Anda di halaman 1dari 3

Merdeka.

com - Tim Dokter Spesialis Kejiwaan RS Polri menyatakan pelaku mutilasi ibu
kandung, Sigit Indra Tayana (40), mengalami gangguan jiwa besar. Sehingga pria lajang
itu tega memotong dan menguliti ibunya RA Siti Amini (80) hingga menjadi tengkorak.

Henny Riana, dokter spesialis jiwa RS Polri mengatakan, pihaknya akan melengkapi
berbagai data untuk memeriksa jenis gangguan jiwa yang dialami oleh Sigit. Henny
menambahkan Sigit juga kerap berhalusinasi dan memiliki tingkat emosional yang labil.

"Ada perasaan halusinasi. Halusinasinya seperti apa, saat ini masih kita lakukan
pemeriksaan mendalam. Dia itu tak merasa melakukan tindakan itu," terang Henny
kepada wartawan, Kamis (17/7).

Namun demikian dokter hingga kini belum bisa menjawab seputar kasus mutilasi yang
melibatkan Sigit. Henny mengatakan masih ada data-data yang perlu kembali dilengkapi
oleh pihaknya.

"Kita periksanya bertahap-tahap. Dalam pemeriksaan psikiatri itu ada observasi. Tentu
kita mesti mendapatkan data yang bersangkutan dari keluarga dulu. Nanti kalau misalnya
sudah lengkap akan disampaikan," ucapnya.

Lebih lanjut, Henny mengatakan, meskipun mengalami gangguan jiwa, Sigit terkadang
dapat merespons pembicaraan seseorang kepada dirinya. Namu terkadang dia juga
ngelantur saat ditanya tim dokter.

"Kadang jawabnya bener, kadang ngelantur, makanya kita butuh data dari keluarga
perihal kejiwaannya," terangnya.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Yusbianto, Ketua RT 18 RW 4 Jalan Danau Mahalona II Blok E2 No 78 Benhil, Tanah
Abang, Jakarta Pusat, menuturkan Sigit Indra Tayana (44), pelaku mutilasi ibu
kandungnya, Siti Amini (80), dikenal sebagai anak yang baik bahkan cukup hormat
kepada orangtua.

Menurutnya, Sigit mungkin nekat melakukan hal itu, karena tidak ingin berpisah dengan
ibu kandungnya. Walaupun mengalami gangguan jiwa, Sigit sangat menyayangi
ibundanya. Dia tidak pernah melukai ibunya meski dirinya sering kehilangan kontrol.

"Dia itu sebenarnya anak baik, sayang dan hormat kepada orangtuanya. Warga juga
mengenal Sigit sebagai anak yang baik," katanya, Minggu (14/7/2013).
Menurut Yusbianto, Sigit diduga mengalami gangguan jiwa karena faktor lingkungan. Di
usia yang sudah cukup matang, Sigit masih sendiri. Dia juga harus merawat orangtua
yang sudah tua.

"Kalau masalah ekonomi tidak. Karena dia punya kontrakan. Cukup lah," lanjutnya.
Semasa hidup, korban sempat disarankan warga sekitar untuk membawa puteranya
tersebut ke rumah sakit guna mendapat perawatan. Namun, hal itu tidak pernah
terealisasikan.

"Saya sudah pernah bilang, bu sebenarnya harusnya anaknya diterapi. Cuma namanya
ibu, mana mau anaknya dibilang stres atau gila seperti itu," ujarnya.
Diberitakan, saat ditemukan, jasad Siti Amini tidak hanya sudah menjadi beberapa bagian
tapi juga sudah dalam bentuk tulang-belulang. Kini Sigit dibawa ke RS Polri Kramat Jati.
Sementara, jenazah sang ibu dibawa ke RSCM untuk diotopsi.

Jasad Siti Amini ditemukan oleh anak pertamanya Bambang saat datang dari Semarang
kemarin. Tulang itu ditemukan di dalam
Sumber:
http://www.merdeka.com/peristiwa/mutilasi-ibu-kandung-sigit-sering-berhalusinasi.html
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2013/07/14/mutilasi-ibunya-sigit-dianggap-
sayang-dan-hormat-kepada-orangtuanya

1. Apa masalah yang ada pada kasus di atas?


Gangguan sikologis kejiwaan dimana pasien di atas sering mengalami halusinasi
2. Siapa yang mengalami masalah?
Sigit Indra Tayana (40)
3. Dimana kejadian tersebut terjadi?
Tanah Abang, Jakarta Pusat.
4. Kapan masalah di atas terjadi?

5. Mengapa masalah di atas bias terjadi?


Sigit diduga mengalami gangguan jiwa karena faktor lingkungan. Di usia yang
sudah cukup matang, Sigit masih sendiri. Dia juga harus merawat orangtua yang
sudah tua.
6. Bagaimana anda bisa mengatasi kasus di atas?
Dengan cara:
a. membantu meningkatkan harga diri pasien
1) mengidentifikasi aspek positif dari pasien.
2) mendorong berpikir positif dan berinteraksi dengan orang lain.
3) melakukan terapi kelompok dan kognitif dan perilaku bila diperlukan.
b. bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapat dukungan social
1) informasikan kepada keluarga dan saudara pasien bahwa pasien
membutuhkan dukungan social yang ade kuat
2) dorong pasien untuk melakukan aktivitas social
c. membantu pasien mengembangkan mekanisme koping yang positif
1) membantu pasien untuk mengidentifikasi pola pikir yang negative dan
mengarahkan secara langsung untuk merubahnya menjadi rasional
d. Dengan cara membwa pasien ke tempat dokter specialis kejiawaan untuk
dilakukan terapi

Anda mungkin juga menyukai