Anda di halaman 1dari 52

Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas

Lingkungan Hidup Kota Surakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang DLH

Lingkungan hidup merupakan salah satu sumber alam yang memiliki peran yang
sangat strategis terhadap kehidupan manusia. Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai aturan pokok menyebutkan pada Pasal 28 H ayat 1 bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Sebagai negara demokratis, Indonesia sangat menjunjung tinggi hak masyarakat tersebut.
Dalam Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup Kota
Surakarta dibentuk sebagai OPD yang mempunyai program pengendalian dan
konservasi ingkungan Hidup di Kota Surakarta. DLH Kota Surakarta yang beralamat di Jl.
Menteri Supeno No.10 Manahan, Surakarta. Penyelenggaraan pemerintah Daerah di
bidang lingkungan hidup yang meliputi Tata Lingkungan, Kebersihan, Pengelolaan
Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Ruang Terbuka Hijau dan
pertamanan, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, penaatan Hukum dan
pengembangan Kapasitas Lingkungan.
Keberadaan kegiatan industri dapat memberikan dampak positif maupun negatif.
Dampak positif dari adanya kegiatan industri adalah terbentuknya lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar. Akan tetapi keberadaan kegiatan industri tentu memberikan dampak
negatif kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu dampak
negatif tersebut adalah potensial kerusakan lingkungan di sekitar tempat tinggal masyarakat.
Atas dasar tersebut maka peran partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjaga
kelestarian lingkungan di daerah karanganyar terutama bagi masyarakat yang wilayahnya
memiliki potensial dampak kerusakan lingkungan, terlebih yang berada di sekitar area
kegiatan industri.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
1
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari dan meninjau manajemen lingkungan yang dilaksanakan oleh DLH.
2. Membandingkan manajemen lingkungan yang dilaksanakan oleh DLH dengan dasar-
dasar manajemen lingkungan.
3. Menguji dan mengkaji limbah instansi lainnya sesuai dengan baku mutu limbah yang
beredar.
1.3. Manfaat Praktikum
Manfaat yang dapat diambil dari Pelaksanaan Praktikum Pencegahan Pencemaran di
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mempelajari dan meninjau manajemen lingkungan yang di laksanakan
oleh DLH.
2. Dapat membandingkan manajemen lingkungan yang dilaksanakan oleh DLH dengan
dasar-dasar manajemen lingkungan.
3. Mendapatkan ilmu untuk menguji dan mengkaji limbah instansi lainnya sesuai dengan
baku mutu limbah yang beredar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Manajemen Lingkungan

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
2
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan pelaksanaannya adalah “managing”
atau pengelolaan tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Lingkungan yaitu segala sesuatu disekitar subyek manusia yang terkait
dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan tanah, udara, air,
sumber daya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut
(Hermiyetti dan Poetri, 2010).
Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen
(termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan
lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998). Pengertian lainnya yaitu
Manajemen Lingkungan adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam
proses-proses bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan mengontrol
dampak-dampak lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakan risiko-risiko
lingkungan. Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam
kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan daerah
lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan lainnya.
Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat
diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS).
Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian dari integral dari system
manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-pengaturan
secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta
sumber daya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh
perusahaan. Sistem manajemen lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai dan
menunjukkan formasi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak
lingkungan dari kegiatan, produk, dan jasa. Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk
mengatisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi linngkungan dari
konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan lingkungan hidup dari pemerintah
(Sembel,2015).
Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,
pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut
dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan dan program kegiatan yang didukung oleh

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
3
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan


kelembagaan, sumber daya manusia, dan kemitraan lingkungan disamping itu perangkat
hukum dan perundangan, informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi) dan
keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah membawa konsekuensi bahwa
pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan
tetapi terintegrasikan dengan seluruh pelaksanaan pembangunan sektor dan daerah
(Geumala, dkk. 2014)
Sistem manajemen lingkungan yang dikembangkan oleh ISO mengambil model
Continual Improvement, yaitu suatu proses peningkatan sistem manajemen lingkungan
untuk mencapai perbaikan lingkungan secara keseluruhan sejalan dengan kebijakan
lingkungan perusahaan. Proses ini tidak perlu dilakukan di seluruh bidang kegiatan secara
bersamaan atau serempak, namun dapat dilakukan secara bertahap (Merina, 2004).
Pandangan berbasis sumber daya alam adalah pendekatan tertinggi yang digunakan
oleh perusahaan di lingkungan mereka di mana perusahaan menempatkan isu lingkungan
dalam keputusan strategis mereka. Beberapa perusahaan yang menggunakan pengelolaan
lingkungan yang baik menunjukkan bahwa mereka memiliki kinerja keuangan yang lebih
baik. Namun, pada tingkat yang lebih luas, implementasi bisnis yang memperhatikan
keselamatan lingkungan belum merespon tanggapan pelanggan sesuai dengan tuntutan
mereka terhadap jenis usaha semacam itu. Jadi, dapat dikatakan bahwa berdasarkan bukti
empiris, pengaruh pengelolaan lingkungan terhadap hasil kerja perusahaan tidak jelas
(Harsono, 1999).

2.2. Jenis-jenis Pencemaran

Sumber pencemaran udara lainnya disebakan dari berbagai kegiatan alam, seperti
kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara
tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara,yang berdampak negatif begi
kesehatan manusia. (Anggrani, dkk. 2016).
Pencemaran dapat dibedakan menjadi berbagai jenis, yaitu (Sembel, 2015) :
A. Pencemaran Udara

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
4
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Pencemaran udara dilihat sebagai bentuk pencemaran yang penting dalam


toksikologi lingkungan. Di zaman yang sudah maju ini masalah kesehatan udara menjadi
sangat penting karena adanya eksposur terhadap udara yang telah tercemar oleh
campuran transmisi fotokimia dan emisi dari hasil-hasil pembakaran dari berbagai
industri.
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain
industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Transportasi di kota-kota besar
merupakan sumber pencemaran udara yang terbesar, dimana 70% pencemaran udara
diperkotaan disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor. Sumber pencemaran udara
lainnya disebakan dari berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung
meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah
menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan
manusia (Anggarani, dkk. 2016).
Pencemaran udara adalah masuknya bahan-bahan kimia dan partikel-partikel ke
dalam lingkungan atmosfer yang membahayakan bagi mahluk hidup. Jenis-jenis
pencemar ini biasanya berbentuk gas, seperti H2S yang berasal dari gunung
berapi,pembakaran minyak bumi dan batu bara, CO sebagai hasil pembakaran yang tidak
sempurna dari kendaraan bermotor. CO yang biasanya terdapat di udara dan pembakaran
batu bara serta sulfur oksida yang bereaksi dengan udara serta oksigen dan sinar matahari
dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini akan mengakibatkan hujan asam yang dapat
menyebabkan gangguan pada makhluk hidup. CFCs,CO 2,NO juga dapat berakibat buruk
bagi bumi (Anggarani, dkk. 2016).
B. Pencemaran Air
Sumber pencemaran air yaitu limbah industri, limbah domestik, sampah organik,
bahan-bahan kimia, seperti pupuk, pestisida, klorin yang berasal dari perlakuan air bersih
(perusahaan air minum) atau dari perlakuan pembuangan kotoran (sewage) dan
eutrofikasi. Jenis-jenis bahan pencemar yang termasuk dalam PAM diantaranya adalah
klorin dalam proses penjernihan air,bahan-bahan kimia lainnya yang berasal dari sumber
air yang dilakukan penjernihan.
Pendekatan pengolahan air limbah bervariasi dari konvensional sistem terpusat ke
desentralisasi dan sistem cluster. Sistem terpusat yang biasanya dimiliki publik

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
5
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

digunakan untuk mengumpulkan dan merawat sejumlah besar air limbah untuk
masyarakat, sehingga memanfaatkan pipa besar, penggalian besar dan manholes untuk
akses air limbah. Di sisi lain, sistem penukaran terdesentralisasi memperlakukan air
limbah rumah tangga dan bangunan. Sedangkan sistem desentralisasi mengumpulkan,
merawat dan menggunakan kembali / membuang air limbah yang telah di treatment dekat
titik generasi, sistem terpusat sering digunakan kembali / buang jauh dari titik generasi
Sistem cluster, yang bisa juga terpusat atau terdesentralisasi, melayani lebih dari sekedar
rumah tangga tunggal mencapai 100 rumah dan lebih banyak lagi (Massound, dkk. 2009).
Pencemaran air tanah dari tangki septik yaitu air tanah yang terkontaminasi dari
kotoran lalu juga tercemar dengan logam- logam, patogen, nitrogen, klorin. Air juga bisa
tercemar dari sampah domestik,pupuk pertanian, residu pestisida, tumpahan minyak
(Massound, dkk. 2009).
C. Pencemaran makanan
Sumber bahan pencemar utama pada makanan yaitu patogen-patogen penyakit,
residu pestisida, dan bahan tambahan pangan (pengawet, bahan pewarna makanan dan
bahan tambahan lainnya). Bakteri yang terdapat dalam makanan yaitu Salmonella spp.,
Compylobacter jejuni, Escherichia coli, Yersinia enterocolitica, Shigella spp., Vibrio
spp., Penicillium spp., dan Fusarium sp. Jenis parasit yang sering ada di makanan yaitu
Helminths dan Protozoa. Pencemaran makanan ini dapat mengakibatkan gangguan
pencernaan dan lain-lain.

D. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah terjadi akibat adanya bahan kimia yang mencampuri tanah
seperti pestisida, pupuk, logam-logam berat, limbah domestik, dan lain-lain.
E. Pencemaran cahaya
Pencemaran cahaya juga di kenal dengan pencemaran kilauan dan pencemaran
foto (photopollution) adalah adanya cahaya yang berlebihan, tidak terarah atau adanya
cahaya buatan yang mengganggu manusia. Pencemaran cahaya dapat disebabkan juga
oleh adanya iluminasi yang berlebihan, cahaya yang menyilaukan, cahaya yang kacau
(light clutter) dan cahaya langit (skygow). Iluminasi yang berlebih sangat memboroskan
karena menggunakan jutaan barel minyak yang merugikan.
F. Pencemaran bunyi

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
6
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Pencemaran ini yang utama dari bunyi desingan kendaraan bermotor. Bisa juga
diakibatkan oleh bunyi ledakan gunung berapi. Pencemaran bunyi ini mengakibatkan
kehilangan pendengaran, tekanan darah meningkat,dan tekanan atau stress.
G. Pencemaran suhu
Pencemaran suhu ialah adanya perubahan suhu dalam kolam air alami yang di
sebabkan oleh manusia sebagai coolant dalam suatu industri besar.
H. Pencemaran visual
Pencemaran visual seperti pemasangan kabel-kabel listrik yang besar,pemasangan
gambar-gambar, baliho, dan poster di tepi-tepi jalan dapat mengganggu penglihatan dan
lingkungan sekitar.

2.3. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)

Dalam rangka melaksanakan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan maka


lingkungan itu sendiri perlu dijaga keserasian hubungannya dengan berbagai usaha dan atau
kegiatan. Sebagai salah satu instrumen pencegahan pencemaran lingkungan, analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 11 UUPPLH
adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Sari, 2011).
Kegiatan pembangunan dalam hal adanya suatu usaha atau kegiatan selalu
menimbulkan dampak negatif dan dampak positif, sehingga sejak dini perlu dipersiapkan
langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya.
Tidak semua rencana kegiatan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan, karena hanya beberapa kegiatan tertentu saja yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan. Dampak penting adalah perubahan lingkungan yang sangat
mendasar yang diakibatkan oleh suatu kegiatan (Sari, 2011).
Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian dari proses perencanaan
kegiatan yang menjadi pangkal tolak pengaturan dalam prosedur perizinan lingkungan.
Dalam upaya melestarikan lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan bertujuan
untuk menjaga agar kondisi lingkungan tetap berada pada suatu derajat mutu tertentu demi

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
7
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

menjamin kesinambungan pembangunan. Namun ternyata tidak semua kegiatan atau usaha
diwajibkan untuk menyususn atau membuat AMDAL, bagi kegiatan atau usaha yang tidak
diwajibkan untuk menyusun atau membuat AMDAL maka tetap diwajibkan untuk
menyususn UKL dan UPL, yaitu Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, hal ini sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Negera
Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 (Sari, 2011).
Adapun kegiatan atau usaha yang diwajibkan untuk menyusun UKL dan UPL ialah
kegiatan atau usaha yang dampaknya mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia. UKL
dan UPL tersebut juga sama seperti AMDAL yaitu sebagai instrumen dalam hukum
lingkungan atau dalam pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan
menjadi dasar untuk menerbitkan izin mendirikan kegiatan atau usaha (Sari, 2011).
Kegunaan AMDAL (Sari, 2011) :

- Untuk membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan


hidup dari rencana usaha dan atau kegiatan
- Untuk memberi informasi pada masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari
suatu rencana usaha dan atau kegiatan
- Untuk memberikan alternatif solusi meminimalisasi dampak negatif
- Dapat digunakan untuk mengambil keputusan tentang pemberian izin usaha dan
atau kegiatan
Pelaksanaan AMDAL merupkan suatu kebijakan dalam upaya untuk melakukan
pencegahan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan, sehingga dapat
meminimalisir kerusakan lingkungan akibat pembangunan suatu industri atau proyek
lainnya yang berdampak pada terjadinya kerusakan lingkungan (Sembel,2015).

2.4. Peraturan Pemerintah Mengenai Manajemen Lingkungan


Berikut peraturan pemerintah mengenai manajemen lingkungan (Putri,2012):
1. Undang-undang dan Peraturan Lingkungan Hidup

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi


Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.
b. Undang-undang Republik Indonesia No. 24 tahun 1992 tentang Penataan
Ruang.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
8
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 1993 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan.
d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. I4I MenLH J3/1994
tentang Pedoman Umum Penyusunan Amdal.
e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep5 1I MenLH/lO/1995
tentang Baku Mutu limbah Cair bagi Kegiatan Industri.
f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep39I MenLH/10/1996
tentang Daftar Jenis Usaha atau Kegiatan Wajib Amdal.
g. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan.
2. Industri yang harus di AMDAL
Berikut ini merupakan daftar tabel industri yang harus di AMDAL :

Tabel 1. Industri yang harus di AMDAL


No Industri yang harus di AMDAL
1 Industri semen yang memakai clinker
2 Industri pulp dan kertas
3 Industri pupuk kimia (sintetis)
4 Industri petrokimia
5 Industri peleburan baja
6 Industri peleburan timah hitam (Pb)
7 Industri peleburan tembaga (Cu)
8 Industri peleburan alumina
9 Industri peleburan baja paduan
10 Industri ahimunium ingot
11 Industri pembuatan pellet dan sponge
12 Industri pig iron
13 Industri Ferro alloy
14 Kawasan industry

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
9
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

15 Industri galangan kapal (300 DWT)


16 Industri pesawat terbang
17 Industri kayu lapis terintegrasi
18 Industri senjata, amunisi, dan peledak
19 Industri penghasil pestisida primer
20 Industri baterai

3. Baku Mutu Lingkungan Internasional ISO14000


ISO 14000 adalah baku mutu lingkungan hidup tempat suatu organisasi atau
badan usaha mempunyai kegiatan yang meliputi air, udara, tanah, flora, fauna serta
manusia dengan semua yang terkait dengannya.

4. Klasifikasi ISO14000

Gambar 1. Data klasifikasi ISO 14000

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
10
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

5. Klasifikasi ISO 14000

Gambar 2. Bagan Baku Lingkungan ISO 14000

6. Klasifikasi ISO 14000 Bagian dan ISO 14000

a. ISO 14000 dan ISO 14002: Sistem Manajemen Lingkungan.

b. ISO 14011-ISO 14013: Audit Lingkungan (catatan : ada 3 macam ISO 14011).

c. ISO 14014: Rona Lingkungan Awal.

d. ISO 14015: Analisis Mengenai Tampak Lingkungan.

e. ISO 14020-ISO 14024 dan ISO1402x:Ekolabel.

f. ISO 14031 dan ISO 14032 : Evaluasi Kinerja Lingkungan, terdiri atas
metodologi dan indicator bidang industri.
g. ISO 14040-ISO 14043: Analisis Mengenai Daur Hidup Produk.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
11
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

h. ISO 14050: Definisi dan Peristilahan

i. ISO Guide 64: Panduan untuk memasukkan gatra lingkungan kedalam


spesifikasi produk.
7. Pengelolaan limbah industri
Konsep di dalam konservasi sumber daya alam diberlakukan dalam
pengelolaan (manajemen) Iimbah industri. Manajemen Iimbah industri (MLI)
adalah upaya terpadu yang meliputi pengawasan, pengendalian, dan pemulihan
entropi (Iimbah) serta penataan, pemeliharaan, dan pemanfaatan limbah tersebut
sebagai sumber daya baru (Putri,2012).
8. Keterkaitan ISO 14000 dengan MLl

Tabel 2. ISO 14000 dan penerapan dalam Manajemen Limbah Industri


NO ISO 14000 Manajemen Lingkungan Industri
1 Sistem manajemen Manajemen Cegah,Tangkal,kembangkan (CTK)
lingkungan penanggung jawab intansi terkait
2 Kinerja lingkungan Manajemen setiap bagian jenjang proses kegiatan.
organisasi
3 Audit lingkungan Pelaksanaan kegiatan PKL, RPL,Evaluasi
4 Ecolabelling Pemasangan label pada setiap produk yang menjamin
produk di hasilkan melalui proses yang tidak merusak
lingkungan.
5 Daur hidup produk Mengantisipasi dampak lingkungan satu produk dari
mulai di buat sampai tidakbisa lagi di pakai (sampah)
6 Kinerja lingkungan Mengantisipasi dampak lingkungan pemakaian suatu
hidup produk.

Berikut contoh Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap Analisis Dampak


Lingkungan (AMDAL) Reklamasi Pantai di Kota Bandar Lampung (Justitia, dkk. 2012):
1. Bahwa dalam rangka penegakan hukum lingkungan dilihat dari sudut hukum pidana,
maka pemrakarsa dalam hal ini pengusaha dapat dikenakan denda atau kurungan
bilamana melakukan kegiatan tidak memenuhi salah satu syarat perizinan dalam hal ini
termasuk proses AMDAL. Sedangkan perusahaan yang tidak/belum memiliki izin

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
12
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

AMDAL tetapi sudah melakukan penimbunan/reklamasi pantai dan sudah menjalankan


usahanya dapat dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan UU No.32 Th. 2009
Terhadap sanksi administrasi.
2. Faktor-faktor penghambat dalam rangka penegakan hukum terhadap AMDAL reklamasi
pantai di Kota Bandar Lampung adalah meliputi Faktor Hukum, Faktor Aparat
(Pemerintah) dan faktor Ekonomi.
Berdasarkan jurnal internasional yang di dapatkan yaitu tentang tekanan institusional
domestik dan internasional mengarah pada keberhasilan Implementasi ISO 9000 dan pada
gilirannya dapat berujung pada keberhasilan penerapan lingkungan. Sistem manajemen
seperti sistem sertifikasi lingkungan ISO 14001 atau kualitas lingkungan total Manajemen
(TQEM). Menggunakan tes yang tepat untuk mediasi dengan mediator dikotomis. Dan hasil,
kami menemukan bahwa model tersebut menyimpan sampel 377 pabrikan China dalam
enam besar Kelompok industri di Suzhou, Dalian, dan Tianjin. Temuan kami konsisten
dengan teori yang menghubungkan. Kemampuan internal terhadap tekanan eksternal (dalam
hal ini, kelembagaan) heterogen terhadap organisasi. Upaya proaktif lingkungan. Temuan
kami menunjukkan bahwa institusi di negara berkembang. Masalah lingkungan yang
signifikan seperti China dan juga pemasok dan mitra asing untuk perusahaan di Indonesia.
Negara-negara ini harus mendorong dan mendukung implementasi ISO 9000 oleh
perusahaan lokal. Temuan ini dapat mempengaruhi adopsi sistem mutu dan proses
lingkungan negara-negara berkembang lainnya (Zhu, Cordeiro, & Sarkis, 2013).
Dari jurnal internasional Pengelolaan Limbah Padat Kota di India-Tantangan Negara
Bagian dan Masa Depan di simpulkan bahwa menemukan dampaknya terhadap kinerja dan
perencanaan kapasitas pemulihan / daur ulang, kompos, insinerasi dan fasilitas landfill. Pola
perubahan komposisi limbah menekankan pentingnya pemisahan agar berhasil (Zhu,
Cordeiro, & Sarkis, 2013).
Pengoperasian fasilitas pengelolaan limbah. Pemerintah kota harus menjaga fasilitas
penyimpanan sedemikian rupa. Cara mereka tidak menciptakan kondisi yang tidak higienis
dan tidak sehat.Sebuah survei baru harus dilakukan pada generasi dan karakterisasi MSW di
India. Karena MSW adalahSecara heterogen, sejumlah besar sampel harus dikumpulkan dan

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
13
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

dianalisis untuk memperoleh hasil statistik yang dapat diandalkan (Kaushal, Varghese, &
Chabukdhara, 2016).
Berdasarkan jurnal internasional yang di dapat di jelaskan bahwa, Ada signifikan dan
meningkatnya kesadaran akan masalah lingkungan global, di Indonesia khususnya berkaitan
dengan pemanasan global, penipisan ozon, keanekaragaman hayati, polusi, danpertumbuhan
populasi. Dengan kesadaran yang semakin meningkat ini muncul kesadaran bahwa dampak
potensial dari kegiatan pengembangan yang diusulkan perlu dinilai dan dipahami agar
strategi pengelolaan dan pengendalian yang tepat dapat diadopsi. Konstruksi merupakan
salah satu kegiatan yang diakui memiliki potensi nyata dan potensial efek pada lingkungan
dan kesejahteraan populasi dunia. Secara umum, konstruksi dan bangunan, khususnya,
berkontribusi terhadap krisis lingkungan hidup melalui penipisan sumber daya, konsumsi
energi, pencemaran udara dan penciptaan limbah. Bangunan "mengkonsumsi" proporsi yang
signifikan dari produksi energi tahunan dunia dalam konstruksi, operasi, perawatan,
renovasi, pembongkaran, dan pembuangannya. Sebagai konsekuensi dari konsumsi energi
ini, emisi gas rumah kaca terkait dengan menggunakan bahan bakar fosil memiliki dampak
lingkungan yang signifikan. Dari keduanya sudut pandang lingkungan dan ekonomi, adalah
logis bahwa pembangunan berkelanjutan prinsip diformulasikan yang berusaha
meminimalkan input energi daur hidup total dan sehingga membuat penggunaan sumber
daya energi yang lebih efisien. Untuk meningkatkan produksi bangunan dan infrastruktur
dan memperbaiki layanan bangunan, sambil menjaga degradasi lingkungan pada tingkat
rendah, teknologi yang digunakan di daerah ini harus memperbaiki secara substansial meski
penyebab degradasi lingkungan sudah diketahui, bisnisnya logika untuk perbaikan
lingkungan sebagian besar bersifat operasional dan teknis. Beberapa perusahaan telah
memasukkan keberlanjutan ke dalam pemikiran strategis mereka. Berkelanjutan bisnis harus
menggunakan posisinya yang unik untuk mengembangkan dan mencapai produksi yang
berkelanjutan dan konsumsi berkelanjutan pada saat bersamaan. Sistem yang bertanggung
jawab dan berkelanjutan pengelolaan lingkungan harus dimulai dengan pencegahan polusi
kemudian berkembang menjadi kontrol dan desain lingkungan.Strategi dikembangkan dalam
20 tahun terakhir untuk mengurangi energi operasional konsumsi bangunan sebagian besar
difokuskan pada penghematan energi potensial terkait dengan peningkatan efisiensi termal

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
14
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

dari sebuah amplop bangunan. Sementara ini adalah kemajuan positif, ini hanya membahas
satu bagian dari total keseimbangan energi siklus hidup bangunan jelaslah bahwa baik sektor
publik maupun swasta industri membuat pergeseran terhadap analisis siklus hidup konsumen
semakin menyadari dampaknya aktivitas konstruksi ada pada lingkungan. Akibatnya,
mereka menekan tombol industri untuk mengadopsi metode yang lebih berkelanjutan.

BAB III

DESKRIPSI INSTANSI

3.1. Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup

3.1.1. Visi Dinas Lingkungan Hidup

Visi dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta adalah: “Terwujudnya pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteran dan
memajukan kota dilandasi spirit Solo sebagai Kota Budaya.”

3.1.2. Misi Dinas Lingkungan Hidup

Misi Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta dirumuskan sebagai berikut:

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
15
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

1. Meningkatkan upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup


2. Melakukan usaha pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan konservasi sumber
daya alam
3. Penataan hukum dan pengembangan pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup

3.2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas DLH Surakarta

3.2.1. Struktur Organisasi DLH Surakarta

Berdasarkan:

1. Peraturan Daerah Kota Surakarta No.10 tahun 2016 tantang Pembentukkan dan
Susunan Perangkat Daerah Kota Surakarta.
2. Peraturan Wali Kota Surakarta No.27-C tahun 2016 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (DLH,2017).

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
16
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
17
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Gambar 3. Struktur Organisasi DLH Surakarta

3.1.2. Uraian Tugas DLH Surakarta


Berikut ini merupakan uraian tugas jabatan struktural Badan Lingkungan Hidup Kota
Surakarta menurut Peraturan Walikota Surakarta Tentang Pedoman Uraian Tugas
Jabatan Struktural Pada Badan Lingkungan Hidup:
a. Kepala Dinas Likungan Hidup
Kepala Dinas Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang lingkungan hidup.
b. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas
melaksanakan penyiapam perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi,
dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum
dan kepaegawaian sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan kepala dinas. Sekretaris
juga membawahi beberapa bagian, yaitu:
 Kepala Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapam perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu di bidang perencanaan,
evaluasi dan pelaporan.
 Kepala Subbagian Keuangan mempunyai tugas pengelolaan administrasi
keuangan.
 Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pengelolaan
administrasi umum dan kepegawaian.
c. Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
di bidang pengendalian lingkungan hidup dan dokumen lingkungan hidup.
Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup juga membawahi beberapa
bagian, yaitu:
 Kepala Subbidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, di bidang
pengendalian lingkungan hidup, upaya pencegahan dan penanggulangan

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
18
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

pencemaran lingkungan, kebijakan standar prosedur penetapan pencegahan dan


penanggulangan pencemaran lingkungan.
 Kepala Subbidang Dokumen Lingkungan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, di bidang dokumen lingkungan
hidup, neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup, penerapan kajian
dampak lingkungan yang terkait dengan upaya pelaksanaan pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
d. Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya
Alam
Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup dan Konservasi
Sumber Daya Alam mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengendalian kerusakan
lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam.
Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya
Alam juga membawahi beberapa bagian, yaitu:
 Kepala Subbidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, di bidang
pengendalian kerusakan lingkungan hidup, meliputi inventrarisasi kerusakan
lingkungan, penyusunan standard dan prosedur pencegahan dan
penanggulangan kerusakan lingkungan, upaya penanggulangan kerusakan
lingkungan.
 Kepala Subbidang Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, di bidang konservasi sumber
daya alam, meliputi inventrarisasi potensi sumber daya alam, upaya peningkatan
konservasi sumberdaya alam dan lingkungan.
e. Bidang Kepatuhan Hukum dan Pengembangan Kapasitas
Kepala Bidang Kepatuhan Hukum dan Pengembangan Kapasitas mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
di bidang kepatuhan hukum dan pengembangan kapasitas.
Bidang Kepatuhan Hukum dan Pengembangan Kapasitas juga membawahi
beberapa bagian, yaitu:
 Kepala Subbidang Kepatuhan Hukum mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis, di bidang kepatuhan hukum meliputi

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
19
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

inventarisasi produk perundang-undangan bidang lingkungan hidup,


pengawasan dan penegakan hukum lingkungan, penyuluhan hukum lingkungan.
 Kepala Subbidang Pengembangan Kapasitas mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis, di bidang pengembangan kapasitas
meliputi potensi sumberdaya lingkungan, kebijakan kerjasama san advokasi
lingkungan.
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Ketentuan mengenai Jabatan Fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

3.3. Sejarah dan Lokasi DLH

Tahun 1990 BLH belum berdiri sendiri, karena masih dibawah Sekertaris Desa dengan
nama Bagian Lingkungan Hidup. Melihat besarnya peran dari bagian ini, akhirnya dibuat
berdiri sendiri dengan nama BAPELDALDA atau Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Hidup Daerah.
Tahun 2003, BAPELDALDA berganti nama menjadi KLH atau Kantor Lingkungan
Hidup. Seiring perkembangannya, pada tahun 2009 berubah nama menjadi BLH atau Badan
Lingkungan Hidup.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta No.10 Tahun 2016, terdapat beberapa
dinas yang harus dilebur, seperti Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) yang disatukan kedalam
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Dinas Pengelolaan Pasar(DPP) akan melebur
dengan Dinas Perdagangan dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan(DKP) bersama Badan
Lingkungan Hidup (BLH) disatukan menjadi Dinas Lingkungan Hidup. Dinas Lingkungan
Hidup Kota Surakarta berkantor di Jalan Sudirman No.2 Kompleks Balai Kota Surakarta di
Gedung Bale Tawang Praja lantai 4.

3.4. Dasar Hukum DLH Kota Surakarta

Sebagai penguatan kapasitas terkait pengelolaan lingkungan hidup Kota Surakarta


dalam bidang kepatuhan hukum, telah disusun beberapa peraturan daerah Kota Surakarta
yang meliputi:

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
20
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

a. Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Surakarta Nomor 25 Tahun 1981 tentang


Kebersihan dan Keindahan Kota (Lembaran Daerah Kotamadya Dati II Surakarta
Nomor 7 Tahun 1982 Seri C Nomor 1);
b. Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Surakarta Nomor 29 Tahun 1981 tentang
Kebersihan Sampah (Lembaran Daerah Kotamadya Dati II Surakarta Tahun 1981
Nomor 8 Seri B Nomor 2) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Daerah
Kotamadya Dati II Surakarta Nomor 8 Tahun 1994 (Lembaran Daerah Kotamadya Dati
II Surakarta Tahun 1994 Nomor 12 Seri B Nomor 3);
c. Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Surakarta Nomor 8 Tahun 1993 tentang Rencana
Umum Tata Ruang Daerah Tingkat II Surakarta Tahun 1993-2013;
d. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 4 Tahun 1995 tentang
Rencana Umum Tata Ruang Hijau Kota (RUTRHK) Kotamadya Daerah Tingkat II
Surakarta;
e. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tk. II Surakarta No.3 tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Cair;
f. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2001 tentang Visi dan Misi Kota
Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta Nomor 24 Tahun 2001 Sweri D Nomor
20);
g. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 6 Tahun 2005 tentang Lalu Lintas & Angkutan
Jalan di Kota Surakarta;
h. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 10 Tahun 2015 tentang Pengendalian Lingkungan
hidup.
Selain peraturan yang telah disahkan, masih terdapat beberapa rancangan peraturan
daerah yang terkait dengan bidang lingkungan hidup yaitu:
a) Peraturan daerah Kota Surakarta tentang Pengelolaan Sampah;
b) Peraturan daerah Kota Surakarta tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota;
c) Peraturan daerah Kota Surakarta tentang Pengendalian Air Bawah Tanah.
Peraturan Walikota Surakarta yang terkait dengan bidang Lingkungan Hidup, yang sudah
dimiliki, yaitu: Peraturan Walikota Nomor 6 tahun 2009 tentang Resapan Air.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
21
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

3.5. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


3.5.1. Pengertian Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2009, lingkungan hidup merupakan kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilaku yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dimensi cakupan :
- Dimensi ruang (udara, darat, laut, lahan, dll)
- Dimensi waktu (terbaharukan dan tidak terbarukan)
- Dimensi ekonomi (pemanfaatan, nilai tambah SDA dan Lingkungan Hidup, dll)
- Dimensi sosial (budaya, perilaku, dan cara pandang manusia terhadap lingkungan
hidup)
Menurut UU No 32 tahun 2009 perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup merupakan suatu upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.

1.1.1 Dasar-Dasar dan Prinsip Pengelolaan Lingkungan Hidup


Dasar-dasar pengelolaan lingkungan hidup :
Untuk memberikan dasar hukum yang kuat tentang usaha pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat dalam melaksanakan pelestarian alam maka di buat
peraturan perundang-undangan tentang lingkungan.
1. UU RI No.5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya.
2. UU RI No.51 tahun 1993 tentang analisis mengenai dampak lingkungan.
Untuk memperkecil pencemaran, pada saat ini pemerintah menyusun dokumen
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) bagi kegiatan yang diduga
menimbulkan pencemaran. AMDAL pada prinsipnya adalah cara
mengidentifikasi, memprediksi dan mengomunikasikan pengaruh dari kegiatan
manusia terutama pembangunan fisik lingkungan.
Dasar hukum pemberlakuan AMDAL yaitu PP No.27 tahun 2012 tentang AMDAL
yang berlaku efektif mulai tanggal 7 November 2000. Jenis-jenis kegiatan yang
harus dilengkapi dengan AMDAL di atur dalam keputusan menteri No.3 tahun

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
22
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

2000. Implikasi PP ini adalah diserahkannya sebagian besar kewenangan penilaian


AMDAL kepada daerah/Prov/Kab/Kota dan diwajibkan keikutsertaan masyarakat
di dalamnya.
Prinsip pengelolaan lingkungan hidup, antara lain :
a. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sehingga
dapat membangun manusia seutuhnya.
b. Mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak akan dapat
dipisahkan.
c. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana dan diolah secara
optimal semata demi kesejahteraan masyarakat.
d. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk generasi yang akan
datang.
Dasar-dasar pengelolaan lingkungan hidup. Dasar ini digunakan untuk
memberikan dasar hukum yang kuat tentang usaha pemerintah dan lembaga
swadaya masyarakat dalam melaksanakan pelestarian alam maka di buat peraturan
perundang-undangan tentang lingkungan, antara lain:
1. UU RI No.5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya.
2. UU RI No.51 tahun 1993 tentang analisis mengenai dampak lingkungan.
Untuk memperkecil pencemaran, pada saat ini pemerintah menyusun
dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) bagi kegiatan
yang diduga menimbulkan pencemaran. AMDAL pada prinsipnya adalah cara
mengidentifikasi, memprediksi dan mengomunikasikan pengaruh dari
kegiatan manusia terutama pembangunan fisik lingkungan.

1.1.2 Tujuan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Adapun tujuannya adalah demi pembangunan yang berkelanjutan. Perubahan
kondisi alam akibat kegiatan manusia perlu dikontrol agar kehidupan dapat
berkelanjutan.
Adapun perubahan tersebut adalah :
1. Pencemaran lingkungan

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
23
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Artinya masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan mansia sehinggga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan
2. Kerusakan lingkungan
Merupakan perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik,
kimia dan/atau hewani lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.

3.5. Tugas DLH Kota Surakarta


Tugas pokok dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta adalah menyelenggarakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Lingkungan Hidup (DLH, 2017).
3.7. Fungsi DLH Kota Surakarta
Fungsi DLH yaitu:
1. Penyelenggaraan kesekretariatan badan;
2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan
3. Pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan
4. Pemantauan dan pemulihan lingkungan
5. Pematuhan hukum lingkungan dan pengembangan kapasitas
6. Penyelenggaraan sosialisasi
7. Pembinaan jabatan fungsional.

3.8. Kasus Permasalahan Lingkungan Hidup


Berikut merupakan masalah yang ada di Kota Surakarta:
1. Banyak gendung pencakar langit yang dibangun di daerah kota Solo memiliki dampak
negatif. Dengan adanya hal itu kota Solo menimbulkan masalah baru seperti kurangnya
resapan air, jumlah sampah yang meningkat, pencemaran air dan kurangnya penghijauan
sehingga dapat mengakibatkan banjir. Penggunaan listrik yang berlebihan dari gedung
dapat menyebabkan polusi cahaya yang terpancar dari lampu-lampu dan penggunaan AC
yang semakin meningkat juga mengakibatkan pemanasan global.
2. Tumpukan sampah yang kurang dimanfaatkan kembali oleh warga Solo sehingga volume
sampah meningkat pesat di TPA Putri Cempo.
3. Pencemaran Sungai di Kota Solo akibat pembuangan limbah cair baik industri,
perkantoran, perumahan dan lain- lain yang pembuangannya masih dialirkan langsung ke
sungai tanpa proses penetralan terlebih dahulu.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
24
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

4. Peningkatan volume kendaraan pribadi yang meningkatkan pencemaran udara di kota


Solo sehingga menurunkan kualitas udara Kota Solo.

BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1. Limbah – limbah yang di Hasilkan

Limbah dari Puskesmas Nusukan terbagi menjadi 2 yaitu :


1. Limbah medis
Limbah medis adalah limbah yang diperoleh dari sisa hasil proses dari suatu
kegiatan yang dilakukan dalam aktivitas medis. Limbah medis yang dihasilkan oleh
Puskesmas Nusukan sendiri terbagi menjadi 2, antara lain :
a. Limbah medis infeksius
Limbah infeksius adalah limbah berbahaya dimana waktu penyimpanan maksimal
2 x 24 jam dalam suhu ruangan dan 90 hari penyimpanan dalam freezer. Apabila
limbah infeksius disimpan lebih dari 2 x 24 jam maka harus segera disemprot

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
25
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

dengan disenfektan. Contoh limbah medis yang dihasilkan oleh Puskesmas


Nusukan ialah jarum- jarum, ampul, botol bekas injeksi, dan masih banyak lagi.
b. Limbah medis non infeksius
Limbah medis non infeksius adalah limbah medis yang tidak begitu berbahaya
dimana limbah medis seperti botol infus dapat diolah kembali menjadi plastik
daur ulang yang dapat digunakan untuk keperluan manusia selain sebagai
pembungkus makanan.
2. Limbah non medis
Limbah non medis adalah limbah yang diperoleh dari sisa hasil kegiatan
manusia. Limbah non medis yang dihasilkan oleh Puskesmas Nusukan berupa kertas-
kertas, pembuangan air toilet, sisa makanan, dan masih banyak lagi.

4.2. Pengolahan Limbah B3


Pengolahan limbah B3 pada Puskesmas Nusukan masih mengandalkan pihak
ketiga. Dimana pihak ketiga yang dipercayakan oleh Puskesmas Nusukan adalah PT.
Arah. Dalam penyimpanan limbah B3 yang dihasilkan oleh Puskesmas Nusukan sebelum
diberikan kepada pihak ketiga yaitu dengan disimpan dalam TPS Puskesmas Nusukan.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
26
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

a. Alur pengelolaan limbah padat infeksius di Rumah Sakit Dr. Moewardi

Gambar 4. Alur pengelolaan limbah padat infeksius di Rumah Sakit Dr. Moewardi

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
27
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

b. Alur pengelolaan limbah padat non medis di Rumah Sakit Dr. Moewardi

Gambar 5. Alur pengelolaan limbah padat non medis di Rumah Sakit Dr. Moewardi

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
28
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

c. Alur pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Dr. Moewardi

Gambar 6. Alur pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Dr. Moewardi

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
29
Fakultas Teknik
Limbah Sudge Aburesidu Produkfarmasi Kain LampuTL/

Program Studi Teknik Kimia


padat kadaluarsa/ Oli bekas
IPAL incenerator terkontaminasi aki bekas
medis kemasan
produk farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018


Ranap, Instalasi Instalasi Instalasi
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

IPFNM IPFNM IPFNM


rajal Sanitasi Sanitasi Farmasi

Incinerator Diambilmanual Dimasukkan


Dimasukkan
dengan memakai tempat/ ember Dimasukkan
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran

tempatlampu
APD (digunakan dilapisi plastik jerigen
Aburesidu incinerator TL
tempat/ ember warna kuning
dilapisi plastik)
c. Alur pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Dr. Moewardi

Ditimbang
(Kg)
Dinas

MasukTPS Limbah B3

Gambar 7. Alur pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Dr. Moewardi


Dicatatdalam loogbook

Diambiloleh pihak ketiga yang berijin (Manifest)

30
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

d. Alur pengelolaan limbah plabot infus, kemasan bekas B3 (botol handrub) dan jerigen
hemodialisa

Gambar 8. Alur pengelolaan limbah plabot infus, kemasan bekas B3 (botol


handrub) dan jerigen hemodialisa

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
31
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

4.3. Baku Mutu Limbah


Baku mutu limbah medis telah diatur dalam Permen No. 56 Tahun 2015, akan
tetapi fakta dilapangan pada Puskesmas Nusukan belum semua sesuai dengan peraturan
yang telah dibuat. Akan tetapi Puskesmas Nusukan sudah mengolah limbah- limbah
medis yang dihasilkan, meskipun limbah medis yang diolah belum memenuhi baku mutu.

Rumah Sakit Moewardi memiliki pengolahan limbah B3 yang cukup baik dan
sesuai dengan Permen No. 56 Tahun 2015. Limbah B3 yang dihasilkan oleh kegiatan
medis dalam Rumah Sakit Moewardi diolah dengan cara yang baik sehingga tidak
menimbulkan penyakit-penyakit dan masalah lain yang ditimbulkan dari limbah B3.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
32
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Klasifikasi Limbah B3 di Puskesmas Nusukan dan RS Dr. Moewardi
Klasifikasi limbah B3 yang berasal dari puskesmas dan RS Dr. Moewardi adalah:
1. Limbah Infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri,
virus, parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk
menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan. Limbah yang termasuk dalam
kategori ini meliputi :
a. Kultur dan stok agen infeksius dari aktivitas laboratorium.
b. Limbah buangan hasil operasi dan otopsi pasien yang menderita penyakit menular,
misalnya : jaringan dan materi atau peralatan yang terkena darah atau cairan tubuh
lain.
c. Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bangsal isolasi misalnya :
ekskreta, pembalut luka bedah, luka yang terinfeksi, pakaian yang terkena darah
pasien, atau cairan tubuh yang lain.
2. Limbah Patologis
Limbah patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia dan
bangkai hewan, darah dan cairan tubuh.
3. Limbah Benda Tajam
Benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka
tusuk antara lain jarum, jarum suntik, skalpel dan jenis belati lain, pisau, peralatan
infus, gergaji, pecahan kaca, dan paku. Baik terkontaminasi maupun tidak, benda
semacam itu biasanya dipandang sebagai limbah yang sangat berbahaya.
4. Limbah Farmasi
Limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum
yang sudah kedaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak
diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Limbah ini juga mencakup barang
yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya
botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, slang penghubung, dan

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
33
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

ampul obat.
5. Limbah Genotoksik
Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik, atau
karsinogenik. Limbah genotoksik mencakup obat-obatan sitotoksik tertentu,
muntahan, urin atau tinja pasien yang diterapi dengan obat-obatan sitotoksik (sering
dipakai dalam terapi kanker), zat kimia, maupun radioaktif.
6. Limbah Kimia
Limbah kimia mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair maupun gas
yang berasal, misalnya dari aktivitas diagnostik dan eksperimen serta dari
pemeliharaan kebersihan, aktivitas keseharian, dan prosedur pemberian desinfektan
dan limbah laboratorium.
7. Limbah Kemasan Bertekanan
Berbagai jenis gas digunakan dalam kegiatan puskesmas dan kerap dikemas
dalam tabung, cartridge, dan kaleng aerosol. Banyak diantaranya, begitu kosong dan
tidak terpakai lagi walau mungkin masih mengandung residu yang dapat digunakan
kembali tetapi ada beberapa jenis yang harus dibuang, misalnya kaleng aerosol.
8. Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif juga mencakup benda padat, cair dan gas yang terkontaminasi
radionuklida. Limbah yang dihasilkan berupa peralatan gelas, spuit, kertas isap, larutan,
ekskreta pasien yang menjalani pengobatan atau pemeriksaan dengan radionuklida
terbuka.

5.2 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) Menurut Undang-
Undang
Menurut Keputusan Bapedal Nomor : Kep-03/Bapedal/09/1995 tanggal 5
September 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3, Pengolahan limbah
B3 adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi
tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum
ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang).
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia,

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
34
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

stabilisasi/solidifikasi, dan insinerasi. Proses pengolahan secara fisika dan kimia


bertujuan untuk mengurangi daya racun limbah B3 dan/atau menghilangkan
sifat/karakteristik limbah B3 dari berbahaya menjadi tidak berbahaya. Proses pengolahan
secara stabilisasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah watak fisik dan kimiawi limbah
B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat B3 agar pergerakan senyawa B3 ini
terhambat atau terbatasi dan membentuk massa monolit dengan struktur yang kekar.
Sedangkan proses pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa
B3 yang terkandung didalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3.
Pengelolaan limbah B3 secara efektif adalah meliputi pemilahan, pengumpulan,
penampungan, pangangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir.
1. Tahap Pemilahan :
 Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah.
 Di setiap sumber penghasil limbah harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah
antara limbah medis dengan limbah non medis.
2. Tahap Pengumpulan
 Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
kontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak
mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya.
 Pewadahan limbah harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan
label seperti tabel berikut ini :
Tabel 3. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
No. Kategori Warna Container Lambang
1. Radioaktif Merah

2. Infeksius Kuning

3. Sitotoksis Ungu

4. Limbah Kimia dan Farmasi Coklat -

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
35
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

 Limbah jangan menumpuk pada satu titik pengumpulan yang telah dipilah.
 Limbah dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan).
3. Tahap Pengangkutan
 Limbah harus diangkut di dalam puskesmas atau ke fasilitas lain dengan
menggunakan troli, container atau gerobak khusus yang tidak digunakan untuk
tujuan lain.
 Kendaraan pengangkut limbah harus dibersihkan dan didesinfeksi dengan
desinfektan yang tepat.
4. Tahap Penampungan
 Lokasi penampungan harus dirancang agar berada di dalam wilayah Puskesmas
yang ditempatkan secara khusus.
 Limbah baik dalam kantong maupun container, harus ditampung di area, ruangan,
atau bangunan yang terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas limbah yang
dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya.
5. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir
Limbah medis tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan, maka dilakukan
pengolahan atau pemusnahan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas dan jenis
limbah yang dihasilkan, yaitu dengan pemanasan menggunakan autoklaf atau dengan
pembakaran menggunakan incinerator.
Metode pengolahan limbah untuk puskesmas saat ini yang masih banyak
dipakai adalah insinerasi. Insinerasi merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi
yang dapat mengurangi limbah organik dan limbah yang mudah terbakar menjadi
bahan anorganik yang tidak mudah terbakar dan mengakibatkan penurunan yang
sangat signifikan dari segi volume maupun berat limbah. Proses ini biasanya dipilih
untuk mengolah limbah yang tidak dapat didaur ulang, dimanfaatkan kembali, atau
dibuang di lokasi landfill.
5.3 Kenyataan Penanganan Limbah Medis pada Puskesmas Nusukan
Pada kenyataannya, masih banyak terjadi kesalahan dan kekurangan dalam

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
36
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

penanganan limbah medis di Puskesmas Nusukan. Puskesmas Nusukan tidak memiliki


sarana dan standar penanganan limbah medis yang sesuai syarat.
Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) belum tersedia di Puskesmas Nusukan
dikarenakan terkendala dana dan syarat administrasi dari pemerintah daerah. Program
pengolahan limbah B3 di Puskesmas Nusukan baru diresmikan pada tanggal 12 Februari
2018 sehingga fasilitas pengolahan limbah yang dimiliki oleh Puskesmas Nusukan juga
belum memadai.
Pihak Puskesmas Nusukan menyediakan satu ruangan kecil yang terletak di
sebelah area parkir dengan logo peringatan bahaya limbah B3 di bagian pintu. Ruangan
ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara limbah B3 sebelum diolah dan
diangkut oleh pihak ketiga yaitu PT Arah Environmental Indonesia. Pada ruangan
tersebut terdapat tong yang digunakan sebagai penampung limbah infeksius dan limbah
non infeksius. Kapasitas limbah cair yang dihasilkan dari Puskesmas Nusukan baik yang
infeksius maupun non infeksius adalah 1 kg per hari.
Penanganan limbah infeksius di Puskesmas Nusukan belum memenuhi standar
yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri LHK No. 56 Tahun 2015 . Limbah infeksius
hanya ditampung di dalam plastik dan ditali kemudian dimasukkan ke dalam tong
penampungan. Sedangkan dalam Peraturan Menteri LHK No. 56 Tahun 2015, ditetapkan
bahwa penanganan limbah infeksius adalah dengan cara dibungkus plastik berwarna
kuning dan dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Selain itu masa penyimpanan limbah
juga telah melewati batas yang ditentukan. Limbah infeksius maksimal hanya dapat
disimpan selama 2 hari di ruangan dengan suhu diatas 0oC dan disimpan dengan plastik
tebal berwarna kuning, sedangkan di Puskesmas Nusukan masa penyimpanan limbah
infeksius tersebut sudah mencapai 1 bulan dan pengemasannya belum memenuhi standar.
Kekurangan dari ruangan penyimpanan limbah sementara di Puskesmas Nusukan
adalah belum tersedianya freezer (pendingin) untuk memperpanjang umur penyimpanan
limbah infeksius, belum tersedianya alat pemadam kebakaran APAR dalam ruangan
penyimpanan, belum tersedianya kotak P3K dan kran air disekitar ruang penyimpanan
limbah sementara.
Berdasarkan literatur jurnal yang kami pelajari tentang evaluasi pengelolaan

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
37
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di rumah sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang, kesalahan pewadahan limbah B3 dan Non B3 serta pencampuran limbah
obat/farmasi dengan limbah Non B3 tidak sesuai dengan PerMen LHK No. 56 Tahun
2015. Hal serupa juga terjadi di Puskesmas Nusukan. Kendala yang ada yaitu kurangnya
kesadaran petugas dalam membuang limbah sesuai kategorinya. Belum ada program
khusus untuk pemilahan limbah farmasi sehingga piihak sanitasi belum mengajukan
pengadaan kantong plastik cokelat. Menurut Pruss (2005), banyak zat kimia dan bahan
farmasi berbahaya yangdigunakan dalam layanan kesehatan seperti zat yang bersifat
toksik, genotoksik, korosif, mudah terbakar, reaktif, mudah meledak, atau sifat yang
sensitif terhadap guncangan.

5.4 Kenyataan Penanganan Limbah Medis pada Rumah Sakit Dr. Moewardi
1. Proses Pengolahan Limbah Cair di RSU Dr. Moewardi
Limbah cair yang berasal dari pelayanan umum dan medis umum di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta disalurkan melalui bak pengumpul 1 guna pemisahan dengan
sampah (limbah padat) baru kemudian disalurkan ke bak pengumpul 2, sedangkan
limbah cair yang berasal dari ruangan laundry langsung disalurkan melalui bak
pengumpul 2, dan limbah cair yang berasal dari ruangan dapur/ gizi disalurkan
melalui bak penangkap lemak baru kemudian disalurkan ke bak pengumpul 2. Bak
pengumpul 2 merupakan bak utama yang mengumpulkan keseluruhan limbah cair
yang berasal dari berbagai ruangan di rumah sakit, baik ruang pelayanan medis
maupun non medis dan ruangan umum serta seluruh area ruangan di dalam rumah
sakit.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
38
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Gambar 8 . Alur Proses Limbah Cair


Pada proses filterisasi terjadi pemisahan zat-zat kandungan limbah baik secara
fisik, kimia maupun biologis. Proses penyaringan berlanjut untuk kandungan limbah
cair yang mengandung bahan-bahan kimia dan beracun atau yang memiliki bau tidak
sedap.
Pada proses pengolahan limbah ini merupakan proses primary treatment
system dimana terjadi perlakuan pemisahan limbah cair berdasarkan sifat-sifat fisis
dan kimiawi serta bioligis. Proses normalisasi limbah cair berada pada proses
equalisasi atau juga disebut sebagai secondary treatment system merupakan inti
pokok dari normalisasi limbah cair secara umum.
2. Proses Pengolahan Limbah Padat di RSU Dr. Moewardi
Limbah padat di RSU Dr. Moewardi dibagi menjadi limbah padat medis dan
non medis. Limbah padat yang kecil seperti potongan amandel, jaringan kanker, dan
lain-lain dibakar di dalam insinerator. Sedangkan limbah padat yang berukuran besar
seperti potongan tangan, potongan kaki, dan lain-lain dikuburkan ke dalam kuburan
massal atau dikembalikan kepada keluarga.
Pengelolaan limbah padat medis dan non medis meliputi:
a. Pemilahan/ pewadahan
b. Pengumpulan
c. Pengangkutan
d. Pembuangan/ pemusnahan

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
39
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

RSUD Dr. Moewardi tidak memiliki TPS (Tempat Pembuangan Sementara)


karena dapat mengganggu estetika, menimbulkan bau, dan mengundang binatang
pengganggu. Sebagai penggantinya, untuk mengelola limbah padat non medis,
RSUD Dr. Moewardi memiliki TPS bergerak yang dikhususkan untuk sampah
domestik untuk dibuang langsung ke TPA.
Pemusnahan limbah padat dilakukan dengan cara:
a. Kerja sama dengan pihak ke-3 yaitu TPA untuk pembuangan limbah non medis.
b. Pemusnahan limbah medis dengan metode insinerasi dengan menggunakan alat
insinerator dengan cara dibakar pada suhu tinggi sampai membentuk abu.
c. Penanganan limbah jerigen hemodialisa seperti (plabot infus dan handrub) dengan
melakukan kerja sama dengan PT Tim Disk dengan cara menukarkan limbah
tersebut dengan kantong plastik untuk menghemat biaya.
d. Limbah kemasan produk farmasi dibakar pada insinerator.
e. Limbah farmasi dalam jumlah banyak dikembalikan pada distributor, apabila
dalam jumlah kecil dibakar pada insinerator.
f. Limbah radioaktif diolah oleh pihak ketiga yaitu BATAN.
3. Proses Pengolahan Limbah Gas di RSUD Dr. Moewardi
Limbah gas dihasilkan dari hasil pembakaran di rumah sakit seperti
insinerator, genset, boiler dan dapur. Monitoring/ pemantauan gas dilakukan 6 bulan
sekali di laboratorium.
4. Proses Pengolahan Limbah B3 Umum di RSU Dr. Moewardi
a. Limbah sisa lampu, abu residu insinerator diolah oleh pihak ketiga yaitu PT PPLI.
b. Aki bekas, oli bekas, kain yang terkontaminasi oli bekas pada alat diolah oleh
pihak ketiga PT PLIB.
c. Sludge atau endapan IPAL dibakar dengan insinerator.
d. Kemasan produk farmasi diolah oleh pihak ketiga yaitu PT Arah Environmental
dan PT Tenang Jaya.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
40
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

5.5 Kesesuaian Limbah di Rumah Sakit Dr. Moewardi dengan Baku Mutu
Cara pegolahan limbah cair di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dilakukan oleh
pihak sanitasi. Hasil limbah cair dari berbagai ruangan langsung dibuang ke IPAL melalui
perpipaan. Pemeliharaan untuk keseluruhan bak, dilaksanakan sesuai dengan pedoman
P2K3RS. Sedangkan sebagian besar kriteria bangunan telah memenuhi syarat sesuai
Kepmenkes RI No. 1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/ Men/ LK/
RI/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit seperti pada bak
penangkap lemak, bak penyaring, bak floatasi, bak sedimentasi, bak biodetok, bak
desinfeksi, bak uji hayati dan bak pengering lumpur karena masing-masing bak telah
disertai dengan adanya penutup, bangunannya kedap air, dan aliran airnya lancar. Bak
juga sudah sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 dan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 58/ Men/ LK/ RI/ 1995 antara lain bak pengumpul 1 dan
2, bak equalisasi, dan bak kontak desinfeksi sudah dilengkapi dengan penutup bak dan
terdapat alat khusus pengukur debit air. Hasil pemeriksaan limbah olahan di RSUD Dr.
Moewardi sudah memenuhi baku mutu sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa
Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku mutu air limbah .
Berikut ini merupakan baku mutu dari air limbah pada fasilitas pelayanan kesehatan:

Gambar 9. Baku Mutu Air Limbah Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Menurut Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
41
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Sedangkan Kualitas Air Limbah RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah sebagai berikut:
No. Parameter Limbah Cair RSUD Dr. Moewardi
Inlet Outlet
1. Suhu 24 26
2. Ph 7,8 7,4
3. BOD5 24,1 12,6
4. COD 48 24
5. TSS 2 1
6. NH3 bebas 0,05 0,41
7. PO4 7,9 6,8
Sumber: RSUD Dr. Moewardi 2017
Tabel 4. Kualitas Air Limbah RSUD Dr. Moewardi Surakarta

5.6 Kesesuaian Limbah di Puskesmas Nusukan dengan Baku Mutu


Limbah yang dihasilkan oleh Puskesmas Nusukan belum memenuhi syarat
kesesuaian baku mutu untuk dibuang ke lingkungan karena limbah masih diolah melalui
pihak ketiga yaitu PT Arah Environmental, sehingga perlunya kerja sama dari kedua
belah pihak. PT Arah Environmental akan memberikan manifest kepada Puskesmas
Nusukan yang berisi laporan tentang pemusnahan limbah sehingga limbah yang dibuang
akan sesuai baku mutunya.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
42
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diberi kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen Lingkungan yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota
Surakarta untuk menangani limbah cair B3 di Puskesmas Nusukan sudah baik.
Pihak DLH melakukan monitoring dan terjun langsung ke lapangan untuk
memantau pengolahan limbah B3 di Puskesmas Nusukan. Hasilnya berupa
evaluasi yang sangat bermanfaat bagi kemajuan pengelolaan limbah dan
manajemen lingkungan di tingkat puskesmas.
2. Pelaksanaan pengelolaan limbah medis di Puskesmas Nusukan belum memenuhi
standar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri LHK No. 56 Tahun 2015.
Beberapa hal yang kurang terpenuhi dengan sempurna antara lain belum
terdapatnya koordinat lokasi pada logo limbah berbahaya yang dipasang pada
ruang penyimpanan limbah, belum dipasangnya mesin pendingin pada ruang
penyimpanan limbah, belum tersedianya APAR dan kran air serta pengemasan
limbah infeksius yang belum memenuhi standar.
3. Pada Puskesmas Nusukan, belum terdapat instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
secara mandiri sehingga pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan diserahkan
kepada pihak ketiga yaitu PT. Arah Environmental Indonesia dengan periode
pengangkutan tiap bulan dengan berat limbah 10 kg agar limbah tidak melampaui
baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah dan aman dibuang ke lingkungan.
4. Pelaksanaan pengelolaan limbah pada RSUD Dr. Moewardi telah memenuhi
syarat sesuai Kepmenkes RI No. 1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
43
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Peraturan Menteri LHK No. 56 Tahun
2015 karena telah terdapat bak penangkap lemak, bak penyaring, bak floatasi, bak
sedimentasi, bak biodetok, bak desinfeksi, bak uji hayati dan bak pengering
lumpur karena masing-masing bak telah disertai dengan adanya penutup,
bangunannya kedap air, dan aliran airnya lancar.
6.2 Saran
1. Perlu sosialisasi SOP (Standart Operating Procedure) yang jelas di Puskesmas
Nusukan oleh Kepala Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
2. Pihak Puskesmas perlu meningkatkan pengadaan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan dalam pengelolaan limbah medis seperti peningkatan jumlah
tempat sampah, pengadaan kantong plastik, pengadaan alat pengangkut
limbah berupa gerobak/troli dan melakukan koordinasi dengan petugas yang
menangani limbah medis secara langsung.
3. Pihak sanitasi (sanitarian) perlu mengevaluasi dan memperbaiki prosedur tetap
mengenai pengelolaan limbah medis sehingga petugas perawat dan pengelola
sampah (cleaning service) melaksanakan pengelolaan limbah medis secara
maksimal.
4. Memberikan penyuluhan khusus bagi petugas sanitasi untuk lebih memperhatikan
kesehatan pribadi pada saat kontak langsung dengan IPAL dan perlunya
peggunaan APD sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit akibat kerja.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
44
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

DAFTAR PUSTAKA

Anggarani Devy Noviandhita, Mursid Rahardjo, Nurjazuli. 2016. HUBUNGAN KEPADATAN


LALU LINTAS DENGAN KONSENTRASI COHB PADA MASYARAKAT BERISIKO
TINGGI DI SEPANJANG JALAN NASIONAL KOTA SEMARANG.Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 4(2): 139-149

Chavan, M. (2005). An appraisal of environment management systems. Management of


Environmental Quality: An International Journal, 16(5), 444–463.
https://doi.org/10.1108/14777830510614321

Geumala Meuthia, Agung Putri Harsa Satya Nugraha, Yanna Eka Pratiwi. (2017). Managemen
Kesehatan Lingkungan. Universitas Merdeka Surabaya. Surabaya

Harsono, Mugi. 1999. Manajemen Lingkungan Natural. Anderson

Hermiyetti, dan Poetri, A. S. (2010). Analisa Pelaksanaan Audit Lingkungan Atas Pengolahan
Limbah Cair Padat PT. Chevron Pacific Indonesia (Studi Kasus Limbah Air Terproduksi
Lapangan Minas, Propinsi Riau). Jurnal Investasi, 6(2). 124-139.

Justitia, F., Ilmu, J., & Volume, H. (2012). Issn 1978-5186, 6(1), 324–329.

Kaushal, R. K., Varghese, G. K., & Chabukdhara, M. (2016). Municipal Solid Waste
Management in India- Current State and Future Challenges : A Review Municipal Solid
Waste Management in India-Current State and Future Challenges : A Review, (May).

Massound May A, Akram Tarhini, Joumana A. Nasr. 2009. Decentralized approaches to


wastewater treatment and management: Applicability in developing countries. Journal Of

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
45
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran Dinas
Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Environmental Management. 90: 652-659

Merina, E. (2004). Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Pada Perusahaan Perikanan
(Suatu Contoh Kajian Kemungkinan Penerapan di PT Indoneptune Net Mfg. Co). Bandung
: Institut Pertanian Bogor.

Pertiwi Vinidia, Joko Tri, dan Dangiran Hanan Lantang. 2017. Evaluasi Pengolahan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5(3):420-430

Sembel, D.T,.(2015).TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN.Andi Offset : YOGYAKARTA

Sari, A. G. (2011). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Serta Upaya Penegakan Hukum
Lingkungan Dalam Perspektif Yuridis Normatif. Jurnal Berkala Universitas Kediri.

Zhu, Q., Cordeiro, J., & Sarkis, J. (2013). Institutional pressures, dynamic capabilities and
environmental management systems: Investigating the ISO 9000 - Environmental
management system implementation linkage. Journal of Environmental Management, 114,
232–242. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2012.10.006

Pertiwi Vinidia, Joko Tri, dan Dangiran Hanan Lanang. 2017. “EVALUASI PENGOLAHAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI RUMAH SAKIT
ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2017.
5(3):420-

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018
46
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran

Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta

LAMPIRAN

1. Ruangan Limbah Medik (B3)

Gambar 9. Ruangan Limbah Medik(B3)

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas
47 Muhammadiyah Surakarta 2018
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran

Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta

2. Limbah B3 Non-Infeksius

Gambar 10. Tempat Penyimpanan Limbah B3 non-infeksius

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas
48 Muhammadiyah Surakarta 2018
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran

Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta

3. Limbah Medis B3

Gambar 11. Tempat penyimpanan Limbah B3 Infeksius

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas
49 Muhammadiyah Surakarta 2018
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran

Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta

4. Saat bersama dengan petugas BLH dan Puskesmas Nusukan

Gambar 12. Dokumentasi bersama petugas DLH dan Puskesmas

Gambar 13. Dokumentasi bersama asisten praktikum

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas
50 Muhammadiyah Surakarta 2018
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran

Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta

5. Sketsa Lokasi Penempatan Limbah B3 Puskesmas Nusukan


DENAH PUSKESMAS NUSUKAN

PENAMP

LIMBAH
UNGAN

B3

Gambar 14. Sketsa lokasi penempatan limbah B3 Puskesmas Nusukan

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas
51 Muhammadiyah Surakarta 2018
Laporan Praktikum Teknologi Pencegahan Pencemaran

Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas
52 Muhammadiyah Surakarta 2018

Anda mungkin juga menyukai