Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterkaitan aturan dan emosional, dimana individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling berkaitan satu sama lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya (Effendi, 2009).
Keluarga adalah kumpulan individu yang bergabung bersama oleh ikatan
pernikahan, darah/adopsi dan tinggal didalam suatu rumah tangga yang sama
(Friedman et al, 2010).
Keluarga adalah kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan,
keturunan dan hubungan sedarah atau hasil adopsi yang berinteraksi dan
berkomunikasi dalam peran sosial (Mubarok et al, 2011).
2. Struktur Keluarga
Menurut Effendi (2009) struktur keluarga terbagi menjadi 3, antara lain :
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilincal, keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis
keturunan ayah.
2) Matrilineal, keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis
keturunan ibu.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal, keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal, keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal, dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
Struktur keluarga menurut Mubarak et al, (2011) terbagi menjadi 4, antara lain :
a. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga berfungsi apabila dilakukan secara jujur,
terbuka dan melibatkan emosi.
b. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan.
c. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol,
memperngaruhi orang lain.
d. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam
budaya lingkungan keluarga.
3. Tipe keluarga
Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan dengan perkembangan sosial,
maka tipe keluarga berkembang menurut Mubarak et al (2011), antara lain :
a. Traditional nucklear, kelaurga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
tinggal dalam satu rumah dalam ikatan perkawinan.
b. Extenden family, keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman dan bibi.
c. Reconstituted nucklear, pembentukan dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya.
d. Middle age/aging couple, suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau
kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan mereka
karena sekolah, perkawinan.
e. Dyadic nuclear, suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya atau salah satunya bekerja diluar rumah.
f. Single parent, satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian.
g. Pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dalam satu rumah.
Commuler married, suami/istri keduanya orang karir dan terpisah jarak
tertentu.
h. Single adult, wanita/pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
i. Three generation, tiga generasi/lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Instutional, anak-anak/orang dewasa tinggal dalam satu panti.
k. Communal, satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami.
l. Group marriage, satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu menikah dengan orang lain
dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m. Ummaried parent and child, ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki anaknya diadopsi.
n. Cohibing couple, dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
Tipe keluarga menurut Achjar (2010) terbagi menjadi 2, antara lain yaitu :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti, keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang
hidup dalam rumah tangga yang sama.
b. Keluarga dengan orangtua tunggal, keluarga yang hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat perceraian, pisah atau ditinggalkan.
c. Pasangan inti, hanya terdiri daru suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak
ada anak yang tinggal bersama mereka.
d. Bujang dewasa yang tinggal sendirian.
e. Pasangan usia pertengahan/lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal dirumah dengan anak yang sudah kawin/bekerja.
f. Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti/lebih/anggota keluarga
yang tidak menikah dan hidup berdekatan dalam daerah geografis.
2. Keluarga Non Tradisional
a. Keluarga dengan orangtua yang mempunyai anak, tetapi tidak menikah.
b. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
c. Keluarga gay/lesbian, pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah.
d. Keluarga komuni, rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas,
sumber dan memilih pengalaman yang sama.
Tipe keluarga menurut Sudiharto (2007) terbagi menjadi 9, antara lain :
a. Keluarga inti (nucklear family), keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
baik kelahiran maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin) suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended family) keluarga inti ditambah keluarga lain
(karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu
termasuk keluarga modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak,
serta keluarga pasangann sejenis.
d. Keluarga berantai (social family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
e. Keluarga berkomposisi (composit family) keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian atau
kematian pasangan yang dicintai.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation) dua orang menjadi satu keluarga tanpa
menikah, bisa memiliki anak atau tidak.
h. Keluarga inses (incest family) seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan
pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang
tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya.
i. Keluarga tradisional dan non tradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan.
4. Tugas dan Fungsi Keluarga
Tugas-tugas kesehatan keluarga menurut Mubarak et al (2011) adalah sebagai
berikut:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguuntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timball balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan.
Fungsi keluarga menurut Mubarak et al (2011) adalah sebagai berikut :
a. Fungsi biologis yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak serta kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih saying dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga serta memberikan identitas
pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-
masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan, yaitu memfasilitasi anak dengan memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa, serta
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Lima fungsi keluarga menurut Effendi (2009) menyatakan terdiri dari 5 fungsi
antara lain :
C. KONSEP DIMENSIA
1. Pengertian
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang
dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali
menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian
(behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu
(non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 2008). Grayson (2005)
menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu
sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan
mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan
sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006)
2. Etiologi
Penyebab demensia menurut ( http://www.mitrakeluarga.com/ demensia, 2008)
yaitu :
a. Penurunan fungsi otak
b. Parkinson
c. Tumor
d. Stroke
e. Alzheimer
f. Penyakit pada jaringan pembuluh otak
Menurut Darmojo (1999) penyebab demensia yaitu :
1) Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan
a) Intoksikasi ( obat, termasuk alkohol dan lain-lain)
b) Infeksi susunan saraf pusat
c) Gangguan metabolik
d) Gangguan nutrisi
e) Gangguan vaskuler
f) Lesi desak ruang
g) Hidrosefalus bertekanan normal
h) Depresi
2) Penyakit degeneratif progesif
a) Tanpa gejala neurologik lain
1) Penyakit Alzheimer
2) Penyakit Pick
b) Dengan gangguan neurologik yang prominen
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit Huntington
3) Kelumpuhan supranuklear progesif
4) Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat
Menurut Yatim ( 2003), penyebab pikun antara lain:
a) Tumor
b) Trauma
c) Infeksi kronis
d) Kelainan jantung dan pembuluh darah
e) Kelainan kongenital
f) Penyakit Psikiatri
g) Kelainan faali
h) Kelainan metabolik
i) Kerusakan sel-sel otak
j) Obat-obatan dan racun
3. Manifestasi Klinis
a. Tanda
Tanda dari demensia menurut (http://www.mitrakeluarga.com/ demensia,
2008) antara lain:
1) Bicara tidak nyambung
2) Daya ingat menurun
3) Pengetahuan tentang diri dan lingkungan menurun
4) Emosi labil ( cepat marah dan cepat berubah)
Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori menurun secara
wajar. Ciri-ciri mudah lupa antara lain :
1) Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
2) Terdapat gangguan dalam mengingat kembali atau recall
3) Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah
tersimpan dalam memori
4) Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila diberi
isyarat.
5) Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada menyebutkan
namanya
b. Gejala
Gejala demensia menurut Christopher ( 2002) yaitu :
1) Kehilangan ingatan
Gejala ini merupakan gejala umum dari demensia, dan ingatan mengenai
kejadian-kejadian baru yang pertama-tama terkena dampaknya.
Kemampuan untuk menyimpan informasi baru mengalami kemunduran
karena perubahan dalam otak yang terjadi
2) Disorientasi
Hilangnya kemampuan untuk mengarahkan diri pada tujuan atau waktu
tertentu. Banyak penderita demensia menunjukkan tanda disorientasi,
dimana mereka berada dan kadang keluyuran keluar rumah dan tersesat.
3) Perubahan kepribadian dan perilaku
Kepribadian pada sebagian penderita tampak tetap sama tapi yang
lainnya menunjukkan perubahan yang menyolok. Penarikan diri secara
sosial dan hilangnya minat terhadap kegiatan merupakan hal biasa.
Mereka cenderung menjadi pendengki dan cemas.
4) Kehilangan kemampuan praktis
Sulit berkonsentrasi adalah salah satu ciri demensia. Para penderita
mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan yang sebelumnya dapat
dilakukan dengan mudah.
5) Kesulitan berkomunikasi
Pada tahap awal demensia orang mengalami kesulitan menemukan kata
yang tepat untuk diucapkan. Kemampuan nonverbal seperti sentuhan dan
ekspresi wajah sangat penting untuk merawat orang yang mengalami
demensia.
Pada umumnya gejala yang tampak pada demensia menurut( http://www.e-
psikologi.com/ gangguan psikologi dan perilaku pada dimensia, 2002) yaitu :
a. Terganggunya fungsi daya ingat yang makin berat terutama daya ingat
jangka pendek. Ingatan masa lalu masih tetep baik dan bertahap.
b. Terganggunya fungsi berpikir antara lain: afasia, apraksia, aknosia, atau
gangguan fungsi eksekutif.
c. Penurunan fungsi daya ingat dan daya pikir menimbulkan gangguan
fungsi kehidupan sehari-hari.
d. Makin lama gangguan yang terjadi semakin berat
4. Patofisiologi
Demensia cukup sering dijumpai dalam lansia. Gangguan demensia
dimanifestasikan dengan defisit kognitif multipel seperti gangguan memori, afasia
( kehilangan kemampuan berbicara, kemampuan menulis atau pemahaman bahasa
akibat penyakit pada otak ). Gangguan memori mungkin pertama kali disadari
ketika kehilangan atau salah menempatkan barang-barang pribadi. Jika gangguan
memori memburuk, seseorang dapat melupakan namanya sendiri, hari ulang
tahun, atau nama-nama anggota keluarganya. Kemampuan dalam memahami
pembicaraan atau bahasa tertulis menjadi menurun. Pada demensia tahap lanjut,
individu dapat menjadi bisu atau membentuk pola pembicaraan, kesulitan dalam
melaksanakan aktivitas motorik. ( Lumbantobing, 2001).
Demensia ada beberapa macam diantaranya demensia Alzheimer dan demensia
multi infark. Pada demensia Alzheimer terdapat penurunan neurotransmiter
tertentu terutema acetilkolin. Area otak yang terkena adalah korteks cerebral dan
hipotalamus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan
memori. Acetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan
untuk mengirim pesan melalui sistem saraf. Defisit neurotransmiter menyebabkan
pemecahan proses komunikasi yang kompleks diantara sel-sel pada sistem saraf.
Sedangkan demensia multi infark terjadi pada pasien yang menderita penyakit
cerebrovaskuler ( Standley, 2006).
Gangguan fungsi luhur terlihat dalam bentuk kehilangan kemampuan untuk
berpikir abstrak. Terdapat ketidakmampuan dalam merencanakan, mengurutkan,
dan menghentikanperilaku yang kompleks. Individu demensia mengalami
disorientasi tempat, waktu, dan orang atau menunjukkan penurunan daya nilai
dan keterbatasan atau sama sekali tidak memiliki pemahaman sehingga dapat
terjadi perubahan proses pikir.
Pasien demensia seringkali terdapat gangguan berjalan yang menyebabkan
klien terjatuh. Dan hal ini dapat memunculkan masalah resiko trauma atau cedera.
Beberapa orang menunjukkan cemas, depresi, atau mengalami gangguan tidur.
Individu yang mengalami demensia sangat rentan terhadap stresor fisik dan
stresor psikososial yang memperburuk defisit kognitif serta masalah-masalah lain.
Pathway
7. Pengkajian fokus
Pengkajian Riwayat Kesehatan
a. Identitas/Data Biografis Klien
b. Riwayat Keluarga
c. Riwayat Pekerjaan
d. Riwayat Lingkungan Hidup
e. Riwayat Rekreasi
f. Sistem Pendukung
g. Kebiasaan Ritual
h. Status Kesehatan Saat Ini
i. Status Kesehatan Masa Lalu
j. Tinjauan Sistem
Kaji ada tidaknya tanda-tanda/setiap gejala berikut ini:
1) Keadaan Umum
Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu makan, demam,
keringat malam, kesulitan tidur, sering pilek dan infeksi, penilaian diri
terhadap status kesehatan, kemampuan melakukan ADL, tingkat
kesadaran(kualitatif,kuntitatif), TTV.
2) Integument
Lesi/luka, perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, perubahan nevi,
sering memar, perubahan rambut, perubahan kuku, katimumul pada jari
kaki dan kallus, pola penyembuhan lesi dan memar, elastisitas/turgor.
3) Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal, pembengkakan kelenjar limfe, anemia,
riwayat transfusi darah.
4) Kepala
Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala, lesi/luka.
5) Mata
Perubahan penglihatan, pemakaian kaca mata/lensa kontak, nyeri, air
mata berlebihan, pruritus, bengkak sekitar mata, floater, diplopia, kabur,
fotofobia, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir, dampak pada
penampilan ADL>
6) Telinga
Perubahan pendengaran, rabas, titinus, vertigo, sensitivitas pendegaran,
alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir,
kebiasaan perawatan telinga, dampak penampilan pada ADL.
7) Hidung dan Sinus
Rinorea, rabas, epistaksis, obstruksi, mendengkur, nyeri pada sinus,
alergi, riwayat infeksi, penilaian diri pada kemampuan olfaktorius.
8) Mulut dan Tenggorok
Sakit tenggorakan, lesi/ulkus, serak, perubahan suara, kesulitan menelan,
perdarahan gusi, karies, alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal
pemeriksaan akhir, pola menggosok gigi, pola flossing, masalah dan
kebiasaan membersihkan gigi palsu.
9) Leher
Kekakuan, nyeri/nyeri tekan, benjolan/massa, keterbatasan gerak,
pembesaran kelenjar thyroid.
10) Payudara
Benjolan/massa, nyeri/nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari puting
susu, perubahan pada puting susu, pola pemeriksaan payudara, tanggal
momografi paling akhir.
11) Pernapasan
Batuk, sesak napas, hemoptisis, sputum, mengi, asma/alergi pernapasan,
frekuensi, auskultasi, palpasi, perkusi, wheezing.
12) Kardiovaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak napas, dispnea pada
aktivitas, ortopnea, murmur, edema, varises, kaki timpang, parestesia,
perubahan warna kaki.
13) Gastrointestinal
Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar,
mual/muntah, hematesis, perubahan nafsu makan, intoleransi makanan,
ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/massa, perubahan kebiasaan defekasi,
diare, kontipasi, melena, hemoroid, perdarahan rektum, pola defekasi
biasanya.
14) Perkemihan
Disuria, frekuensi, menetes, ragu-ragu, dorongan, hematuria, poliuria,
oliguria, nokturia, inkontinensia, nyeri saat berkemih, batu, infeksi.
15) Genitor Reproduksi - Pria
Lesi, rabas, neri tekstuler, masalah prostat, penyakit kelamin, perubahan
hasrat seksual, impotensi, masalah aktivitas seksual.
16) Genitor Reproduksi – Wanita
Lesi rabas, dispareunia, perubahan pasca senggama, nyeri pelvik,
penyakit kelamin, infeksi, maslah aktivitas seksual, riwayat menstruasi,
tanggal dan hasil papsmear terakhir.
17) Muskuloskeletal
Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas, spasme,
kram, kelemahan otot, maslah cara berjalan, nyeri punggung, protesa,
pola kebiasaan latihan, dampak pada penampilan ADL.
18) Sistem Saraf Pusat
Sakit kepala, kejang, sinkope, paralisis, paresis, masalah koordinasi,
tic/tremor/spasme, parestesia, cedera kepala, maslah memori.
19) Sistem Endokrin
Intoleransi panas/dingin, goiter, pigmentasi kulit, perubahan rambut,
polifagia, poliuria, polidpsia.
20) Sistem Imun
Kerentanan dan seringnya terkena penyakit, imunisasi.
21) Sistem Pengecapan
Berkurangnya rasa asin dan panas.
22) Sistem Penciuman
Peningkatan sistem penciuman.
23) Psikososial
Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut, masalah dalam
mengambil keputusan, kesulitan berkonsentrasi, pernyataan perasaan
umum mengenai keputusan/frustasi mekanisme koping yang biasa, stres
saat ini, masalah tentang kematian dan kehilangan, dampak penampilan
ADL.
a) Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif dan Sosial
a. Pengkajian Status Fungsional
Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam mandi, berpakaian,
pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen dan makan.
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G.