PENUMPANG*
Abstract Abstrak
This research analyses the concepts of air Penelitian ini menganalisis konsep tanggung
carrier legal liability for losses suffered by jawab hukum pengangkut udara atas
the passengers. The results show how the kerugian yang diderita oleh penumpang.
rights of the passengers, particularly on the Hasil penelitian menunjukkan bahwa hak
matter of compensation settlement, are still penumpang, terutama atas penyelesaian
in a weak position because of the absence ganti rugi, masih berada di posisi yang lemah
of implementing regulations. akibat ketiadaan peraturan pelaksanaan.
*
Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian yang berjudul “Legal and Policy Issues on Air Transporta-
tion and Service”, Faculty of Law, University of National Malaysia. Kod UKM-GUP-JKKBG-08-04-017 Tahun
2009-2010.
**
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang (e-mail: annalisa_yahanan@yahoo.com).
***
Ketua Tim Peneliti “Legal and Policy Issues on Air Transportation and Service”. Pensyarah pada Fakulti Un-
dang-Undang Universiti Kebangsaan Malaysia (e-mail: dfuu@ukm.my).
1
Pengangkut adalah badan usaha angkutan udara niaga, pemegang izin kegiatan angkutan udara bukan niaga
yang melakukan angkutan udara niaga berdasarkan ketentuan undang-undang ini, dan/atau badan uasaha selain
badan usaha angkutan udara niaga yang membuat kontrak perjanjian angkutan udara niaga (Pasal 1 butir 26
UUP).
2
Penumpang adalah yang melakukan perjalanan dengan pesawat udara yang dilengka[pi dengan tiket atau doku-
men sejenis untuk maksud tersebut. H.K. Martono, Kamus Hukum dan Regulasi Penerbangan, Edisi Pertama,
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 580. Dalam UUP tidak kita temukan definisi penumpang.
3
Pasal 1 butir 29 UUP.
4
Pasal 140 ayat 3 UUP.
Che Musa dan Hassan, Tanggung Jawab Pengangkut Udara terhadap Penumpang 235
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999 ten- dengan industri penerbangan saat ini,
tang Perlindungan Konsumen (UUPK). menurut Khairiah Salwah Mochtar (2008),
Bila kita perhatikan Grafik.1 di bawah pemerintah-pemerintah di dunia mulai
ini menunjukkan bahwa jumlah penum- merealisasikan pentingnya penerbangan
pang pengangkutan udara domestik dari untuk infrastruktur dan pengembangan
tahun ke tahun hampir selalu mengalami ekonomi, prestise kebangsaan dan keamanan
peningkatan, kecuali tahun 2008 mengalami yang mendorong penyebaran penerbangan
sedikit penurunan 4,48%. Walaupun ter- dunia.
jadi sedikit penurunan, namun pilihan Terselenggaranya suatu pengangkut-
menggunakan angkutan udara tetap banyak an udara dalam kegiatan penerbangan
diminati oleh masyarakat. Ini menandakan komersil tidak akan berarti apa-apa tanpa
berkembangnya industri penerbangan di adanya penumpang. Dalam industri
Indonesia, yang ditopang dengan sejumlah penerbangan, penumpang merupakan salah
maskapai penerbangan dan 186 bandara satu aset penting yang patut diperhitungkan
baik domestik (159 bandara) maupun bagi maskapai penerbangan untuk mencapai
internasional (27 bandara). Berkaitan keuntungan. Oleh karena itu penumpang
5
Ada 14 maskapai penerbangan domestik di Indonesia, yaitu Dirgantara Air Service, Garuda Indonesia, Indone-
sia Air Asia, Kartika Air, Lion Mentari, Mandala, Merpati Nusantara, Metro Batavia Riau Airlines, Sriwijaya
Airlines, Travel Express, Trigana Airservice, Wings Abadi dan Linus Air (sumber: Departemen Perhubungan,
Direktorat Umum Angkutan Udara, Maret, 2009.
6
Departemen Perhubungan, Direktorat Umum Angkutan Udara, 4 Maret 2009.
7
Khairiah Salwa Mochtar, Privaticing Malaysia Airlines, Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia Publishing,
2008, hlm. 156.
236 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 234 - 251
yang menggunakan jasa penerbangan perlu penempatan bagasi pada rute yang salah atau
dilindungi haknya terutama hak ganti rugi terjadi keter-lambatan. Kerugian pada saat
apabila penumpang mengalami kecelakaan penerbangan misalnya tidak mendapatkan
(yang menyebabkan kematian, luka-luka pelayanan yang baik atau rasa aman untuk
atau cacat tetap), kerusakan atau kehilangan sampai di tujuan dengan selamat. Sedangkan
bagasi, dan keterlambatan. Jika konsumen kerugian setelah penerbangan, antara lain
merasa, kuantitas atau kualitas barang atau sampai di tujuan terlambat, bagasi hilang
jasa yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan atau rusak.12
nilai tukar yang diberikannya, ia berhak
mendapatkan ganti kerugian yang pantas. B. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan itu sebagai salah satu Banyaknya masalah yang dihadapi
ciri pelayanan umum adalah pemberi penumpang dalam memanfaatkan jasa
pelayanan bertanggung jawab dalam penerbangan seringkali menimbulkan
arti liability dalam hal penerima layanan banyak kerugian. Kerugian dirasakan
mengalami kerugian akibat layanan yang penumpang sejak pembelian tiket, sebelum
diberikan.10 berangkat misalnya terjadi keterlambatan
Apabila penumpang yang mengguna- bahkan pembatalan, sedangkan pada masa
kan jasa penerbangan berakibat terjadinya keberangkatan dapat terjadi kerugian yang
pelanggaran hak-hak penumpang yang dapat menimbulkan kematian atau luka-
menimbulkan kerugian, maka pengangkut luka penumpang dan setelah keberangkatan
bertanggung jawab seperti yang diamanat- kerugian yang dapat muncul adalah bagasi
kan oleh UUP. Tanggung jawab itu dimulai yang hilang, rusak atau salah penempatan.
sebelum masa penerbangan (pre-flight Sehubungan dengan kerugian yang dialami
service), pada saat penerbangan (in-flight penumpang, maka masalah yang dikaji
service) dan setelah penerbangan (post- dalam penelitian ini adalah bagaimana
flight service).11 Kerugian sebelum masa tanggung jawab pengangkut terhadap
penerbangan misalnya berkaitan dengan penumpang yang mengalami kerugian dalam
pembelian tiket, penyerahan bagasi, penerbangan domestik.
8
Annalisa Yahanan, et.al.,“Passenger rights and Liability of Commercial Air Carrier in the Aviation Industry in
Indonesia: Analysis of Law No.1 Year 2009 About Aviation. (Hak-hak Penumpang dan Tanggungjawab Peng-
angkut Udara Komersial dalam Industri Penerbangan di Indonesia : Analisis Undang-Undang No.1 Tahun 2009
Tentang Penerbangan), Inaugural International Workshop and Seminar on Siyar & Islamic States Practices in
International Law, Oriental Crystal Hotel, Kajang, Malaysia, 18-19 November 2009, hlm. 1
9
Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grashindo, Jakarta, hlm. 28-29.
10
H.K.Martono, 2009, Hukum Penerbangan berdasarkan UURI No.1 Tahun 2009, PT. Mandar Maju, Bandung,
hlm. 15.
11
Suhartato Abdul Majid dan Eko Probo D. Warpani, 2009, Ground Handling Manajemen Pelayanan Darat Per-
usahaan Penerbangan. Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 78.
12
Annalisa Yahanan, “Passenger rights and Liability of Commercial Air Carrierin the Aviation Industry in Indo-
nesia: Analysis of Law No.1 Year 2009 About Aviation”, Inaugural International Workshop and Seminar on Si-
yar & Islamic States Practices in International Law, Oriental Crystal Hotel, Kajang, Malaysia, 18-19 November
2009, hlm. 3-6.
Che Musa dan Hassan, Tanggung Jawab Pengangkut Udara terhadap Penumpang 237
13
Jhonny Ibrahim, 2005, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Cetakan Pertama, Bayu Media, Malang-
Jawa Timur, hlm. 248.
14
ibid, hlm. 257. Pada dasarnya tugas analisis hukum adalah menganalisis pengertian hukum, asas hukum, kaedah
hukum, sistem hukum, dan berbagai konsep yuridis.
15
ibid, hlm. 268. Pendekatan kasus adalah (case approach) adalah mempelajari penerapan norma-norma atau kai-
dah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum, terutama mengenai kasus-kasus yang telah diputus terhadap
perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian.
16
AW Trulstrup, 1974, The Consumer in American Society, Personal and Family Finance, Ed 5, New York, Mc
Graw Hill, hlm. 23.
17
Shidarta, op. cit., hlm. 20.
238 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 234 - 251
18
Henry Campbell Black, 1990, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, ST Paul, Minn, West Publishing Co, hlm.
283.
19
Seperti diatur dalam Pasal 1 angka 22 UUP.
Che Musa dan Hassan, Tanggung Jawab Pengangkut Udara terhadap Penumpang 239
KOMPAS terdiri dari 109 laki-laki dan 54 sebagian kecil saja yang dapat menyelesaikan
perempuan. permasalahan dan pemberian ganti rugi
Dari Tabel 1 di atas dapat kita kaji, seperti refund, memberikan makanan dan
jawaban atau respon dari pihak maskapai minuman, penginapan. Sedangkan untuk
penerbangan sangat rendah jika kita ban- ganti rugi terhadap bagasi yang hilang,
dingkan dengan banyaknya surat pengaduan dijanjikan untuk diberikan 20 ribu/kg, dan
yang masuk ke media cetak KOMPAS. rata-rata penumpang mengatakan nilai
Tabel 2 menunjukkan masih rendahnya tersebut sangat rendah, karena tidak sesuai
respon maskapai penerbangan sebagai dengan nilai barang. Sementara itu dalam
pengangkut terhadap surat peng-aduan yang pasal 44 Peraturan Menteri No. 40 Tahun
dilayangkan penumpang ke media KOMPAS. 1995 tentang Angkutan Udara menyebutkan
Kondisi ini dapat kita lihat pada tabel di tanggungjawab pengangkut terhadap bagasi
atas, dimana jumlah surat pengaduan yang tercatat yang musnah, hilang, atau rusak
masuk hanya ditanggapi sebagian kecil saja termasuk kerugian karena keterlambatan,
oleh perusahaan penerbangan. Keluhan yang besar ganti rugi terbatas setinggi-tingginya
diajukan ke perusahaan penerbangan ada Rp100.000,- (seratus ribu rupiah) per kilo-
gram. Penggantian Rp20.000,- per kg dapat sesuatu, dapat diajukan gugatan perdata
ditemukan dalam beberapa tiket penumpang di muka pengadilan oleh orang yang
angkutan udara domestik kecuali tiket dirugikan.20 Liability dapat pula diartikan
Garuda Indonesia. sebagai kewajiban untuk membayar uang
Pada tabel 3 di atas jenis kerugian atau melaksanakan jasa lain; kewajiban yang
bagasi tercatat menunjukkan angka yang pada akhirnya harus dilaksanakan.21 UUP
paling tinggi pada tahun 2007, sedangkan mendefinisikan tanggung jawab pengangkut
pada tahun 2008 kerugian yang dialami adalah kewajiban perusahaan angkutan udara
penumpang lebih banyak pada penggunaan untuk mengganti kerugian yang diderita
tiket. Namun pada tahun 2009 kerugian lebih oleh penumpang dan/atau barang serta pihak
cenderung pada keterlambatan pengangkutan ketiga.22
penumpang. Jika kita perhatikan secara Dengan demikian dapat diartikan
keseluruhan antara tahun 2007-2009 tanggungjawab (liability) adalah kewajiban
kerugian yang dialami penumpang karena membayar ganti kerugian yang diderita pihak
penggunaan tiket dan pada bagasi tercatat. lain, misalnya dalam perjanjian pengangkutan
udara, maskapai penerbangan bertanggung
2. Tanggung Jawab Pengangkut jawab atas keselamatan penumpang dan/atau
Dalam Kamus Besar Bahasa Indo- barang yang diangkutnya sampai di tujuan.
nesia, tanggung jawab (liability) berarti Oleh karena itu apabila timbul kerugian yang
menanggung segala sesuatu kerugian yang diderita oleh penumpang maka maskapai
terjadi akibat perbuatannya atau perbuatan penerbangan harus bertanggung jawab dalam
orang lain yang bertindak untuk dan atas arti liability. Tanggung jawab disini diartikan
namanya. Dengan demikian apabila terjadi maskapai penerbangan wajib membayar
20
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi keempat, PT. Gramedia Pustaka
Utama, hlm. 1398.
21
Henry Campbell Black, 1990, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, ST Paul, Minn, West Publishing Co.
22
Baca Pasal 1 (22) UUP.
Che Musa dan Hassan, Tanggung Jawab Pengangkut Udara terhadap Penumpang 241
ganti rugi yang diderita oleh penumpang dan c. keterlambatan angkutan penumpang
apabila ingkar janji, maskapai penerbangan dan/atau barang yang diangkut apabila
dapat digugat di pengadilan. terbukti hal tersebut merupakan ke-
Ada 5 (lima) pasal yang mengatur salahan pengangkut.
tentang tanggung jawab pengangkut yaitu: Kalau kita telaah, UUP pengaturan
1. Tanggung jawab terhadap kerugian tanggung jawab pengangkut lebih rinci
penumpang apabila meninggal dunia, yang diatur dalam berbagai pasal tersendiri.
cacat tetap atau luka-luka akibat Sementara Undang-Undang No. 15 Tahun
kejadian pengangkutan udara di dalam 1992 (UUP lama), mengatur tanggung jawab
pesawat dan/atau naik turun pesawat pengangkut lebih sederhana yaitu terfokus
udara (Pasal 141); dalam satu pasal saja. Tanggung jawab
2. Tanggung jawab terhadap kerugian pengangkut terhadap penumpang menurut
penumpang, karena bagasi tercatat UUP, diuraikan secara singkat pada tulisan
hilang, musnah atau rusak (Pasal 144); berikut ini.
3. Tanggung jawab terhadap pengirim
kargo, karena kargo yang dikirim 3. Tanggungjawab Pengangkut Terha-
hilang, musnah atau rusak (Pasal 145); dap Penumpang
4. Tanggung jawab terhadap kerugian Tanggungjawab pengangkut terhadap
karena keterlambatan mengangkut penumpang yang meninggal, cacat atau luka-
penumpang dan bagasi (Pasal 146); luka akibat kejadian pengangkutan udara di
5. Pengangkut tidak bertanggungjawab dalam pesawat dan/atau naik turun pesawat
terhadap kerugian bagasi kabin, kecuali udara seperti termaktub dalam Pasal 141
apabila penumpang dapat membukti- UUP, dimana wujud nyata jumlah ganti rugi
kan bahwa kerugian tersebut disebab- masih merujuk kepada Peraturan Menteri
kan oleh tindakan pengangkut atau No. 40 Tahun 1995 tentang Pengangkutan
orang yang dipekerjakannya (Pasal Udara (Lembaran Negara No. 68 Tahun
143). 1995) mengingat belum adanya peraturan
Kalau kita bandingkan dengan undang- yang baru.
undang penerbangan sebelumnya, yaitu Dalam Peraturan Menteri No. 40 Tahun
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992, 1995, kompensasi untuk penumpang me-
yang mana tanggung jawab pengangkut ninggal dunia karena kecelakaan ditetapkan
hanya diatur dalam satu pasal saja, yaitu sebesar Rp40.000.000,- (empat puluh juta
Pasal 43 ayat (1) yang berbunyi : rupiah); penumpang yang menderita luka-
Perusahaan angkutan udara yang luka karena kecelakaan atau peristiwa di da-
melakukan kegiatan angkutan udara niaga lam kapal terbang antara embarkasi dan
bertanggungjawab atas: disembarkasi, mendapat kompensasi yang di-
a. kematian atau lukanya penumpang tetapkan setinggi-tingginya Rp40.000.000,-
yang diangkut; (empat puluh juta rupiah). Kompensasi
b. musnah, hilang atau rusaknya barang untuk penumpang yang menderita cacat tetap
yang diangkut; karena kecelakaan ditetapkan berdasarkan
242 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 234 - 251
23
Kompas, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, 7 Desember 2004. Baca: E. Syaefullah Wiradipradja, “Tanggung
Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Penumpang Menurut Hukum Udara Indonesia”, Jurnal Hukum
Bisnis, Vol. 25 No. 1 Tahun 2006, hlm. 9.
24
H.K. Martono, 2007, Pengantar hukum Udara Nasional dan Internasional, Bagian Pertama, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 213.
25
E. Syaefullah Wiradipradja, “Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Penumpang Menurut Hukum
Udara Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 25 No. 1 Tahun 2006, hlm. 10.
26
Pasal 172 (2) UUP.
27
Yahya Harahap, 1977, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm. 240-247.
Che Musa dan Hassan, Tanggung Jawab Pengangkut Udara terhadap Penumpang 243
di pengadilan28 dan perkara ini selesai dalam pengangkut terhadap bagasi tercatat yang
waktu 5 (lima) tahun. Suatu hal yang cukup musnah, hilang, atau rusak termasuk ke-
panjang untuk mencari keadilan. rugian karena keterlambatan, besar ganti
Dalam kasus Ny. Oswald Vermaak v. rugi terbatas setinggi-tingginya Rp100.000,-
Garuda Indonesian Airways, Pengadilan (seratus ribu rupiah) per kilogram (Pasal
Negeri Jakarta menolak gugatan penggugat. 44 Peraturan Menteri No. 40 Tahun 1995).
Namun pada tingkat banding membatal- Akan tetapi kalau kita perhatikan besaran
kan putusan pengadilan tingkat pertama ganti rugi yang tercantum dalam tiket
dan menyatakan pengangkut harus mem- penumpang pada perusahaan penerbangan,
bayar santunan kepada penggugat sebesar lebih rendah dari Peraturan Menteri No. 40
Rp12.500,- (dua belas ribu lima ratus Tahun 1995, misalnya Lion Air dan Sriwijaya
rupiah) berdasarkan Pasal 30 Ordonansi Air menyebutkan ganti rugi untuk bagasi
Pengangkutan Udara (dalam bentuk tang- yang hilang atau rusak, setinggi-tingginya
gung jawab terbatas).29 Sedangkan mengenai Rp20.000,- (dua puluh ribu) per kilogram.
unsur kesengajaan (opzet) atau kesalahan Sedangkan dalam tiket Garuda Indonesia
besar yang kasar (grove schuld) Pengadilan Airways setinggi-tingginya Rp100.000,-
Tinggi berpendapat tidak terbukti. Putusan (seratus ribu) per kilogram. Ironisnya sampai
Pengadilan Tinggi diperkuat oleh Mahkamah saat ini klausula tersebut masih tercantum
Agung dalam putusannya tanggal 6 Juli dalam beberapa tiket penerbangan domestik
1968. yang sifatnya merugikan penumpang padahal
Pasal 186 ayat (1) UUP telah melarang
4. Tanggungjawab Pengangkut Terha- ketentuan tersebut.31
dap Bagasi Tercatat
Pasal 144 UUP menyebutkan bahwa 5. Tanggungjawab Pengangkut Ter-
pengangkut bertanggung jawab atas kerugian hadap Bagasi Kabin
yang diderita oleh penumpang karena Tanggungjawab pengangkut terhadap
bagasi tercatat hilang, musnah atau rusak bagasi kabin32 merupakan suatu bentuk
yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan tanggungjawab bersyarat, karena syarat-
udara selama bagasi tercatat berada dalam nya apabila pihak penumpang dapat
pengawasan pengangkut.30 Tanggungjawab membuktikan kesalahan pihak pengangkut,
28
E.Syaefullah Wiradipradja, 1989, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan Udara nasional
dan Internasional, Liberty, Yogyakarta, hlm. 191-192.
29
Pasal 30 (1) Ordonansi Pengangkutan Udara S. 1939 No. 100 : Pada pengangkutan penumpang tanggung
djawab pengangkut terhadap tiap-tiap penumpang atau terhadap keluarganja yang disebutkan ajat 2 fatsal 24
bersama-sama, dibatasi sampai djumlah dua belas ribu lima ratus rupiah (Rp12.500,-).
30
Bagasi tercatat adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk diangkut
dengan pesawat udara yang sama (Pasal 1 angka 24 UUP).
31
Pasal 186 ayat (1) UUP : Pengangkut dilarang membuat perjanjian atau persyaratan khusus yang meniadakan
tanggung jawab pengangkut atau menentukan batas yang lebih rendah dari batas ganti kerugian yang diatur
dalam undang-undang ini.
32
Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam pengawasan penumpang sendiri
(Pasal 1 angka 25 UU No.1 Tahun 2009).
244 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 234 - 251
Pasal 143 UUP: pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau rusaknya bagasi kabin,
33
kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut
atau orang yang dipekerjakannya.
Che Musa dan Hassan, Tanggung Jawab Pengangkut Udara terhadap Penumpang 245
Putusan perkara David v. Lion air, penulis dapatkan salinannya secara langsung dari Penggugat (David ML
34
35
Putusan Pengadilan Negeri No.379/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst (28 Januari 2008).
36
Istilah konsep kadang-kadang digunakan juga istilah “teori atau asas atau ajaran (doctrine) tanpa mempunyai
arti yang berbeda, HK. Martono, op. cit., hlm. 145.
Che Musa dan Hassan, Tanggung Jawab Pengangkut Udara terhadap Penumpang 247
yang berakibat pada timbulnya kerugian untuk membayar kerugian yang diderita.
konsumen merupakan faktor penentu hak Tanggung jawab hukum kepada orang
konsumen untuk mengajukan tuntutan ganti yang menderita kerugian tidak hanya
rugi kepada produsen. Tuntutan ganti rugi terbatas kepada perbuatan sendiri, melainkan
berdasarkan kelalaian produsen diajukan juga perbuatan karyawan, pegawai, agen,
dengan bukti-bukti lain yaitu, pertama, perwakilannya apabila menimbulkan ke-
pihak tergugat merupakan produsen yang rugian kepada orang lain, sepanjang orang
benar-benar mempunyai kewajiban untuk tersebut bertindak sesuai dengan tugas
melakukan tindakan yang dapat menghindari dan kewajiban yang dibebankan kepada
terjadinya kerugian konsumen. Kedua, orang tersebut. Tanggung jawab yang telah
produsen tidak melaksanakan kewajibannya disebutkan ini sesuai dengan isi ketentuan
untuk menjamin kualitas produknya sesuai Pasal 1367 KUH Perdata. Tanggungjawab
dengan standar yang aman untuk digunakan. semacam ini juga dikenal dalam common
Ketiga, konsumen menderita kerugian. law system, seperti dalam kasus Swanson
Keempat, kelalaian produsen merupakan Peever vs Canada.38
faktor yang mengakibatkan adanya kerugian Apabila penumpang ingin memperoleh
pada konsumen (hubungan sebab akibat ganti rugi atas kerugian yang dideritanya,
antara kelalaian dan kerugian konsumen).37 maka penumpang wajib membuktikan
Tuntutan ganti rugi konsumen kepada kesalahan maskapai penerbangan tersebut.
produsen, berlaku juga terhadap tuntutan Ketentuan ini senada dengan bunyi Pasal
penumpang dalam jasa penerbangan kepada 143 UUP, yang menyebutkan bahwa
maskapai penerbangan. pengangkut tidak bertanggung jawab untuk
Tanggung jawab atas dasar kesalahan kerugian karena hilang atau rusaknya bagasi
terdapat dalam Pasal 1365 KUH Perdata kabin, kecuali apabila penumpang dapat
yang lebih dikenal dengan perbuatan membuktikan bahwa kerugian tersebut
melawan hukum (onrechtsmatigedaad), disebabkan oleh tindakan pengangkut atau
berlaku umum terhadap siapapun termasuk orang yang dipekerjakannya.
maskapai penerbangan. Ketentuan pasal Dengan demikian dapat diketahui
tersebut menegaskan bahwa setiap perbuatan bahwa terhadap kerugian bagasi kabin,
melawan hukum yang menimbulkan kerugian untuk mengajukan klaim, penumpang harus
terhadap orang lain mewajibkan orang yang membuktikan bahwa kerugian tersebut akibat
karena perbuatannya menimbulkan kerugian kesalahan tindakan pengangkut atau orang
itu mengganti kerugian (to compensate the yang dipekerjakannya. Tanggungjawab atas
damage). Dengan demikian kalau pihak dasar kesalahan harus memenuhi unsur-
maskapai penerbangan merugikan penum- unsur: (1). adanya kekhilafan; (2). kerugian
pang, maka ia harus bertanggung jawab dan (3) kerugian tersebut ada hubungan
Arthur Best, Tort Law Course Outlines, Aspen Law and Business, 1997, hlm. 269.
37
Dalam kasus Swanson Peever vs Canada dijelaskan bahwa pengarah penerbangan sipil di Canada merupakan
38
bahagian dari departemen pengangkutan. Berdasarkan Aeronautic Act, Menteri Pengangkutan bertanggung-
248 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 234 - 251
39
HK. Martono, op.cit., hlm. 149.
40
Brad Kizza, liability of Air Carrier for Injuries to Passengers Resulting from Domestic Hijacking and Related
to Incidents. Vol. 46 (1) JALC 151 (1980).
Che Musa dan Hassan, Tanggung Jawab Pengangkut Udara terhadap Penumpang 249
41
Beban pembuktian terbalik.
250 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 234 - 251
DAFTAR PUSTAKA
Black, Henry Campbell, 2005, Black’s Law Mochtar, Khairiah Salwa, 2008, Privatizing
Dictionary, Sixth Edition, ST Paul, Malaysia Airlines, Universiti Kebang-
West Publishing Co., Minn. saan Malaysia Publishing, Bangi.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Negara Republik Indonesia, Undang-undang
Kamus Besar Bahasa Indonesia, No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Edisi Keempat, PT. Gramedia Pustaka Konsumen. Lembaran Negara Republik
Utama, Jakarta. Indonesia Tahun 1999 Nomor 42.
Fujimoto, Etsuko, 1992, Thesis: Product Negara Republik Indonesia, Undang-undang
Liability in the US. 44 The Federal No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Products Liability Bill, Settle: Uni- Lembaran Negara Republik Indonesia
versity of Washington, School of Law, Tahun 2009 Nomor 1.
June. Negara Republik Indonesia, Undang-undang
Harahap, Yahya, 1977, Beberapa Tinjauan No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbang-
Mengenai Sistem Peradilan dan an. Lembaran Negara Republik Indo-
Penyelesaian Sengketa, PT. Citra nesia Tahun 1992 Nomor.
Aditya Bakti, Bandung. Ordonansi Pengangkutan Udara S. 1939
Ibrahim, Jhonny, 2005, Teori dan Metode No. 100.
Penelitian Hukum Normatif, Cetakan Peraturan Menteri Perhubungan KM. 25
Pertama, Bayu Media, Malang-Jawa Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Timur. Pengangkutan Udara.
Kizza, Brad, Liability of Air Carrier for Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1995
Injuries to Passengers Resulting From tentang Angkutan Udara
Domestic Hijacking and Related Pikiran Rakyat, 7 Desember 2004.
to Incidents. Vol. 46 (1) JALC 151 Samsul, Inosentius, 2004, Perlindungan
(1980). Konsumen, Kemungkinan Penerapan
KOMPAS, 7 Desember 2004, 2007-2009. Tanggung Jawab Mutlak, Universitas
Martono, H.K. 2007, Pengantar hukum Indonesia Fakultas Hukum Pasca-
Udara Nasional dan Internasional, sarjana, Jakarta.
Bagian Pertama, PT. Raja Grafindo Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan
Persada, Jakarta. Konsumen Indonesia, PT. Grashindo,
____________, 2007, Kamus Hukum dan Jakarta.
Regulasi Penerbangan, Edisi Pertama, Trulstrup, AW, 1974, The Consumer in
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. American Society, Personal and
____________, 2009, Hukum Penerbangan Familly Finance, Ed 5,Mc Graw Hill,
berdasarkan UURI No. 1 Tahun New York.
2009, Bagian Pertama, Mandar Maju, Wiradipradja, E. Syaefullah, 1989, Tanggung
Bandung. Jawab Pengangkut Dalam Hukum
Media Indonesia, 7 Desember 2004. Pengangkutan Udara Nasional dan
Che Musa dan Hassan, Tanggung Jawab Pengangkut Udara terhadap Penumpang 251