Anda di halaman 1dari 17

LANDASAN TEORI MARASMUS

A. Definisi
1. Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun
pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland,
1998).
2. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein. (Suriadi, 2001).
3. Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan
makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan
pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi
protein dan kalori. (Nelson, 1999).
4. Marasmus ialah suatu bentuk kekurangan kalori- protein yang berat.
Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain dari diri
anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinya marasmus.

B. Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP
ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema: kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% standar dengan edema : marasmus kwashiorkor
C. Etiologi
Menurut Behrman (1999) etiologi marasmus antara lain:
1. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan dalam
susunan makanan.
2. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada
hubungan orang tua-anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan
metabolisme atau malformasi bawaan.
3. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan terjadinya
malnutrisi.
4. Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosioekonomi dan budaya
yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan
nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik malabsorpsi
protein, hilangnya protein air kemih ( sindrom neprofit ), infeksi menahun,
luka bakar dan penyakit hati.

D. Patofisiologi
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
manghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian
merupakan prosesn fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh
memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein
digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran
jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan
energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial
lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu,
pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang
normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin. (Ngastiyah,
2005).
E. Pathway
Kegagalan melakukan sintesis protein
Sosial ekonomi rendah Malabsorbsi, infeksi ,anoreksia dan kalori

Intake kurang dari kebutuhan tubuh

Defisiensi protein dan kalori Defisiensi pengetahuan

Asam amino esensial menurun


Hilangnya lemak di bantalan kulit Daya tahan tubuh menurun
dan produksi albumin menurun

Keadaan umum lemah


Turgor kulit menurun Atrofi (pengecilan) otot
dan keriput
Resiko infeksi
Keterlambatan pertumbuhan
Kerusakan integritas dan perkembangan
kulit Resiko infeksi saluran pencernaan

Anoreksia, diare

(Anoey Pardi, 2014)


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
F. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dari marasmus adalah:
1. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.
2. Diare.
3. Mata besar dan dalam.
4. Akral dingin dan tampak sianosis.
5. Wajah seperti orang tua.
6. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu.
7. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot.
8. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor
kulit jelek..
9. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
10. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.
11. Vena superfisialis tampak lebih jelas.
12. Ubun-ubun besar cekung.
13. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.
14. Anoreksia.
15. Sering bangun malam.

G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999):
1. Defisiensi Vitamin A
2. Infestasi cacing
3. Dermatis tuberkulosis
4. Bronkopneumonia
5. Noma (penyakit mulut)
6. Anemia
7. Gagal tumbuh
8. Keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tanda klinis
a. Wajah seperti orang tua
b. Sering terdapat penurunan kesadaran
c. Kulit kering, dingin dan kendor
d. Otot-otot mengecil sehingga tulang-tulang terlihat jelas
e. Sering disertai diare atau konstipasi
f. Tekanan darah, frekuensi jantung dan frekuensi pernafasan berkurang
2. Antropometrik
Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang. Pada
pemeriksaan antropometrik, dilakukan pengukuranpengukuran fisik anak
(berat, tinggi, lingkar lengan, dll) dan dibandingkan dengan angka standard
(anak normal).
Untuk anak, terdapat 3 parameter yang biasa digunakan, yaitu:
a. Berat dibandingkan dengan umur anak
b. Tinggi dibandingkan dengan umur anak
c. Berat dibandingkan dengan tinggi/panjang anak
d. Parameter tersebut lalu dibandingkan dengan tabel standard yang ada
Untuk membandingkan berat dengan umur anak, dapat pula digunakan
grafik pertumbuhan yang terdapat pada KMS.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan kadar darah merah (Hb)
dan kadar protein (albumin/globulin) darah, dapat dilakukan pada anak
dengan malnutrisi. Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci, dapat
pula lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi dan komplikasi-komplikasi
yang terjadi pada anak tersebut.
I. Penatalaksanaan Medis Dan Penatalaksanaan Keperawatan
1. Atasi atau cegah hipoglikemia
Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila <>oC, suhu rektal
35,5oC). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah
kondisi tersebut.
2. Atasi atau cegah hipotermia
Bila suhu rektal <>0 C
a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.
3. Atasi atau cegah dehidrasi
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-
pelan untuk mengurangi beban sirkulasi dan jantung.
4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit
Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar
natrium plasma rendah.
a. Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk cairan
dan ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan
pada 1 liter formula.
5. Obati atau cegah infeksi dengan pemberian antibiotik
6. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :
Berikan setiap hari :
a. Tambahkan multivitamin.
b. Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
c. Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.
d. Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.
e. Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.
Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional).
f. Mulai pemberian makan
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk
memenuhi metabolisme basal.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan
klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan perawat,
panggilan klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan topik yang
akan dibicarakan.
2) Usia dan nomor Rekam Medik.
3) Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.
2. Alasan Masuk
a. Tanyakan kepada klien atau keluarga yang datang?
b. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?
3. Fokus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :
a. Data Subjektif
1) Rasio berat badan
a) Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
b) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan &
bentuk tubuh yang normal.
2) Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus
marasmus. Anak tampak lesu dan tidak bergairah & pada anak
yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.
3) Masukan atau intake nutrisi
a) Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari
jumlah harian yang dianjurkan.
b) Melaporkan atau terlihat kurang makan.
4) Diet
Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.
5) Pengetahuan tentang nutrisi
Memperlihatkan atau terobservasi kurangnya pengetahuan dalam
perilaku peningkatan kesehatan.
b. Data Objektif
1) Data umum
a) Perubahan rambut
Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus,
panjang, halus, mudah lepas bila ditarik).
b) Warna kulit lebih muda
Seluruh tubuh atau lebih sering pada muka, mungkin
menampakan warna lebih muda daripada warna kulit anak
sehat.
c) Tinja encer
Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d) Adanya ruam “bercak bersepih”
Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan
warna kulit yang sangat muda atau bahkan ulkus di bawahnya.
e) Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f) Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan
kurang mengandung kalori dan protein.
g) Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran
usus yang jelas.
h) Adanya anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi,
asam folat dan berbagai vitamin.
i) Mulut dan gigi
Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
j) Kaji adanya anoreksia, mual.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
b. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi atau
status metabolik.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
3. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Gangguan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari  Nutritional Status  Nutrition
kebutuhan tubuh  Nutritional Status : Management
berhubungan Food And Fluid  Nutrition
dengan intake Intake Monitoring
makanan tidak  Nutritional Status :
adekuat (nafsu Nutrient Intake
makan  Weight Control
berkurang).
Kriteria Hasil : Aktivitas
Keperawatan :
 Adanya peningkatan
berat badan sesuai 1. Kaji conjungtiva,
dengan tujuan sclera, turgor kulit
 Berat badan ideal 2. Timbang BB tiap
sesuai dengan tinggi hari
badan 3. Berikan makanan
 Mampu dalam keadaan
mengidentifikasi hangat
kebutuhan nutrisi 4. Berikan makanan
dalam porsi sedikit
tapi seringsajikan
makanan dalam
bentuk yang
menarik
5. Tingkatkan
kenyamanan
lingkungan saat
maka
6. Kolaborasi
pemberian vitamin
penambah nafsu
makan

2 Defisit volume NOC : NIC :


cairan kurang  Fluid Balance  Fluid Management
dari kebutuhan  Hydration  Fluid Monitoring
tubuh  Nutritional Status :
berhubungan Food and Fluid
dengan diare. Intake
Aktivitas
Kriteria Hasil: Keperawatan :
 Mempertahankan 1. Monitor
 Bunyi nurine output keseimbangan
sesuai dengan usia cairan
dan BB, BJ urine 2. Mencegah
normal, HT normal komplikasi akibat

 Tekanan darah, nadi, kadar cairan yang

suhu tubuh dalam abnormal

batas normal 3. Periksa order

 Tidak ada tanda- untuk terapi

tanda intravena

dehidrasi,elatisitas 4. Pilih dan siapkan

turgor kulit baik, intravena infusion

membran mukosa pump sesuai

lembab, tidak ada indikasi

rasa haus yang 5. Monitor TTV


berlebihan
3 Gangguan NOC : NIC :
integritas kulit  Tissue Integrity :  Pressure
berhubungan Skin And Mucous Management
dengan Membranes  Insision Site Care
gangguan nutrisi  Hemodyalis Akses
atau status
metabolik. Kriteria Hasil : Aktivitas
 Integritas kulit yang Keperawatan:
baik bisa 1. Anjurkan pasien
dipertahankan untuk memakai
(sensasi, elastisitas, pakaian yang
temperatur, hidrasi, longgar
pigmentasi) 2. Hindari kerutan
 Tidak ada luka/lesi pada tempat tidur
pada kulit 3. Jaga kebersihan
 Perfusi jaringan kulit agar tetap
baik bersih dan kering

 Menunjukkan 4. Mobilisasi pasien

pemahaman dalam (ubah posisi

proses perbaikan pasien) setiap dua

kulit dan mencegah jam sekali

terjadinya cedera 5. Monitor kulit

berulang akan adanya

 Mampu melindungi kemerahan

kulit dan 6. Oleskan lotion

mempertahankan atau minyak/

kelembaban kulit baby oil pada

dan perawatan daerah yang

alami tertekan
7. Monitor aktivitas
dan mobilisasi
pasien
8. Monitor status
nutrisi pasien
9. Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
4 Resiko tinggi NOC : NIC :
infeksi  Immune Status  Infection Control
berhubungan  Knowledge :
dengan Infection Control
kerusakan  Risk Control Aktivitas
pertahanan
Keperawatan :
tubuh. Kriteria Hasil :

1. Bersihkan
 Klien bebas dari
lingkungan setelah
tanda dan gejala
dipakai pasien lain
infeksi
2. Pertahankan teknik
 Mendeskripsikan
isolasi
proses penularan
3. Batasi pengunjung
penyakit, faktor
bila perlu
yang mempengaruhi
4. Instruksi pada
penularan serta
pengunjung untuk
penatalaksanaannya
mencuci tangan
 Menunjukkan
saat berkunjung
kemampuan untuk
dan setelah
mencegah timbulnya
berkunjung
infeksi
meninggalkan
 Jumlah leukosit
dalam batas normal pasien
 Menunjukkan 5. Gunakan baju dan
perilaku hidup sehat masker sebagai alat
pelindung diri
6. Gunakan sabun
anti mikrobia
untuk cuci tangan
7. Cuci tangan setiap
sebelum dan
sesudah melakukan
tindakan
keperawatan
5 Kurang  Coping NIC :
pengetahuan  Anxiety Reduction
berhubungan
dengan kurang Kriteria Hasil : Aktivitas
nya informasi.  Klien mampu Keperawatan:
mengidentifkasi dan 1. Tenangkan klien
mengungkapkan 2. Berusaha
gejala cemas memahami
 Mengidentifikasi, keadaan klien
mengungkapkan dan 3. Sediakan aktivitas
menunjukkan teknik untuk menurunkan
untuk mengontrol ketegangan
cemas 4. Berikan
 Vital sign dalam pengobatan untuk
batas normal menurunkan cemas
Postur tubuh, dengan cara yang
ekspresi wajah, tepat
bahasa tubuh dan 5. Monitor TTV
tingkat aktivitas 6. Hargai pemahaman
menunjukkan pasien tentang
berkurangnya cemas proses penyakit
7. Tentukan
kemampuan klien
untuk mengambil
keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1.


Jakarta:EGC

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media


Aescullapius.

Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.

NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi &


Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC

Pardi, Anoey. 2014. Laporan Pendahuluan Marasmus.


https://www.scribd.com/doc/249386728/Laporan-pendahuluan-marasmus.
Diakses pada tanggal 4 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai