Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Berkembangnya ilmu pengetahuan disegala kemajuan di bidang teknologi,
perkembangan social budaya telah membawa perubahan dalam sikap hidup seseorang.
Dalam sejarah kosmetologi dan kosmetika, ilmu kefarmasian telah ikut mengambil peranan
sejak zama kuno. Data-data diperoleh dari penyidikan antropologi, aerkologi, dan etnologi
di Mesir dan India dengan ditemukannya slaep-salep aromatic, bahan penawt mayat, dan
lain-lain yang dapat dianggap sebagai bentuk awal dari kosmetika.
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada
bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain
untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono, 2007).
Eye shadow merupakan salah satu jenis dari preparat dekoratif yang
memerlukan bahan yang sangat aman dan cara pemakaian yang hati-hati karena dikenakan
pada kulit dekat mata, biasanya pada kelopak mata atas. Warna-warnanya mulai dari gray-
blue, gray green sampai olive green.
Penggunaan eye shadow dapat digolongkan berdasarkan kalangan usia
mulai dari remaja sampai dewasa dan ibu-ibu. Hal ini disebabkan karena struktur kulit dan
tujuan penggunaan yang berbeda. Penggunaan kosmetik dekoratif eye shadow pada remaja
umumnya dibuat dengan warna yang tidak terlalu mencolok sehingga akan menimbulkan
kesan penampilan yang sesuai usia dan tujuan dari penggunaan jenis kosmetik tersebut.
Untuk mengaplikasikan dari tujuan pembuatan kosmetik yang
dikehendaki, diperlukan kejelian dalam menentukan zat warna dari sediaan yang
akan diproduksi. Kombinasi dan eksperimen perlu dilakukan demi mendapatkan sebuah
komposisi warna yang menarik harus dilakukan dengan seteliti mungkin, agar bisa
diperoleh hasil warna yang bila dipakai akan mengaplikasikan tujuan dari pembuatan
kosmetik dekoratif eye shodow pada kaum remaja.

1
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KOSMETIK
Pengertian kosmetika adalah bahan-bahan yang digunakan untuk
memberikandampak kecantikan dan kesehatan bagi tubuh. Kosmetika dikenal sejak
berabad-abad yanglalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian,
yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono, 2007).
Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6 september 1976 yang menyatakan bahwa
kosmetikaadalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan,
dipercikkan,atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau
bagian badanmanusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya
tarik ataumengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat.
Berdasarkan Permenkes RI No.445/MenKes/Per/V/1998 yang dimaksud
dengan Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada
bagian luar badan (epidemis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin luar), gigi dan rongga
mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi
supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

2. PENGGOLONGAN KOSMETIK
Jenis kosmetik meliputi krim perawatan kulit, losion, bedak, parfum, lipstik,
kuteks, perias muka dan mata, minyak rambut, lensa kontak berwarna, pewarna
rambut, deodoran, sanitizer, produk perawatan bayi, perawatan rambut, sabun, garam
mandi, serta semua produk perlengkapan mandi. Penggunaan kosmetik, khususnya di
bagian muka dan mata, disebut dengan "riasan", "dandanan", atau "make up".
Kebanyakan perusahaan kosmetik memisahkan kosmetik menjadi dua jenis,
yakni kosmetik rias dengan kosmetik perawatan. Perbedaannya adalah :
a) Kosmetik rias umumnya digunakan sebagai riasan untuk area muka atau wajah,
misalnya bedak, lipstik, pensil alis, perona pipi,perona mata, celak, dan maskara. Lebih
luasnya, kosmetik rias juga termasuk produk untuk merias kuku dan rambut
seperti kuteksdan cat rambut.

2
b) Kosmetik perawatan meliputi produk yang digunakan untuk merawat tubuh, termasuk
krim kulit, losion tangan dan tubuh (hand body lotion), deodoran, parfum, sabun,
masker muka, dan sebagainya.

3. PENGERTIAN MIKROBIOLOGI FARMASI

Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu mikros = sangat kecil, bios =
makhluk hidup, dan logos = ilmu. Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil dengan diameter kurang dari 1 mm yang
hanya dapat dilihat menggunakan alat yaitu mikroskop.
Makhluk hidup yang sangat kecil tersebut disebut dengan mikrobia
, mikroba, mikroorganisme, protista atau jasad renik, yang meliputi protozoa, algae,
fungi, bakteri dan virus.

4. PENYEBARAN INFEKSI OLEH MIKROBA


Mikroorganisme, misalnya bakteri dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan, termasuk manusia dan binatang, dimana mereka secara normal bertempat
tinggal dan hidup. Untuk bekerja bakteri meningkatkan kemampuannya untuk bertahan dan
meningkatkan kemungkinan melakukaan penyebaran. Dengan melakukan suatu penyakit
asimptomatika atau penyakit yang bersifat ringan dan tanpa menyebabkan kematian inang,
mikroorganisme secara normal hidup dalam tubuh manusia, dan kemungkinannya dapat
menyebar dari satu orang ke orang lainnya.
Beberapa mikroorganisme misalnya bakteri yang secara umum dapat
menyebabkan penyakit pada manusia terutama yang terdapat pada hewan dan secara tidak
sengaja menginfeksi manusia. Sebagai contoh adalah salmonella sp dan camphylobacter sp
secara khas menginfeksi binatang dan disebarkan melalui makanan pada manusia.

3
Disamping itu ada juga beberapa mikroorganisme menginfeksi manusia,
karena adanya kesalahan dalam siklus hidup normal organism, organism tersebut belum
menyesuaikan diri dengan manusia dan penyakit yang dihasilkannya kemungkinan cukup
berat. Beberapa bakteri dapat disebarkan melalui tangan dari satu orang ke orang lainnya.
Seperti Stahylococcus aureus dalam nares anterior pada rongga hidung kemungkinan saat
menggosok hidung, membawa Staphylococcus pada tangannya, dan menyebarkan bakteri
tersebut ke bagian tubuh orang lain, sehingga menimbulkan infeksi. Beberapa pathogen
yang bersifat oppurtunistik yang meneyebabkan infeksi nosokomial disebabkan dari satu
pasien lain melalui tangan- tangan personal rumah sakit.

5. KOSMETIK dengan MIKROBA

Kosmetik kini merupakan benda yang umum kita jumpai dimana saja,
khususnya bagi seorang wanita pastinya tidak akan lepas dari yang namanya peralatan
kosmetik. Karena seperti yang sudah kita ketahui, kosmetik sangat membantu menutupi
kekurangan pada wajah sekaligus membuat penampilan menjadi lebih cantik dan menarik.
Namun akhir-akhir ini marak juga kosmetik murah dengan kualitas yang buruk beredar di
pasaran, tentunya jika kosmetik tersebut digunakan akan berdampak negatif bagi
penggunanya.
Walaupun sudah mencoba untuk berhati-hati dalam memilih kosmetik yang
akan dipakai, namun pemicu bakteri tidak hanya disebabkan oleh bahan pembuat kosmetik
yang tidak sesuai, juga dikarenakan penggunaan alat kosmetik yang bergantian dengan
orang lain. Ahli kecantikan mengingatkan bahwa kosmetik, termasuk lipstik, kuas maskara,
spon bedak, pensil alis yang digunakan bersama-sama dengan teman atau keluarga Anda
dapat menjadi media penyebaran kuman. Kondisi itu rentan menyebabkan infeksi di
seluruh kulit.

4
Dermatolog Dr Rashmi Shetty mengatakan bahwa kuas dan aplikator
kosmetik dapat dengan mudah membawa bakteri dari orang yang satu ke yang lain. Bahkan,
wadah yang lembab dan gelap adalah tempat yang sangat cocok bagi bakteri untuk
berkembang biak.
“Terkadang spon bedak dapat lembab jika Anda tidak mencuci dan
mengeringkannya dengan baik. Hal itu akan menjadi tempat yang baik bagi bakteri untuk
berkembang,” ujarnya, dikutip dari Times of India.
Orang yang menderita masalah kulit seperti jerawat dan komedo, harus
dengan rajin merawat dan menjaga kebersihan kosmetik yang digunakannya. Kuas dan
aplikator kosmetik dapat dengan mudah menjangkau daerah jerawat. Jika Anda berbagi
dengan teman Anda yang berjerawat bukan tidak mungkin Anda akan tertular.
Menggunakan kosmetik yang telah kedaluarsa juga dapat menyebabkan
infeksi. Kosmetik lama harus dibuang dan diganti sesuai kebutuhan. Biasanya, lipstik
memliki umur 2-3 tahun, alas bedak 1-2 tahun, bedak 1-2 tahun, blush on 4-6 bulan,
maskara 3-4 bulan, dan eye shadow 3-6 bulan.
Jenis Bakteri yang Terdapat pada Alat Kosmetik:
1. Bakteri Pseudomonas Aeruginosa
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Bacteria
Filum: Proteobacteria
Kelas: Gamma Proteobacteria
Ordo: Pseudomonadales
Famili: Pseudomonadaceae
Genus: Pseudomonas
Spesies: Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 µm.
Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk
rantai yang pendek. P.aeruginosa termasuk bakteri gramnegatif. Bakteri ini bersifat
aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapidapat
mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain,tidak berspora, tidak mempunyai selubung
(sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu
bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik dengan
adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah
42˚C. P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan
5
karenakebutuhan nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling
sederhana untuk pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon) dan
ammoniumsulfat (untuk nitrogen).
Penyakit yang ditimbulkan Pseudomonas aeruginosa:
o Infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
o Infeksi saluran kemih.
o Infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
o Infeksi mata.
Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami
penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas
aeruginosaakan keluar dari saluran yang telah diinfeksinya. Apabila menginfeksi
pada saluran pernapasan maka akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah
pada inang rentan yang lain. Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan
patogen nosokomial, cara pemindah sebarannya dapat melalui penanganan dan
penggunaan alat yang tidak steril.
Gejalanya tergantung bagian tubuh yang terkena, tetapi infeksi ini cenderung
berat. Infeksi pada luka atau luka bakar, ditandai dengan nanah biru-hijau dan bau
manis seperti anggur. Infeksi ini sering menyebabkan daerah ruam berwarna hitam
keunguan dengan diameter sekitar 1 cm, dengan koreng di tengahnya yang
dikelilingi daerah kemerahan dan pembengkakan. Pseudomonas bisa menyebabkan
koreng pada mata, mencemari lensa mata dan cairan lensa.
Pseudomonas aeruginosa sering kali merupakan flora normal yang melekat
pada tubuh kita dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh
normal. Karena itu, upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya
tahan tubuh agar tetap tinggi. Serta menggunakan peralatan yang steril untuk
penggunaan yang kontak langsung dengan tubuh kita.
P.aeruginosa tidak boleh diobati dengan terapi obat tunggal karena tingkat
keberhasilan rendah dan bakteri dengan cepat jadi resisten. Pola kepekaan bakteri
ini bervariasi secara geografik. Maka, diperlukan tes kepekaan sebagai pedoman
untuk pemilihan terapi antimikroba. Penisillin bekerja aktif terhadap P.
Aeruginosa antara lain : tikarsilin, mezlosilin, dan pipeasilin digunakan dengan
dikombinasikan bersama aminoglikosida biasanya gentamisin, tobramisin/
amikasin. Obat lain yang aktif terhadap P. aeruginosa antara lain aztreonam;
imipinem; kuinolon baru, termasuk siprofloksasin. Sefalosporin generasi baru,
6
seftazidim dan sefoperakson aktif melawan P. aeruginosa. Seftazidim digunakan
secara primer pada terapi infeksi P. Aeruginosa.

2. Bakteri Staphylococcus aureus


Klasikasi Staphylococcus aureus
Kingdom :Monera
Divisio :Firmicutes
Class :Bacilli
Ordo :Bacillales
Family :Staphylococcaceae
Genus :Staphilococcus
Species :Staphilococcus aureus
S.aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat dengan diameter
0,5-0,7 mm dan mempunyai dinding sel yang terdiri dari peptidoglikan, asam
teikoik, fibronectin binding protein, clumping factors dan collagen binding protein.
Komponen utama dinding sel adalah peptidoglikan yang menyusun hampir 50% dari
berat dinding sel. Bakteri ini adalah bakteri psikrofilik dan mesofil yang dapat hidup
pada rentang suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35°C
– 37°C, suhu minimum 6,7° C dan suhu.

Staphylococcus aureus terdapat pada rongga hidung, kulit, tenggorokan, dan


saluran pencernaan manusia dan hewan. Kemampuan bakteri atau mikroorganisme
lainnya untuk menginfeksi tubuh tergantung pada sistem imunitas tubuh, jika sistem
imun kuat, maka bakteri tersebut akan kalah menghadapi sistem imun tersebut,
demikian juga sebaliknya. Sedangkan jika sistem imun kalah, maka dapat terinfeksi
adanya bakteri tersebut. Mengapa bakteri ini termasuk berbahaya? Karena bakteri
jenis ini termasuk mudah dalam penyebarannya. Dimana dapat masuk melalui
jerawat, melalui makeup yang pemakaiannya bergantian, melalui membran mata atau
hidung, dan lain sebagainya.
Adapun gejala dan penyakit yang dapat timbul antara lain adalah mual-mual,
bengkak merah, demam tinggi mendadak, diare, sakit kepala, ruam, dan nyeri otot,
sedang ermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis,
pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.
Keracunan oleh S. aureus diakibatkan oleh enterotoksin yang tahan panas
yang dihasilkan oleh bakteri tersebut. Untuk mencegah pertumbuhan S.aureus adalah

7
dengan cara pemberian zat antimikroba, beberapa antimikroba adalah ekstrak etanol
daun sirih merah, karena memiliki sifat antibakteri gram positif dan negatif, ekstrak
tanaman meniran dengan kadar konsentrasi 60% karena kandungan senyawa
flavonoid, saponin dan tanin. Selain itu ada juga bawang putih dsb yang bersifat
antibacteri.
Terjadinya penyakit akibat infeksi bakteri adalah diakibatkan ketahanan tubuh
tidak kuat menahan invasi bakteri S.aureus. Sehingga untuk menghindari tidak
terinfeksi bakteri adalah meningkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
Selain itu untuk pencegahan dapat juga dengan menjaga kebersihan makanan dan
tubuh, karena bakteri tersebut terdapat pada berbagai macam tempat, seperti kulit,
udara, makanan, dsb. Jika terlanjur, untuk mengurangi resiko infeksi oleh kuman S.
aureus adalah dengan mengembalikan fungsi dari bagian tubuh yang terluka,
mengurangi risiko terjadinya infeksi dan meminimalkan terbentuknya bekas luka
dengan cara melakukan beberapa tindakan dasar seperti mencuci tangan,
membersihkan luka, membersihkan kulit disekitar luka, menutup luka, mengganti
perban sesering mungkin dan pemakaian gel yang mengandung antibiotic.

6. UJI CEMARAN MIKROBA pada KOSMETIK

Uji yang pertama adalah melakukan uji bebas staphylococcus aureus


dengan menggunakan uji koagulasi, dan uji bebas pseudomonas auruginosa menggunakan
uji oksidasi dan pigmen. Uji kedua yang dilakukan adalah uji bebas salmonella
dengan menggunakan singkelit dan uji bebas escherichiacoli dengan menggunakan
singkelit.

8
CARA UJI :
1. Penyiapan bahan
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Disiapkan 4 buah botol pengenceran 101, 102,103,104 yang masing-masing telah
berisi 9 ml aquadest steril
 Ditimbang 1 ml sampel dan dimasukkan ke dalam botol pengencer yang berisi 9
ml air steril, dihomogenkan (pengenceran 101)
 Dari pengenceran 10-1 diambil 1 ml lalu dimasukkan dalam botol pengencer II
yang telah berisi 9 ml aquadest, (pengenceran 10-2)
 Dilakukan hal yang sama untuk pengenceran lainnya
2. Pengujian Kuantitatif
Uji ALT Bakteri
 Disiapkan 3 cawan petri yang steril dan diberi label 10-2,,10-3, dan 10-4
(diambil 3 pengenceran terakhir).
 Diambil 1 ml dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-2, 10-3 dan 10-4 kemudian
masing-masing dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
 Dituang 10 ml medium Nutrient Agar kedalam cawan petri.
 Dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri membentuk angka 8.
 Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam.
 Diamati dan dihitung jumlah koloni bakteri.
Uji ALT Kapang
 Disiapkan 3 cawan petri yang steril dan diberi label 10-1,,10-2, dan 10-3
(diambil 3 pengenceran awal).
 Diambil 1 ml dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-1, 10-2 dan 10-3
pengenceran dan masing-masing dimasukkan kedalam cawan petri steril.
 Dituang 10 ml medium Potato Dextrosa Agar dan dibiarkan setengah
memadat.
 Dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri membentuk angka 8
dibiarkan memadat.
 Diinkubasi pada suhu 25 o C selama 3 x 24 jam.
 Diamati dan dihitung jumlah koloni kapang.
3. Pengujian Kualitatif
a. MPN Coliform

9
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Dilakukan pengerjaan secara aseptis.
 Diambil 1 ml dari tiap tingkat pengenceran 10-1, 10-2, 10-3dan masing-
masing dimasukkan ke dalam masing-masing 3 seri tabung reaksi yang
berisi 9 ml medium Laktosa Broth dan tabung durham.
 Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam.
 Diamati jika timbul gas dan terjadi perubahan warna dari hijau kekuning
maka positif untuk bakteri E.Coli, sedangkan untuk Coliform (+) jika
timbul gas atau terjadi perubahan warna dari hijau ke kuning.
 Dihitung nilai MPN-nya.
a. Bakteri Staphylococcus aureus
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Dilakukan pengerjaan secara aseptis.
 Diambil 1 ml dari pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 5 ml medium Pepton Water serta dihomogenkan.
 Diinkubasikan pada inkubator pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam.
 Diamati jika ada kekeruhan/endapan maka positif untuk penduga
Staphylococcus aureus.
b. Bakteri Pseudomonas aeruginosa
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Dilakukan pengerjaan secara aseptis.
 Diambil 1 ml dari pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 5 ml medium Tryticae Selective Broth lalu
dihomogenkan.
 Dinkubasikan pada inkubator pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam.
 Diamati jika ada kekeruhan/endapan maka positif untuk penduga
Pseudomonas aeruginosa.
 Pengujian ini dilakukan untuk kosmetik.
c. Bakteri Salmonella thyposa
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Dilakukan pengerjaan secara aseptis.
 Diambil 1 ml dari pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 5 ml medium Selenit Cystein Broth serta
dihomogenkan.
10
 Dinkubasikan pada inkubator pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam.
 Diamati jika ada kekeruhan/endapan maka positif untuk penduga
Salmonella typosa.
4. Pengujian Lanjutan / Penegasan
a. Bakteri Staphylococcus aureus
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Dilakukan pengerjaan secara aseptis.
 Dituang 10 ml medium Vogel Johnson Agar ke dalam cawan petri steril dan
dibiarkan memadat.
 Ose bulat tadi diambil sampel uji positif dari medium PW dan digoreskan pada
medium Vogel Johnson Agar.
 Dinkubasikan pada inkubator pada suhu 37˚C selama 1 x 24 jam.
 Diamati jika terbentuk koloni hitam zona kuning, maka positif untuk
Staphylococcus aureus.
b. Bakteri Salmonella thyposa
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Dilakukan pengerjaan secara aseptis.
 Dituang 10 ml medium Salmonella Shigella Agar ke dalam cawan petri
steril dan dibiarkan memadat.
 Dengan ose bulat tadi diambil sampel uji positif dari medium SCB
dan digoreskan pada medium Salmonella Shigella Agar.
 Diinkubasikan pada inkubator pada suhu 37 C selama 1 x 24 jam.
 Diamati jika terbentuk koloni hitam zona kuning maka positif untuk
Salmonella thyposa
c. Bakteri Eschericia coli
 Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
 Dilakukan pengerjaan secara aseptis.
 Dituang 10 ml medium Eosin Metilen Blue Agar dalam cawan petri steril
dan dibiarkan memadat.
 Dengan 1 ose bulat tadi diambil sampel uji positif dari medium LB dan
digoreskan pada medium Eosin Metilen Blue Agar.
 Diinkubasikan pada inkubator pada suhu 37 C selama 1 x 24 jam.
 Diamati jika terbentuk koloni hijau metalik maka positif untuk bakteri E.
coli.
11
d. Bakteri Pseudomonas aeruginosa
 Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
 Dilakukan pengerjaan secara aseptis.
 Dituang 10 ml medium Cetreminde Agar dalam cawan petri steril dan
dibiarkan memadat.
 Diambil ose bulat dan dilewatkan diatas lampu spritus hingga panas
(memijar).
 Dengan 1 ose bulat tadi diambil sampel uji positif dari medium Tryticae
Selective Broth dan digoreskan pada medium Cetreminde Agar.
 Diinkubasikan pada inkubator pada suhu 37 C selama 1 x 24 jam.
 Diamati jika terbentuk koloni dengan warna hijau biru maka positif untuk
bakteri Pseudomonas aeruginosa.

12
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kosmetika merupakan suatu bahan yang dapat digunakan untuk mempercantik atau
merawat diri. Secara definitif kosmetika diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari
kandungan bahan dan manfaat yang dihasilkan oleh pemakaian bahan tersebut terhadap
penampilan dan kecantikan seseorang
Kosmetika adalah suatu campuran bahan yang digunakan pada tubuh bagian luar
dengan berbagai cara untuk merawat dan mempercantik diri sehingga dapat menambah daya
tarik dan menambah rasa percaya diri pemakaian dan tidak bersifat mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit tertentu.
Kosmetika yang beredar dipasaran Indonesia ada dua macam, yaitu kosmetika
tradisional, kosmetika modern.
Efek Kosmetik terhadap Kulit merupakan sasaran utama dalam menerima berbagai
pengaruh dari penggunaan kosmetika. Ada dua efek atau pengaruh kosmetika terhadap kulit,
yaitu efek positif dan efek negative.

B. SARAN
Alangkah baiknya penggunaan kosmetik jangan dilakukan secara bersama-sama
terutama kosmetik yang langsung kontak dengan tubuh. Karena dari penggunaan yang secara
bersama-sama tersebut, mikroba dapat berpindah tempat kepada orang lain, dan akan
menyebabkan penyakit terutama bakteri pathogen yang akan menyerang system imun.

13
DAFTAR PUSTAKA
 https://www.academia.edu/17151219/Analisa_kosmetik
 http://putrirsekarini.blogspot.co.id/2015/04/mikroba-pada-alat-kosmetik-
yang.html
 https://rgmaisyah.wordpress.com/2013/12/29/uji-mikrobiologi-sediaan-
kosmetik-review-jurnal/
 http://www.scribd.com/doc/108505675/HK-03-1-23-08-11-07331-
TAHUN-2011-Tentang-Metode-Analisis-Kosmetika#scribd
 Karnen B. Reaksi Kulit Terhadap Kosmetika. Rapat Konsultasi
KeamananKosmetika. Dirjen POM Depkes RI, Jakarta 1979
 a b "Cosmetics and Your Health – FAQs". Womenshealth.gov. November
2004
 https://id.wikipedia.org/wiki/Kosmetik
 Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Pres
 Anonim, 2012. ”Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi Terapan”.
Universitas Muslim Indonesia : Makassar.
 Ditjen POM, 1987. ”Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI : Jakarta.
 Dwyana Zaraswati, 2006. “ Mikrobiologi Farmasi “. Universitas Hasanussin
: Makassar.
 Entjang Indan. Dr, 2003. ” Mikrobiologi & Parasitologi ”. PT. Citra Aditya
Bakti : Bandung.
 Lamot J. Richard, 2007. “Oral Microbiology At a Glace”. Jhon Wiley and
Sons ltd publication : USA.
 Michael J, Pelczar, Jr, dan E.C.S.Chan, 2005. ”Dasar-Dasar Mikrobiologi 2’.
UI-Press : Jakarta.
 Natsir Djide, 2008. “ Dasar-Dasar Mikrobiuologi Farmasi”. Universitas
Hasanuddin : Makassar.
 Waluyo Lud, 2008. ”Tehnik Dasar Mikrobiologi” . UN Press : Jakarta
 http://www.kawaiibeautyjapan.com/article/1193/cacat-karena-makeup

14

Anda mungkin juga menyukai