Anda di halaman 1dari 8

HASIL PENELITIAN

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA (SMK3) DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN,
MAKASSAR

By: MOHD HAFIZ BIN MALIK


MEDICAL STUDENT OF COMMUNITY HEALTH DEPARTMENT, MEDICAL FACULTY OF HASANUDDIN
UNIVERSITY, MAKASSAR, INDONESIA, JULY 2013.

Abstrak
Kata kunci: SMK3, pertanian
Latar Belakang: Kondisi kesehatan dan Pendahuluan: Sektor pertanian merupakan
keselamatan kerja (K3) perusahaan salah satu roda penggerak pembangunan
khususnya sektor pertanian di Indonesia nasional. Dilihat dari kontribusinya dalam
secara umum diperkirakan termasuk pembentukan PDB pada tahun 2002,
rendah. Pada tahun 2005 Indonesia sektor ini menyumbang sekitar 17,3 persen
menempati posisi yang buruk jauh di dan menempati urutan kedua setelah
bawah Singapura, Malaysia, Philiphina, industri pengolahan. Peningkatan sektor
dan Thailand. Kondisi tersebut pertanian memerlukan berbagai sarana
mencerminkan kesiapan daya saing yang mendukung agar dapat dicapai hasil
perusahaan Indonesia di dunia yang memuaskan dan terutama dalam hal
internasional masih sangat rendah. mencukupi kebutuhan pangan nasional.
Indonesia akan sulit menghadapi pasar Sarana-sarana yang mendukung
global karena mengalami ketidakefisienan peningkatan hasil di bidang pertanian
pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas tersebut adalah alat-alat pertanian, pupuk,
kerja yang rendah). Padahal kemajuan bahan-bahan kimia yang termasuk di
perusahaan sangat ditentukan peranan dalamnya adalah pestisida. BPTP
mutu tenaga kerjanya. Penelituan ini berdasarkan surat Gubernur Sulawesi
bertujuan untuk mengetahui dan menilai Selatan Nomor 520/5456/Bappeda, tanggal
penerapan Sistem Manajemen Kesehatan 18 November tahun 2000. Dalam upaya
dan Keselamatan Kerja K3 (SMK3) di meningkatkan daya guna dan hasil guna
BPTP Makassar yaitu sebuah perusahaan pelaksanaan tugas dan fungsi pengkajian
pertanian. teknologi pertanian spesifik lokasi, maka
status IP2TP Ujung Pandang berubah menunggu sampai kecelakaan terjadi yang
menjadi Balai Pengkajian Teknologi biasanya memerlukan biaya yang lebih
Pertanian Sulawesi Selatan, dengan Surat besar untuk penanganan dan pemberian
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : kompensasinya.
350/KPTS/OT.210/6/2001, tanggal 14 Mei
Tujuan dan Manfaat: Tujuan umum
2001, ditunjang dengan kebun percobaan (
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
KP ) yang ada di Sulawesi Selatan dan
menilai penerapan Sistem Manajemen
Laboratorium masing-masing adalah; KP.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3
Luwu di Kab. Luwu Utara, KP. Bone-bone
(SMK3) di Balai Pengkajian Teknologi
di Luwu Utara, KP. Jeneponto di
Pertanian Makassar. Tujuan khusus
Jeneponto, KP. Gowa di Gowa dan
penelitian ini adalah untuk mengetahui
Laboratorium Tanah Maros di Maros.
pelaksanaan tahap komitmen dan
UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kebijakan, tahap perencanaan, tahap
Kesehatan, dalam pasal 23 menyatakan penerapan, tahap pengukuran dan evaluasi
bahwa upaya kesehatan dan keselamatan dan tahap tinjauan ulang dan peningkatan
kerja (K3) harus diselenggarakan disemua oleh pihak manajemen.
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
mempunyai resiko bahaya kesehatan,
menjadi salah satu sumber informasi bagi
mudah terjangkit penyakit atau
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
mempunyai karyawan paling sedikit 10
Makassar untuk semakin memantapkan
orang. Dengan demikian maka perusahaan
Sistem Manajemen Kesehatan dan
pertanian masuk dalam kriteria tempat
Keselamatan Kerja, dan menjadi bahan
kerja dengan berbagai ancaman bahaya
perbandingan bagi perkantoran lainnya
yang dapat menimbulkan dampak
untuk meningkatkan peran kesehatan dan
kesehatan. Setiap ancaman terhadap
keselamatan kerja sehingga dapat
kesehatan dan keselamatan kerja harus
membantu meningkatkan produktivitas
dicegah. Karena ancaman seperti itu dapat
kerja. Hasil penelitian ini juga diharapkan
membawa kerugian baik material, moril
menjadi salah satu sumbangan ilmiah yang
maupun waktu terutama terhadap
dapat menjadi referensi berguna bagi
kesejahteraan tenaga kerja dan
pembaca yang ingin menambah wawasan
keluarganya. Lebih-lebih perlu disadari
mengenai topik yang diteliti. Bagi peneliti
bahwa pencegahan terhadap bahaya
sendiri merupakan pengalaman yang
tersebut jauh lebih baik daripada
berharga dalam memperluas wawasan dan n= N
pengetahuan tentang kesihatan kerja 1+ N (d2)
melalui penelitian lapangan. Keterangan:
N = besar populasi
Metode: Penelitian ini menggunakan
n = besar sampel
metode survei dengan pendekatan
d =tingkat kepercayaan/ ketetapan yang
deskriptif untuk mengetahui dan menilai
diinginkan (0,01)
penerapan Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) di Balai
Hasil dan Diskusi: Berdasarkan
Pengkajian Teknologi Pertanian Makassar.
karakteristik respondan, hasil tertinggi
Data primer diperoleh melalui wawancara
distribusi responden menurut umur adalah
langsung pada respondan dengan
sebanyak 28 orang atau sama dengan
menggunakan kuesioner serta pengamatan
62.2% yang berusia 31-40 tahun,
langsung di lapangan dengan
berdasarkan tingkat pendidikan yang
menggunakan checklist. Manakala data
tertinggi adalah tingkat SD sebanyak 10
sekunder diperoleh dari bagian
orang yakni 22.2%, terbanyak responden
administrasi dan pihak manajemen Balai
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 32
Pengkajian Teknologi Pertanian Makassar.
orang yakni 71.1% , 21 orang responden
Data yang terkumpul selanjutnya diolah
dengan lama bekerja di perusahaan selama
secara manual dan elektronik dengan
1-10 tahun adalah 46.7%, dan menurut unit
menggunakan program Microsoft Excel.
kerja tertinggi responden dari divisi
Data hasil penelitian ini kemudian
production/ divisi kebun percobaan
ditampilkan dalam bentuk tabel disertai
seramai 30 orang yakni 66.7%.
penjelasan dan perbahasan. Populasi dan
Berdasarkan deskripsi variabel
Sampel: Populasi adalah semua karyawan
yang diteliti, didapatkan :
yang bekerja di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Makassar. Manakala
A. Tahap Komitmen dan Kebijakan
sampel diambil beberapa pekerja yang
Pada tahap ini perusahaan telah masih
diseleksi secara random stratified sampling
belum melaksanakan seluruh kriteria yang
dari setiap divisi yang ada di Balai
telah ditetapkan, yaitu perusahaan
Pengkajian Teknologi Pertanian Makassar.
membentuk organisasi K3, perusahaan
Perkiraan besar sampel dihitung
Menyediakan sarana untuk K3, perusahaan
berdasarkan rumus:
Menyediakan personil yang berkompeten
dan menetapkan tanggungjawab,
wewenang dan kewajiban yang jelas di ekstrim, yaitu dari eksposure langsung
bidang K3, perusahaan Membangun dan (panasnya matahari dan hujan) pada
memelihara kesadaran , motivasi dan petani.
keterlibatan seluruh pihak di perusahaan KIMIA
- Bahan kimia yang ada mempunyai
dalam Hal kesehatan dan keselamatan
label dan nama produk dan tanda-tanda
kerja (K3), Kebijakan K3 disusun melalui
bahaya
proses konsultasi antara pengurus dan
- Mengadakan pelatihan atau training
wakil tenaga kerja, Kebijakan K3
mengenai penggunaan bahan kimia
mencakup tujuan perusahaan, kerangka
pada tenaga kerja atau karyawan
untuk menyusun dan mencapainya dan
- Perusahaan menyediakan alat
pernyataan keterlibatan dari seluruh pihak,
pelindung diri (APD) dalam
Kebijakan K3 Ditanda tangani oleh
mengendalikan bahan kimia tersebut
pengurus atau pengusaha, Kebijakan K3
- Sistem ventilasi pada tempat
didokumentasikan, diterapkan dan
penyimpanan bahan kimia tersebut
dikomunikasikan, Kebijakan K3 ditinjau
cukup baik
secara teratur. Jadi perusahaan harus
- Seluruh bahan kimia disimpan dan
segera melaksanakan tahap ini dengan
ditangani dengan baik
mengadakan Sistem Manajemen
- Pihak perusahaan tidak
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
mengidentifikasi bahaya bahan kimia,
Oleh itu, seluruh tahap komitmen dan
dimana bahan kimia yang sering
kebijakan SMK3 di BPTP Makassar tidak
digunakan pada laboratorium adalah
terlaksana dengan hasil sebanyak 0%.
Tanah, Pupuk dan Insektisida.
BIOLOGI
B. Tahap Perencanaan
- Perusahaan menyediakan bak sampah
Pada tahap ini perusahaan belum
tertutup
mampu melakukan kesemua kriteria
- Perusahaan menyediakan wastafel
seperti yang tercantum berikut ini:
untuk mencuci tangan
FISIK
ERGONOMI
- Pihak perusahaan tidak
- Perusahaan tidak menyediakan fasilitas
mengidentifikasi bahaya Kebisingan,
yang mendukung faktor ergonomi
yaitu mesin pada area di lapangan
karyawan dalam bekerja serta sikap
pertanian.
dan postur ketika melakukan kerja.
- Pihak perusahaan tidak
PSIKOSOSIAL
mengidentifikasi bahaya Temperatur
- Terdapat jadwal pembagian giliran sumber bahaya hazard yang telah
kerja pada perusahaan diidentifikasi.
- Karyawan tidak mendapat tekanan Untuk faktor fisik, perusahaan
dari atasannya/pihak perusahaan masih belum mampu mengatasi
PENANGGULANGAN antaranya adalah faktor kebisingan,
KEGAWATDARURATAN temperature ekstreme dan getaran.
- Perusahaan tidak menyediakan Tapi pihak manajemen berinisiatif
prosedur untuk menghadapi keadaan untuk mengatasi masalah faktor
darurat, insiden kecelakaan maupun atmosfir-udara dengan menyediakan
rencana pemulihan darurat. dan mewajibkan kesemua pekerja
Pihak perusahaan juga tidak untuk menggunakan APD (masker).
menetapkan tujuan dan sasaran dari setiap Toilet yang tersedia adalah bersesuaian
program K3 yang direncanakan serta tidak dengan jumlah karyawan dan
meletakkan indikator yang dapat diukur dipisahkan antara toilet wanita dan
dalam menilai kinerja K3.Dari semua 23 pria. Dari aspek instalasi, masing-
kriteria tersebut hanya 11 poin yang masing menggunakan kode dan label.
terlaksana dengan hasil presentase Isolasi sambungan kabel juga berada
sebanyak 47.8%, oleh itu, dikatakan bahwa dalam keadaan yang baik dan aman.
tahap perencanaan di BPTP Makassar ini Untuk faktor kimia, bahan kimia
adalah tidak terlaksana dengan baik yaitu yang digunakan mempunyai label dan
sebanyak 47.8%. nama produk dan tanda-tanda bahaya.
Tenaga kerja juga dilatih untuk
C. Tahap Penerapan mengendalikan bahan-bahan tersebut
Penerapan program kerja, pada tahap dan menggunakan APD. Seluruh bahan
ini perusahaan baru hanya melaksanakan 3 tersebut disimpan dengan menyediakan
kriteria dari 29 kriteria. Berdasarkan hasil tempat penyimpanan dengan sistem
penelitian bagi program-program kerja K3 ventilasi yang baik dan ditangani
yang dijalankan oleh perusahaan dengan baik.
didapatkan : Untuk faktor biologi, bak sampah
1. Kesehatan kerja ditutup rapi. Wastafel dan desinfektan
Pihak perusahaan telah disediakan untuk mencuci tangan.
menerapkan beberapa langkah untuk Untuk aspek ergonomi, hal yang
menangani dan menyikapi setiap dinilai adalah berhubung sikap dan
postur tubuh saat melakukan
pekerjaan. Dari hasil jawaban terdapat instruksi-instruksi yang jelas
respondan melalui kuiesioner dipasang pada tempat penyimpanan
didapatkan dari 45 orang respondan maupun pembuangan bahan-bahan
yang diteliti, 46.7% sering mengeluh yang mudah terbakar dan meledak.
nyeri punggung dan nyeri belakang, Alat pemadam kebakaran tidak
33.3% kadang-kadang mengalami tersedia. Perusahaan juga tidak
keluhan tersebut, manakala 20.0% menempatkan petugas yang cukup
tidak mengeluhkan keluhan ini. yang diberi pelatihan dalam
Untuk faktor psikososial, yang penanggulangan kebakaran dan
dinilai adalah jadwal pembagian kerja, keadaan darurat. Tidak adanya
beban kerja yang terlebih serta prosedur evakuasi / penyelamatan
hubungan kerja antara pihak secara tertulis dan terpajang secara
perusahaan dengan pekerja dan tepat.
hubungan sesame pekerja. Berdasarkan Dari semua kriteria tersebut,
hasil jawaban respondan melalui disimpulkan bahwa program
kuiesioner didapatkan dari 45 orang pencegahan dan penanggulangan
respondan yang diteliti, 75.6% senang kebakaran dan kedaruratan bagi
dengan hubungan antara mereka perusahaan ini adalah tidak terlaksana
dengan pimpinan perusahaan dan yaitu 0%.
93.3% mempunyai hubungan kerja 3. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
yang baik sesama karyawan. 60% (P3K)
karyawan tidak merasakan beban kerja Pihak perusahaan tidak
yang berlebihan dan senang melakukan meletakkan kotak P3K yang lengkap
pekerjaannya. dan memadai di tempat yang strategis.
Dari semua kriteria tersebut, bisa Selain itu, perusahaan juga tidak
dikatakan bahwa program kesehatan mempekerjakan seorang dokter
kerja bagi perusahaan ini adalah tidak kontrak untuk menangani sebarang hal
terlaksana dengan baik yaitu sebanyak kecelakaan.
55%. Dari kriteria tersebut, bisa
2. Pencegahan dan Penanggulangan dikatakan bahwa program pertolongan
Kebakaran Kegawatdaruratan pertama pada kecelakaan (P3K) bagi
Tidak ada langkah yang diambil perusahaan ini adalah tidak terlaksana
oleh perusahaan untuk mencegah dan dengan 0%.
menanggulangi kebakaran. Tidak 4. Laporan Kecelakaan
Pihak perusahaan tidak membuat manajemen, tenaga kerja dan
pencatatan dan laporan tertulis bagi kontraktor terkait
setiap kecelakaan yang berlaku untuk 3. Peralatan dan metode pengujian yang
disampaikan kepada manajemen memadai harus digunakan untuk
bersangkutan. menjamin telah terpenuhinya standard
Dari kriteria tersebut, bisa dikatakan keselamatan dan kesehatan kerja
bahwa laporan kecelakaan bagi 4. Tindakan perbaikan harus dilakukan
perusahaan ini adalah tidak terlaksana segeraa pada saat ditemukan ketidak
dengan 0%. sesuaian terhadap persyaratan
5. Pemeriksaan Kesehatan keselamatan dan kesehatan kerja dari
Pihak perusahaan menyediakan hasil inspeksi, pengujian dan
pemeriksaan kesehatan awal pada pemantauan
karyawan-karyawan yang baru mulai 5. Penyelidikan yang memadai harus
kerja. Akan tetapi tidak tersedianya dilaksanakan untuk menenemukan inti
pemeriksaan berkala bagi karyawan. permasalahan dari suatu insiden
Dari kriteria tersebut, pemeriksaan 6. Hasil temuan harus dianalaisis ulang
kesehatan bagi perusahaan ini adalah 7. Dilakukan audit SMK 3 secara berkala
tidak terlaksana dengan baik yaitu 8. Tindakan perbaikan dan pencegahan
sebanyak 50%. 9. Dilakukan tindakan perbaikan terhadap
Kesimpulannya dari semua kriteria SMK3 berdasarkan hasil pemantauan,
tersebut, diketahui bahwa tahap penerapan audit dan tinjauan ulangSMK3
SMK3 di BPTP Makassar adalah tidak 10. Melakukan tindakan pencegahan
terlaksana dengan hasil sebanyak 10.3%. terjadinya insiden berulang
Jadi pada tahap ini perusahaan
D. Tahap Pengukuran dan Evaluasi seharusnya segera melaksanakan.
Untuk tahap ini perusahaan tidak Kesimpulannya, untuk tahap pengukuran
melaksanakan seluruh kriteria yang telah dan evaluasi di BPTP Makassar tidak
ditetapkan, yaitu : terlaksana dengan hasil 0%.
1. Personel yang terlibat harus memiliki
pengalaman dan keahlian yang cukup E. Tahap tinjauan ulang dan
2. Catatan inspeksi, pengujian dan peningkatan oleh pihak manajemen
pemantauan yang sedang berlangsung Untuk tahap ini perusahaan tidak
harus dipelihara dan tersedia bagi melaksanakan seluruh kriteria yang telah
ditetapkan, yaitu :.
a. tinjauan ulang SMK3 secara berkala terlaksana dengan presentase pencapaian
 Tinjauan Ulang dan peningkatan 0%., Tahap Perencanaan perusahaan ini
oleh pihak manajemen adalah tidak terlaksana dengan baik
 Tinjauan Ulang terhadap penerapan dengan presentase pencapaian 47.8%,
SMK3 Tahap Penerapan perusahaan ini adalah
 Tinjauan Ulang terhadap tujuan tidak terlaksana dengan baik dengan
sasaran dan kinerja kesehatan dan presentase pencapaian 10.3%, Tahap
keselamatan kerja Pengukuran dan Evalasi perusahaan ini

 Tinjauan Ulang tehadap hasil audit adalah tidak terlaksana dengan presentase

SMK3 pencapaian 0% dan Tahap Tinjauan Ulang

 Tinjauan Ulang terhadap evaluasi dan Peningkatan perusahaan ini adalah

efektifitas penerapan SMK3 tidak terlaksana dengan presentase

b. Evaluasi Kebutuhan untuk peningkatan pencapaian 0%.

SMK3 Saran: Antara saran untuk perusahaan ini


c. Peningkatan SMK3 adalah harus segera melakukan dan
Pada tahap ini perusahaan harus mengadakan Sistem Manajemen K3 yang
mendgadakannya segera. Berdasarkan dari belum terpenuhi. Perusahaan harus
hasil data diperoleh pada tahap tinjauan berperan aktif dalam pelaksanaan K3 ke
ulang di BPTP Makassar tidak terlaksana depannya. Diperlukan penelitian lanjutan
sepenuhnya dengan presentase 0%. untuk menilai faktor-faktor pendukung dan
Kesimpulan: Dari hasil penelitian, dapat penghambat pelaksanaan Sistem
dikatakan bahwa Tahap Komitmen dan manajemen kesehatan dan Keselamatan
Kebijakan perusahaan ini adalah tidak kerja di perusahaan ini.

Anda mungkin juga menyukai