Kebutuhan akan adanya sistem akuntansi bagi pemda tidak terlepas dari perkembangan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah :
Sistem akuntansi Pemda harus diselenggarakan oleh SKPD dan PPKD. SKPD sebagai entitas
akuntansi menyusun 5 jenis laporan keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan Atas
Laporan Keuangan (CaLK). PPKD kemudian akan melakukan konsolidasi laporan keuangan
SKPD sehingga bisa disusun 7 jenis laporan keuangan pemerintah daerah sebagai entitas
pelaporan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih (SAL), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE), Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Persamaan 1 dapat digunakan untuk entitas pemda meskipun ekuitas dalam konsep akuntansi
pemda berbeda dengan akuntansi komersial.
Persamaan 2 menambahkan akun Pendapatan (LRA dan/atau LO), Belanja (akun LRA), dan
akun Beban (akun Laporan Operasional).
Kepala SKPKD biasanya dijabat oleh Kepala Dinas/Badan Pengelola Keuangan Daerah
(D/BPKD).
d. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang mempunyai tugas:
1. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD);
2. Menyusun DPA-SKPD;
3. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;
4. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
5. Melakukan pengujian atas tagihan dan memeintahkan pembayaran;
6. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
7. Mengadakan iatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batasan anggaran
yang telah ditetapkan;
8. Menandatangani surat perintah membayar;
9. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
10. Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD
yang dipimpinnya;
11. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;
12. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
13. Melaksanakan tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa
yang dilimpahkan Kepala Daerah;
14. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah.
Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang biasanya dijabat oleh Kepala Dinas/Kepala
Kantor/Kepala Badan/Kepala Biro/Kepala Sekretariat DPRD.
Dari uraian diatas tentang struktur organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah, dapat
disimpulkan bahwa pelaksana sistem akuntansi pemerintah daerah adalah Pejabat
Penatausahaan Keuangan (PPK) baik PPK-SKPD maupun PPK-SKPD. Dalam pelaksanaan
sistem akuntansi pemda perlu dilakukan koordinasi juga antara fungsi akuntansi PPK-SKPD
dengan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran SKPD terkait dengan dokumen-
dokumen pelaksanaan anggaran STS, SP2D-LS, SPJ UP/GU/TU yang akan digunakan sebagai
dasar pencatata akuntansi. Selain itu, fungsi akuntasi PPK-SKPD juga harus berkoordinasi
dengan fungsi akuntansi PPKD. Hal ini dikarenakan sistem akuntansi pemda merupakan sistem
akuntansi konsolidasi. Dalam penyusunan laporan keuangan pemda PPKD bertugas melakukan
konsolidasi laporan-laporan keuangan SKPD menjadi laporan keuangan pemda.
BAB 8
SISTEM AKUNTANSI SKPD DAN PPKD
A. PENDAHULUAN
Sistem Akuntansi pemerintah Daerah (SAPD) diperlukan sbagai instrumen paling
penting dalam implementasi SAP berbasis akrual. SAPD didefinisikan sebagai
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
SAPD terdiri atas sistem akuntansi yang dilaksanakan oleh Satuan Kinerja Perangkt
Daerah (SKPD) dan sistem akuntansi yang dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan daerah (PPKD).
Fungsi terkait
a) Bendahara Penerimaan, bertugas antara lain:
1. Mencatat dan membukukan semua penerimaan pendapatan ke dalam buku kas
penerimaan;
2. Membuat rekap penerimaan harian yang bersumber dari pendapatan;
3. Melakukan penyetoran uang yang diterima ke kas daerah setiap hari.
b) Fungsi Akuntansi-PPK SKPD
1. Mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA berdasarkan
bukti-bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal
LO dan Neraca;
2. Melakukan posting jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan
LRA ke dalam Buku Besar masing-masing rekening;
3. Menyusun laporan keuangan, yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
Langkah-langkah
Dalam hal instansi pemungut pajak terpisah dari bendahara umum daerah (BUD), maka
pajak daerah dianggarkan dan dicatat pada SKPD tersebut. Sebaliknya apabila
pemungutan pajak dilakukan oleh pejabat pengelolaan keuangan daerah (PPKD) selaku
BUD, pajak daerah dianggarkan dan dicatat oleh PPKD. Sistem akuntansi pendapatan
SKPD yang dimaksud dalam hal ini adalah jika instansi pemungut pajak terpisah dari
PPKD. Berikut uraian langkah-langkah pencatatan akuntansi pendapatan SKPD yang
terdiri atas:
1. Pajak daerah
Pengakuan pendapatan SKPD dari pajak daerah tergantung pada berbagai jenis atau
metode penerimaan pendapatan yaitu:
Official assessment (pengakuan pendapatan yang didahului dengan adanya
penetapan terlebih dahulu)
Ketika diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP), SKPD telah berhak
mengakui pendapatan, meskipun belum diterima pembayarannya dari wajib
pajak dengan membuat jurnal finansial. Kemudian pada saat wajib pajak
membayar pajak yang terdapat dalam SKP tersebut, wajib pajak akan
menerima Tanda Bukti Pembayaran sebagai bukti telah membayar pajak
dengan membuat jurnal finansial dan jurnal realisasi anggaran. Selanjutnya,
bendahara penerimaan akan menyetorkan pendapatan tersebut ke kas daerah
dengan membuat jurnal finansial dan jurnal realisasi anggarannya.
Self assessment (pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan
perhitungan sendiri oleh wajib pajak) dan dilanjutkan dengan pembayaran
oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari
wajib pajak atas pajak yang sudah dilakukan perhitungan sendiri oleh wajib
pajak, PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan pajak LO dan pendapatan
pajak LRA dengan membuat jurnal finansial dan jurnal realisasi anggaran.
Selanjutnya, bendahara penerimaan menetorkan pendapatan ini ke kas
daerah. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak,
apabila ditemukan adanya kurang bayar maka akan diterbitkan Surat
Ketetapan Kurang Bayar. SKPD mengakui adanya penambahan pendapatan
LO ketika sudah memperoleh tambahan pembayaran yang dilakukan oleh
wajib pajak. Apabila ditemukan leih bayar maka akan diterbitkan surat
keterangan lebih bayar, kemudian SKPD mengakui adanya pengurangan
pendapatan LO.
Pengakuan pendapatan pajak yang pembayarannya dilakukan di muka oleh
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode ke depan
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari
wajib pajak atas pajak yang dibayar untuk periode tertentu , PPK-SKPD
akan mengakui adanya Pendapatan diterima di muka. Selanjutnya,
bendahara penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke Kas Daerah,
berdasarkan dokumen penyetran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran).
Kemudian ada akhir periode akuntansi akan diterbitkan bukti memorial
untuk mengakui pendapatan LO.
2. Retribusi daerah
Dengan menggunakan basis akrual maka ketika diterbitkan Surat Ketetapan
Retribusi Daerah, SKPD telah berhak mengakui pendapatan meskipun belum
diterima pembayarannya dari wajib retribusi. Hal ini karena kriteria pendapatan
telah terbentuk telah terpenuhi. Pada saat wajib retribusi membayar retribusi yang
terdpat dalam SKR tersebut, wajib retribusi akan menerima Tanda Bukti
Pembayaran (TBP) seebagai bukti telah membayar retribusi. TBP juga enjadi dasar
bagi PPK SIPKD untuk mencatat pendapatan retribusi-LRA. Seanjutnya,
bendahara penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke kas daerah. Selain
dengan kriteria yang telah dikatakan sebelumnya, pendapatan retribusi juga dapat
diakui ketika telah diterima pembayarannya. Wajib retribusi melakukan
pembayaran retribusi kemudian akan menerima TBP. Selanjutnya, bendahara
penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke kas daerah.
D. AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN SKPD
Belanja disefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Belanja diakui saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah
sehingga diukur secara cash bassis. Belanja merupakan akun dalam LRA. Beban
merupakan penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban. Beban merupakan akun dalam Laporan Operasional (LO)
sebagai salah satu komponen laporan keuangan finansial yang bersifat accrual bassis.
Sistem dan prosedur akuntansi belanja dan beban terdiri atas 2 sub sistem yaitu:
1. Sub Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas – Pembebanan Langsung
2. Subsistem Akuntansi Pengeluaran Kas – Pembebanan Uang Persediaan (UP), Ganti
Uang Persediaan (GU), dan Tambahan Uang Persediaan (TU)
Fungsi terkait
a. Pengguna anggaran
b. Bendahara Pengeluaran
c. Fungsi Akuntansi PPK-SPKD
d. Kuasa BUD
Langkah-langkah
a. Akuntansi Belanja dan Beban dengan mekanisme UP/GU/TU
1. Fungsi akuntansi PPK-SKPD menerima SP2D UP/GU/TU dari Kuasa BUD
melalui Pengguna Anggaran.
2. Secara berkala PPK-SKPD menerima SPJ dari Bendahara Pengeluaran SKPD.
Berdasarkan SPJ dan lampiran-lampirannya tersebut, fungsi akuntansi PPK-
SKPD mencatat transaksi realisasi belanja tersebut dengan membuat jurnal
finansial dan jurnal realisasi anggaran. Untuk transaksi pembelian barang dan
jasa yang menggunakan Uang Persediaan juga dibuat jurnal finansial dan jurnal
realisasi anggaran.
3. Jika pada akhir peride masih ada sisa UP di Bendahara Pengeluaran SKPD maka
harus disetorkan e rekening kas daerah.
4. Hasil penjurnalan tersebut secara berkala diposting ke buku besar sesuai dengan
kode rekening belanja.
5. Fungsi Akuntansi-PPK-SKPD juga dapat mencatat transaksi-transaksi ke dalam
buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening yang
dianggap perlu.
6. Pada akhir periode, fungsi akuntansi PPK-SKPD memindahkan saldo yang ada
di setiap buku besar ke dalam neraca saldo. Neraca saldo tersebut akan menjadi
dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
Prosedur ini pada praktiknya masih sering terjadi pengembalian kelebihan beban.
Dalam hal ini sistem dan prosedur akuntansi yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Setiap pengembalian kelebihan belanja ke rekening kas umum daerah harus
dilaporkan kepada bendahara pengeluaran SKPD yang terkait.
2. Setiap pengembalian kelebihan belanja harus disertai dengan dokumen berupa
STS
3. STS tersebut selanjutnya disampaikan kepada fungsi akuntansi PPK-SKPD
segera setelah terjadi pengembalian ke rekeing kas umum daerah tersebut.
4. Berdasarkan STS tersebut, fungsi akuntansi-PPK-SKPD membuat jurnal
finansial dan jurnal koreksi.
5. Hasil penjurnalan tersebut secara berkala diposting ke buku besar sesuai dengan
kode rekening belanja.
6. Fungsi akuntansi PPK-SKPD juga dapat mencatat transaksi-transaksi ke dalam
buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening yang
dianggap perlu.
7. Pada akhir periode, fungsi akuntansi PPK-SKPD memindahkan saldo yang ada
di setiap Buku Besar ke dalam Neraca Saldo. Neraca Saldo tersebut akan
menjadi dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
b. Akuntansi Belanja dan Beban dengan Mekanisme LS
Asumsi ini digunakan bahwa dana LS dari BUD lansung diterima oleh pihak ketiga
atau pihak lain yang telah ditetapkan. Belanja dan Beban LS dalam hal ini terdiri
atas:
1. LS Gaji dan Tunjangan
2. LS Barang dan Jasa dan Belanja Modal; dan
3. LS berupa Belanja Bunga, Hibah, Bantuan, dan Tak terduga
Langkah-langkah dalam melaksanakan prosedur akuntansi belanja adalah:
PPK-SKPD mneriam SP2D-LS dari Kuasa BUD melalui Pengguna
Anggaran. Penjurnalan dapat dilakukan pada buku jurnal umum untuk
belanja LS. Untuk mekanisme gaji dan Tunjangan, meskipun dana yang
diterima oleh pegawai adalah jumlah netto, namun fungsi akuntansi SKPD
tetap mencatat belanja gaji dan tunjangan tersebut dalam jumlah bruto.
Sedangkan potongan PFK tidak perlu dicatat, karena pencatatannya sudah
dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD. Untuk mekanisme LS Barang dan
Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana yang diterima oleh
pihak ketiga adalah jumlah netto. Fungsi akuntansi PPK-SKPD tetap
mencatat dalam jumlah bruto dengan mencatat potongan tersebut dalam
akun hutang pajak dalam jurnal umum. Kemudian hasil penjurnalan secara
berkala diposting ke buku besar dengan kode rekening belanja.
Fungsi akuntansi-PPKSKPD juga dapat mencatat transaksi-transaksi dalam
buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening yang
dianggap perlu.
Pada akhir periode, fungsi akuntansi PPK-SKPD memindahkan saldo yang
ada di setiap Buku Besar ke dalam Neraca Saldo. Neraca Saldo tersebut
akan menjadi dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
Pelaksana
Dalam prosedur akuntansi aset pelaksanaan pada tingkat SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi PPK-SKPD
Dokumen
Doumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset yaitu berupa bukti memorial
(berita acara penerimaan/serah terima barang, berita acara penyelesaian pekerjaan)
Catatan yang digunakan
a. Buku Jurnal Umum
b. Buku Besar
c. Buku Besar Pembantu
Langkah-langkah
1. Pembelian aset tetap
Akuntansi pembelan aset tetap pada hakikatnya sama dengan akuntansi belanja
modal seperti yg diuraikan sebelumnya.
2. Penghapusan aset tetap
Penghapusan aset tetap dapat erjadi karena penjualan, tukar menukar, hibah,
penyertaan modal, pemusnahan atau karena sebab-sebab lainnya.
Pelaksana
Dalam prosedur akuntansi kewajiban pelaksana pada tingkat SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi SKPD.
Dokumen
1. Bukti Memorial
2. Dokumen lainnya
Langkah-langkah
Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan penggunan jasa yang
telah dilaksanakan namun pelunasan belum dilakukan oleh SKPD, fungsi PPK-SKPD
akan mengakui adanya utang jangka pendek. Ada beberapa cara yaitu pada saat
pelunasan belum dilakukan, pada saat melakukan pembayaran dengan mekanisme UP,
dan untuk pembayaran dengan mekanisme LS.
Catatan yang digunakan dalam akuntansi hutang pada tingkat SKPD terdiri dari
beberapa catatan berikut: Buku Jurnal Umum, Buku Besar, Buku Besar Pembantu
Langkah – Langkah
Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan penggunaan jasa yang
telah dilaksanakan namun pelunasan belum dilakukan oleh SKPD, fungsi PPK-SKPD
akan mengakui adanya utang jangka pendek akibat transaksi tersebut. Jurnal yang
dibuat adalah Beban (D) terhadap Utang Belanja (K).
Untuk transaksi pembelian aset tetap dan pelunasan belum dilakukan, fungsi akuntansi
PPK-SKPD membuat jurnal Aset tetap (D) terhadap Utang Belanja (K).
Pada saat SKPD melakukan pembayaran dengan mekanisme UP, maka fungsi
akuntansi PPK-SKPD mencatat utang belanja (D) terhadap Kas di Bendahara
Pengluaran (K).
Untuk pembayaran dengan mekanisme LS maka fungsi akuntansi PPK SKPD mencatat
Utang Belanja (D) terhadap R/K PPKD (K).
AKUNTANSI UNTUK KOREKSI KESALAHAN DAN PENYESUAIAN SKPD
Untuk melakukan koreksi atas terjadinya kesalahan pencatatan, berdasarkan dokumen atau
bukti koreksi terkait, fungsi akuntansi SKPD membuat bukti memorial terkait koreksi
kesalahan pencatatan. Selanjutnya diotorisasi oleh pengguna anggaran dan kemudian
digunakan sebagai dasar fungsi akuntansi PPKD untuk membuat koreksi atas jurnal yang salah
catat tersebut. Akuntansi koreksi kesalahan diatur terperinci pada PSAP Nomor 10 dalam PP
71 Tahun 2010. Contoh apabila SKPD melakukan transaksi persediaan dengan pendekatan
beban dan metode periodik, maka jurnal penyesuaiannya adalah Persediaan (D) terhadap
Beban Persediaan (K).
Sesuai dengan Lampiran II Pemendagri Nomor 64 tahun 2013 yang secara terperinci mengatur
sistem dan prosedur akuntansi pemda yang terdiri dari:
Dokumen, berupa:
Pelaksana. Dalam prosedur ini pelaksanaan pada tingkat PPKD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi PPKD.
Catatan Akuntansi yang digunakan: Buku Jurnal Umum, Buku Besar dan Buku
Besar Pembantu
Hasil penjualan di atas secara berkala di posting ke buku besar dan buku pembantu
sesuai dengan kode rekening yang terkait. Pada akhir periode PPKD memindahkan
saldo yang ada di setiap buku besar ke dalan neraca saldo. Neraca saldo tersebut
akan menjadi dasar penyusunan laporan keuangan PPKD.
Pelaksana. Dalam prosedur ini pelaksanaan pada tingkat PPKD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi PPKD.
Catatan Akuntansi yang digunakan: Buku Jurnal Umum, Buku Besar dan Buku
Besar Pembantu
Pelaksana. Dalam prosedur ini pelaksanaan pada tingkat PPKD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi PPKD.
Dokumen, Laporan posisi kas harian, Nota kredit, tembusan SP2D-LS, SP2D
UP/GU/TU, dan dokumen lainnya.
Catatan Akuntansi yang digunakan: Buku Jurnal Umum, Buku Besar dan Buku
Besar Pembantu
a) Fungsi akuntansi PPKD menerima Laporan Posisi Kas Harian dari BUD.
b) Fungsi akuntansi PPKD mengidentifikasi aliran kas dari BUD/Kasda ke bendahara
pengeluaran SKPD dan sebaliknya. Fungsi akuntansi PPKD mencatat jurnal umum
yaitu
1) Aliran dana dari Kasda ke Bendahara Pengeluaran SKPD: R/K-SKPD (D) dan
Kas di Kas Daerah (K).
2) Aliran dana dari Bendahara Penerimaan SKPD ke Kasda: Kas di Kas Daerah
(D) dan R/K-SKPD (K).
c) Hasil penjualan di atas secara berkala di posting ke buku besar dan buku pembantu
sesuai dengan kode rekening yang terkait. Pada akhir periode PPKD memindahkan
saldo yang ada di setiap buku besar ke dalan neraca saldo. Pada akhir periode, fungsi
akuntansi PPKD membuat jurnal eliminasi untuk penggabungan laporan keuangan
seluruh SKPD dan PPKD (selaku BUD) dengan jurnal: R/K-PPKD (D) dan R/K-
SKPD(K).
VII. Akuntansi untuk Koreksi Kesalahan dan Penyesuaian PPKD
Lampiran II Pemendagri 64 tahun 2013 juga mengatur tentang jurnal koreksi dan
penyesuaian bagi PPKD. Fungsi Akuntansi membuat bukti memorial terkait kesalahan
pencatatan. Kemudian, bukti tersebut diotorisasi oleh PPKD dan kemudian digunakan
untuk membuat koreksi atas jurnal yang salah catat tersebut. Contoh yaitu dalam
penyusunan cadangan piutang tak tertagih. Setiap akhir tahun berdasarkan laporan
neraca atau laporan golongan umur piutang pemerintah daerah akhir periode, fungsi
akuntansi PPKD akan membuat cadangan piutang tak tertagih, jurnal penyesuaiannya
yaitu Beban Penyisihan Piutang (D) dan Penyisihan Piutang tak Tertagih (K).