Anda di halaman 1dari 13

UU NO.

18 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN


KERUSAKAN HUTAN (P3H)

Akhir-akhir ini perusakan hutan semakin meluas dan kompleks. Perusakan itu terjadi
tidak hanya di hutan produksi, tetapi juga telah merambah ke hutan lindung ataupun hutan
konservasi. Perusakan hutan telah berkembang menjadi suatu tindak pidana kejahatan yang
berdampak luar biasa dan terorganisasi serta melibatkan banyak pihak, baik nasional maupun
internasional. Kerusakan yang ditimbulkan telah mencapai tingkat yang sangat
mengkahwatirkn bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Oleh karena itu, penanganan
perusakan hutan dilakukan secara luar biasa. Sehingga dibetuklah UU No.18 tahun 2013
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (P3H).

A. Subjek Hukum pada UU No.18 tahun 2013 tentang P3H

Yaitu “setiap orang” tercantum dalam pasal 1 angka 21 yang berbunyi ;

“Setiap orang adalah orang perorangan dan/atau korporasi yang melakukan perbuatan
perusakan hutan secara terorganisir di wilayah hukum Indonesia dan/atau berakibat hukum di
wilayah hukum Indonesia”.

Undang-Undang P3H, juga memberikan tafsir yang otentik terhadap kata-kata


terorganisasi yaitu sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 6 yang bunyi lengkapnya
sebagai berikut:

“Terorganisasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelompok yang terstruktur, yang
terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih, dan yang bertindak secara bersama-sama pada waktu
tertentu dengan tujuan melakukan perusakan hutan, tidak termasuk kelompok masyarakat
yang tinggal di dalam atau di sekitar kawasan hutan yang melakukan perladangan tradisional
dan/atau melakukan penebangan kayu untuk keperluan sendiri dan tidak untuk tujuan
komersial”.

Dengan demikian jelas bahwa tindak pidana kehutanan yang tidak terorganisir tidak
bisa menggunakan undang-undang ini, termasuk tindak pidana yang dilakukan oleh
kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar hutan/perladangan tradisional yang mengambil
manfaat hutan untuk keperluan hidup. Para petani tradisional yang tinggal di sekitar hutan
atau bahkan di dalam hutan yang memanfaatkan hutan untuk hidup memiliki kekebalan
(imunitas) atas undang-undang ini, dan tidak dapat dijadikan subjek delik. Tindak pidana
kehutanan dalam skala yang lebih kecil dapat merujuk pada undang-undang kehutanan (UU
No. 41/1999).

Yang dimaksud dengan korporasi yaitu “korporasi adalah kumpulan orang dan/atau
kekayaan yang terorganisir baik yang berupa Badan Hukum maupun bukan Badan Hukum”.
Pasal 1 angka 22.

B. Jenis Tindak Pidana dalam Ketentuan UU No.18 tahun 2013 tentang P3H
Ada beberapa perbuatan yang dilarang yang dikategorikan sebagai perbuatan pidana
dalam UU ini,yang terdapat dalam rumusan pasal 12,14,15,17,19-28,yakni :

NO. PERBUATAN YANG DILARANG

1 Menebang pohon dalam kawasan hutan

memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai,dan/atau


2 memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin

mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yg tidak dilengkapi


SKSHH; dan/atau memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil
3 pembalakan liar

membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau


4 membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang

membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga
akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa izin
5 pejabat yang berwenang

6 mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat, perairan, atau udara;

menyelundupkan kayu yang berasal dari atau masuk ke wilayah RI melalui


7 sungai, darat, laut, atau udara

terima, beli, jual, terima tukar, terima titipan, dan/atau memiliki hasil hutan yang
8 diketahui berasal dari pembalakan liar;

membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil hutan kayu yang berasal dari
9 kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah;

menerima, menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, dan/atau


memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil atau
10 dipungut secara tidak sah
11 Pembiaran dan tidak menjalankan tindakan sesuai kewenangan

12 Mengangkut hasil hutan kayu tanpa memiliki dokumen yang SKSHH

memalsukan SKSHH dan/atau menggunakan SKSHH yang palsu (Pasal 14);


13 dan/atau

menyalahgunakan dokumen angkutan hasil hutan kayu yang diterbitkan oleh


14 pejabat yang berwenang (Pasal 15 )

15 penambangan dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri

membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga
akan digunakan untuk melakukan kgiatan penambangan dan/atau angkut hasil
16 tambang di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri

mengangkut dan/atau menerima titipan hasil tambang yang berasal dari kegiatan
17 penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin (Pasal 17 ayat (1) huruf c)

menjual, menguasai, memiliki, dan/atau menyimpan hasil tambang berasal dr


giatan penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin (Pasal 17 ayat (1) huruf
18 d);

membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil tambang dari kegiatan


19 penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin (Psl 17 ayat (1) huruf e)

20 perkebunan tanpa izin Menteri dlm kwsn hutan (Psl 17 ayat (2) huruf b);

membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga
akan digunakan kegiatan perkebunan dan/atau mengangkut hasil kebun di dalam
21 kawasan hutan tanpa izin Menteri (Psl 17 ayat (2) huruf a)

mengangkut dan/atau menerima titipan hasil perkebunan yang berasal dari


kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin (Pasal 17 ayat (2) huruf
22 c);

menjual, menguasai, memiliki, dan/atau menyimpan hasil perkebunan yang


berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin (Pasal 17
23 ayat (2) huruf d); dan/atau

membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil kebun dari perkebunan yang


berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin (Pasal 17
24 ayat (2) huruf e)

menyuruh, mengorganisasi, atau menggerakkan pembalakan liar dan/atau


25 penggunaan kawasan hutan secara tidak sah (Pasal 19 huruf a);
melakukan permufakatan jahat untuk melakukan pembalakan liar dan/atau
26 penggunaan kawasan hutan secara tidak sah (Pasal 19 huruf c);

mendanai pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah
27 secara langsung atau tidak langsung (Pasal 19 huruf d); dan/atau

mengubah status kayu hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan kawasan
hutan secara tidak sah, seolah-olah menjadi kayu yang sah atau hasil penggunaan
kawasan hutan yang sah untuk dijual kepada pihak ketiga, baik di dalam maupun
28 di luar negeri (Pasal 19 huruf f )

memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dengan mengubah bentuk, ukuran,


29 termasuk pemanfaatan limbahnya (Pasal 19 huruf g);

menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,


menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri dan/atau menukarkan
uang atau surat berharga lainnya serta harta kekayaan lainnya yang diketahuinya
atau patut diduga merupakan hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan
30 kawasan hutan secara tidak sah (Psl19 huruf h);

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta yang diketahui atau patut
diduga berasal dari hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan kawasan
hutan secara tidak sah sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah
31 (Psl 19 huruf i )

memalsukan surat izin pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau penggunaan kwsn
32 hutan (Pasal 24 huruf a);

menggunakan surat izin palsu pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau


33 penggunaan kawasan hutan (Pasal 24 huruf b); dan/atau

memindahtangankan atau menjual izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang


34 berwenang kecuali dengan persetujuan Menteri (Psl 24 huruf c )

35 merusak sarana dan prasarana pelindungan hutan (Pasal 25); dan/atau

merusak, memindahkan, atau menghilangkan pal batas luar kawasan hutan, batas
fungsi kawasan hutan, atau batas kawasan hutan yang berimpit dengan batas
negara yang mengakibatkan perubahan bentuk dan/atau luasan kawasan hutan
36 (Pasal 26)

turut serta melakukan atau membantu terjadinya pembalakan liar dan/atau


37 penggunaan kawasan hutan secara tidak sah (Pasal 19 huruf b)

mencegah, merintangi, dan/atau menggagalkan secara langsung maupun tidak


langsung upaya pemberantasan pembalakan liar dan penggunaan kawasan hutan
38 secara tidak sah (Pasal 20)
memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan
39 secara tidak sah yang berasal dari hutan konservasi (Pasal 21)

menghalang-halangi dan/atau menggagalkan penyelidikan, penyidikan,


penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan tindak pidana pembalakan
40 liar dan penggunaan kawasan hutan secara tidak sah ( Pasal 22)

melakukan intimidasi dan/atau ancaman terhadap keselamatan petugas yang


melakukan pencegahan dan pemberantasan pembalakan liar dan penggunaan
41 kawasan hutan secara tidak sah ( Pasal 23)

C. Pertanggung jawaban Pidana oleh Korporasi dalam UU No.18 tahun 2013 tentan
P3H
Pertanggungjawaban pidana oleh korporasi dalam hal perbuatan perusakan hutan
dapat dikenakan sanksi pidana dan sanksi tindakan berupa sanksi administratif.

MATRIK TINDAK PIDANA BIDANG KEHUTANAN DALAM UU NO 18 TH 2013

Perbuatan Yang Dilarang


Sanksi Pidana Sesuai Subyek Hukum
Orang Orang Korporasi Pejabat
Perseorangan Perseorangan
Dalam/Sekitar
Kawasan Hutan

Menebang pohon dalam Sengaja:Pidana Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana


kawasan hutan: Penjara minimal 3 bln minimal 5 th ditambah
a.tidak sesuai izin minimal 1 th maksimal 2 maksimal 15 th serta 1/3 dari
a. (Pasal 12 huruf a) maksimal 5 th th serta denda denda ancaman
pidana
b. tanpa memiliki izin serta denda min Rp.500 Rb min Rp. 5 M pokok
pejabat berwenang min Rp. 500 jt mak Rp.500 jt mak Rp. 15 M (Pasal
(Pasal 12 huruf b) mak Rp. 2,5 M (Pasal 82 (2)) (Pasal 82 (3)) 107)
c. secara tidak sah (Pasal 82 (1))
(Pasal 12 huruf c)

memuat, membongkar, Sengaja:Pidana - Pidana Penjara Pidana


mengeluarkan, Penjara minimal 5 th ditambah
mengangkut, menguasai, 1 s/d 5 th maksimal 15 th serta 1/3 dari
dan/atau memiliki serta denda denda ancaman
pidana
hasil penebangan di min Rp. 500 jt min Rp. 5 M pokok
kawasan hutan tanpa izin mak Rp. 2,5 M mak Rp. 15 M (Pasal
(Pasal 12 huruf d) (Pasal 83 (1)) (Pasal 83 (4)) 107)
Kelalaian:
mengangkut, menguasai, Pidana Penjara
atau memiliki hasil hutan 8 bln. s/d 3 th.
kayu yg tidak dilengkapi serta denda
SKSHH; dan/atau Rp 10 jt s/d 1M
(Pasal 12 huruf e) (Pasal 83 (2))

memanfaatkan hasil hutan Sengaja:Pidana Sengaja/lalai: Pidana Penjara Pidana


kayu yang diduga berasal Penjara Pidana Penjara ditambah
dari hasil pembalakan liar 1 s/d 5 th 1/3 dari
ancaman
(Pasal 12 huruf h) serta denda Minimal 3 bln minimal 5 th pidana
500 jt s/d 2.5 M maksimal 2 th maksimal 15 th serta pokok
(Pasal 83 (1)) serta denda min. denda (Pasal
Kelalaian: Rp.500 rb mak. min Rp. 5 M 107)
Pidana Penjara Rp. 1M(Pasal 83 mak Rp. 15 M
8 bln. s/d 3 th. (3)) (Pasal 83 (4))
serta denda
Rp 10 jt s/d 1M
(Pasal 83 (2))

membawa alat-alat yang Sengaja: Penjara Penjara Pidana


lazim digunakan untuk Pidana Penjara 3 bulan s/d 2 th minimal 5 th ditambah
menebang, memotong, atau 1 s/d 5 tahun dan/atau denda maksimal 15 th serta 1/3 dari
membelah pohon di dalam serta denda Rp.10 jt s/d 1M denda min. Rp.2 M ancaman
pidana
kawasan hutan tanpa izin 250 jt s/d 5 M (Pasal 84 (3)) mak. Rp. 15 M pokok
pejabat yang berwenang (Pasal 84 (1)) (Pasal 84 (4)) (Pasal
(Pasal 12 huruf f) Lalai 107)
Pidana Penjara
8 bulan s/d 2 th
serta denda
10 jt s/d 1 M
(Pasal 84 (2))

membawa alat-alat berat Sengaja - Pidana Penjara Pidana


dan/atau alat-alat lainnya Pidana Penjara minimal 5 th. ditambah
yang lazim atau patut Minimal 2 th maksimal 15 th. 1/3 dari
diduga akan digunakan Maksimal 10 th serta denda min Rp. ancaman
pidana
untuk mengangkut hasil serta denda 5 M mak Rp. 15 M pokok
hutan di dalam kawasan minimal Rp.2 M (Pasal 85 (2)) (Pasal
hutan tanpa izin pejabat maksimal 10 M 107)
yang berwenang (Pasal 85 (1))
(Pasal 12 huruf g)

mengedarkan kayu Sengaja: - Pidana Penjara Pidana


hasil pembalakan liar Pidana Penjara minimal 5 thn, ditambah
melalui darat, perairan, minimal 1 tahun maks 15 thn 1/3 dari
atau udara; maksimal 5 th serta denda ancaman
pidana
(Pasal 12 huruf i) serta denda min. Rp. 5 M pokok
menyelundupkan kayu min. Rp. 500 mak. Rp. 15 M (Pasal
yang berasal dari atau Jt. Mak. Rp. 2.5 (Pasal 86 (2)) 107)
masuk ke wilayah RI M
melalui sungai, darat, laut, (Pasal 86 (1))
atau udara
(Pasal 12 huruf j)

terima, beli, jual, terima Sengaja:


tukar, terima titipan, Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
dan/atau memiliki hasil minimal 1 tahun Minimal 3 bln. minimal 5 th. ditambah
hutan yang diketahui maksimal 5 th. maksimal 2 th maksimal 15 th. 1/3 dari
berasal dari pembalakan serta denda dan/atau denda serta denda min ancaman
pidana
liar; (Pasal 12 huruf k) min. Rp.500 jt min. Rp. 500 rb Rp.5 M mak Rp. 15 pokok
mak. Rp. 2.5 M mak.Rp. 500 jt M (Pasal
membeli, memasarkan, (Pasal 87 (1)) (Pasal 87 (3)) (Pasal 87 (4)) 107)
dan/atau mengolah hasil Lalai:
hutan kayu yang berasal Pidana Penjara
dari kawasan hutan yang Minimal 8
diambil atau dipungut bulan maksimal
secara tidak sah; 3 th serta denda
(Pasal 12 huruf l) min. Rp.250 jt
mak. Rp. 1 M
menerima, menjual, (Pasal 87 (2))
menerima tukar, menerima
titipan, menyimpan,
dan/atau memiliki hasil
hutan kayu yang berasal
dari kawasan hutan yang
diambil atau dipungut
secara tidak sah.
(Pasal 12 huruf m)

Pembiaran dan tidak - - - Sengaja:


menjalankan tindakan Penjara
sesuai kewenangan 6 bln s/d
(Pasal 104 jo. Pasal 27 15 th serta
denda
Jo. Pasal 12) 1 M s/d
7.5 M
(Pasal
104)
Mengangkut hasil hutan Sengaja:
kayu tanpa memiliki Pidana Penjara - Pidana Penjara Pidana
dokumen yang SKSHH Minimal 1 th Minimal 5 th, ditambah
(Pasal 16) Maksimal 5 th Maksimal 15 th 1/3 dari
serta denda serta denda ancaman
pidana
memalsukan SKSHH Min.Rp. 500 min. Rp. 5 M pokok
dan/atau menggunakan Jt. Mak. Rp. 2.5 mak. Rp. 15 M (Pasal
SKSHH yang palsu M (Pasal 88 (2)) 107)
(Pasal 14); dan/atau (Pasal 88 (1))

menyalahgunakan dokumen
angkutan hasil hutan kayu
yang diterbitkan oleh
pejabat yang berwenang
(Pasal 15 )

penambangan Sengaja:
dalam kawasan hutan tanpa Pidana Penjara - Pidana Penjara Pidana
izin Menteri (Pasal 17 ayat minimal 3 th Minimal 8 th, ditambah
(1) huruf b); maksimal 15 th Maksimal 20 th 1/3 dari
serta denda serta denda ancaman
pidana
membawa alat-alat berat min Rp. 1.5 Min. Rp. 20 M pokok
dan/atau alat-alat lainnya M. mak Rp. 10 Mak. Rp. 50 M (Pasal
yang lazim atau patut M (Pasal 89 (2)) 107)
diduga akan digunakan (Pasal 89 (1))
untuk melakukan kgiatan
penambangan dan/atau
angkut hasil tambang di
dalam kawasan hutan tanpa
izin Menteri
(Psl 17 ayat (1) huruf a)

mengangkut dan/atau Sengaja:


menerima titipan Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
hasil tambang Minimal 3 th Minimal 5 th, ditambah
yang berasal dari kegiatan Maksimal 10 th Maksimal 15 th 1/3 dari
penambangan di dalam serta denda serta denda ancaman
Min. Rp. 5 M
kawasan hutan tanpa izin Min Rp. 1.5 Mak. Rp. 15 M pidana
(Pasal 17 ayat (1) huruf c) M. Mak. Rp. 5 (Pasal 90 (2)) pokok
M (Pasal
(Pasal 90 (1)) 107)
menjual, menguasai, Sengaja:
memiliki, dan/atau Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
menyimpan hasil tambang Minimal 3 th Minimal 5 th, ditambah
berasal dr giatan Maksimal 10 th Maksimal 15 th 1/3 dari
penambangan di dalam serta denda serta denda ancaman
pidana
kawasan hutan Min Rp. 1.5 Min Rp. 5 M pokok
tanpa izin (Pasal 17 ayat M. Mak Rp. 5 Mak. Rp. 15 M (Pasal
(1) huruf d); M (Pasal 91 (2)) 107)
(Pasal 91 (1))
membeli, memasarkan,
dan/atau mengolah hasil
tambang dari kegiatan
penambangan di dalam
kawasan hutan tanpa izin
(Psl 17 ayat (1) huruf e)

perkebunan tanpa izin Sengaja:


Menteri dlm kwsn hutan Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
(Psl 17 ayat (2) huruf b); Minimal 3 th Minimal 8 th ditambah
Maksimal 10 th Maksimal 20 th 1/3 dari
membawa alat-alat berat serta denda serta denda ancaman
pidana
dan/atau alat-alat lainnya Min Rp. 1.5 Min Rp. 20M. Mak pokok
yang lazim atau patut M. Mak Rp. 5 Rp. 50 M (Pasal
diduga akan digunakan M (Pasal 92 (2)) 107)
kegiatan perkebunan (Pasal 92 (1))
dan/atau mengangkut hasil
kebun di dalam kawasan
hutan
tanpa izin Menteri
(Psl 17 ayat (2) huruf a)

mengangkut dan/atau Sengaja:


menerima titipan hasil Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
perkebunan yang berasal Minimal 3 th Minimal 5 th ditambah
dari kegiatan perkebunan di Maksimal 10 th Maksimal 15 th 1/3 dari
dalam kawasan hutan tanpa serta denda serta denda ancaman
pidana
izin (Pasal 17 ayat (2) Min Rp. 1.5 Min Rp. 5 pokok
huruf c); M. Mak Rp. 5 M. Mak Rp. 15 M (Pasal
M (Pasal 92 (2)) 107)
menjual, menguasai, (Pasal 93 (1))
memiliki, dan/atau
menyimpan hasil lalai:
perkebunan yang berasal Pidana Penjara
dari kegiatan perkebunan di Minimal 1 th
dalam kawasan hutan tanpa Maksimal 3 th
izin (Pasal 17 ayat (2) serta denda
huruf d); dan/atau Min Rp. 100
jt Mak Rp. 1 M
membeli, memasarkan, (Pasal 93 (2))
dan/atau mengolah hasil
kebun dari perkebunan
yang berasal dari kegiatan
perkebunan di dalam
kawasan hutan tanpa izin
(Pasal 17 ayat (2) huruf e)
menyuruh, mengorganisasi, Sengaja: Pidana Penjara Pidana
atau menggerakkan Pidana Penjara Minimal 10 th ditambah
pembalakan liar dan/atau Minimal 8 th Maksimal seumur 1/3 dari
penggunaan kawasan hutan Maksimal 15 th hidup ancaman
pidana
secara tidak sah (Pasal 19 serta denda serta denda pokok
huruf a); Min Rp. 10 Min Rp. 20 M. Mak (Pasal
M. Mak Rp. Rp. 1 T 107)
melakukan permufakatan 100 M (Pasal 94 (2))
jahat untuk melakukan (Pasal 94 (1))
pembalakan liar dan/atau
penggunaan kawasan hutan
secara tidak sah (Pasal 19
huruf c);

mendanai pembalakan liar


dan/atau penggunaan
kawasan hutan secara tidak
sah secara langsung atau
tidak langsung (Pasal 19
huruf d); dan/atau

mengubah status kayu hasil


pembalakan liar dan/atau
hasil penggunaan kawasan
hutan secara tidak sah,
seolah-olah menjadi kayu
yang sah atau hasil
penggunaan kawasan hutan
yang sah untuk dijual
kepada pihak ketiga, baik
di dalam maupun di luar
negeri (Pasal 19 huruf f )

memanfaatkan kayu hasil Sengaja:


pembalakan liar dengan Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
mengubah bentuk, ukuran, Minimal 8 th Minimal 10 th ditambah
termasuk pemanfaatan Maksimal 15 th Maksimal seumur 1/3 dari
limbahnya (Pasal 19 huruf serta denda hidup ancaman
pidana
g); Min Rp. 10 serta denda pokok
M. Mak Rp. 100 Min Rp. 20M. Mak (Pasal
menempatkan, mentransfer, M Rp. 1 T 107)
membayarkan, (Pasal 95 (1)) (Pasal 95 (3))
membelanjakan,
menghibahkan, lalai:
menyumbangkan, Pidana Penjara
menitipkan, membawa ke Minimal 2 th
luar negeri dan/atau Maksimal 5 th
menukarkan uang atau serta denda
surat berharga lainnya serta Min Rp. 500
harta kekayaan lainnya jt Mak Rp. 5 M
yang diketahuinya atau (Pasal 95 (2))
patut diduga merupakan
hasil pembalakan liar
dan/atau hasil penggunaan
kawasan hutan secara tidak
sah (Psl19 huruf h);

menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul
harta yang diketahui atau
patut diduga berasal dari
hasil pembalakan liar
dan/atau hasil penggunaan
kawasan hutan secara tidak
sah sehingga seolah-olah
menjadi harta kekayaan
yang sah (Psl 19 huruf i )

memalsukan surat izin Sengaja:


pemanfaatan hasil hutan Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
kayu dan/atau penggunaan Minimal 1 th Minimal 5 th ditambah
kwsn hutan (Pasal 24 huruf Maksimal 5 th Maksimal 15 th 1/3 dari
a); serta denda serta denda ancaman
pidana
Min Rp. 500 Min Rp. 5 M. Mak pokok
menggunakan surat izin jt. Mak Rp. 2.5 Rp. 15 M (Pasal
palsu pemanfaatan hasil M (Pasal 96 (2)) 107)
hutan kayu dan/atau (Pasal 96 (1))
penggunaan kawasan hutan
(Pasal 24 huruf b); dan/atau

memindahtangankan atau
menjual izin yang
dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang kecuali
dengan persetujuan Menteri
(Psl 24 huruf c )

merusak sarana dan Sengaja:


prasarana pelindungan Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
hutan (Pasal 25); dan/atau Minimal 1 th Minimal 4 th ditambah
Maksimal 3 th Maksimal 15 th 1/3 dari
merusak, memindahkan, serta denda serta denda ancaman
pidana
atau menghilangkan pal Min Rp. 200 Min Rp. 4 M. Mak pokok
batas luar kawasan hutan, jt. Mak Rp. 1.5 Rp. 15 M (Pasal
batas fungsi kawasan M (Pasal 97 (3)) 107)
hutan, atau batas kawasan (Pasal 97 (1))
hutan yang berimpit
dengan batas negara yang lalai:
mengakibatkan perubahan Pidana Penjara
bentuk dan/atau luasan Minimal 1 th
kawasan hutan (Pasal 26) Maksimal 3 th
serta denda
Min Rp. 200
jt Mak Rp. 1.5
M
(Pasal 97 (2))

turut serta melakukan Sengaja:


atau membantu terjadinya Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
pembalakan liar dan/atau Minimal 1 th Minimal 5 th ditambah
penggunaan kawasan hutan Maksimal 3 th Maksimal 15 th 1/3 dari
secara tidak sah serta denda serta denda ancaman
pidana
(Pasal 19 huruf b) Min Rp. 200 Min Rp. 5 M. Mak pokok
jt. Mak Rp. 1.5 Rp. 15 M (Pasal
M (Pasal 98 (3)) 107)
(Pasal 98 (1))

lalai:
Pidana Penjara
Minimal 8 bln
Maksimal 2 th
serta denda
Min Rp. 200
jt Mak Rp. 1 M
(Pasal 98 (2))

mencegah, merintangi, Sengaja:


dan/atau menggagalkan Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
secara langsung maupun Minimal 1 th Minimal 5 th ditambah
tidak langsung upaya Maksimal 10 th Maksimal 15 th 1/3 dari
pemberantasan pembalakan serta denda serta denda ancaman
pidana
liar dan penggunaan Min Rp. 500 Min Rp. 5 M. Mak pokok
kawasan hutan secara tidak jt. Mak Rp. 5 M Rp. 15 M (Pasal
sah (Pasal 20) (Pasal 100 (1)) (Pasal 100 (2)) 107)

memanfaatkan kayu hasil Sengaja:


pembalakan liar dan/atau Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
penggunaan kawasan hutan Minimal 1 th Minimal 3 bln. Minimal 5 th ditambah
secara tidak sah yang Maksimal 3 th maksimal 2 th Maksimal 15 th 1/3 dari
berasal dari hutan serta denda dan/atau denda serta denda ancaman
pidana
konservasi (Pasal 21) Min Rp. 200 min. Rp. 500 rb Min Rp. 5 M. Mak pokok
jt. Mak Rp. 1.5 mak.Rp. 500 jt Rp. 15 M (Pasal
M (Pasal 101 (2)) (Pasal 101 (3)) 107)
(Pasal 101 (1))

menghalang-halangi Sengaja:
dan/atau menggagalkan Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
penyelidikan, penyidikan, Minimal 1 th Minimal 5 th ditambah
penuntutan, atau Maksimal 10 th Maksimal 15 th 1/3 dari
pemeriksaan di sidang serta denda serta denda ancaman
pidana
pengadilan tindak pidana Min Rp. 500 Min Rp. 5 M. Mak pokok
pembalakan liar dan jt. Mak Rp. 5 M Rp. 15 M (Pasal
penggunaan kawasan hutan (Pasal 102 (1)) (Pasal 102 (2)) 107)
secara tidak sah
( Pasal 22)

melakukan intimidasi Sengaja:


dan/atau ancaman terhadap Pidana Penjara Pidana Penjara Pidana
keselamatan petugas yang Minimal 1 th Minimal 5 th ditambah
melakukan pencegahan dan Maksimal 10 th Maksimal 15 th 1/3 dari
pemberantasan pembalakan serta denda serta denda ancaman
pidana
liar dan penggunaan Min Rp. 500 Min Rp. 5 M. Mak pokok
kawasan hutan secara tidak jt. Mak Rp. 5 M Rp. 15 M (Pasal
sah (Pasal 103(1)) (Pasal 103 (2)) 107)
( Pasal 23)

Setiap pejabat yang dengan Penjara


sengaja melakukan Min. 6 bln
pembiaran terjadinya mak. 15 th
perbuatan pembalakan liar dan denda
Min 1 M
sebagaimana dimaksud Mak 7.5
dalam Pasal 12 sampai M
dengan Pasal 17 dan Pasal (Pasal
19, tetapi tidak 104)
menjalankan tindakan
sesuai dengan
kewenangannya
Setiap pejabat yang Penjara
min 6 bl
melakukan kelalaian mak.5 th
dalam melaksanakan dan denda
tugas (Pasal 28 huruf h) Min 200
jt
Mak 1 M
(Pasal
106)

Sanksi pidana antara orang perseorangan,korporasi, dan pejabat yang melakukan


tindak pidana perusakan hutan berbeda-beda.

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, huruf


b, huruf c, Pasal 17 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf e, dan Pasal 17 ayat (2) huruf b, huruf c,
dan huruf e yang dilakukan oleh badan hukum atau korporasi dikenai sanksi administratif
berupa: (Pasal 18 angka (1) UU P3H)
a. paksaan pemerintah;
b. uang paksa; dan/atau
c. pencabutan izin
Korporasi dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana, namun diwakili oleh
pengurusnya. Selain itu, korporasi juga dapat dimintakan pertanggungjawaban sanksi
administratif.
Upaya hukum yang dapat dilakukan adalah tuntutan dan penjatuhan pidana korporasi dan
atau pengurusnya yang telah melakukan perusakan hutan. Ketentuan ini dipertegas
dalam Pasal 109 ayat (3) UU P3H:

Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, korporasi tersebut diwakili
oleh pengurus.

Dalam hal ini pengurus adalah direksi yang bertindak selaku wakil dari korporasi
yang diduga melakukan perusakan hutan. Hakim juga dapat memerintahkan pengurus
korporasi agar menghadap sendiri di sidang pengadilan dan dapat pula memerintahkan agar
pengurus tersebut dibawa ke sidang pengadilan ( Pasal 109 angka 4 UU P3H).
Namun, karena tanggung jawab pidana hanya dapat dijatuhkan pada pengurusnya
(diwakili oleh pengurusnya), maka terhadap korporasi tersebut hanya dapat dijatuhkan sanksi
administratif. Ketentuan ini dipertegas dalam Pasal 109 angka (5) dan (6) UU P3H yang
berbunyi:
(5) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana
denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 sampai dengan Pasal 103.
(6) Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 sampai
dengan Pasal 103, korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa penutupan
seluruh atau sebagian perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai