Anda di halaman 1dari 66

SEMINAR HASIL PENELITIAN

GAMBARAN SISTEM MENAJEMEN


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI
PERTANIAN MAKASSAR
OLEH
M.Hafiz Malik

PEMBIMBING
Dr.dr Sri Ramadhany, M.kes
METDOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode survei dengan pendekatan
deskriptif untuk mengetahui dan menilai
pelaksanaan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
BPTP Makassar.
Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data di lapangan


berlangsung selama 2 minggu
mulai tanggal 26 Juli 2013
sampai dengan 6 Agustus
2013. Lokasi penelitian adalah
BPTP Makassar.
Populasi dan Sampel
Populasi
Semua karyawan yang bekerja di BPTP
Makassar.
Sampel

Sampel sebanyak 45 orang pekerja yang diambil


secara total sampling dari 2 divisi yang ada di
BPTP Makassar.
No DIVISI Bilangan Jumlah
Anggota Respondan yang
Diambil

1 PRODUKSI/ KEBUN 30 30
PERCOBAAN
2 LABORATORIUM 15 15

JUMLAH 45 45
METODE PENGUMPULAN DATA
Data Primer : diperoleh melalui
wawancara langsung pada
respondan dengan menggunakan
kuesioner serta pengamatan
langsung di lapangan dengan
menggunakan checklist

Data Sekunder : diperoleh dari bagian


administrasi dan pihak manajemen BPTP
Makassar.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
• Badan Penelitian dan Pengembangan
pertanian telah banyak menghasilkan
teknologi yang memungkinkan tercapainya
peningkatan produksi pertanian dan
pencapaian swasembada pangan, ekspor
pertanian, peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.
• Nomor 520/5456/Bappeda, tanggal 18 November
tahun 2000.Dalam upaya meningkatkan daya
guna dan hasil guna pelaksanaan tugas dan fungsi
pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi,
maka status IP2TP Ujung Pandang berubah
menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Selatan, dengan Surat Keputusan
Menteri Pertanian Nomor :
350/KPTS/OT.210/6/2001, tanggal 14 Mei 2001,
ditunjang dengan kebun percobaan ( KP ) yang
ada di Sulawesi Selatan dan Laboratorium
masing-masing adalah; KP. Luwu di Kab. Luwu
Utara, KP. Bone-bone di Luwu Utara, KP.
Jeneponto di Jeneponto, KP. Gowa di Gowa dan
Laboratorium Tanah Maros di Maros.
• Tujuan pembentukan BPTP Sulawesi Selatan adalah,
untuk mewujudkan sebuah institusi penelitian dan
pengembangan pertanian wilayah dapat memainkan
peranan dalam penyediaan teknologi pertanian spesifik
lokasi untuk mendukung pembangunan pertanian
daerah yang bernuansa agribisnis. Sedangkan sasaran
yang ingin dicapai, adalah;
( 1 ) mewujudkan upaya regionalisasi dan disentralisasi
kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian
berdasarkan keragan sumberdaya pertanian daerah,
( 2 ) mendorong percepatan pembangunan pertanian
yang berorientasi agribisnis melalui penyedia rekayasa
paket teknologi pertanian spesifik lokasi,
( 3 ) mempercepat transfer teknologi kepada pengguna
dan penyampaian umpan balik bagi penajam program
penelitian dan pengkajian.
VISI

Visi BPTP Sulawesi Selatan adalah menjadi institusi


penghasil inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
yang handal sesuai dengan dinamika pembangunan di
Sulawesi Selatan
MISI
Misi BPTP Sulawesi Selatan
1. Mengidentifikasi potensi sumberdaya dan kebutuhan
teknologi pertanian spesifik lokasi dalam mendukung
pembangunan pertanian regional di Sulawesi Selatan.
2. Merakit/merekayasa, menyediakan dan mengembangkan
inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi sesuai kebutuhan
petani, stakeholder, dan kebutuhan pasar guna mendukung
pembangunan pertanian regional yang tangguh.
3. Akselerasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi di
Sulawesi Selatan
4. Meningkatkan jaringan kerjasama yang lebih luas dengan
lembaga penelitian/pengkajian internasional, nasional,
pemerintah daerah ataupun swasta.
5. Mengembangkan kapasitas institusi/kelembagaan BPTP
yang good goverment and clear goverment dalam rangka
meningkatkan pelayanan prima.
LOKASI

Nama Perusahaan : Balai Pengkajian Teknologi


Pertanian
Alamat Kantor :Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5
Makassar Sulawesi Selatan
90242 Indonesia

Telp. 0411-556449
Fax. 0411-554522
KARAKTERISTIK RESPONDEN
UMUR
Kelompok Umur Jumlah Jumlah (%)

20 - 30 12 26.7

31 - 40 28 62.2

41 - 50 5 11.1

Total 45 100
20 - 30 31 - 40 41 - 50

11.1%

26.7%

62.2%
TINGKAT PENDIDIKAN

Pendidikan Jumlah Jumlah (%)

SD 10 22.2

SMP 8 17.8

SMK 5 11.1

SMA 4 8.9

STM 4 8.9

SLTP 6 13.3

S1 5 11.1

D3 3 6.7

Total 45 100
SD SMP SMK SMA STM SLTP S1 D3

6.7%

11.1% 22.2%

13.3%

17.8%

8.9%

8.9% 11.1%
JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin Jumlah Jumlah (%)

Laki-Laki 32 71.1

Perempuan 13 28.9

Total 45 100
Laki-Laki Perempuan

28.9%

71.1%
MASA KERJA

Umur Jumlah Jumlah (%)

1 - 10 thn 21 46.7

11- 20 thn 19 42.2

21- 30 thn 5 11.1

Total 45 100
1 - 10 thn 11- 20 thn 21- 30 thn

11.1%

46.7%

42.2%
TAHAP KOMITMEN & KEBIJAKAN
Dari tahap ini didapatkan bahwa
• Pada tahap ini perusahaan masih belum melaksanakan seluruh kriteria
yang telah ditetapkan, yaitu:
i. Perusahaan tidak membentuk organisasi K3,
ii. Tidak menyediakan sarana untuk K3,
iii. Tidak menyediakan personil yang berkompeten dan menetapkan
tanggungjawab, wewenang dan kewajiban yang jelas di bidang K3,
iv. Tidak membangun dan memelihara kesadaran , motivasi dan
keterlibatan seluruh pihak di perusahaan dalam hal kesehatan dan
keselamatan kerja (K3),
v. Tiada anggaran dana yang memadai untuk pelaksanaan K3
vi. Tiada Kebijakan K3 yang disusun melalui proses konsultasi antara
pengurus dan wakil tenaga kerja,
vii. Tiada Kebijakan K3 mencakup tujuan perusahaan, kerangka untuk
menyusun dan mencapainya dan pernyataan keterlibatan dari seluruh
pihak,
viii. Tiada Kebijakan K3 Ditanda tangani oleh pengurus atau pengusaha,
didokumentasikan, diterapkan dan dikomunikasikan,
ix. Tiada Kebijakan K3 ditinjau secara teratur.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa perusahaan tidak
melaksanakan 9 dari 9 kriteria yang ditetapkan maka
pada tahap ini tidak terlaksana 0%.
Terpenuhi
0%

Tidak
terpenuhi
100%
TAHAP PERENCANAAN
Identifikasi Sumber Bahaya

Faktor Fisik

- Pada tahap ini perusahaan tidak mengidentifikasi sumber bahaya kebisingan

- Pada tahap ini perusahaan tidak mengidentifikasi sumber bahaya getaran

- Perusahaan tidak mengidentifikasi sumber bahaya temperature ekstrim

- Perusahaan tidak mengidentifikasi sumber bahaya Atmosfir-udara

- Perusahaan telah mengidentifikasi sumber bahaya pencahayaan


FAKTOR KIMIA
Pada tahap ini perusahaan telah melakukan:
- bahan kimia yang ada mempunyai label dan
nama produk dan tanda-tanda bahaya
- Mengadakan pelatihan atau training
mengenai penggunaan bahan kimia kepada
tenaga kerja.
- menyediakan alat pelindung diri (APD) dalam
mengendalikan bahan kimia tersebut
- seluruh bahan kimia disimpan dan ditangani
dengan baik
FAKTOR BIOLOGI
- Pada tahap ini perusahaan telah menyediakan
bak sampah tertutup pada tiap lingkungan kerja
serta menyediakan wastafel untuk cuci tangan
pada bagian laboratorium sedangkan untuk
dilapangan ada sumber air untuk cuci tangan,
tapi perusahaan belum menyediakan disinfektan
untuk mencuci tangan yang memadai.
- Hazard biologi pada tempat ini tidak begitu
berarti. Sangat jarang terlihat serangga atau
binatang pengganggu di tempat ini.
FAKTOR ERGONOMI
Beban Kerja Berlebih
Jawaban
Jumlah Jumlah (%)

Ya 18 40

Tidak 27 60

Total 45 100

Distribusi Responden Yang Merasakan Beban Kerja


Terlebih
Ya Tidak

40%

60%
Nyeri punggung dan nyeri belakang
Jawaban
Jumlah Jumlah (%)

Ya 21 46.7

Tidak 9 20.0

Kadang- kadang 15 33.3

Total 45 100

Distribusi Responden Yang Sering Merasakan Nyeri


Punggung dan Nyeri Belakang
Ya Tidak Kadang- kadang

33.3%
46.7%

20%
Dari hasil penelitian, kebanyakan pekerja tidak
merasa beban kerja terlebih, tapi sering
mengeluhkan nyeri punggung dan nyeri tulang
belakang
FAKTOR PSIKOSOSIAL
Hubungan kerja responden dengan pimpinan
perusahaan
Jawaban Jumlah Jumlah (%)

Baik 34 75.6

Biasa 10 22.2

Kurang Baik 1 2.2

Total 45 100
Baik Biasa Kurang Baik
2.2%

22.2%

75.6%
• Dari hasil penelitian didapatkan
Hubungan kerja antara responden
dengan pimpinan adalah baik (75.6%)
biasa (22.2%) dan kurang baik (2.2%)
Penanggulangan Kegawatdaruratan
Penanggulangan kegawatdaruratan di
perusahaan ini tidak terpenuhi, di mana:
- Perusahaan tidak menyusun prosedur untuk
menghadapi keadaan darurat atau bencana
- Perusahaan tidak menyusun prosedur untuk
menghadapi insiden kecelakaan
-Perusahaan tidak menyusun prosedur untuk
pemulihan keadaan darurat
Pada tahap perencanaan ini perusahaan telah
melakukan 11 dari 23 kriteria yang telah
ditetapkan maka pelaksanaan tahap ini adalah
kurang terlaksana (47.8%)
terlaksana tidak terlaksana

52.2%

47.8%
TAHAP PENERAPAN
Pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan
kerja
Jawaban Jumlah Jumlah
(%)
Pernah 5 11.1

Tidak pernah 40 88.9

Total 45 100

Dari questioner didapatkan bahwa sebagian besar


(40 org) dari sampel tidak mengikuti pelatihan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
Pernah Tidak pernah

11.1%

88.9%
Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja di
perusahaan
Jawaban Jumlah Jumlah (%)

Ya
45 100
Tidak
0 0.0

Total 45 100

Semua Karyawan mendapat pemeriksaan


kesehatan awal sebelum bekerja di perusahaan ini
Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Jawaban Jumlah Jumlah


(%)

Ya 0 0

Tidak 45 100

Total 45 100

Didapatkan 45 org (100%) dari sampel tidak


mendapatkan pemeriksaan berkala karena tidak
disediakan perusahaan
Ya Tidak
0%

100%
Program Kesehatan
- Perusahaan tidak menyediakan petugas medis
yang khusus
- Perusahaan tidak memiliki klinik dan tidak
mempekerjakan dokter untuk karyawannya
- Perusahaan tidak menyediakan pengangkutan
untuk mengangkut dan merujuk karyawan yang
cedera
- Perusahaan tidak menyediakan obat-obatan
yang cukup dan memadai untuk pekerja
Penyediaan APD oleh perusahaan
Jawaban Jumlah Jumlah (%)

Ya 45 100

Tidak 0 0

Total 45 100

Perusahaan menyediakan APD yang memadai


untuk setiap karyawan yang dibagikan pada
setiap karyawan.
Ya Tidak
0%

100%
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Jawaban Jumlah Jumlah (%)

16 35.6
Sering
20 44.4
Jarang
9 20.0
Tidak pernah

Total 45 100

Distribusi responden yang selalu menggunakan


Alat Pelindung Diri
Sering Jarang Tidak pernah

20%

35.6%

44.4%
Kecelakaan Kerja
Jawaban Jumlah Jumlah (%)

Ya
0 0
Tidak
45 100
Total 45 100

Distribusi responden yang pernah mengalami


kecelakaan saat kerja dalam satu tahun terakhir
Ya Tidak
0%

100%
Penanggulangan Kebakaran dan Kegawatdaruratan
Ya Tidak
Terdapat prosedur untuk menghadapi X
keadaaan darurat atau bencana
Terdapat prosedur menghadapi insiden X
kecelakaan
Terdapat prosedur rencana pemulihan X
keadaan darurat
Apakah ada alat pemadam dan X
penanggulangan kebakaran
Apakah terdapat pancaran air otomatis X
Apakah terdapat penggera kebakaran X

Memberikan pelatihan kepada pekerja X


mengenai cara menggunakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)
Melakukan simulasi evakuasi kebakaran X
untuk petugas
Pada tahap ini:
- Tidak terdapat prosedur untuk menghadapi
keadaaan darurat atau bencana
- Tidak terdapat prosedur menghadapi insiden
kecelakaan
- Tidak terdapat prosedur rencana pemulihan
keadaan darurat
- Tidak terdapat alat pemadam dan
penanggulangan kebakaran serta perusahaan
menyediakan mobil pemadam kebakaran
- Tidak terdapat penggera kebakaran
- Tidak memberikan pelatihan kepada pekerja
mengenai cara menggunakan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR)
- Tidak melakukan simulasi evakuasi kebakaran
untuk petugas
Pelatihan penggunaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)
Jawaban Jumlah Jumlah (%)

Pernah 6 13.3

Tidak pernah 39 86.7

Total 45 100

Distribusi responden yang pernah mendapat


pelatihan penggunaan APAR
Pernah Tidak pernah

13.3%

86.7%
Hasil Tahap Penerapan
dari hasil penelitian ditemukan bahwa perusahaan hanya mampu
melaksanakan 3 dari 29 poin yang seharusnya dipenuhi maka
pada tahap penerapan di BPTP Makassar kurang terlaksana
(10.3%)
terlaksana tidak terlaksana

10.3%

89.7%
Tahap Pengukuran dan Evaluasi
Ya Tidak
Apakah personel yang terlibat memiliki X
pengalaman dan keahlian yang cukup ?
Apakah Perusahaan melaksanakan inspeksi dan X
pemantauan rutin terhadap pelaksanaan K3?

Apakah catatan inspeksi, pengujian dan X


pemantauan yang sedang berlangsung
dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga
kerja dan kontraktor terkait ?
Peralatan dan metode pengujian yang memadai X
digunakan untuk menjamin telah terpenuhinya
standard keselamatan dan kesehatan kerja.

Tindakan perbaikan dilakukan segera pada saat X


ditemukan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
dari hasil inspeksi, pengujian dan pemantauan.
Ya Tidak
Penyelidikan yang memadai dilakukan untuk X
menenemukan inti permasalahan dari suatu
insiden.
Hasil temuan dianalisis ulang. X

Apakah perusahaan melaksanakan audit K3 yang X


sudah dilaksanakan?
Tindakan perbaikan terhadap SMK3 dilakukan X
berdasarkan hasil pemantauan, audit dan
tinjauan ulang SMK3.
Tindakan pencegahan terjadinya insiden X
berulang dilakukan.
Hasil Tahap Pengukuran dan Evaluasi
Perusahaan tidak melaksanakan kesemua 10
kriteria, jadi pelaksanaan pada tahap ini tidak
terlaksana (0 %)
Terpenuhi
0%

Tidak
terpenuhi
100%
Tahap Peninjauan Ulang dan
Peningkatan
TINJAUAN ULANG SMK3 SECARA YA TIDAK

BERKALA

Tinjauan Ulang dan peningkatan oleh pihak X

manajemen
Tinjauan Ulang terhadap penerapan SMK3 X

Tinjauan Ulang terhadap tujuan sasaran dan X

kinerja kesehatan dan keselamatan kerja


Tinjauan Ulang tehadap hasil audit SMK3 X

Tinjauan Ulang terhadap evaluasi efektifitas X

penerapan SMK3
EVALUASI KEBUTUHAN UNTUK X

PENINGKATAN SMK3
PENINGKATAN SMK3 X
Hasil :
Perusahaan tidak melaksanakan kesemua
kriteria, jadi pelaksanaan pada tahap ini tidak
terlaksana (0 %)
Terpenuhi
0%

Tidak
terpenuhi
100%
KESIMPULAN
GRAFIK PELAKSANAAN SMK3 DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MAKASSAR

100%

80%

60%

40% 47.80%

20%

0% 10.30% 0% 0%
0%
Tahap Tahap Tahap Tahap Tahap Tinjauan
Komitmen Perencanaan Penerapan Pengukuran & Ulang
Evaluasi
• Pelaksanaan & penerapan tahap komitmen dan kebijakan sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Makassar adalah tidak terlaksana dengan
presentase pencapaian 0%.
• Pelaksanaan & penerapan tahap perencanaan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja pada Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Makassar adalah kurang terlaksana dengan presentase
pencapaian 47.8%.
• Pelaksanaan & penerapan tahap penerapan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja pada Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Makassar adalah kurang terlaksana dengan presentase
pencapaian 10.3%.
• Pelaksanaan & penerapan tahap pengukuran dan evaluasi sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Makassar adalah tidak terlaksana dengan
presentase pencapaian 0%.
• Pelaksanaan & penerapan tahaptinjauan ulang dan peningkatan
oleh pihak manajemen sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Makassar adalah tidak terlaksana dengan presentase pencapaian
0%.
SARAN
• Perusahaan harus segera melakukan dan
mengadakan Sistem Manajemen K3 yang belum
terpenuhi.
• Perusahaan harus berperan aktif dalam
pelaksanaan K3 ke depannya.
• Diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai
faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan Sistem manajemen kesehatan dan
Keselamatan kerja di perusahaan.
THANK YOU

THANK YOU

AK

Anda mungkin juga menyukai