Oleh :
I Nengah Mertayasa
14.322.2155
Olahraga adalah suatu kegiatan fisik yang bersifat permainan yang dilakukan
Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga terdiri dari 2 jenis
aktivitas yaitu aktivitas aerobik dan anaerobik. Kegiatan olahraga yang bersifat
membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat contohnya angkat berat, push-up,
body building, sprint atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga anaerobik.
Beberapa jenis olahraga beregu atau juga individual akan terdapat pula gerakan-
atau juga mengejar bola dengan cepat yang bersifat anaerobik. Beberapa cabang
olahraga seperti sepakbola, futsal, bola basket atau juga tenis lapangan merupakan
(Harsuki, 2003).
jantung, paru-paru dan pembuluh darah agar dapat mengangkut oksigen sehingga
cepat dalam waktu yang singkat, namun tidak dapat dilakukan secara kontinu
untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas ini membutuhkan interval istirahat agar
Futsal merupakan salah satu olahraga kombinasi aerobik dan anaerobik yaitu
regu dalam durasi waktu tertentu, gawang dan bola yang relatif lebih kecil dari
gerakan menekan dengan keras seperti gerakan menendang bola, lari pada arah
putaran yang sama, posisi telapak kaki yang miring pada permukaan lapangan
yang tidak rata, salah melangkah atau tersandung, jatuh terpelanting ke depan,
paling besar, sehingga hal ini menyebabkan lutut harus berkontraksi melebihi
dalam sendi yang cukup besar dan mendorong cairan dari kapsul ke lubang kapsul
di dalam bursa. Otot overlap mencegah cairan yang kembali ke dalam kapsul
sehingga bursa tidak dapat kempis kembali sehingga timbul rasa nyeri (Taylor,
2002).
. Normalnya sendi dapat bergerak sedikit ke belakang dan ke depan untuk
adalah trauma pada sendi, biasanya terkait dengan cedera ligamen. Sprain yang
berat, ligamen dapat putus serta dapat menyebabkan inflamasi, pembengkakan dan
nyeri (Corwin, 2009). Kerusakan ligamen mayor, sendi menjadi tidak stabil dan
diperlukan tindakan pembedahan atau imobilisasi gips sehingga sendi tidak akan
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP, 1979)
dalam Sudoyo, dkk (2006), nyeri adalah sebagai pengalaman sensori dan
perifer untuk mengurangi transmisi dan persepsi stimulus nyeri. Terapi non
Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah setempat dengan
menggunakan ice cap yang dimasukan potongan es sehingga memberi efek rasa
dingin pada daerah setempat, sekitar 5-10 menit dengan suhu 15 0C. Pemberian
jantung, mempersempit pembuluh darah dan mengurangi arus darah lokal (Potter
otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa
dingin lokal. Dingin yang mengenai jaringan dalam waktu yang lama akan
darah dan nutrisi yang adekuat sehingga akan menimbulkan iskemia jaringan, kulit
terlihat kemerahan kemudian menjadi agak ungu kebiruan disertai mati rasa dan
nyeri seperti terbakar. Jaringan kulit dapat membeku akibat dingin yang ekstrem
(Potter & Perry, 2005). Menurut Scheunemann (2008) kompres dingin dilakukan
pengaruh dalam jangka waktu yang singkat yaitu untuk mengatasi nyeri intensif
atau saat menunggu kerja analgesik, sedangkan c) kompres dingin dapat memberi
pengaruh efek relaksasi yang lebih lama serta sangat cocok untuk pasien yang
mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-Beta yang lebih besar dan lebih
cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan Delta-A
berdiameter kecil. Gerbang sinap menutup transmisi impuls nyeri. Meek (1993)
dalam Potter dan Perry (2005), mengatakan bahwa sentuhan dan masase
dialami adalah Cedera ringan yang menyebabkan pemain harus absen kurang dari
sepekan paling sering terjadi yakni 60,15%, Cedera sedang dengan durasi absen
mencapai 77% dibandingkan lutut yang hanya 21% dan ankle atau pergelangan
kaki sebesar 18%. Namun dibandingkan pada bagian tubuh lainnya, cedera lutut
cenderung menyebabkan seorang pemain absen dalam jangka waktu paling lama,
cedera di bagian ini juga paling sering membutuhkan operasi pembedahan untuk
mengatasinya. Pada pergelangan kaki, sisi bagian luar lebih rentan terkilir
dibandingkan sisi dalam maupun tengah. Kerusakan ligamen pada sisi luar juga
itu, kerusakan otot paling banyak terjadi di bagian paha (groin) yakni 53%. Otot
lain yang sering sobek dalam permainan sepakbola adalah hamstring (42%) dan
mengungkap, cedera paling banyak terjadi pada 15 menit awal dan 15 menit
skala nyeri sendi lutut pada atlet basket berprestasi di GOR Ngurah Rai Denpasar.
pemberian kompres hangat dengan penurunan nyeri saat disminore pada siswi di
hangat dengan penurunan skala nyeri saat disminore pada siswi di SMP N I
Winong Pati.
mengalami nyeri pada sendi lutut, 8 pemain (80%) mengeluh nyeri skala 3 (nyeri
ringan, secara obyektif pemain dapat berkomunikasi dengan baik) dan 2 pemain
(20%) mengeluh nyeri skala 4 (nyeri sedang, secara obyektif pemain mendesis dan
memegang lutut yang nyeri), 5 (50%) pemain mengatasi nyeri dengan dipijat, 3
(30%) pemain hanya dibiarkan saja dan 2 (20%) pemain menggunakan obat
farmakologis. Upaya menurunkan nyeri sendi lutut dengan kompres dingin belum
tidak mau repot, padahal kompres dingin sangat praktis, mudah didapat, murah,
tidak menimbulkan efek yang membahayakan bagi tubuh disamping itu pemain
dan keluarga juga bisa melakukan kontrol penanganan nyeri sendi lutut di rumah.
Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Oleh :
I Nengah Mertayasa
14. 322. 2155
PENDAHULUAN
Bayi adalah anak yang berusia di bawah satu tahun. Bayi lebih rentan
terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Lebih dari 70% dari 11
juta anak meninggal tiap tahun yang sebagain besar disebabkan oleh diare,
dibawah lima tahun rata-rata 97 per 1000 kelahiran hidup. Namun terjadi
penurunan pada tahun 2007, yang menjadi rata-rata 44 per 1000 kelahiran
hidup. Untuk kematian bayi pada periode yang sama juga mengalami
penurunan, dimana pada tahun 1991 rata-rata kematian bayi 68 per 1000
kelahiran hidup menjadi 34 pada tahun 2007 (IDHS, 2007, dalam Indonesia
anak. Target dari tujuan tersebut adalah mengurangi dua pertiga rata-rata
bayi, dan pemberian imunisasi pada anak satu tahun untuk melawan campak
(UNDP, 2010).
terkait, untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak-anak dari penyebab
yang dapat dicegah dan diobati, antara lain dengan peningkatan pencapaian
antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten
lebih fokus diberikan pada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka
penyakit berbahaya. Imunitas tidak cukup hanya diberikan satu kali, tetapi
harus di lakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang
dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh
2010).
Namun, imunisasi pada masa anak-anak merupakan tindakan yang
menimbulkan trauma baik untuk anak, keluarga, tenaga kesehatan, dan juga
Selain itu juga tidakan imunisasi yang rutin merupakan sumber utama nyeri
kunjungan. Hal ini disebabkan oleh trauma yang dialami oleh bayi berdampak
pada orang tua dan keluarga. Pengalaman terhadap nyeri atau tindakan yang
mungkin. Hal ini sejalan dengan filsofi keperawatan anak yaitu perawatan
cedera pada tubuh (Wong et al., 2009). Mengingat begitu besarnya man faat
imunisasi, maka berbagai upaya untuk menurunkan kecemasan orang tua dan
khususnya nyeri.
Teknik untuk penurunan nyeri terdiri dari dua cara yaitu intervensi
bahwa intervensi fisik untuk menurunkan nyeri saat dilakukan injeksi pada
anak yang mendapatkan imunisasi rutin antara lain dengan memposisikan
anak saat prosedur injeksi, memberikan terapi es pada area suntikan sebelum
dilakuan injeksi, mengosok dan menekan area suntikan dua menit sebelum
injeksi dan setelah injeksi, mengunakan teknik suntikan cepat tampa aspirasi,
mengurangi rasa nyeri pada seorang yang mengalami kolik renal dan
Beberapa studi nyeri pada anak yang selalu menjadi keluhan utama
saat imunisasi, didapatkan bahwa nyeri yang dikeluhan oleh anak selalu
diabaikan sehingga penangan yang diberikan tidak adekuat (Zeltzer & Brown,
2007). Tindakan yang dapat dilakukan perawat terbagi atas dua yaitu tindakan
Salah satu cara untuk mengurangi dampak nyeri pada anak yang
memenuhi rasa nyaman. Tindakan ini digunakan untuk klien yang mengalami
nyeri (Hidayat & Uliyah 2012, h.183). pemberian kompres hangat dapat
menimbukan efek hangat serta efek stimulasi kutaneus berupa sentuhn yang
jumlah total sasaran bayi yang diimuniasi berjumlah 697 bayi pada tahun
2014. Sasaran imunisasi HBO berjumlah 694 bayi dan sasaran imunisasi DPT
(defteri Pertusis Tetanus), +HB1 + pol2 berjumlah 711 bayi. Wawancara yang
pentingnya imunisasi bagi anaknya, maka dengan berat hati orang tua
lainnya masih belum begitu mengenal bagaimana cara mengurangi nyeri yang
Oleh :
I Nengah Mertayasa
14.322.2155
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit menular belum dapat diatasi sepenuhnya, kini semakin banyak muncul
atau suatu zat yaitu insulin yang harus disuntikkan dengan teratur.
hidupnya. Selain harus menjalankan pengobatan seumur hidup, orang yang telah
satunya menyebabkan penyakit ginjal yang parah. Bahkan, dapat berujung pada
kematian.
Diabetes Melitus di kalangan penduduk Jawa dan Bali berusia 24-64 tahun
terdapat 7,5 persen penduduk Jawa dan Bali menderita Diabetes Melitus yang
menjalani rawat inap dan rawat jalan menduduki urutan pertama di rumah sakit
bahwa penyaringan (skrining) dilakukan pada 1080 orang lanjut usia umur 50
tahun atau lebih di Makassar yang diduga Diabetes Melitus, kemudian dinilai
menurut klasifikasi WHO, 1998. Dari 1080 pasien, yang terdiagnosa Diabetes
Melitus sebanyak 560 (51,85%) laki-laki dan 520 (48,15%) perempuan. Hasil
pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dL sejumlah 420 orang (38,89%),
glukosa dua jam sesudah beban > 200 mg/dL sebanyak 425 orang (39,35%), dan
517 orang (47,87%) dengan glukosa plasma puasa >126 mg/dL serta beban >200
mg/dL.
Menurut Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
bulan Januari – September 2008 tercatat 595 pasien dengan kasus Diabetes
lanjut usia nasional di Jakarta, jika penderita Diabetes Melitus tidak mampu
mengontrol kadar gula dalam darahnya maka akan terjadi komplikasi, misalnya
terkena stroke, gagal ginjal, jantung, kebutaan bahkan harus menjalani amputasi
apabila anggota badan menderita luka yang tidak bisa mengering darahnya.
secara medis seperti obat-obatan maupun non medis melalui pencegahan seperti
adalah penyakit keturunan. Jadi, apabila salah satu anggota keluarga menderita
Diabetes Melitus maka anggota keluarga yang lain berisiko juga menderita
perubahan jaman, adanya perubahan gaya hidup dan aktivitas yang dijalani,
penyakit Diabetes Melitus juga dapat terjadi pada orang yang tidak mempunyai
riwayat keluarga dengan penyakit Diabetes Melitus yang dikenal dengan penyakit
yang tradisional ke konsumsi makanan barat yaitu makanan cepat saji dan
kadar gula darah, olahraga dengan teratur, tidak merokok dan bila diperlukan
dan perubahan perilaku dari masyarakat. Dari hal tersebut, penulis tertarik untuk