Anda di halaman 1dari 30

A.

Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterkaitan aturan dan emosional, dimana individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling berkaitan satu sama lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya (Effendi, 2009).
Keluarga adalah kumpulan individu yang bergabung bersama oleh ikatan
pernikahan, darah/adopsi dan tinggal didalam suatu rumah tangga yang sama
(Friedman et al, 2010).
Keluarga adalah kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan,
keturunan dan hubungan sedarah atau hasil adopsi yang berinteraksi dan
berkomunikasi dalam peran sosial (Mubarok et al, 2011).
2. Struktur Keluarga
Menurut Effendi (2009) struktur keluarga terbagi menjadi 3, antara lain :
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilincal, keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis
keturunan ayah.
2) Matrilineal, keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis
keturunan ibu.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal, keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal, keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal, dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
Struktur keluarga menurut Mubarak et al, (2011) terbagi menjadi 4, antara lain :
a. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga berfungsi apabila dilakukan secara jujur,
terbuka dan melibatkan emosi.
b. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan.
c. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol,
memperngaruhi orang lain.
d. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam
budaya lingkungan keluarga.
3. Tipe keluarga
Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan dengan perkembangan sosial,
maka tipe keluarga berkembang menurut Mubarak et al (2011), antara lain :
a. Traditional nucklear, kelaurga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
tinggal dalam satu rumah dalam ikatan perkawinan.
b. Extenden family, keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman dan bibi.
c. Reconstituted nucklear, pembentukan dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya.
d. Middle age/aging couple, suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau
kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan mereka
karena sekolah, perkawinan.
e. Dyadic nuclear, suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya atau salah satunya bekerja diluar rumah.
f. Single parent, satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian.
g. Pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dalam satu rumah.
Commuler married, suami/istri keduanya orang karir dan terpisah jarak
tertentu.
h. Single adult, wanita/pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
i. Three generation, tiga generasi/lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Instutional, anak-anak/orang dewasa tinggal dalam satu panti.
k. Communal, satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami.
l. Group marriage, satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu menikah dengan orang lain
dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m. Ummaried parent and child, ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki anaknya diadopsi.
n. Cohibing couple, dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
Tipe keluarga menurut Achjar (2010) terbagi menjadi 2, antara lain yaitu :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti, keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang
hidup dalam rumah tangga yang sama.
b. Keluarga dengan orangtua tunggal, keluarga yang hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat perceraian, pisah atau ditinggalkan.
c. Pasangan inti, hanya terdiri daru suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak
ada anak yang tinggal bersama mereka.
d. Bujang dewasa yang tinggal sendirian.
e. Pasangan usia pertengahan/lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal dirumah dengan anak yang sudah kawin/bekerja.
f. Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti/lebih/anggota keluarga
yang tidak menikah dan hidup berdekatan dalam daerah geografis.
2. Keluarga Non Tradisional
a. Keluarga dengan orangtua yang mempunyai anak, tetapi tidak menikah.
b. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
c. Keluarga gay/lesbian, pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah.
d. Keluarga komuni, rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas,
sumber dan memilih pengalaman yang sama.
Tipe keluarga menurut Sudiharto (2007) terbagi menjadi 9, antara lain :
a. Keluarga inti (nucklear family), keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
baik kelahiran maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin) suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended family) keluarga inti ditambah keluarga lain
(karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu
termasuk keluarga modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak,
serta keluarga pasangann sejenis.
d. Keluarga berantai (social family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
e. Keluarga berkomposisi (composit family) keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian atau
kematian pasangan yang dicintai.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation) dua orang menjadi satu keluarga tanpa
menikah, bisa memiliki anak atau tidak.
h. Keluarga inses (incest family) seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan
pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang
tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya.
i. Keluarga tradisional dan non tradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan.
4. Tugas dan Fungsi Keluarga
Tugas-tugas kesehatan keluarga menurut Mubarak et al (2011) adalah sebagai
berikut:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguuntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timball balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan.
Fungsi keluarga menurut Mubarak et al (2011) adalah sebagai berikut :
a. Fungsi biologis yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak serta kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih saying dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga serta memberikan identitas
pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-
masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan, yaitu memfasilitasi anak dengan memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa, serta
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Lima fungsi keluarga menurut Effendi (2009) menyatakan terdiri dari 5 fungsi
antara lain :

a. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan


psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih serta saling
menerima dan mendukung yang menjadi sumber energi yang menentukan
kebahagian keluarga.
b. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan
dilingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi adalah untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana, maka fungsi apat terkontrol
d. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga seperti sandang, pangan dan papan
e. Fungsi perawatan keluarga, adalah kemampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
5. Keluarga Sebagai Sistem
Sistem menurut Mubarak et al (2011) adalah kumpulan dari beberapa bagian
fungsional yang saling berhubungan dan bergantung satu sama lain dalam
waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, ciri-ciri keluarga
diantaranya :
a. Keluarga mempunyai subsistem, yaitu terdapat anggota, fungsi, peran,
aturan, budaya dan lainnya yang dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
b. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar subsistem.
c. Merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi
supra sistem.
Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat
dikelompokan sebagai berikut (Mubarak et al, 2011)
a. Keluarga sebagai sistem terbuka, karena dalam keluarga saling berbagi
energi dan informasi dengan lingkungannya, keluarga berinteraksi dengan
lingkungan fisik sosial dan budaya, keluarga yang terbuka mau menerima
gagasan informasi dan sumber-sumber baru untuk menyelesaikan
masalah, mempunyai kesempatan dan mau menerima lingkungan
sekitarnya, dan sebagai sistem terbuka keluarga dipengaruhi oleh
lingkungan eksternal.
b. Keluarga sebagai sistem tertutup, karena memandang perubahan sebagai
sesuatu yang membahayakan, tipe keluarga bersifat kaku yang
menyebabkan kejadian dalam keluarga menjadi konstan dan dapat
diprediksi, mempertahankan stabilitas dan tradisi, sistem yang kurang
mempunyai kesempatan, kurang mau menerima atau memberi perhatian
kepada lingkungan sekitarnya.
6. Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya
disepanjang waktu. Siklus perkembangan keluarga merupakan bagian
terpenting yang terbagi menjadi beberapa tahap. Kerangka perkembangan
keluarga memberikan pedoman untuk memeriksa serta menganalisa
perubahan dan perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam keluarga
selama siklus kehidupan.
Delapan tahap perkembangan dan fungsi keluarga menurut Mubarak et
al (2009), yaitu :
a. Tahap I pasangan baru (berginning family), keluarga dimulai pada saat
masing-masing individu yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu membina hubungan intim dan
kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan
dengan keluarga lain, merencanakan KB dan menyesuaikan diri dengan
kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (Child bearing family),
keluarga yang menunggu kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan. Tugas perkembangan pada masa ini yaitu mempersiapkan menjadi
orang tua, membagi peran dan tanggung jawab, mengembangkan suasana
rumah yang menyenangkan, mempersiapkan biaya, memfasilitasi role
learning anggota keluarga, bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi
sampai balita dan mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool), tahap
ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-
kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan
pertumbuhannya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu
memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi, beradaptasi
dengan anak yang baru lahir, mempertahankan hubungan yang sehat,
pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak, pembagian
tanggung jawab anggota keluarga.
d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children), tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini, keluarga
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal sehingga keluarga sangat
sibuk. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini memberikan
perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar,
tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan,
mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual,
menyediakan aktivitas untuk anak dan menyesuaikan pada aktivitas
komunitas dengan mengikutsertakan anak.
e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers), tahap ini
dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuany. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan
diri menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
yaitu memberikan kebebsan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya, mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga,
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center
families), tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga
untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini diantaranya adalah memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar, mempertahankan keintiman
pasangan, membantu orang tua suami istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua, mempersiakan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang
ada pada keluarga, berperan suami istri, kakek dan nenek serta
menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families), tahap ini
dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan
pada fase ini akan merasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan
dengan anak dan perasaan gagal sebagai orangtua. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan kesehatan, mempunyai
lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti megolah minat sosial dan
waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda generasi tua,
keakraban dengan pasangan, memelihara hungan anak dengan keluarga
serta mempersiapkan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban
pasangan.
h. Tahap VIII keluarga usia lanjut, tahap terakhir perkembangan keluarga
dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu
pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Proses usia lanjut dan
pensiun merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari karena suatu
proses stresor yang pasti dialami keluarga. Stresor tersebut adalh
berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,
kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi
kesehatan. mempertahankan kehidupan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat
beradaptasi tinggal dirumah sendiri dari pada tinggal bersama anaknya.
B. Konsep Lansia
1. Pengertian Lanjut Usia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Menua atau
menjadi tua merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya di
mulai suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho,
2008).
2. Batasan-batasan Lanjut Usia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia
diantaranya, Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan
usia, yaitu:
a) Usia pertengahan (Middle age) usia 45-59 tahun.
b) Lanjut usia (Elderly) usia 60-74 tahun.
c) Lanjut usia tua (Old) usia75-90 tahun.
d) Usia sangat tua (Very old) usia >90 tahun.
Menurut Sumiati, Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM, preiodisasi biologi
perkembangan manusia dibagi menjadi:
a) Masa bayi (usia 0-1 tahun)
b) Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)
c) Masa sekolah (usia 6-10 tahun)
d) Masa pubertas (usia 10-20 tahun)
e) Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)
f) Masa lanjut usia, senium (usia >65 tahun)
Menurut Bee tahun 1996 cit Dia (2012) tahapan masa dewasa sebagai berikut:
a) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
b) Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun)
c) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun)
d) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)
e) Masa dewasa sangat lanjut (usia >75 tahun)
Menurut Burnsie tahun 1979 cit Dia (2012), ada empat tahap lanjut usia yaitu:
a) Young old (usia 60-69 tahun)
b) Middle ageold (usia 70-79 tahun)
c) Old-old (usia 80-89 tahun)
d) Very old-old (usia >90 tahun)
Batasan lanjut usia di Indonesia yaitu 60 tahun ke atas, sesuaidengan Undang-
undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1
Pasal 1 Ayat 2 (Kushariyadi, 2010).
3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
a) Perubahan Fisik pada Lanjut Usia
Perubahan fisik pada lanjut usia meliputi: perubahan sistem
kardiovaskular, perubahan sistem pernafasan, perubahan sistem integumen,
perubahan sistem reproduksi, perubahan sistem muskuloskeletal,
perubahan sistem genitourinarius, perubahan sistem gastrointestinal,
perubahan sistem saraf dan perubahan sistem indra khusus (Smeltzer,
2000).
b) Perubahan-perubahan Mental
Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak
bila memiliki sesuatu. Perlu dimengerti bahwa sikap umum yang ditemukan
pada hampir setiap lanjut usia yaitu keinginan berumur panjang, tenaganya
sedapat mungkin dihemat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara lain adalah
perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (herediter) dan lingkungan (Nugroho, 2000).
c) Perubahan-perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur dari produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun, maka
akan mengalami kehilangan-kehilangan seperti: kehilangan finansial,
kehilangan status, kehilangan relasi, dan kehilangan pekerjaan, merasakan
atau sadar akan kematian, 12 perubahan dalam cara hidup, kemampuan
ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
Biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan
bertambah, adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan, timbul kesepian
akibat pengasingan dari lingkungan sosial, adanya gangguan saraf panca
indra, timbul kebutaan dan ketulian, gangguan konsep diri akibat kehilangan
jabatan, rangkaian dari kehilangan, seperti kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan
terhadap gambaran diri serta perubahan konsep diri (Nugroho, 2000).
d) Perubahan Spiritual
Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaan nya, hal
tersebut terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari (Nugroho,
2000).
4. Permasalahan Lanjut Usia
Proses menua merupakan hal yang wajar dan akan dialami oleh semua
orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya cepat lambatnya proses itu
bergantung pada setiap individu yang bersangkutan. Permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia menurut Nugroho tahun 2008
cit Dia (2012) diantaranya:
a) Permasalahan umum:
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang hidup di daerah
kemiskinan, terutama sebagai dampak sosial krisis moneter dan krisis
ekonomi, jumlah lanjut usia yang mengalami permasalahan juga meningkat,
bahkan ada sebagian lanjut usia dalam keadaan terlantar. Selain tidak
memiliki bekal hidup, pekerjaan, ataupun penghasilan, mereka hanya hidup
sebatang kara.
Perkembangan pola keluarga yang secara fisik mengarah pada bentuk
keluarga kecil (nuclear family), terutama di kota besar, sehingga
menyebabkan nilai kekerabatan dalam kehidupan besar (extended family)
melemah.
Peningkatan mobilitas penduduk (termasuk lanjut usia) menyebabkan
meningkatnya kebutuhan terhadap kemudahan transportasi dan/atau
komunikasi bagi para lanjut usia yang saat ini belum dapat disediakan
secara memadai.
Keterbatasan kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut usia oleh
profesional, data yang lengkap, valid, relevan dan akurat tentang
karakteristik kehidupan dan penghidupan para lanjut usia termasuk
permasalahannya serta sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi para
lanjut usia.
b) Permasalahan khusus
Perubahan nilai sosial masyarakat, adanya kecenderungan munculnya
nilai sosial yang mengakibatkan menurunnya penghargaan dan
penghormatan terhadap lanjut usia. Berkurangnya daya tahan tubuh lanjut
usia menghadapi pencemaran lingkungan dan sulit memperoleh lapangan
kerja formal bagi lanjut usia.
Secara individu pengaruh proses menua bisa mengakibatkan berbagai
masalah baik fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomis. Semakin lanjut
usia, mereka akan mengalami penurunan kemampuan, terutama di bidang
kemampuan fisik, yang dapat menyebabkan penurunan peran sosial. Hal ini
mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan
hidup sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan
bantuan orang lain.
Karena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal dan fasilitas
perumahan yang khusus. Semakin lanjut usia, kesibukan sosialnya akan
semakin berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi
dengan lingkungan yang akan berdampak berkurangnya pula kebahagiaan
seseorang. Lanjut usia juga mengalami banyak ketakutan terutama
ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit yang kronis, misalnya arthritis,
hipertensi, kesepian, kebosanan yang diakibatkan oleh rasa tidak diperlukan.
Sedangkan masalah fisik yang umum dan sering terjadi serta di alami oleh
lanjut usia antara lain:
Mudah jatuh dan lelah, faktor yang mempengaruhinya, seperti
gangguan daya berjalan, kelemahan otot, psikis (seperti kebosanan,
perasaan lemah dan tak berdaya).
1) Gangguan kardiovaskular, antara lain darah tinggi, nyeri dada, sesak
napas, palpitasi, edema kaki, nyeri, ketidak nyamanan
(pinggang/punggung), pusing, kesemutan pada badan.
2) Gangguan eliminasi yang terdiri dari inkontinensia urin (kencing) dan
inkontinensia alvi (buang air besar).
3) Gangguan penglihatan. Gangguan ini bisa disebabkan oleh presbiopi,
kelainan lensa mata, katarak, degenerasi iris, dan lain-lain.
4) Gangguan pendengaran, keadaan ini menyertai proses menua.
Gangguan utamanya adalah hilang pendengaran terhadap nada murni
berfrekuensi tinggi yang bersifat simetris, dengan perjalanan yang
progresif lambat.
5) Gangguan tidur. Keluhan kualitas tidur seiring dengan bertambahnya
usia. Angka kejadian gangguan tidur tujuh kali lebih tinggi alami oleh
lanjut usia dibandingkan dengan usia 20 tahun
5. Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lanjut Usia
Sifat penyakit dapat dimulai secara perlahan-lahan, seringkali tanpa tanda-
tanda ataupun keluhannya ringan dan baru diketahui sesudah keadaannya
parah. Hal ini perlu sekali untuk dikenali agar tidak salah ataupun terlambat
menegakkan diagnosis sehingga terapi dan tindakan keperawatannya segera
dapat dilaksanakan. Orang-orang lanjut usia pun biasanya rentan penyakit lain
karena daya tahannya telah menurun (Nugroho, 2000).

C. KONSEP DIMENSIA
1. Pengertian
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang
dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali
menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian
(behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu
(non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 2008). Grayson (2005)
menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu
sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan
mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan
sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006)

2. Etiologi
Penyebab demensia menurut ( http://www.mitrakeluarga.com/ demensia, 2008)
yaitu :
a. Penurunan fungsi otak
b. Parkinson
c. Tumor
d. Stroke
e. Alzheimer
f. Penyakit pada jaringan pembuluh otak
Menurut Darmojo (1999) penyebab demensia yaitu :
1) Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan
a) Intoksikasi ( obat, termasuk alkohol dan lain-lain)
b) Infeksi susunan saraf pusat
c) Gangguan metabolik
d) Gangguan nutrisi
e) Gangguan vaskuler
f) Lesi desak ruang
g) Hidrosefalus bertekanan normal
h) Depresi
2) Penyakit degeneratif progesif
a) Tanpa gejala neurologik lain
1) Penyakit Alzheimer
2) Penyakit Pick
b) Dengan gangguan neurologik yang prominen
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit Huntington
3) Kelumpuhan supranuklear progesif
4) Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat
Menurut Yatim ( 2003), penyebab pikun antara lain:
a) Tumor
b) Trauma
c) Infeksi kronis
d) Kelainan jantung dan pembuluh darah
e) Kelainan kongenital
f) Penyakit Psikiatri
g) Kelainan faali
h) Kelainan metabolik
i) Kerusakan sel-sel otak
j) Obat-obatan dan racun
3. Manifestasi Klinis
a. Tanda
Tanda dari demensia menurut (http://www.mitrakeluarga.com/ demensia,
2008) antara lain:
1) Bicara tidak nyambung
2) Daya ingat menurun
3) Pengetahuan tentang diri dan lingkungan menurun
4) Emosi labil ( cepat marah dan cepat berubah)
Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori menurun secara
wajar. Ciri-ciri mudah lupa antara lain :
1) Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
2) Terdapat gangguan dalam mengingat kembali atau recall
3) Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah
tersimpan dalam memori
4) Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila diberi
isyarat.
5) Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada menyebutkan
namanya
b. Gejala
Gejala demensia menurut Christopher ( 2002) yaitu :
1) Kehilangan ingatan
Gejala ini merupakan gejala umum dari demensia, dan ingatan mengenai
kejadian-kejadian baru yang pertama-tama terkena dampaknya.
Kemampuan untuk menyimpan informasi baru mengalami kemunduran
karena perubahan dalam otak yang terjadi
2) Disorientasi
Hilangnya kemampuan untuk mengarahkan diri pada tujuan atau waktu
tertentu. Banyak penderita demensia menunjukkan tanda disorientasi,
dimana mereka berada dan kadang keluyuran keluar rumah dan tersesat.
3) Perubahan kepribadian dan perilaku
Kepribadian pada sebagian penderita tampak tetap sama tapi yang
lainnya menunjukkan perubahan yang menyolok. Penarikan diri secara
sosial dan hilangnya minat terhadap kegiatan merupakan hal biasa.
Mereka cenderung menjadi pendengki dan cemas.
4) Kehilangan kemampuan praktis
Sulit berkonsentrasi adalah salah satu ciri demensia. Para penderita
mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan yang sebelumnya dapat
dilakukan dengan mudah.
5) Kesulitan berkomunikasi
Pada tahap awal demensia orang mengalami kesulitan menemukan kata
yang tepat untuk diucapkan. Kemampuan nonverbal seperti sentuhan dan
ekspresi wajah sangat penting untuk merawat orang yang mengalami
demensia.
Pada umumnya gejala yang tampak pada demensia menurut( http://www.e-
psikologi.com/ gangguan psikologi dan perilaku pada dimensia, 2002) yaitu :
a. Terganggunya fungsi daya ingat yang makin berat terutama daya ingat
jangka pendek. Ingatan masa lalu masih tetep baik dan bertahap.
b. Terganggunya fungsi berpikir antara lain: afasia, apraksia, aknosia, atau
gangguan fungsi eksekutif.
c. Penurunan fungsi daya ingat dan daya pikir menimbulkan gangguan
fungsi kehidupan sehari-hari.
d. Makin lama gangguan yang terjadi semakin berat

4. Patofisiologi
Demensia cukup sering dijumpai dalam lansia. Gangguan demensia
dimanifestasikan dengan defisit kognitif multipel seperti gangguan memori, afasia
( kehilangan kemampuan berbicara, kemampuan menulis atau pemahaman bahasa
akibat penyakit pada otak ). Gangguan memori mungkin pertama kali disadari
ketika kehilangan atau salah menempatkan barang-barang pribadi. Jika gangguan
memori memburuk, seseorang dapat melupakan namanya sendiri, hari ulang
tahun, atau nama-nama anggota keluarganya. Kemampuan dalam memahami
pembicaraan atau bahasa tertulis menjadi menurun. Pada demensia tahap lanjut,
individu dapat menjadi bisu atau membentuk pola pembicaraan, kesulitan dalam
melaksanakan aktivitas motorik. ( Lumbantobing, 2001).
Demensia ada beberapa macam diantaranya demensia Alzheimer dan demensia
multi infark. Pada demensia Alzheimer terdapat penurunan neurotransmiter
tertentu terutema acetilkolin. Area otak yang terkena adalah korteks cerebral dan
hipotalamus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan
memori. Acetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan
untuk mengirim pesan melalui sistem saraf. Defisit neurotransmiter menyebabkan
pemecahan proses komunikasi yang kompleks diantara sel-sel pada sistem saraf.
Sedangkan demensia multi infark terjadi pada pasien yang menderita penyakit
cerebrovaskuler ( Standley, 2006).
Gangguan fungsi luhur terlihat dalam bentuk kehilangan kemampuan untuk
berpikir abstrak. Terdapat ketidakmampuan dalam merencanakan, mengurutkan,
dan menghentikanperilaku yang kompleks. Individu demensia mengalami
disorientasi tempat, waktu, dan orang atau menunjukkan penurunan daya nilai
dan keterbatasan atau sama sekali tidak memiliki pemahaman sehingga dapat
terjadi perubahan proses pikir.
Pasien demensia seringkali terdapat gangguan berjalan yang menyebabkan
klien terjatuh. Dan hal ini dapat memunculkan masalah resiko trauma atau cedera.
Beberapa orang menunjukkan cemas, depresi, atau mengalami gangguan tidur.
Individu yang mengalami demensia sangat rentan terhadap stresor fisik dan
stresor psikososial yang memperburuk defisit kognitif serta masalah-masalah lain.
Pathway

Lansia Parkinson Alzheimer

Degeneratif Termor Kematian sel neuron

Penurunan fungsi otak Perubahan cara berjalan Stroke

Melemahnya fungsi Kelemahan Penurunan neurotrnsmiter


Organik
Resiko terjatuh
MK : Resiko
Cedera
Kemunduran Disintegrasi Defisit
Intelektual kepribadian neurotransmiter dan
Acetilkolin
Defisit Perubahan
Kognitif perilaku Pemecahan proses
Multipel komunikasi antara sel

Gg. Memori Depresi Demensia

Sulit Lebih sensitif Disorientasi Penurunan daya


mengingat ingat
kembali, Menarik diri
mengambil Tidak mampu
keputusan, Isolasi Sosial Penurunan berpikir abstrak
bertindak Halusinasi daya nilai
lebih lamban Tidak dapat
melakukan
MK : MK :
aktivitas
Ganggua Gangguan
Berkurangnya mandiri
n Proses
kemampuan
Persepsi Pikir
fungsi sehari-
Sensori
hari

MK : Defisit Perawatan Diri


5. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang
disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan
dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik,
dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan
segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab
demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk
memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan
keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala
perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang
mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam
pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk
pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian
terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang
menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi
kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota
keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat
mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada
penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik.
Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit
jantung, diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus
diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan
perfusi serebral dan fungsi kognitif.
Obat untuk demensia:
a) Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian.
Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan
pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak
menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi
kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter
lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata
bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat
terjadi interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular.
b) Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan
hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong
peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian
prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi
hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa.
Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual.
Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang
berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan
serebrospinal naik sampai 58 persen.
c) Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian.
Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan
informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik,
pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki
keadaan umum.
d) Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan
dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate.
Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate
memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan
meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku,
aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi
lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan
perilaku.
e) Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium
channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine
bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia.
Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun
pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel
endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan
demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama
yang mengidap hipertensi esensial

6. Pencegahan dan perawatan


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
a) Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol
dan zat adiktif yang berlebihan
b) Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
c) Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
1) Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
2) Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
d) Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

7. Pengkajian fokus
Pengkajian Riwayat Kesehatan
a. Identitas/Data Biografis Klien
b. Riwayat Keluarga
c. Riwayat Pekerjaan
d. Riwayat Lingkungan Hidup
e. Riwayat Rekreasi
f. Sistem Pendukung
g. Kebiasaan Ritual
h. Status Kesehatan Saat Ini
i. Status Kesehatan Masa Lalu
j. Tinjauan Sistem
Kaji ada tidaknya tanda-tanda/setiap gejala berikut ini:
1) Keadaan Umum
Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu makan, demam,
keringat malam, kesulitan tidur, sering pilek dan infeksi, penilaian diri
terhadap status kesehatan, kemampuan melakukan ADL, tingkat
kesadaran(kualitatif,kuntitatif), TTV.
2) Integument
Lesi/luka, perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, perubahan nevi,
sering memar, perubahan rambut, perubahan kuku, katimumul pada jari
kaki dan kallus, pola penyembuhan lesi dan memar, elastisitas/turgor.
3) Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal, pembengkakan kelenjar limfe, anemia,
riwayat transfusi darah.
4) Kepala
Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala, lesi/luka.
5) Mata
Perubahan penglihatan, pemakaian kaca mata/lensa kontak, nyeri, air
mata berlebihan, pruritus, bengkak sekitar mata, floater, diplopia, kabur,
fotofobia, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir, dampak pada
penampilan ADL>
6) Telinga
Perubahan pendengaran, rabas, titinus, vertigo, sensitivitas pendegaran,
alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir,
kebiasaan perawatan telinga, dampak penampilan pada ADL.
7) Hidung dan Sinus
Rinorea, rabas, epistaksis, obstruksi, mendengkur, nyeri pada sinus,
alergi, riwayat infeksi, penilaian diri pada kemampuan olfaktorius.
8) Mulut dan Tenggorok
Sakit tenggorakan, lesi/ulkus, serak, perubahan suara, kesulitan menelan,
perdarahan gusi, karies, alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal
pemeriksaan akhir, pola menggosok gigi, pola flossing, masalah dan
kebiasaan membersihkan gigi palsu.
9) Leher
Kekakuan, nyeri/nyeri tekan, benjolan/massa, keterbatasan gerak,
pembesaran kelenjar thyroid.
10) Payudara
Benjolan/massa, nyeri/nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari puting
susu, perubahan pada puting susu, pola pemeriksaan payudara, tanggal
momografi paling akhir.
11) Pernapasan
Batuk, sesak napas, hemoptisis, sputum, mengi, asma/alergi pernapasan,
frekuensi, auskultasi, palpasi, perkusi, wheezing.
12) Kardiovaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak napas, dispnea pada
aktivitas, ortopnea, murmur, edema, varises, kaki timpang, parestesia,
perubahan warna kaki.
13) Gastrointestinal
Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar,
mual/muntah, hematesis, perubahan nafsu makan, intoleransi makanan,
ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/massa, perubahan kebiasaan defekasi,
diare, kontipasi, melena, hemoroid, perdarahan rektum, pola defekasi
biasanya.
14) Perkemihan
Disuria, frekuensi, menetes, ragu-ragu, dorongan, hematuria, poliuria,
oliguria, nokturia, inkontinensia, nyeri saat berkemih, batu, infeksi.
15) Genitor Reproduksi - Pria
Lesi, rabas, neri tekstuler, masalah prostat, penyakit kelamin, perubahan
hasrat seksual, impotensi, masalah aktivitas seksual.
16) Genitor Reproduksi – Wanita
Lesi rabas, dispareunia, perubahan pasca senggama, nyeri pelvik,
penyakit kelamin, infeksi, maslah aktivitas seksual, riwayat menstruasi,
tanggal dan hasil papsmear terakhir.
17) Muskuloskeletal
Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas, spasme,
kram, kelemahan otot, maslah cara berjalan, nyeri punggung, protesa,
pola kebiasaan latihan, dampak pada penampilan ADL.
18) Sistem Saraf Pusat
Sakit kepala, kejang, sinkope, paralisis, paresis, masalah koordinasi,
tic/tremor/spasme, parestesia, cedera kepala, maslah memori.
19) Sistem Endokrin
Intoleransi panas/dingin, goiter, pigmentasi kulit, perubahan rambut,
polifagia, poliuria, polidpsia.
20) Sistem Imun
Kerentanan dan seringnya terkena penyakit, imunisasi.
21) Sistem Pengecapan
Berkurangnya rasa asin dan panas.
22) Sistem Penciuman
Peningkatan sistem penciuman.
23) Psikososial
Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut, masalah dalam
mengambil keputusan, kesulitan berkonsentrasi, pernyataan perasaan
umum mengenai keputusan/frustasi mekanisme koping yang biasa, stres
saat ini, masalah tentang kematian dan kehilangan, dampak penampilan
ADL.
a) Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif dan Sosial
a. Pengkajian Status Fungsional
Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam mandi, berpakaian,
pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen dan makan.
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G.

b. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif


1) Menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual, terdiri
dari 10 hal yang mengetes orientasi, memori dalam hubungannya
dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh, kemampuan
matematis.
2) Menggunakan Mini Mental State Exam (MMSE) untuk menguji aspek-
aspek kognitif dari fungsi mental meliputi orientasi, registrasi,
perhatian, kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
3) Menggunakan Inventaris Depresi Beck untuk membedakan jenis
depresi serius yang mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati
rendah umum pada banyak orang.
4) Mengguanakan Skala Depresi Geriatrik Yesavage untuk menilai
depresi lansia.
8. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1 Perubahan proses Setelah diberikan - Kembangkan lingkungan yang
pikir berhubungan tindakan keperawatan mendukung dan hubungan
dengan perubahan diharapkan klien mampu klien-perawat yang terapeutik
fisiologis mengenali perubahan - Kaji derajat gangguan
(degenerasi neuron dalam berpikir dengan kognitif, seperti perubahan
ireversibel) KH: orientasi, rentang perhatian,
ditandai dengan o Mampu kemampuan berpikir.
hilang ingatan atau memperlihatkan Bicarakan dengan keluarga
memori, hilang kemampuan mengenai perubahan
konsentrsi, tidak kognitifuntuk perilaku
mampu menjalani - Pertahankan lingkungan yang
menginterpretasika konsekuensi menyenangkan dan tenang
n stimulasi dan kejadian yang - Lakukan pendekatan dengan
menilai realitas menegangkan cara perlahan dan tenang
dengan akurat. terhadap emosi dan - Tatap wajah ketika berbicara
pikiran tentang diri dengan klien
 Mampu - Panggil klien dengan namanya
mengembangkan - Gunakan suara yang agak
strategi untuk rendah dan berbicara dengan
mengatasi anggapan perlahan pada klien
diri yang negative - Gunakan kata-kata pendek,
 Mampu mengenali kalimat dan Ulangi instruksi
perubahan dalam tersebut sesuai kebutuhan
berpikir atau tingkah - Berhenti sejenak di antara
laku dan factor kalimat/pertanyaan. Beri
penyebab isyarat tertentu, gunakan
 Mampu kalimat terbuka
memperlihatkan - Dengarkan dengan penuh
penurunan tingkah perhatian pembicaraan klien.
laku yang tidak Interpretasikan pertanyaan,
diinginkan, arti, dan kata. Beri kata yang
ancaman, dan benar
kebingungan - Hindari kritikan, argumentasi,
dan konfrontasi negative
- Gunakan distraksi. Bicarakan
tentang kejadian yang
sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang
salah, jika tidak meningkatkan
kecemasan
- Hindari klien dari aktivitas dan
komunikasi yang dipaksakan
- Gunakan hal yang humoris saat
berinteraksi pada klien
2 Perubahan persepsi Setelah diberikan tindakan - kembangkan lingkungan yang
sensori keperawatan diharapkan suportif dan hubungan perawat
berhubungan perubahan persepsi sensori –klien terapeutik
dengan perubahan klien dapat berkurang atau - Bantu klien untuk memahami
persepsi, transmisi terkontrol dengan KH: halusinasi
atau integrasi  Mengalami penurunan - beri informasi tentang sifat
sensori (penyakit halusinasi - halusinasi ,hubungannya
neurologis, tidak Mengembangkan dengan stresor/pengalaman
mampu strategi psikososial emosional yang
berkomunikasi, untuk mengurangi traumatic,pengobatan dan cara
gangguan tidur, stress atau mengatur mengatasi
nyeri) ditandai prilaku. - kaji derajat sensori atau
dengan cemas,  Mendemonstrasikan gangguan persepsi dan
apatis, gelisah, respon yang sesuai bagaimana hal tersebut
halusinasi. stimulasi mempengaruhi klien termasuk
 - Perawat mampu penurunan penglihatan atau
mengidentifikasi pendengaran
factor eksternal yang - ajarkan strategi untuk
berperan terhadap mengurangi stress
perubahan - anjurkan untuk menggunakan
 kemampuan persepsi kaca mata atau alat bantu
sensori pendengaran sesuai keperluan

3 Perubahan pola Setelah dilakukan tindakan - Jangan menganjurkan klien


tidur berhubungan keperawatan diharapkan tidur siang apabila berakibat
dengan perubahan tidak terjadi gangguan pola efek negative terhadap tidur
lingkungan ditandai tidur pada klien dengan KH: pada malam hari
dengan keluhan  Memahami factor - Evaluasi efek obat klien
verbal tentang penyebab gangguan (steroid ,diuretik) yang
kesulitan tidur, pola tidur - mengganggu tidur
terus-menerus Mampu - Tentukan kebiasaan dan
terjaga, tidak menentukan penyebab rutinitas waktu tidur malam
mampu tidur inadekuat dengan kebiasaan klien
menentukan  Mampu memahami (memberi susu hangat)
kebutuhan/ waktu rencana khusus untuk - Memberika lingkungan yang
tidur. menangani/mengoreks nyaman untuk meningkatkan
i penyebab tidur tidak tidur (mematikan lampu,
adekuat ventilasi ruang adekuat, suhu
 Mampu menciptakan yang sesuai, menghindari
pola tidur yang kebisingan)
adekuat dengan - Buat jadwal intervensi untuk
penurunan terhadap memungkinkan waktu tidur
pikiran yang melayang- lebih lama(memeriksa tanda
layang (melamun) vital, mengubah posisi)
 Tampak atau - Berikan kesempatan untuk
melaporkan dapat tidur sejenak, anjurkan
beristirahat yang latihan saat siang hari,
cukup turunkan aktivitas
mental/fisik pada sore hari
- Hindari penggunaan
“pengikatan” secara terus
menerus
- Evaluasi tingkat
stress/orientasi sesuai
perkembangan hari demi hari
- Buat jadwal tidur secara
teratur. Katakan pada klien
bahwa saat ini adalah waktu
untuk tidur
- Berikan makanan kecil sore
hari, susu hangat, mandi, dan
masase punggung
- Turunkan jumlah minuman
sore. Lakukan berkemih
sebelum tidur
- Putarkan musik yang lembut
atau “suara yang jernih”
- Irama sirkadian (siklus tidur-
bangun)yang tersinkronisasi
disebabkan oleh tidur siang
yang singkat
- Derangement psikis terjadi
bila terdapat penggunaan
kortikosteroid, termasuk
perubahan mood, insomnia
- Mengubah pola yang sudah
terbiasa dari asupan makan
klien pada malam hari
terbukti mengganggu tidur
- Hambatan kortikal pada
formasi reticular akan
berkurang selama tidur,
emningkatkan respons
otomatik, karenanya respons
kardiovaskular terhadap
suara meningkat selama tidur
- Gangguan tidur terjadi
dengan seringnya tidur dan
mengganggu pemulihan
sehubungan dengan
gangguan psikologis dan
fisiologis, sehingga irama
sirkadian terganggu

4 Kurang perawatan Setelah diberikan tindakan - Identifikasi kesulitan dalam


diri berhubungan keperawatan diharapkan berpakaian/ perawatan diri,
dengan intoleransi klien dapat merawat seperti: keterbatasan gerak
aktivitas, dirinya sesuai dengan fisik, apatis/ depresi,
menurunnya daya kemampuannya dengan KH penurunan kognitif seperti
tahan dan kekuatan : apraksia.
ditandai dengan  Mampu melakukan - Identifikasi kebutuhan
penurunan aktivitas perawatan kebersihan diri dan berikan
kemampuan diri sesuai dengan bantuan sesuai kebutuhan
melakukan tingkat kemampuan. dengan perawatan
aktivitas sehari-  Mampu rambut/kuku/ kulit,
hari. mengidentifikasi dan bersihkan kaca mata, dan
menggunakan sumber gosok gigi.
pribadi/ komunitas - Perhatikan adanya tanda-
yang dapat tanda nonverbal yang
memberikan bantuan. fisiologis.
- Beri banyak waktu untuk
melakukan tugas.
- Bantu mengenakan pakaian
yang rapi dan indah.

5. Risiko terhadap Setelah dilakukan tindakan - Kaji derajat gngguan


cedera keperawatan diharapkan kemampuan,tingkah laku
berhubungan Risiko cedera tidak terjadi impulsive dan penurunan
dengan kesulitan dengan KH : persepsi visual. Bantu
keseimbangan,  Meningkatkan tingkat keluarga mengidentifikasi
kelemahan, otot aktivitas risiko terjadinya bahaya yang
tidak terkoordinasi,  Dapat beradaptasi mungkin timbul
aktivitas kejang. dengan lingkungan - Hilangkan sumber bahaya
untuk mengurangi risiko lingkungan
trauma/cedera - Alihkan perhatian saat
 Tidak mengalami perilaku teragitasi
trauma/cedera - Gunakan pakaian sesuai
 Keluarga mengenali dengan lingkungan
potensial di lingkungan fisik/kebutuhan klien
dan mengidentifikasi - Kaji efek samping obat, tanda
tahap-tahap untuk keracunan (tanda
memperbaikinya ekstrapiramidal,hipotensi
ortostatik,gangguan
penglihatan, gangguan
gastrointestinal)
- Hindari penggunaan restrain
terus-menerus. Berikan
kesempatan keluarga tinggal
bersama klien selama periode
agitasi akut

Anda mungkin juga menyukai