Anda di halaman 1dari 9

Kusumayanti, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Malnutrisi 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALNUTRISI


PASIEN DEWASA DI RUANG RAWAT INAP RUMAHSAKIT

I G A Kusumayanti1 , Hamam Hadi2 , Susetyowati3

ABSTRACT namun tidak jarang pula malnutrisi ini timbul selama


Background : Nutrient intakes may influence nutritional dirawat inap (2). Hasil studi menunjukkan bahwa
status of patients during health care. It was reported that kurang lebih 75% penderita yang dirawat di rumah
nutritional status of 75% of hospitalized patients declined sakit menurun status gizinya dibandingkan dengan
during hospitalization. status gizi saat mulai dirawat. Hal ini membuktikan
Objective: The objectives of this study was to assess
bahwa penurunan status gizi terjadi di rumah sakit.
factors that may influence malnutrition among adult
patients in hospital. Penurunan status gizi dapat menyebabkan angka
Methods: This study was done using a nested case mortalitas naik dan memperpanjang lama hari rawat
control study design. Subjects were inpatients of internal di rumah sakit.
and neurology departments of Sanglah, Sardjito and M. Asupan zat gizi yang adekuat bagi pasien yang
Jamil hospitals. They were all given oral feeding, in
dirawat inap di rumah sakit sangat diperlukan dalam
consciousness condition, cooperative, and non-ascites.
Data on food consumption were obtained using upaya mencegah penurunan satatus gizi yang terjadi
comstock methods, while nutritional status were selama masa perawatan. Gizi merupakan bagian in-
measured using Subjective Global Assessment. tegral dengan pengobatan atau proses penyembuhan
Results: Low energy intake, length of stay, infection, serta memperpendek lama rawat inap (3,4,5).
and special diet were all associated with a higher risk of
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
hospital malnutrition. Patients with low energy intakes
were 2.4 (OR=2.4, 95%CI= 1.17-4.92) times more likely yang mungkin mempengaruhi malnutrisi pada pasien
to be malnourished than those with sufficient energy dewasa rawat inap di rumah sakit.
intakes. Patients with length of stay >= 7 days were 8
(OR=8.15, 95% CI =1.87-35.51) times more likely to be
malnourished than those with length of stay < 7 days. BAHAN DAN METODE
Patients with infectious diseases were 3 (OR= 0.33, 95% Untuk mencapai tujuan penelitian, digunakan
CI= 0.17-0.64) times less likely to be malnourished than
those with non infectious diseases. Lastly, patients with
rancangan penelitian Nested Case Control. Dalam
special diet were 2 (OR=1.96, 95% CI= 1.05-3.68) times penelitian ini yang menjadi kasus dan kontrol
more likely to be malnourished than those without special ditentukan pada akhir penelitian setelah diketahui
diet. status gizinya. Status gizi pasien ditentukan
Conclusions: Low energy intake, length of stay, non berdasarkan nilai Subjective Global Assessment
infectious diseases, and special diet are risk factors of
(SGA). Kasus adalah pasien yang mengalami
malnutrition in adult hospitalized patients.
penurunan nilai SGA dari A menjadi B, A menjadi C,
Key words: Nutrients intake, nutritional status, hospital dan B menjadi C pada saat pasien keluar dari rumah
malnutrition. sakit. Sedangkan kontrol adalah pasien yang
memiliki nilai SGA tetap/normal/meningkat
PENDAHULUAN dibandingkan pada saat keluar dari rumah sakit.
Subjek penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa
Pemberian dukungan gizi bagi orang sakit bukan yang dirawat di ruang rawat inap penyakit dalam dan
merupakan tindakan yang berdiri sendiri dan terpisah saraf. Jumlah subjek yang diteliti sebanyak 293
dari tindakan perawatan dan pengobatan. Pengaturan pasien dengan rincian 70 pasien sebagai kasus dan
makanan, perawatan penyakit, dan pengobatan 223 pasien sebagai kontrol (Gambar 1).
merupakan satu kesatuan dalam proses Penelitian ini dilakukan di tiga rumah sakit yaitu
penyembuhan penyakit (1). Malnutrisi dapat timbul RS Sanglah Denpasar, RS Dr. Sardjito Yogyakarta,
sejak sebelum dirawat di rumah sakit karena dan RS M. Jamil Padang. Selanjutnya penelitian ini
penyakitnya atau asupan zat gizi yang tidak cukup, disebut penelitian SARMILA, singkatan dari Sardjito,

1
Jurusan Gizi Poltekes Denpasar, Bali
2
Magister Gizi dan Kesehatan, IKM, Pascasarjana UGM, Yogyakarta
3
Instalasi Gizi RS Dr. Sardjito, Yogyakarta
10 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 No.1 Mei 2004

Sampel
(n=318)

Drop Out
(n=25)

Subyek Penelitian
(n=293)
Operasi Pulang Paksa Pindah Paksa
(n=1) (n=22) (n=2)

Kasus Kontrol
(n=70) (n=223)

Gambar 1. Profil Penelitian

Jamil dan Sanglah. Dipilihnya lokasi tersebut karena gizi, lama rawat, kelas perawatan jenis penyakit, serta
ketiga rumah sakit merupakan rumah sakit pendidikan bentuk makanan terhadap kejadian malnutrisi
dan rumah sakit rujukan. Waktu penelitian dilakukan dilakukan uji regresi logistik.
pada bulan Oktober 2002 sampai Februari 2003.
Variabel bebas utama yang dipelajari adalah HASIL DAN BAHASAN
asupan zat gizi dengan variabel terikat malnutrisi.
Sedangkan variabel pengganggu dalam penelitian ini Gambaran Umum Rumah Sakit
adalah lama hari rawat, kelas perawatan, jenis Penelitian ini dilaksanakan di tiga Rumah Sakit
penyakit, dan bentuk makanan. Pendidikan dengan status Perusahaan Jawatan. Ketiga
Data asupan zat gizi dan status gizi subjek Rumah sakit tersebut adalah Perjan RS Sanglah
penelitian dikumpulkan oleh tenaga gizi terlatih Denpasar, Perjan RS Dr. Sardjito Yogyakarta dan
lulusan Politeknik Kesehatan Jurusan Gizi. Data Perjan RS M Jamil Padang. Rumah sakit tersebut
asupan zat gizi dikumpulkan dengan menggunakan merupakan Rumah Sakit Rujukan dengan klasifikasi
visual comstock yaitu mengamati sisa makanan Kelas B.
pasien dari rumah sakit, sedangkan asupan zat gizi
dari luar rumah sakit diperoleh dengan cara recall 24 Karakteristik Pasien
jam. Kemudian kedua data asupan zat gizi Pada awal penelitian, jumlah pasien yang
digabungkan dan dikonversikan ke dalam asupan memenuhi kriteria inklusi berjumlah 318 orang, namun
energi dan protein menggunakan program FP2, terdapat 25 orang yang drop out karena menjalani
selanjutnya dibandingkan dengan kebutuhan energi operasi (1 orang), pulang paksa (22 orang), dan pindah
dan protein masing-masing pasien. paksa (2 orang). Dengan demikian, subjek dalam
Data status gizi subjek dikumpulkan dengan penelitian ini berjumlah 293 pasien yang merupakan
menggunakan form SGA di mana penilaian tersebut pasien rawat inap di ruang/bangsal penyakit dalam dan
dilakukan pada awal subjek masuk rumah sakit dalam saraf (Gambar 1). Dari jumlah subjek tersebut, 70
waktu 2 kali 24 jam dan pada saat subjek pulang dari pasien di antaranya mengalami penurunan status gizi
rumah sakit. Identitas masing-masing subjek dari A ke B, A ke C, dan B ke C, berdasarkan SGA
dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur. Data selama dirawat di rumah sakit. Selanjutnya pasien yang
ini meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin, diagnosis mengalami penurunan status gizi dikategorikan sebagai
penyakit, kelas perawatan, bangsal perawatan, tanggal kasus, sedangkan yang status gizinya tetap atau
masuk rumah sakit, dan tanggal keluar rumah sakit. meningkat dikategorikan sebagai kontrol sebanyak 223
Data yang telah diedit selanjutnya diolah dan pasien.
dianalisis dengan komputer. Data asupan zat gizi Pada Tabel 1 terlihat bahwa sebagian besar
dihitung dengan program Food Processor dan subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki sebanyak
analisisnya menggunakan program Stata versi 6,0. 155 orang (52,90%) dan sisanya 138 orang berjenis
Analisis pengaruh asupan zat gizi dan faktor lainnya kelamin perempuan. Untuk subjek malnutrisi terdiri
menggunakan uji beda proporsi (chi square, t test). dari 38 pasien laki-laki dan 32 pasien perempuan
Untuk mengestimasi besar risiko variabel asupan zat (45,71%). Sedangkan untuk kelompok tidak malnutrisi
Kusumayanti, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Malnutrisi 11

Tabel 1. Karakteristik Pasien pada Kelompok Malnutrisi dan Tidak Malnutrisi

Malnutrisi Tidak Malnutrisi


No Karakteristik (n=70) (n=223) n χ2 p
n % n % (%) value

1. Jenis kelamin
Laki-laki 38 54.29 117 52.47 155 0,07 0,79
Perempuan 32 45.71 106 47.53 138
2. Umur
< 55 tahun 48 68.57 151 67.71 199 0,89 0,18
ž 55 tahun 22 31.43 72 32.29 94
3. Pendidikan
Rendah 24 34.29 51 22.87 75 10,15 0,06
Menengah 33 47.14 151 67.71 184
Tinggi 13 18.57 21 9.42 334
4. Kelas Perawatan
Satu 5 7.14 15 6.73 20 1,35 0,51
Dua 25 35.71 97 43.50 122
Tiga 40 57.15 111 49.77 151
5. Jenis Penyakit
Infeksi 22 31.43 109 48.88 131 6,56 0,01*
Non infeksi 48 68.57 114 51.12 162
6. Bentuk Makanan
Mak. biasa 25 35.71 100 44.84 125 1,81 0,18
Mak. khusus 45 64.29 123 55.16 168

Keterangan: * = signifikan (p<0,05)

terdiri dari pasien laki-laki 117 orang (52,47%) dan tamat SD dan SD), pendidikan menengah (SMP dan
pasien perempuan berjumlah 106 orang (47,53%). SMA), dan pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi).
Subjek penelitian terbanyak adalah kelompok umur Sebagian besar pasien memiliki tingkat pendidikan
kurang dari 55 tahun, yaitu pada pasien malnutrisi menengah yaitu untuk kelompok malnutrisi sebanyak
sebanyak 48 pasien (68,57%), dan yang tidak 33 pasien (47,14%) dan pasien tidak malnutrisi
malnutrisi sebanyak 151 pasien (67,71%). Secara sebanyak 151 pasien (67,71%). Secara statistik tidak
statistik tidak ada perbedaan status malnutrisi ada perbedaan antara tingkat pendidikan pada
berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur kelompok status malnutrisi dan tidak malnutrisi
(p>0,05) (Tabel 1). (p>0,05) (Tabel 1).
Tingkat pendidikan subjek penelitian dibagi ke Sebagian besar subjek penelitian dirawat di kelas
dalam tiga kategori, yaitu pendidikan rendah (tidak tiga yaitu sebanyak 151 pasien dengan rincian pada

Tabel 2. Rata-rata Asupan Zat Gizi pada Kelompok Malnutrisi dan Tidak Malnutrisi

Asupan Gizi Malnutrisi Tidak Malnutrisi t p


(Mean ± SD) (Mean ± SD)
Kalori 1427,3 ± 343,3 1548,2 ± 445,4 2,08 0,038*
Protein 44,4 ± 14,5 49,4 ± 14,1 2,59 0,01*

Keterangan: * = signifikan (p<0,05)

Tabel 3. Asupan Energi dan Protein pada Kelompok Malnutrisi dan Tidak Malnutrisi

Kasus Kontrol
Asupan Gizi (n=70) (n=223) OR 95% CI
n % n %
1. Asupan Energi
• 80% 26 37,1 112 50,2 1,7 0,98-2,96
< 80% 44 62,9 111 48,8
2. Asupan Protein
• 80% 29 41,4 116 52,0 1,5 0,89-2,64
< 80% 41 58,6 107 48,0
12 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 No.1 Mei 2004

pasien malnutrisi sebanyak 40 pasien (57,15%) dan tein kelompok kontrol.


pasien tidak malnutrisi sebanyak 111 pasien (49,77%). Sebagian besar subjek penelitian memiliki asupan
Secara statistik tidak ada perbedaan kelas perawatan energi dan protein kurang dari 80% dibanding kebutuhan
antara kelompok malnutrisi dan tidak malnutrisi (asupan tidak cukup). Sebanyak 157 subjek merupakan
(p>0,05) (Tabel 1). Pada pasien malnutrisi yang pasien yang asupan energinya kurang dan sebanyak
menderita penyakit noninfeksi sebanyak 48 orang 148 subjek asupan proteinnya kurang dibanding 80%
(68,57%) sedangkan pada pasien tidak malnutrisi dari kebutuhan (Tabel 3).
sebanyak 114 orang (51,12%). Secara statistik, ada

Tabel 4. Pengaruh Lama Hari Rawat terhadap Malnutrisi

Lama Hari Malnutrisi Tidak Malnutrisi


Rawat (n=70) (n=223) OR 95% CI
n % n %
• 7 hari 68 97,1 182 81,6
< 7 hari 2 2,9 41 18,4 7,7 1,80-32,53

perbedaan yang bermakna menurut jenis penyakit pada Uji regresi logistik menunjukkan bahwa asupan
kelompok malnutrisi dan tidak malnutrisi (p<0,05) (Tabel energi bukan merupakan salah satu faktor risiko
1). malnutrisi, dengan nilai OR 1,7 (95%CI 0,98-2,96),
Dari sebanyak 293 pasien, terdapat 168 pasien demikian juga asupan protein dengan nilai OR 1,5
yang mendapatkan makanan khusus. Demikian pula (95%CI 0,89-2,64).
pada kasus dan kontrol sebagian besar mendapat
makanan khusus/diit khusus. Secara statistik, ada Pengaruh Faktor-Faktor Lain terhadap
perbedaan yang bermakna menurut bentuk makanan Malnutrisi
antara kelompok malnutrisi dan tidak malnutrisi Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa
(p<0,05) (Tabel 1). ada hubungan antara lama rawat inap dengan kejadian
malnutrisi (p<0,05). Lama hari rawat merupakan
Pengaruh Asupan Energi dan Protein terhadap faktor risiko untuk terjadinya malnutrisi dengan nilai
Malnutrisi OR 7,7 (95%CI 1,80-32,53) (Tabel 4). Berdasarkan
Pada Tabel 2 terlihat bahwa ada perbedaan yang hasil uji regresi logistik diketahui bahwa kelas
bermakna antara kasus dan kontrol berdasarkan perawatan bukan merupakan risiko untuk menderita

Tabel 5. Pengaruh Kelas Perawatan terhadap Malnutrisi

Kelas Perawatan Malnutrisi Tidak Malnutrisi


(n=70) (n=223) OR 95% CI
n % n %
Satu 5 7,1 15 6,7
Dua 25 35,7 97 43,6 0.62 0.22-1.76
Tiga 40 57,2 111 49,7 0.84 0.30-2.34

asupan zat gizi, baik dari energi maupun protein malnutrisi (OR 1,02; 95%CI 0,77-1,88)(Tabel 5).
(p<0,05). Rata-rata asupan energi pada kelompok Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian
kasus, 121 kkal lebih rendah dibandingkan rata-rata besar subjek penelitian menderita penyakit noninfeksi
asupan energi pada kelompok kontrol. Begitu juga yaitu sebesar 162 pasien dan sisanya 131 pasien
rata-rata asupan protein pada kelompok kasus, 5 menderita penyakit infeksi. Selanjutnya hasil analisis
gram lebih rendah dibandingkan rata-rata asupan pro-
Kusumayanti, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Malnutrisi 13

Tabel 6. Pengaruh Jenis Penyakit terhadap Malnutrisi

Jenis Malnutrisi Tidak Malnutrisi


Penyakit (n=70) (n=223) OR 95% CI
n % n %
Infeksi 22 31,4 109 48,9
Non Infeksi 48 68,6 114 51,1 0,48 0,27-0,85

regresi logistik menunjukkan bahwa jenis penyakit terbukti sebagai faktor risiko malnutrisi dalam
infeksi mempunyai risiko 2 kali lebih rendah untuk penelitian ini (Tabel 10).
menderita malnutrisi (OR 0,48; 95%CI 0,27-0,85) Pada penelitian ini ditemukan 70 subjek (23,89%)
(Tabel 6). yang menurun status gizinya selama dirawat
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa (malnutrisi) berdasarkan penilaian SGA dari 293
bentuk makanan mempunyai nilai OR 0,79 (95% CI pasien yang diteliti. Angka ini lebih rendah dari hasil
0,55-1,14), sehingga bukan merupakan faktor yang penelitian Gallagher-Allred (6), yang menemukan
berpengaruh terhadap kejadian malnutrisi (Tabel 7). sebanyak 40-55% pasien yang malnutrisi atau
Pada Tabel 8 ditemukan bahwa subjek dengan berisiko malnutrisi. Sedangkan menurut penelitian
penyakit infeksi mempunyai risiko 2,77 kali untuk McWhirter dan Pennington (7), diketahui 40% pasien
mendapat makanan khusus (OR 2,77; 95%CI 1,70- yang status gizinya kurang saat masuk rumah sakit
4,51). Subjek yang mendapat makanan khusus dan pada saat keluar rumah sakit terjadi kehilangan
mempunyai risiko 2,03 kali untuk menderita asupan berat badan sebesar 5,4% hingga ditemukan
energi tidak cukup dibanding pasien yang mendapat sebanyak 26% pasien menderita malnutrisi ringan dan
makanan biasa (Tabel 9). 37% lainnya menderita malnutrisi sedang.
Dalam analisis lanjut menggunakan analisis Pada penelitian Braunschweig et al. (2)
regresi linier berganda ditemukan bahwa asupan ditemukan sebanyak 54% pasien menderita
energi, lama rawat, jenis penyakit, dan bentuk malnutrisi pada saat masuk rumah sakit dan 31%
makanan secara statistik berpengaruh terhadap menurun status gizinya (38% status gizi normal, 20%
terjadinya malnutrisi pada pasien di ruang rawat inap malnutrisi sedang, 33% malnutrisi berat). Penelitian
rumah sakit. Subjek dengan asupan energi yang Naber et al. (8), dengan indikator SGA, menemukan
kurang dari 80% dibanding kebutuhan berisiko 2,4 sebanyak 45% pasien menderita malnutrisi saat
Tabel 7. Pengaruh Bentuk Makanan terhadap Malnutrisi

Lama hari rawat Malnutrisi Tidak Malnutrisi


(n=70) (n=223) OR 95% CI
n % n %
Biasa 25 35,7 100 44,8
Khusus 45 64,3 123 55,2 0,79 0,55-1,14

kali untuk terjadi malnutrisi (95%CI 1,17-4,92). Lama masuk rumah sakit dan meningkat menjadi 51% saat
rawat inap merupakan faktor risiko terhadap kejadian keluar rumah sakit.
malnutrisi (OR 8,15; 95%CI 1,87-35,51). Hasil uji statistik t test membuktikan bahwa ada
Jenis penyakit infeksi secara bermakna perbedaan yang bermakna pada kasus dan kontrol
merupakan faktor preventif (faktor pencegah) untuk berdasarkan persentase asupan energi. Rata-rata
terjadi malnutrisi di rumah sakit (OR 0,33; 95%CI 0,17- persentase asupan energi dan protein pada kelompok
0,64). Subjek yang menderita penyakit infeksi berisiko kasus lebih rendah daripada kelompok kontrol. Hal
tiga kali lebih rendah untuk menderita malnutrisi ini dapat diartikan bahwa asupan zat gizi yang rendah
dibandingkan subjek yang berpenyakit noninfeksi. terutama energi, mempengaruhi terjadinya malnutrisi
Bentuk makanan/jenis diit merupakan faktor risiko pada pasien yang dirawat inap di rumah sakit. Hal ini
dengan nilai OR 1,96 (95%CI 1,05-3,68) (Tabel 10). sejalan dengan penelitian Irmawati (9) yang
Variabel lain seperti asupan protein, jenis kelamin, menemukan bahwa meningkatnya konsumsi
kelas perawatan, tingkat pendidikan, dan umur tidak makanan (konsumsi energi) diikuti dengan semakin
14 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 No.1 Mei 2004

Tabel 8. Pengaruh Jenis Penyakit terhadap Bentuk Makanan

Jenis Bentuk Makanan


Penyakit Biasa Khusus OR 95% CI
(n=125) (n=168)
n % n %
Infeksi 38 30.4 93 55.4
Non-infeksi® 87 69.6 75 44.6 2.77 1.70-4.51

Keterangan: ®:referens

baiknya status gizi pasien dilihat dari perubahan Tebal perawatan di rumah sakit. Sejalan dengan hal tersebut
Lipatan Kulit (TLK). dalam penelitian ini juga diperoleh bahwa semakin
Penelitian lain menyimpulkan bahwa pasien lama pasien dirawat di rumah sakit, maka semakin
dengan asupan gizi yang adekuat mempunyai status besar risiko untuk menderita malnutrisi. Penelitian
gizi lebih baik pada saat keluar rumah sakit Messner et al. (15) dan Braunschweig et al. (2)
dibandingkan pasien yang asupannya tidak adekuat menyimpulkan bahwa penurunan status gizi pasien
(10). Terdapat hubungan antara asupan gizi yang berhubungan dengan lama hari perawatan yang lebih
kurang dengan penurunan status gizi berdasarkan panjang.
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) sehingga Dari hasil analisis regresi logistik diketahui bahwa
disimpulkan bahwa asupan gizi di rumah sakit mem- pasien yang dirawat • 7 hari mempunyai risiko 8,1
kali (95% CI 1,87 – 35,51) untuk menderita malnutrisi.
punyai hubungan yang erat dengan status gizi (11).
Penelitian Chima (16) juga menyebutkan bahwa pasien
Hasil analisis regresi logistik multivariat
yang berisiko malnutrisi mempunyai masa rawat yang
membuktikan bahwa pasien dengan asupan energi
lebih panjang daripada yang tidak berisiko malnutrisi.
yang tidak cukup mempunyai risiko 2,4 kali untuk
Menurut Soegih (3), rata-rata 75% penderita yang
terjadi malnutrisi. Hal ini sesuai dengan penelitian
dirawat di rumah sakit akan menurun status gizinya
Sullivan et al. (12) yang menyatakan bahwa pasien dibandingkan dengan status gizi pada saat masuk
dengan asupan makanan yang rendah mempunyai perawatan. Hal ini membuktikan bahwa penurunan
kemungkinan 8 kali lebih besar untuk terjadi malnutrisi status gizi terjadi di rumah sakit.
di rumah sakit. Jumlah subjek yang dirawat inap di kelas
Malnutrisi dapat terjadi berdasarkan penyebabnya perawatan III lebih banyak daripada yang dirawat di
yang primer, yaitu karena asupan zat gizi yang tidak kelas perawatan I dan II. Namun dari hasil analisis
cukup (13). Keadaan gizi pasien yang dirawat merupakan
regresi logistik didapatkan bahwa kelas perawatan
faktor penting dalam keseluruhan penatalaksanaan
bukan merupakan faktor risiko untuk terjadi malnutrisi
pengobatan di rumah sakit. Dukungan gizi yang tidak
(OR 1,02 95% CI 0,60 – 1,74). Menurut penelitian
adekuat mengakibatkan keadaan kurang gizi yang dapat
Almatsier et al. (17), kelas perawatan ternyata tidak
meningkatkan morbiditas dan mortalitas (3).
berpengaruh terhadap persepsi pasien atas
Selanjutnya asupan protein yang kurang pada
penelitian ini bukan merupakan faktor risiko makanan yang disajikan walaupun biaya makan
terjadinya malnutrisi. Hal ini sesuai penelitian Dian antara kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 berbeda.
et al. (14), bahwa asupan pasien tidak berpengaruh Penyebab sekunder malnutrisi adalah penyakit
terhadap status gizi. Menurut Braunschweig et al. yang mendasari (underlying disease) yang kemudian
(2) malnutrisi dapat timbul sejak sebelum dirawat dan dapat mempengaruhi asupan makanan, meningkatkan
tidak jarang dapat pula timbul selama dalam kebutuhan, perubahan metabolisme dan malabsorbsi

Tabel 9. Pengaruh Bentuk Makanan terhadap Asupan Energi

Bentuk Asupan Energi


Makanan Cukup Tidak Cukup
(n=138) (n=155) OR 95% CI
n % n %
Biasa ® 72 52.2 53 34.2
Khusus 66 47.8 102 65.8 2.03 1.27-3.27

Keterangan: ®:referens
Kusumayanti, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Malnutrisi 15

Tabel 10. Hubungan Faktor Risiko yang Mempengaruhi Malnutrisi

Faktor Risiko Odds Ratio 95% Confidence Interval


1. Asupan energi
Cukup® 1 -
Tidak Cukup 2,40 1,17-4,92*
2. Asupan protein
Cukup ® 1 -
Tidak Cukup 1,03 0,51-2,08
3. Lama rawat
< 7 hr ® 1 -
• 7 hr 8,15 1,87-35,51*
4. Kelas perawatan
Satu ® 1 -
Dua - -
Tiga 1,02 0,60-1,74
5. Jenis penyakit
Noninfeksi® 1 -
Infeksi 0,33 0,17-0,64*
6. Bentuk makanan
Biasa ® 1 -
Khusus 1,96 1,04-3,68*
7. Umur
• 55 tahun ® 1 -
< 55 tahun 0,66 0,33-1,27
8. Jenis kelamin
Laki-laki ® 1 -
Perempuan 0,96 0,52-1,77
9. Pendidikan
Dasar ® 1 -
Menengah 0,82 0,49-1,37

Keterangan: ®=referens * = bermakna

(13). Pada penelitian ini, sebagian besar subjek penurunan berat badan (20).
menderita penyakit noninfeksi yaitu sebanyak 162 Dari hasil uji logistik multivariat diperoleh bahwa
orang. Demikian juga pada pasien yang malnutrisi dan pasien yang mendapat makanan khusus mempunyai
tidak malnutrisi sebagian besar menderita penyakit risiko 1,96 kali untuk menderita malnutrisi selama
noninfeksi. Dari hasil uji logistik multivariat diketahui dirawat di rumah sakit (OR 1,96; 95%CI 1,05 – 3,68).
bahwa jenis penyakit infeksi mempunyai risiko 2,79 Bila dihubungkan dengan asupan zat gizi pada Tabel
kali lebih kecil untuk menderita malnutrisi (OR 0,33; 13, terlihat bahwa pasien yang mendapat makanan
95% CI 0,17-0,64). Pasien dengan penyakit noninfeksi khusus mempunyai asupan energi yang tidak cukup
mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami yaitu sebanyak 102 pasien (65,8%). Hasil uji regresi
malnutrisi. logistik antara bentuk makanan dengan asupan energi
Hal ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa pasien yang mendapat bentuk
menyimpulkan bahwa pasien noninfeksi mempunyai makanan khusus mempunyai risiko 2,03 kali untuk
kemungkinan lebih tinggi untuk menjadi malnutrisi mengalami asupan energi yang tidak cukup (OR 2,03
dibandingkan dengan pasien infeksi (18). Pada 95% CI 1,27-3,27).
dasarnya semua jenis penyakit baik infeksi maupun Sisa makanan terbanyak berasal dari makanan
noninfeksi mempunyai faktor risiko untuk menjadi gizi lunak yang diberikan pada pasien yang mendapat
baik, gizi kurang, bahkan gizi buruk. Hal ini tergantung makanan khusus (21). Perubahan diet pada pasien
sifat perjalanan penyakit tersebut yaitu kronis atau yang membutuhkan makanan khusus/diet yang
akut (19). sesuai dengan penyakitnya menyebabkan rendahnya
Kanker yang tergolong dalam penyakit asupan zat gizi yang selanjutnya mengakibatkan
noninfeksi dapat menyebabkan efek yang berat bagi penurunan status gizi (22).
status gizi. Pengobatan dan akibat fisiologis dari
kanker dapat mengganggu dalam mempertahankan KESIMPULAN DAN SARAN
kecukupan gizi sehingga menimbulkan efek
16 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 No.1 Mei 2004

Penelitian ini menghasilkan lima kesimpulan, 4. Prakosa MI, WS Soeyodibroto, dan N Asikin.
yaitu pertama asupan energi yang tidak adekuat Pemberian makanan enteral pada pasien dirawat
merupakan faktor risiko malnutrisi di rumah sakit. di RSCM. Jakarta: KPIG VII 1989:186-97.
Kedua, semakin lama dirawat inap di rumah sakit, 5. Sjukur A. Masalah nutrisi pada bedah digestif.
maka semakin tinggi risiko malnutrisi. Ketiga, kejadian Dalam Tjokroprawiro A, et al. Buku makalah
malnutrisi tidak berbeda antarkelas perawatan. simposium terapi cairan III. Surabaya: Lab-UPF
Keempat, pasien dengan penyakit noninfeksi Anestesiologi & Lab UPF Penyakit Dalam FK
mempunyai risiko malnutrisi lebih tinggi dibandingkan Unair-RSUD Dr Soetomo; 1992. h. 81-96.
dengan pasien infeksi. Kelima, bentuk makanan 6. Gallagher-Allred CR, A Coble Voss, SC Finn, et
khusus yang diperoleh pasien merupakan faktor yang al. Malnutrition and clinical outcomes: the case
mempengaruhi kejadian malnutrisi di rumah sakit. for medical nutrition therapy. J Am Diet Assoc
Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa sa- 1996;96(4):37-61.
ran yang bisa dipergunakan untuk mencegah terjadi- 7. McWhirter JP, and CR Pennington. Incidence and
nya malnutrisi di rumah sakit yaitu: pertama, mening- recognition of malnutrition in hospital. British
katkan mutu pelayanan tim asuhan nutrisi yang ada Medical Journal 1994;308:945-8.
di rumah sakit, khususnya ahli gizi, agar memberikan 8. Naber Ton HJ, T Schermer, A de Bree, et al. Preva-
pelayanan gizi individu dalam menentukan kebutuh- lence of malnutrition in nonsurgical hospitalized
an gizi pasien yang memerlukan dukungan nutrisi; patients and its association with disease com-
mengamati dan mencatat perubahan tatalaksana plications. Am J Clin Nutr 1997;66:1232-9.
nutrisi serta asupan zat gizi pasien. Kedua, bentuk 9. Irmawati. Hubungan antara konsumsi makanan
makanan khusus yang diberikan sebaiknya dengan perubahan status gizi pasien di ruang
rawat inap RSUD Banyumas [thesis].
dimodifikasi agar lebih bisa diterima oleh pasien.
Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Gadjah
Modifikasi dapat berupa variasi menu, variasi
Mada; 2000.
makanan, dan variasi cara penyajian makanan.
10. Indriasari BRW. Pengaruh kecukupan gizi rumah
sakit terhadap status gizi pulang pasien anak di
Ucapan Terima Kasih bangsal rawat inap [thesis]. Yogyakarta:
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pascasarjana Universitas Gadjah Mada; 2002.
Direktur RS. Sardjito, RS. M.Djamil, dan RS. 11. Incalzi RA, Antonella GF, Oliviero C, et al. En-
Sanglah, para enumerator, supervisor dan Bapak ergy intake and in hospital starvation. Arch In-
Joko Susilo, M.Kes serta semua pihak yang tidak tern MPD 1996;156:425-9.
dapat kami sebutkan satu persatu. 12. Sullivan DH, S Sun, RC Walls. Protein-energy
undernutrition among elderly hospitalized patient
a prospective study. JAMA 1999;281(21):2013-
RUJUKAN
7.
1. Moehyi S. Pengaturan makanan dan diit untuk 13. Fatimah N. Malnutrisi di rumah sakit dalam gizi
penyembuhan penyakit. Jakarta: PT Gramedia; medik Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter
1998. Gizi Medik Indonesia; 2002. h. 4-6.
2. Braunschweig CS, Gomez, and PM Sheean. 14. Dian PP, Nita I, dan Oktoruddin H. Faktor-faktor
Impact of declines in nutrional status on out- yang mempengaruhi status gizi pasien selama
dirawat di bagian penyakit dalam RSUPN-CM.
comes in adult patients hospitalizet for more than
Media Dietetik 2002;Edisi Khusus:113-5.
7 days. J Am Diet Assoc 2000;100:1316-22.
15. Messner, RL., Nancy S, William EW. Effect of
3. Soegih R. Pola penanganan kasus gizi di
admission nutritional status on length of hospi-
Puskesmas dan rumah sakit. Dalam Daldiyono tal stay. Society of Gastroenterology Nurses and
& AR Thaha, editors. Kapita Selekta Nutrisi Associates 1991;202-5.
Klinik. Jakarta: Perhimpunan Nutrisi Enteral dan
Parenteral Indonesia; 1998.
Kusumayanti, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Malnutrisi 17

16. Chima CS, Kathy B, Marci LAD, et al. Relation- 19. Tomkins AM. Nutrition and infection in protein
ship nutritional status to length of stay, hospital energy malnutrition. 2nd ed. Edward Arnold a Di-
costs, and dischange status of patiens hospital- vision of Hodder and Spoughton; 1992.
ized in the medicine service. J Am Diet Assoc 20. Moore MC. Buku pedoman terapi diet dan nutrisi.
1997;97:975-80. 2nd ed. Oswari LD. Jakarta: Hypocrates; 1993.
17. Almatsier S. Jus’at I dan Akmal N. Persepsi 21. Khairunnas. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pasien terhadap makanan di rumah sakit (sur- terjadinya sisa makanan pada pasien yang di
vey pada 10 rumah sakit di Jakarta). Gizi Indo- rawat inap di rumah sakit dr Achmad Mochtar
nesia 1992;17(1-2):87-96. Bukit Tinggi [thesis]. Yogyakarta: Pascasarjana
18. Wardhana LW. Pengaruh penyakit infeksi dan Universitas Gadjah Mada; 2001.
noninfeksi terhadap status pulang pasien anak 22. Singh N, Yogendra KJ, Anoop S, et al. Nutri-
di bangsal rawat inap [thesis]. Yogyakarta: tional profile of patients with chronic pancreatitic.
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada; 2002. Asia Pasific J Clin Nutr 1999;8(1):19-23.

Anda mungkin juga menyukai