terhadap kasus musibah kebakaran memang agak mengabaikan kondisi korban karena
menyelamatkan jiwa dan ancaman api harus menjadi pertimbangan utama dengan
tetap memperhitungkan keselamatannya sendiri. Beberapa hal yang menyebabkan
harus bertindak demikian diantaranya.
1) Keselamatan penolong dari panasnya api yang berkobar.
2) Kondisi yang cepat memburuk sehingga pada akhirnya menyulitkan orang yang
akan ditolong dan penolongnya.
b. EvakuasiMekanik adalah evakuasi dengan menggunakan peralatan evakuasi
mekanik umumnya dipergunakan pada kondisi medan yang sulit dan ini yang akan
dijelaskan lebih jauh. Bila membawa korban, usahakan kepala lebih tinggi dari kaki
bila korban tidak ada tanda-tanda syok atau korban karena Ganguan pernapasan asma
atau gangguan pernapasan karena tenggelam, membawa korban usahakan kaki berada
didepan terutarna korban sadar dan komunikatif, kecuali jalan menanjak, apabila akan
memasukan korban ke dalam ambulan maka harus diperhatikan kondisi korban
terlebih dahulu dan kepala masuk lebih awal.
Korban yang mengalami gangguan pernafasan karena tenggelam biasanya akan lebih
nyaman bila posisinva agak duduk, sebaiknya korban yang tenggelam jangan dipaksa
untuk tidur lebih baik dibuat posisi miring stabil karena bila korban muntah bisa
langsung terbuang dan tidak menyumbat jalan nafasnya dengan demikian jalan nafas
tetap terbuka.
c. Teknik pengangkatan yang benar
Dalam pengangkatan, kekuatan otot merupakan kekuatan dasar, seorang rescuer akan
dituntut mengangkat, menarik atau mendorong benda, bila pengangkatan salah
melakukan, akan mengakibatkan resiko serius terhadap tulang belikat atau
membahayakan otot perut dan otot tulang belakang. Pengangkatan yang benar adalah
menggunakan otot kaki dan paha karena kaki inilah yang menopang tubuh, caranya
adalah rescuer menundukan badan, lutut dibengkokan, punggung lurus dan kaki
ditempat dengan benar/ kokoh untuk menahan beban.Pegang yang kuat dan angkat
beban secara benar pengangkatan dengan daya dorong kaki sampai kaki lurus.
Upayakan beban dekat dengan badan dan tulang punggung lurus, beban dipusatkan di
otot paha dan kaki, dengan demikian cidera otot perut dapat dihindari, bila merasa
salah letakan korban dan ulangi pengangkatan sampai benar. Jika pengangkatan
dilakukan tim maka aba aba harus muncul dari komandan tim sehingga kekompakan
dan korban merasa nyaman, tidak oleng, sebagai komando sebaiknya berada didepan
dan dekat dengan kepala korban sehingga sernua yang tejadi pada korban pimpinan
tim tahu.
Pengangkatan adalah kegiatan yang tidak dapat terlepas dari evakuasi oleh sebab itu
pengangkatan harus yang benar agar tidak menimbulkan cedera yang akhirnya akan
memperlambat jalannya pelaksanaan operasi evakuasi.
Cara pengangkutan korban yaitu sebagai berikut :
1. Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual pada umumnya digunakan
untuk memindahkan jarak pendek dan korban cedera ringan, dianjurkan pengangkatan
korban maksimal 4 orang
2. Pengangkutan dengan alat (tandu)

Prinsip pengangkatan korban dengan tandu:


1. pengangkatan korban,
Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok; gunakan alat tubuh (paha,
bahu, panggul), dan beban serapat mungkin dengan tubuh korban.
2. Sikap mengangkat.
Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera.
3. Posisi siap angkat dan jalan.
Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi dari kaki, kecuali;
• menaiki, bila tungkai tidak cedera,
• menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,
• mengangkut ke samping,
• memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu
• kaki lebih tinggi dalam keadaan shock.
.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja,INK.2009.SistemPenaggulangan Gawat Darurat SecaraTerpadu. Depkes
RIRSUP Sanglah(ed)PelatihBasicTruamaLife supports. Sanglah Denpasar Bali
Tabran H.Prof,Dr.1998 .Agenda Gawat Darurat.Bandung:Alumni
John A.baswik.Ir.Md.1988.Perawatan Gawat Darurat.Jakarta:ALUMNI
http://saiful saanin.com/2010/03/sistem-penanggulangan-gawat darurat terpadu. Html.
diakses tgl 2 oktober 2012
http://blog.ilmukeperawatan.com/593.html
diakses 02 oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai