Abstrak
Asparagus suaveolens merupakan tanaman obat tradisional yang digunakan
untuk mengobati infeksi epilepsi, infeksi gonore, dan dapat meningkatkan sekresi susu
pada wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan
fitokimia, aktivitas antioksidan dan antibakteri dari ekstrak etanol Asparagus
suaveolens. Tanaman Asparagus suaveolens diekstraksi secara maserasi kemudian
dilanjutkan dengan fraksinasi dengan menggunakan pelarut n-heksana, kloroform dan n-
butanol. Ketiga ekstrak dilakukan uji antioksidannya menggunakan metode DPPH, dan
hydrogen peroksida. Sedangkan uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan
menggunakan metode mikro dilusi terhadap bakteri Neisseria gonorrhoea. Hasil uji
fitokimia menunjukkan bahwa Asparagus suaveolens mengandung alkaloid, glikosida,
terpenoid dan steroid. Aktivitas antioksidan menunjukkan fraksi kloroform, n-heksana
dan butan-1-ol memiliki nilai Inhibiton Concentration (IC 50) terhadap DPPH dan
Hidrogen Peroksida berturut-turut sebesar (IC50 =0,3 mg/mL,
I.PENDAHULUAN
Dimana Asample merupakan absorbansi dari ketiga sampel (fraksi) dan Acontrol adalah
absorbansi dari larutan standar yaitu Asam askorbat dan BHT.
2.5.2 Uji Aktivitas Antioksidan Terhadap Hidrogen Peroksida
Dalam uji antioksidan ketiga fraksi terhadap Hidrogen Peroksida ini dilakukan
dengan cara membuat larutan hidrogen peroksida 20 mM. Selanjutnya disiapkan larutan
dari ketiga fraksi dengan variasi konsentrasi yaitu 0,5 , 1, 1,5 , 2 dan 2,5 mg / mL dalam
air. Kemudian dicampurkan 2 mL hidrogen peroksida dengan 1 mL larutan dari masing-
masing fraksi. Selanjutnya diinkubasi selama 10 menit dalam incubator. Lalu absorbansi
masing-masing fraksi diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 230 nm. Persentase aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas Hidrogen
Peroksida dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
% Of H2O2 Inhibition = Acontrol - Asample x 100
Acontrol
Dimana Asample merupakan absorbansi dari ketiga sampel (fraksi) dan Acontrol adalah
absorbansi dari larutan PBS (phosphate buffer saline).
Dalam pengujian
Test H. F C. F B. F
Alkaloids ++ + −
Tannins − − +
Saponins − − +++
Flavonoids − + ++
Glycosides + + ++
Anthraquinones − + −
Terpenoids ++ + −
Steroids ++ − +
Carbohydrates − − −
Reducing sugar − + ++
Proteins + − +++
Coumarins − − +
+++, strong presence; ++, moderate presence; +, weak presence; −, absence.
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid dan
terpenoids hanya ada di fraksi n-heksana dan fraksi kloroform. Sementara itu senyawa
glikosida terdapat di semua tiga fraksi (n-heksana, kloroform dan fraksi butan-1-ol).
Adapun senyawa Tanin, saponin dan kumarin hanya terdapat pada fraksi butan-1-ol.
Selanjutnya senyawa Flavonoid dan reducing gula juga hanya terdapat di kedua fraksi
kloroform dan fraksi butan-1-ol. Kemudian senyawa Anthraquinones hanya terdapat
pada fraksi kloroform. Adapun senyawa stereoid terdapat di kedua fraksi heksana dan
butan-1-ol.
KESIMPULAN
Ekor mencit dilukai dengan pisau steril sehingga mengeluarkan darah, tetesan
darah pertama dibuang,kemudian dihisap dengan pipet eritrositsampai garis tanda“0,5”.
Hisap larutan pengencer (larutan Rees Ecker: natrium sitrat 3,8 g; larutan formaldehida
40% 2 mL; brilliantcresylblue 30 mg, aquades 100 mL) sampai angka “101”.
Segeradikocok selama 3 menit sampai homogen. Kamar hitung dan kaca penutup
dibersihkan. Selanjutnya letakkan kamar hitung yang bersih benar dengan kaca
penutupnya terpasang mendatar di atas meja. Buanglah cairan yang ada di dalam pipet
eritrosit (3 atau 4 tetes) dan segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 30 o pada
permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar
hitung terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya sendiri. Kemudian
biarkan kamar hitung selama 2 atau 3 menit supaya trombosit dapat mengendap.
Hitung semua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah-tengah (1 mm 2)
memakai lensa-lensa objektif besar. Bidang besar tersebut dibagi menjadi 25 “bidang
sedang” dan tiap bidang dibagi lagi menjadi 16 “bidang kecil”. Dengan demikian
jumlah kotak hitung trombosit/ bidang kecil seluruhnya 400 buah, masing-masing
luasnya 1/20 x 1/20 mm2. Trombosit yang menyinggung garis-batas sebelah kiri atau
garis-atas haruslah dihitung. Sebaliknya trombosit yang menyinggung garis-batas
sebelah kanan atau garis-bawah tidak boleh dihitung. Selanjutnya jumlah trombosit
yang diperoleh dari hasil perhitungan tersebut dikali 2000 menghasilkan jumlah
trombosit per mm3 darah (Gandasoebrata, 2007).
Kelompok Ulangan X ± SD
P0 (aquades) 3 240± 31,79 a
P1 (minyak sawit) 3 325,67± 44,19 ab
P2 (daun jambu biji 0,028 g/kg bb) 3 465 ± 59,08 c
P3 (batang tanaman betadin 0,028 g/kg bb) 3 543 ± 22,89 d
P4 (batang tanaman betadin (0,056 g/kg bb) 3 813 ± 15,87 e
(Ruyani, et al., 2010)
Daun jambu biji oleh masyarakat juga sering digunakan sebagai obat penyakit DBD
dalam meningkatkan jumlah trombosit. Perbandingan pengaruh pemberian ekstrak
batang Betadin dan ekstrak daun jambu biji dapat dilihat pada Tabel 4. Angkak juga
banyak digunakan oleh masyarakat untuk mendukung dalam meningkatkan jumlah
trombosit pada penderita DBD. Perbandingan pemberian Angkak dan ekstrak tanaman
Betadin dalam meningkatkan jumlah trombosit disajikan pada Tabel 5.
Perlakuan Ulangan X ± SD
P0 (Aquades) 5 345 ± 42,68a
P1 (Minyak) 5 395 ± 43,92b
P2 (Angkak 0, 44 g/Kgbb) 5 599 ± 22,63c
P3 batang tanaman betadin 0,028 g/Kgbb 5 555 ± 48,62c
P4 batang tanaman betadin 0,056 g/Kgbb 5 820 ± 17,79d
(Yunitasari, et al., 2011)
Ekstrak batang tanaman Betadin pada dosis 0,028 g/Kgbb mampu meningkatkan jumlah
trombosit pada mencit normal yang hampir sama dibanding ekstrak Angkak pada dosis
yang lebih besar yaitu 0, 44 g/Kgbb, sedangkan ekstrak batang tanaman Betadin pada
dosis 0,056 g/Kg bb mampu meningkatkan jumlah trombosit pada mencit normal yang
lebih baik dibandingkan Angkak.
Penelitian berikutnya trombosit mencit diturunkan lebih dahulu dengan
memberikan secara oral dengan aspirin, pemberian aspirin akan menurunkan jumlah
trombosit pada mencit, kondisi jumlah trombosit turun sampai di bawah kondisi normal
sering disebut dengan kondisi trombositopenia. Selanjutnya dalam kondisi trombosit
turun tersebut mncit diberi perlakuan dengan ekstrak batang tanaman Betadin, hasil
pengamatan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil pengukuran jumlah trombosit M.musculus trombositopenia pada
pemberian ekstrak batang tanaman Betadin
Tabel 7. Interpretasi gugus fungsional pada fraksi etil asetat daun J. multifida L
Tabel 8. Interpretasi jenis proton pada fraksi etil asetat daun J. multifida L
Berdasarkan analisis spektra FTIR dan 1H-NMR diinterpretasi bahwa senyawa hasil
isolasi adalah flavonol glikosida lihat struktur pada Gambar 3. untuk menentukan
struktur yang lebih akurat masih perlu dilakukan identifikasi lanjut dengan
menggunakan spektrofotometer 13C-NMR, NMR 2D dan spektrofotometer massa.
Gambar 3. Flavonol glikosida senyawa hasil isolasi (Sundaryono, et. al., 2015)
KESIMPULAN
1. Ekstrak tanaman Betadin pada dosis 0,028 g/Kgbb, 0,056 g/Kgbb, dan dosis
0,084 g/Kgbb mampu meningkatkan jumlah trombosit mencit dalam keadaan
trombositopenia (trombositopenia akibat induksi aspirin) sampai pada jumlah trombosit
dalam keadaan normal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ekstrak batang tanaman
betadin dapat dikembangkan sebagai obat peningkat jumlah trombosit penderita DBD.
2. Hasil isolasi metabolit sekunder daun tanaman betadin fraksi etil asetat adalah
flavnol glikosida
DAFTAR PUSTAKA
Yuharmen, Eryanti, Y., dan Nurbalatif. 2002. Uji Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri
dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galang). Jurnal Natur. Vol 4(2),
Universitas Riau
Kristina, I. dan Wulandari, L. 2004. Demam Berdarah Dengue.
http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm [01
Oktober 2011]
Yunitasari, Ruyani, A., dan Sundaryono, A., 2011. Isolasi dan Uji Senyawa Aktif batang
Jatropha multifida L terhadap Peningkatan Jumlah Trombosit Mus musculus
Jantan dan Pengembangan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar Kimia.
Program Pascasarjana S2 pendidikan IPA FKIP Universitas Bengkulu,
Bengkulu
Ruyani, A., Sundaryono, A., dan Heryanto, H., 2011.. Pengembangan batang tanaman
betadin (Jatropa mulitifida l ) untuk meningkatkan jumlah trombosit penderita
penyakit DBD melalui uji teratogenesis pada Mus musculus, Laporan
penelitian unggulan universitas, Lemlit, Universitas Bengkulu
Sundaryono, A, dan Ruyani, A, 2013. Peluang pengembangan Jatropa mulitifida L.
sebagai obat herbal untuk meningkatkan trombosit dan eritrosit pada penderita
demam berdarah dan malaria serta menurunkan leukosit. Laporan penelitian
hibah pasca, Lemlit Universitas Bengkulu.
Supriadi. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia (Penggunaan dan Khasiatnya). Pustaka
Popular Obor : Jakarta.
Ryan, A., Husin, W., dan Ratnawati, H. 2007. Pengaruh Getah Jarak Cina (Jatropha
multifida L.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka. Bandung: FK Universitas
Maranatha. Karya Tulis Ilmiah
Atoillah, Ahmad, Ibnu. 2007. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Getah
Batang Yodium (Jatropha multifida L.) Terhadap Lama Waktu Koagulasi
Darah Secara in Vitro (Studi Kasus Lama Waktu Koagulasi Golongan Darah
B). Malang : FKIP Universitas Muhammadiyah Malang.
Pasaribu, Subur S., Marliana, Eva dan Napitupulu, B Sulistiyo. 2008. Uji Fitokimia,
Toksisitas dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Jarak Cina
(Jatropha multifida L.). Jurnal Kimia. Vol 5(2), Universitas Mulawarman
Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri pertama. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya
Raaman, N. 2006. Phytochemical Techniques. New India Publishing Agency: Pitam
Pura
Ayoola, GA., Coker, HAB., Adesegun, SA., Adepoju-Bello, AA., Obaweya, K.,
Ezennia, EC., and Atangbayila, TO. 2008. Phytochemical Screening and
Antioxidant Activities of Some Selected Medicinal Plants Used for Malaria
Therapy in Southwestern Nigeria. Trop J Pharm Res, September 2008; 7(3):
1019-1024, University of Benin
Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat : Jakarta.
Suirta, I W., Puspawati, N. M., dan Gumiati, N. K. 2007. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Aktif Larvasida dari Biji Mimba (Azadirachta indika A. Juss)
terhadap Larva Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti).Jurnal Kimia. 1
(1): 47-54