Anda di halaman 1dari 5

Definisi Digital Economy versi Encarta Dictionary adalah “Business transactions on the Internet: the

marketplace that exists on the Internet“. Pengertian Digital Economy lebih menitikberatkan pada
transaksi dan pasar yang terjadi di dunia internet. Pengertian yang lebih luas dari sekedar transaksi
atau pasar adalah New Economy yang menurut PC Magazine adalah “The impact of information
technology on the economy“. Pengertiannya lebih menonjolkan pada penerapan teknologi informasi
pada bidang ekonomi.

New Economy lahir karena keberadaan IT dan globalisasi yang menyebabkan terjadinya tingkat
produktifitas dan pertumbuhan (perusahaan atau negara) sangat tinggi. Istilah New
Economy memang pertama kali muncul di Amerika Serikat. Menurut studi Kauffman dan ITIF, New
Economy diukur dengan sejumlah indikator yang dikelompokkan dalam lima komponen yaitu
pekerjaan berbasis pengetahuan, globalisasi, dinamisme ekonomi, transformasi ke digital economy,
dan kapasitas inovasi teknologis.

Mengacu ke beberapa definisi dan indikator pengukuran New Economy, sudah dapat diduga bahwa
Indonesia masih belum mencapai atau mengandalkan New Economydalam perkembangan
perekonomian nasional. Sedikit gambaran mengenai laju penerapan ICT di Indonesia dan posisinya di
tingkat international dapat dilihat di tulisan “Dowloader Society“. Indikasinya adalah masih rendahnya
penetrasi ICT- atau sering disebut ICT Density. Perbedaaan ICT density antar kelompok tersebut
disebut dengan kesenjangan digital atau Digital Divide.
Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akhir–akhir ini dirasakan
hampir di setiap aspek kehidupan masyarakat. Sebagaimana setiap kemajuan teknologi komunikasi
yang lain, internet masuk ke berbagai bentuk kehidupan masyarakat. Hal ini terjadi karena
komunikasi adalah salah satu kebutuhan yang mendasar pada masyarakat. Teknologi internet
berkembang dan menyatu dalam sebuah ‘dunia’ atau ‘ruang maya’ atau sering disebut sebagai cyber-
space, sebuah dunia atau tempat orang dapat berkomunikasi, ‘bertemu’, dan melakukan berbagai
aktivitas ekonomi/bisnis.
Dampak evolusi di masyarakat mendorong munculnya masyarakat baru yang dinamakan masyarakat
informasi (information society) atau masyarakat berpengetahuan (knowledge society/knowledge-
based society). Pada perkembangannya sekarang ilmu ekonomi menyadari pentingnya memasukkan
faktor-faktor intelektualitas berupa ilmu pengetahuan dan teknologi, kreativitas, dan berbagai bentuk
modal inovatif yang dapat dikategorisasikan sebagai iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).

Ekonomi digital adalah suatu hal yang kompleks dan merupakan fenomena yang baru muncul
terkait dengan aspek-aspek ekonomi mikro, ekonomi makro, dan teori organisasi dan administrasi.
Ekonomi digital akan menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi beberapa dekade yang
akan datang.
Komponen ekonomi digital yang berhasil diidentifikasi pertama kalinya adalah industri TIK, aktivitas e-
commerce antarperusahaan dan individu, distribusi digital barang-barang dan jasa-jasa, dukungan
pada penjualan-penjualan barang-barang terutama sistem dan jasa-jasa yang menggunakan internet.

Di Indonesia, transaksi digital semakin berkembang. Penggunaan E-banking dalam transaksi


ekonomi semakin berkembang pesat. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia juga ikut bersaing dalam
dunia ekonomi digital. Economist Intelligence Unit merilis urutan negara-negara berdasarkan
perkembangan ekonomi digital suatu negara. Indonesia menempati urutan 65(enam puluh lima) dari
70(tujuh puluh) negara. Pengurutan ini didasarkan beberapa segi yakni konektifitas, lingkungan
bisnis, lingkungan sosial dan budaya, lingkungan hukum, kebijakan dan visi pemerintah serta
konsumen. Indonesia sendiri memperoleh nilai 2.60 untuk konektivitas, 6.04 untuk lingkungan bisnis,
3.60 untuk lingkungan sosial dan budaya, 4.20 untuk lingkungan hukum, 3.88 untuk kebijakan dan
visi pemerintah, 2.55 untuk segi konsumen. Secara keseluruhan Indonesia memperoleh nilai 3.60.
Dari segi konektivitas Indonesia berada di urutan 145 dengan kecepatan download 1.33Mb/s. Nilai
ini sangat jauh dibandingkan dengan kecepatan internet di negara-negara lainnya. Bahkan untuk
regional Asia Tenggara, Indonesia masih tertinggal dari negara lainnya.

Dari segi lingkungan bisnis, dengan berkembangnya penggunaan internet di sektor bisnis terjadi
perubahan kultur dalam berbisnis seperti hilang atau berkurangnya perantara atau broker dalam
bisnis sehingga mempersingkat saluran distribusi. Selain itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia
juga banyak yang membangun infrastruktur dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi
sebagai alat bantu dalam menghadapi persaingan dalam perekonomian digital.
Dari segi sosial dan budaya, masyarakat Indonesia pada saat ini sudah semakin maju. Terbukti
menurut survey dari situs WorlBank.org, Indonesia mengalami peningkatan pengguna internet yang
cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia mulai mengikuti perkembangan
teknologi di dunia. Hal ini juga menjadi parameter pertumbuhan perekonomian digital suatu negara.

Dari segi lingkungan hukum, dalam menjaga kestabilan dan keamanan teknologi informasi dan
komunikaasi, terutama internet di Indonesia. Departemen Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia membentuk Indonesia Security Incident Response Team on Internet and Infrastructure
(ID-SIRTII) yang bertujuan untuk mengimbangi dengan kesiapan infrastruktur strategis untuk
meminimalisir dampak negatif dari jaringan internet di Indonesia. Yang bertugas melakukan
sosialisasi dengan pihak terkait tentang keamanan sistem informasi, melakukan pemantauan,
pendeteksian, peringatan dini terhadap ancaman terhadap jaringan telekomunikasi dari dalam
maupun luar negeri khususnya dalam pengamanan pemanfaatan jaringan,
membuat/menjalankan/mengembangkan serta statistik keamanan internet di Indonesia.
Dari segi kebijakan dan visi pemerintah dalam ekonomi digital Indonesia. Pemerintah saat ini
masih berfokus pada kabijakan ekonomi yang bersifat fiskal, sehingga kebijakan yang
menguntungkan entrepreneur yang berkecimpung di dunia e-business masih relatif kurang. Namun
dengan semakin majunya masyarakat Indonesia pemerintah tentu akan membuat kebijakan untuk
mengimbangi dan mengatur pelaksanaan perekonomian digital.

Dari segi konsumen, walaupun perkembangan pengguna internet di Indonesia mulai meningkat.
Namun, tidak menjamin banyaknya jumlah konsumen dalam transaksi ekonomi digital. Hal ini
disebabkan masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan internet untuk bermain game ataupun
bersosialisasi dengan jejaring sosial. Selain itu masih kurangnya kepercayaan konsumen dalam
melakukan transaksi online.

5 PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI E-BANKING


Intensitas penggunaan layanan transaksi berbasis kartu di Indonesia memang cenderung semakin
meningkat. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat digital- khususnya less-cash
society di Indonesia mulai terbentuk. Memang masyarakat digital tersebut masih tergolong minoritas.
Sebagai ilustrasi, jika jumlah kartu plastik sebanyak 41.172.551 dibagi jumlah penduduk Indonesia-
yang tercatat sebanyak 225 juta pada tahun 2006, maka kartu plastik per kapitanya adalah 0.18.
Angka tersebut bisa diartikan bahwa hanya 18 dari 100 orang Indonesia yang mempunyai kartu
plastik. Jumlah masyarakat digital tersebut relatif tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara
maju. Sebagai contoh, di Amerika Serikat persentase keluarga yang menggunakan berbagai jenis
kartu plastik tersebut untuk tahun 2003 saja sudah mencapai 65% untuk kartu ATM, 54% untuk
Debit Card, 73% untuk Prepaid Card, dan 6% untuk Smart Card (The Fed, 2004).

Perbedaan tingkat penetrasi layanan E-banking tentunya sangat menarik untuk dikaji, terutama
dikaitkan dengan faktor-faktor pendorong atau penghambat penetrasi E-Banking tersebut di
masyarakat. Tingkat penerimaan inovasi teknologi selain dipengaruhi oleh karakteristik demografi dan
sosioekonomi, juga dipengaruhi oleh persepsi masyarakat tentang teknologi tersebut serta
karakteristik dari berbagai jenis layanan E-banking itu sendiri. Untuk kasus di Amerika Serikat,
pemanfaatan layanan perbankan berbasis komputer (computer banking) disebabkan oleh faktor
kemudahan layanan- disebutkan oleh 79 persen responden dan penghematan waktu-disebutkan oleh
71 persen responden. Hasil survey lainnya menunjukkan faktor kesediaan layanan E-banking yang 24
jam menjadi faktor penting lainnya (The Fed, 2004). Memang ada faktor lain yang cenderung
menjadi penghambat yaitu aspek keamanan dan kerahasiaan dari layanan E-banking.
Pola penggunaan layanan E-banking dan perubahan karakteristik demografi dan sosioekonomi dari
masyarakat pengguna menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam memasyaratkan layanan E-
banking. Untuk kasus di Indonesia, peran perbankan dengan layanan E-banking-nya menjadi sangat
penting dan menjadi aktor utama dalam mempercepat pembentukan masyarakat digital. Dengan
besarnya dana masyarakat yang tersimpan di industri perbankan, sebuah bank masih bisa
meningkatkan aktivitas transaksi yang paperless di masa yang akan datang. Hal ini bisa dilihat dari
trend pertumbuhan jumlah kartu plastik beserta nilai transaksinya yang semakin meningkat dalam 12
bulan terakhir ini. Tantangannya adalah bagaimana mempercepat laju penetrasinya di masa yang
akan datang.

User education menjadi salah satu strategi kunci dalam meningkatkan penetrasi layanan E-banking.
Implementasinya perlu mempertimbangkan persepsi masyarakat tentang E-banking, terutama
mengenai faktor-faktor yang masih menjadi penghambat dalam penetrasi E-banking. Salah tantangan
terberat adalah bagaimana meningkatkan penetrasi TIK di masyarakat berpenghasilan rendah- yang
masih merupakan mayoritas di Indonesia. Berbagai hasil penelitian pun menunjukkan bahwa
penetrasi TIK, termasuk layanan E-banking masih terkonsentrasi pada masyarakat golongan ekonomi
menengah ke atas, berpendidikan tinggi, dan terkonsentrasi di perkotaan.
How to Transform into Digital Economy (Bagaimana untuk berubah menjadi Ekonomi Digital)

Sebuah ekonomi digital adalah ekonomi yang didasarkan pada barang elektronik dan jasa yang
dihasilkan oleh bisnis elektronik dan diperdagangkan melalui perdagangan elektronik. Artinya, bisnis
dengan produksi elektronik dan proses manajemen dan yang berinteraksi dengan mitra dan
pelanggan dan melakukan transaksi melalui Internet dan Web teknologi.

Konsep ekonomi digital muncul di dekade terakhir abad ke-20. Nicholas Negroponte (1995)
menggunakan metafora bergeser dari atom pengolahan bit pengolahan. Ia membahas kerugian dari
bekas (massa misalnya, transportasi bahan,) dan keuntungan yang disebut terakhir (misalnya, bobot,
virtual, gerakan global instan).
Dengan populasi tumbuh dan mobilisasi sumber daya, ekonomi digital tidak terbatas pada usaha
perdagangan dan jasa saja, tetapi, itu meliputi setiap aspek kehidupan dari kesehatan untuk
pendidikan dan dari bisnis dengan perbankan. Lebih lanjut sementara hal yang terjadi pada media
digital maka mengapa tidak komunikasi dengan pemerintah. eGovernment sudah memainkan peran
dalam ekonomi digital ini dengan menyediakan eServices melalui berbagai kementerian/departemen
untuk eCitizen nya.

Berikut adalah beberapa karakteristik Ekonomi Digital menurut DonTapscott:

Knowledge: menjadi elemen penting dari produk

Digitization: produk dan bentuk pelayanan diubah menjadi format satu dan no.

Virtualization: hal-hal fisik bisa menjadi virtual

Molecularization: penggantian media massa ke media molekul

Internetworking: ekonomi Jaringan dengan interkoneksi mendalam dan jangkauan entitas ekonomi

Disintermediation: penghapusan perantara dan setiap berdiri di antara produsen dan konsumen

Convergence: konvergensi komputasi, komunikasi, dan konten

Innovation: inovasi menjadi pendorong utama keberhasilan bisnis

Prosumption: gap antara konsumen dan mengaburkan produsen dalam beberapa cara

Immediacy: ini adalah real-time ekonomi yang terjadi pada kecepatan cahaya

Globalization: pengetahuan tidak mengenal batas, hanya ada dunia ekonomi

Discordance: timbulya kontradiksi sosial yang sangat besar


Suatu negara dikatakan berkembang Ekonomi Digital-nya ditandai dengan semakin maraknya
berkembang bisnis atau transaksi perdagangan yang memanfaatkan internet sebagai medium
komunikasi, kolaborasi, dan kooperasi antar perusahaan atau pun antar individu. Tengoklah
bagaimana maraknya perusahaan-perusahaan baru maupun lama yang terjun ke dalam format bisnis
elektronik e-business dan e-commerce.
Dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan baru maupun lama yang berbasis e-business
atau e-commerce menyebabkan semakin banyaknya persaingan. Untuk dapat bertahan dan
memenangkan persaingan, para pemain perlu memahami karakteristik dari konsep yang menjadi
landasan karena sangat berbeda dengan ekonomi klasik yang selama ini dikenal. Tidak jarang bahwa
perusahaan harus melakukan transformasi bisnis (merubah model bisnis) agar dapat secara optimal
bermain di dalam arena ekonomi digital. Bagi perusahaan baru (start-up company), untuk terjun ke
bisnis ini biasanya lebih mudah dibandingkan dengan perusahaan yang telah lama berdiri. Statistik
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan lama yang ingin memanfaatkan keberadaan
ekonomi digital harus mengadakan perubahan mendasar pada proses bisnisnya secara radikal
(business process reengineering).

PERBANDINGAN EKONOMI LAMA VS EKONOMI BARU

Perekonomian Lama :

– Diorganisasi berdasarkan unit produk

– Berfokus pada teransaksi yang menghasilkan laba

– Melihat terutama pada skor keuangan

– Berfokus pada pemegang saham

– Departemen pemasaran melakukan pemasaran

– Membangun merek melalui iklan

– Berfokus pada mendapatkan pelanggan

– Tidak ada ukuran kepuasan

– Janji Besar, Penyerahan kecil

Perekonomian Baru :

– Diorganisasi berdasarkan segmen pelanggan

– Berfokus pada nilai masa hidup pelanggan

– Melihat juga pada skor pemasaran

– Berfokus pada stakeholder

– Setiap orang melakukan pemasaran

– Membangun merek melalui kinerja

– Berfokus pada mempertahankan pelanggan


– Mengukur tingkat kepuasan dan bertahannya pelanggan

– Janji kecil, Penyerahan besar

Perekonomian baru didasarkan pada revolusi digital dan manajemen informasi, informasi
memiliki sejumlah sifat :

– Dapat dideferensiasikan tanpa batas, disesuaikan dengan kebutuhan, dan dibuat pribadi.

– Melalui jaringan internet, dapat disampaikan kepada banyak orang, dan menjangkau dengan
kecepatan tinggi.

– Dapat diakses oleh siapapun, orang akan mendapatkan informasi yang lebih baik dan mampu
melakukan pilihan yang lebih baik.

Contoh Perekonomian Lama Anda harus membeli tiket pesawat di bandara

Anda mungkin juga menyukai