Anda di halaman 1dari 18

NAMA : Agi triwibowo

NIM : 2015-12-027

KELAS :C

Pertanyaan 1 : Penjelasan tentang ph air pada boiler serta syaratnya

Pengolahan Air Untuk Boiler (Ketel Uap)

UNIT PENGADAAN UAP


Uap (Steam) sangat berperan penting dalam proses untuk menggerakkan
mesin-mesin bertenaga uap dan pemanas awal. Sebuah ketel uap (boiler) digunakan
untuk mengubah air menjadi uap dengan pertolongan panas. Ditinjau dari tenaga termis
(panas) yang didapat dengan pembakaran bahan bakar, ketel uap termasuk External
Combustion Engine, yaitu pesawat tenaga dimana pembakaran bahan bakar dilakukan
di luar pesawat (mesin uap) itu sendiri.

Uap yang dihasilkan mempunyai tenaga termis, tenaga potensial dan tenaga
kinetis yang dimanfaatkan sebagai berikut:
a. Tenaga termis yang dikandung uap dapat langsung digunakan sebagai bahan
pemanas pada proses industri.
b. Tenaga potensial dari uap diubah menjadi tenaga mekanik dengan mesin uap untuk
selanjutnya diperoleh tenaga mekanik.
c. Tenaga kinetis dari uap diubah menjadi tenaga putar dengan suatu turbin uap.
Selanjutnya dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik.
Gambar 5-8. Skema proses pada Ketel Uap (Boiler)

Air Pengisi Ketel


A. Sumber-sumber air pengisi ketel

Macam-macam air yang dapat digunakan sebagai air pengisi ketel adalah air
sumur dan air kondensat. Air kondensat sudah murni sehingga tidak perlu mengalami
pengolahan yang khusus, sedangkan untuk air yang berasal dari sumur perlu mendapat
pengolahan-pengolahan lebih dahulu.

B. Syarat Air Pengisi Ketel

Pada dasarnya air yang akan digunakan, terutama yang digunakan sebagai air
pengisi ketel, harus memenuhi syarat. Air yang berasal dari alam (sungai dan tanah)
tidak ada yang dalam keadaan murni, biasanya terdapat pengotor-pengotor, antara
lain :
1. Zat tersuspensi, seperti lumpur dan tanah liat. Biasanya dihilangkan dengan
penyaringan.
2. Zat terlarut, seperti garam-garam mineral (garam magnesium, kalsium dan lain-lain).

Tabel 5-1. Syarat air pengisi ketel dan air ketel


Spesifikasi Air pengisi ketel Air ketel

Kesadahan < 0,1 OD <0,1 OD


pH 7,5-8,0 10,0-10,8

TDS Tidak nyata max 1500

PAlkali 50 ppm 300 ppm

M Alkali 100 ppm 500 ppm

Chlorine Tidak nyata max 70 ppm

Sulfit 30 ppm max 60 ppm


A. Persyaratan air umpan
Oksigen Tidak nyata - boiler :

Silikat Tidak nyata -


Boiler atau ketel uap
Fe Tidak nyata
merupakan sebuah alat
P205 Max 30 ppm
untuk pembangkit uap
dimana uap ini berfungsi
sebagaizat pemindah tenaga kaloris. Tenaga kalor yang dikandung dalam uap
dinyatakan dengan entalpi panas.

Hal-hal yang mempengaruhi efisiensi boiler adalah bahan bakar dan kualitas air
umpan boiler.Parameter-parameter yang mempengaruhi kualitas air umpan boiler
antara lain:
1. Oksigen terlarut, dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan korosi pada peralatan
boiler.
2. Kekeruhan, dapat mengenda pada perpipaan dan peralatan proses serta mengganggu
proses.
3. PH. Bila tidak sesuai dengan standar kualitas air umpan boiler dapat menyebabkan
korosi pada peralatan
4. Kesadahan, merupakan kandungan ion Ca dan Mg yang dapat menyebabkan kerak
pada peralatan serta perpipaan boiler sehingga menimbulkan local overheating
5. Fe, dapat menyebabkan air bewarna dan mengendap disaluran air dan boiler bila
teroksidasi oleh oksigen

Secara umum air yang akan digunakan sebagai umpan boiler adalah air yang tidak
mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya endapan yang dapat
membentuk kerak pada boiler dan air yang tidak mengandung unsur yang dapat
menyebabkan korosi boiler.

Berikut ini merupakan persyaratan bakumutu air umpan boiler :


Tabel baku mutu air umpan boiler

Parameter Satuan Ukuran


PH unit 10,5-11,5
Conductivity Ymhos/cm 5000, max
TDS Ppm 3500, max
P-Alkalinity ppm -
M- Alkalinity Ppm 800 , max
O – Alkalinity Ppm 2,5 x SiO2 , min
T – Hardness Ppm -
Silica Ppm 150, max
Besi Ppm 2, max
PHospat residual Ppm -
SulpHite residual Ppm 20,50
PH Condensate Unit 8,0 – 9,0

Harga PH pada air umpan boiler dan air pendingin penting untuk diperhatikan
untuk mencegah terjadinya korosi. Terdapat hubungan antara PH dan laju terjadinya
korosi pada bahan kontruksi dari logam mid steel yang menunjukkan adanya
kecenderungan menurunnya korosi dengan naiknya harga pH . Namun pada bahan
kontruksi dari logam Cu terjadi sebaliknya, yaitu kecenderungan laju korosi menaik
dengan menaiknya harga pH diatas 9.
Pertanyaan 2 : Tipe-Tipe Penyaringan Air Laut Untuk PLTU

PLTU yang didesain untuk dibangun di tepi laut, ia menggunakan air laut sebagai
sumber airnya. PLTU ini menggunakan kondensor dengan material yang tahan
terhadap korosi. Air laut yang telah mengalami proses filtrasi dipompa untuk masuk ke
kondensor sisi tube sebagai media pendingin uap air yang mengalir di sisi shell. Proses
filtrasi tersebut menggunakan alat bernama trash rake dan travelling screen. Trash rake
menjadi tahap filtrasi sebelum travelling screen. Trash rake berfungsi untuk menangkal
kotoran-kotoran laut yang ukurannya besar. Sedangkan travelling screen berfungsi
untuk memfilter air laut dari kotoran-kotoran yang berukuran lebih kecil.

Selain proses filtrasi, air laut tersebut juga telah disuntikkan bahan kimia tertentu
untuk mencegah hewan-hewan laut berkembang biak di area inlet dan outlet air
laut. Pada sisi tube kondensor digunakan sistem tube cleaner yang berfungsi
untuk menjaga kebersihan tubing kondensor agar tidak terjadi penyumbatan
padanya.

 Yang kedua adalah air pendingin pada PLTU yang menggunakan cooling tower.
Air yang digunakan biasanya bersumber dari sungai atau air tanah. Karena pada
cooling tower selalu ada bagian air yang ikut menguap, maka kemungkinan
terbentuknya sedimentasi, kerak, hidupnya organisme-organisme kecil, dan
bahkan korosi dapat terjadi di pipa-pipa cooling water. Untuk itu diperlukanlah
treatment-treatment tertentu untuk menanganinya. Seperti injeksi kimia supaya
tidak sampai ada perkembangbiakan organisme-organisme air, serta
penggunaan sistem blowdown untuk membuang sedimen-sedimen yang telah
terbentuk. Selain itu injeksi bahan kimia juga dapat digunakan untuk mencegah
terjadinya korosi.

Auxiliary Cooling Water

Auxiliary cooling water adalah air yang dibutuhkan sebagai media pendingin berbagai
peralatan di PLTU seperti lub oil system, pendingin kompresor, pendingin pompa, dan
sebagainya. Air pendingin ini bersirkulasi secara close loop / siklus tertutup, dengan
menggunakan pompa untuk membangkitkan tekanan. Selain pompa digunakan pula
sistem heat exchanger untuk mendinginkan auxiliary cooling water yang bersirkulasi,
dan menggunakan cooling water sebagai media pendingin. Auxiliary cooling water yang
bersirkulasi disyaratkan harus tidak bersifat korosif dan bersih dari kandungan zat-zat
yang dapat menimbulkan kerak. Untuk itu air yang digunakan harus ditreatment terlebih
dahulu sebelum digunakan. Selain itu diperlukan injeksi zat kimia tertentu selama
sistem auxiliary cooling water beroperasi agar kualitasnya tetap terjaga anti korosif.

Service Water dan Potable Water

Service water digunakan untuk memenuhi kebutuhan sistem penanggulangan


kebakaran, supply air demineralisasi, kebutuhan kebersihan PLTU, serta kebutuhan-
kebutuhan tambahan lainnya. Service water harus telah bersih dari zat-zat padat
terlarut (suspended solids), tidak keruh, dan tidak berwarna. pH service water dijaga di
kisaran 6,0 sampai 8,5 dan total dari dissolved solids dibatasi kurang dari 1.000 mg/L.

Pada PLTU biasanya juga disediakan potable water atau air dengan kualitas dapat
dikonsumsi oleh manusia. Jika ada sebagian service water yang digunakan untuk
potable water maka ia harus terklorinasi dan sesuai dengan standard kualitas air minum
yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah setempat. Untuk itu biasanya supaya
dapat dihemat dalam instalasi pipa, sistem pemrosesan airnya, serta lebih efisien, maka
PLTU menggunakan satu proses untuk memproduksi service water dan potable water
sekaligus.

Air Demineralisasi (Demineralized Water)

Air terdemineralisasi digunakan sebagai media kerja siklus air-uap air pada PLTU. Air
ini selain dimasukkan pada pengisian sistem di awal proses sebelum dilakukan
penyalaan boiler, juga sebagai make up atau supply tambahan yang ditambahkan ke
dalam sistem secara terkontrol. Penambahan tersebut dibutuhkan karena adanya
kerugian (losses) yang terjadi. Kerugian-kerugian tersebut seperti akibat dari
penggunaan sootblower pada boiler, proses deaerasi, serta adanya uap yang dibuang
untuk menjaga kualitas dari uap air tersebut.
Air demineralisasi juga digunakan pada sistem pendingin generator (Primary Water
System), pendingin pompa sirkulasi boiler (motor cavity), sistem sealing pada pompa
ekstraksi kondensat, serta sistem-sistem lain yang membutuhkan air terdemineralisasi
sebagai komponen kerjanya.

Air terdemineralisasi adalah air hasil olahan yang sudah bebas dari kandungan-
kandungan mineral terlarut yang dapat berbahaya bagi peralatan-peralatan yang
bekerja pada siklus uap air. Berbagai macam ion mineral maupun dalam bentuk
senyawa yang terkandung dalam air, harus dihilangkan melalui proses-proses tertentu
sebelum air tersebut dapat digunakan lebih lanjut. Selain untuk mencegah terjadinya
korosif dan kerak yang dapat terbentuk, juga untuk mencegah terjadinya short circuit
jika digunakan pada alat-alat seperti motor cavity dan sistem pendingin pada generator
sisi stator (primary water system)

Tahap Filtrasi

Air laut yang menjadi bahan baku utama dialirkan menuju sea water pit, dan untuk
menghambat pertumbuhan biota-biota laut diinjeksikan sodium hipoklorit dengan kadar
tertentu. Selanjutnya air laut difiltrasi menggunakan travelling screen untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang berukuran besar.

Dari sea water pit, air laut dialirkan menuju primary filter dengan menggunakan sebuah
pompa. Diperjalanan, air tersebut diinjeksi senyawa koagulan FeSO 4 yang berfungsi
untuk mengumpulkan partikel-partikel berukuran kecil menjadi partikel-partikel
berukuran lebih besar sehingga lebih mudah dilakukan proses filtrasi.

Setelah injeksi FeSO4, air dialirkan menuju ke filter pertama yang disebut dengan
Primary Filter, dengan tujuan untuk menahan suspended solids yang terkandung di
dalam air laut. Filter ini berjenis multi media filter yang berarti menggunakan beberapa
jenis komponen yang berbeda pada satu filter. Komponen-komponen tersebut adalah
antrasit pada lapisan atas, pasir pada lapisan tengah, garnet pada lapisan paling
bawah, dan gravel sebagai media pendukung. Dari primary filter air dialirkan menuju
polishing filter yang memiliki komponen sama dengan primary filter dengan tujuan untuk
lebih membersihkan air dari suspended solids yang ada.

Komponen Primary dan Polishing Filters

Setelah melalui proses filtrasi di primary dan polishing filter, air ditampung di sebuah
tangki bernama filter tank. Air di filter tank selain akan menuju ke proses selanjutnya
juga digunakan untuk proses backwash pada primary dan polishing filter. Tahapan
selanjutnya, air dari filter tank dialirkan menuju cartridge filter yang memiliki clearence
sebesar 5 μm dengan tujuan untuk melindungi membran reverse osmosis dari
suspended solids yang masih mungkin terkandung di dalam air.

Tahap Desalinasi

Air dari cartridge filter dialirkan menuju proses Desalination Reverse Osmosis.
Desalination Reverse Osmosis adalah proses filtrasi dengan menggunakan membran
semi permeable dengan jalan membalik proses Osmosis. Pada tahap ini, air laut sudah
berubah menjadi air tawar, dari konduktivitas 40.000-50.000 μS/cm sebelum masuk
proses menjadi 700-800 μS/cm di akhir proses reverse osmosis ini.

Selanjutnya air akan mengalami proses decarbonator atau proses menghilangkan


kandungan CO2 dalam air. CO2 harus dihilangkan karena ia akan membentuk
bikarbonat jika di dalam air dan dapat menurunkan pH. Proses ini dengan jalan
menghembuskan udara ke dalam tangki air sisi bawah menggunakan blower, sehingga
udara akan mengikat CO2 dalam air.

Setelah itu air ditampung kembali di tangki Permeate Storage Tank. Dari tangki ini, air
dialirkan ke dua jalur yaitu jalur pertama untuk digunakan sebagai potable water dan
service water, dan jalur yang kedua adalah menuju proses demineralisasi.

Air yang digunakan untuk potable dan service water mengalami proses-proses lanjutan
sebagai berikut:

 Diinjeksi soda ash yang bertujuan untuk menaikkan pH menjadi 9,2-9,6.

 Penambahan sodium silikat untuk membuat lapisan pasif di permukaan pipa.

 Air untuk potable water dialirkan ke carbon filter yang bertujuan untuk
menghilangkan warna, bau, dan rasa. Kemudian diinjeksikan hipoklorit untuk
membunuh mikroorganisme air. Selanjutnya potable water masuk ke potable
water tank sebelum dapat dipergunakan secara umum.

 Sedangkan service water dialirkan ke service tank dan dipergunakan untuk


keperluan umum serta kebutuhan pemadam kebakaran.

Tahap Demineralisasi

Tahap ini menggunakan air dari hasil tahap desalinasi. Demineralisasi juga
menggunakan proses reverse osmosis, yang membedakan adalah penggunaan
membran semi permeable jenis lain. Air yang keluar dari proses ini akan memiliki nilai
konduktifitas sebesar hanya 20-30 μS/cm dari 1000 μS/cm pada saat sebelum proses.

Selanjutnya air dialirkan menuju mixed bed dengan tujuan untuk menangkap ion-ion
baik positif maupun negatif yang terdapat di dalam air dengan menggunakan resin.
Resin merupakan polimerisasi dari difinil benzena dan stirine serta ditambah dengan
gugus aktif. Kation resin memiliki gugus aktif H + sedangkan anion resin memiliki gugus
aktif OH-.

Prinsip Reverse Osmosis

Air hasil dari proses demineralisasi inilah yang selanjutnya dipergunakan sebagai media
kerja untuk proses siklus air - uap air. Selain itu juga dipergunakan sebagai media kerja
auxiliary cooling water dan pendingin pada stator generator.
Meningkatkan Efisiensi PLTU

Efisiensi

Bila pada PLTU batu bara tekanan kondensornya turun, maka daya gunanya
meningkat. Biasanya tekanan kondensor berhubungan langsung atau berbanding lurus
dengan besarnya suhu air pendingin yang berasal dari uap pada kondensor. Jadi bila
suhu itu rendah, maka tahanannya juga rendah dan pada suhu terendah akan
dihasilkan/terjadi tekanan jenuh. Karena air pendingin itu biasanya terdiri dari air yang
berasal dari uap turbin dan air berasal dari laut dan sungai. Akibatnya suhu terendah
besarnya sesuai dengan air yang digunakan sehingga tekanan jenuh sulit diperoleh.
Peningkatan daya guna bisa dilakukan dengan pemanasan ulang dan pembakaran batu
bara yang kurang bermutu.

1. Pemanasan Ulang

Hal ini bisa dilakukan dengan membagi turbin menjadi dua bagian yaitu bagian
tekanan tinggi (TT) dan bagian tekanan rendah (TR) yang berada pada satu
poros. Dengan demikian pembangkit ini mempunyai susunan sebagai berikut :
Boiler - TT - TR - Generator.

Cara kerjanya :

Uap dari boiler dimasukan/dialirkan ke bagian TT, setela h uap itu dipakai
dialirkan kembali ke boiler untuk pemanasan ulang. Kemudian uap dari boiler itu
dialirkan lagi ke turbin TR untuk dipakai sebagai penggerak generator. Dengan
demikian jumlah energi yang bisa dimanfaatkan menjadi besar akibatnya daya
guna atau efiseinsi menjadi besar pula. Dari sini bisa disimpulkan bila turbin
dibagi menjadi tiga bagian yaitu TT, TM, dan TR maka energi yang diperoleh juga
besar, hal ini biasanya digunakan pada mesin dengan ukuran besar.
Meningkatnya suhu (hingga mencapai 560 �C) dan tekanan (hingga mancapai
250 kg/cm2) uap tentunya menyebabkan pertumbuhan PLTU menjadi lebih
pesat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya efisiensi dan keandalan.
Dengan meningkatnya daya berarti desain boiler juga harus diperbaiki yaitu
dilengkapi dengan peralatan pengendalian NOx, peralatan untuk mengeluarkan
sulfur dari gas buang dan peralatan untuk mencegah berbagai partikel keluar
dari cerobong. Peningkatan efisiensi pada PLTU bisa juga dilakukan dengan
cara menambah panjang sudu. Hal ini karena dengan sudu-sudu yang panjang
berarti rugi-ruginya akan berkurang.

2. Pembakaran Lapisan Mengambang Bertekanan

Proses pembakarannya menggunakan udara bertekanan atau dikompres berarti


perpindahan panasnya meningkat akibatnya suhu uap dan gas buang juga
meningkat. Gas buang yang panas ini setelah dibersihkan bisa dimanfaatkan
untuk menggerakkan turbin gas yang digandeng dengan generator sehingga
dihasilkan energi listrik. Jadi energi listrik pada proses pembakaran ini dihasilkan
oleh uap dan gas buang, hal inilah yang menyebabkan efisiensi pada
pembakaran seperti ini meningkat. Selain dari itu turbin gas juga menghasilkan
gas buang yang cukup panas yang bisa digunakan untuk memanaskan air yang
keluar dari kondensor turbin uap yang selanjutnya dimasukkan ke boiler sedang
gas yang sudah dingin di buang ke udara melalui cerobong. Dengan
menggunakan pembakaran lapisan mengambang bertekanan, maka batu bara
yang bermutu rendah bisa dimanfaatkan untuk menjadi energi listrik yang ramah
lingkungan.
3.TIPE-TIPE KONDENSOR

Kondensor

Dilihat dari proses perpindahan panasnya ada dua jenis kondensor, yaitu kondensor
kontak langsung dan kondensor permukaan.

Kondensor Jet

Adalah jenis kondensor kontak langsung yang banyak digunakan. Jenis ini banyak
digunakan pada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang siklus kerjanya
terbuka. Perpindahan panas pada kondensor jet dilakukan dengan menyemprotkan air
pendingin ke aliran uap secara langsung. Air kondensat yang terkumpul di kondensor
sebagian digunakan sebagai air pendingin kondensor dan selebihnya dibuang.

Pada bagian dalam ditempatkan beberapa buah pipa dan nosel penyemprot. Air
pendingin mengalir melalui pipa dan nosel penyemprot karena perbedaan tekanan dan
gaya grafitasi antara penampungan air pendingin (Basin Cooling Tower) dengan
kondensor.

Uap yang terkena semprotan air pendingin akan melepaskan panasnya dan selanjutnya
diserap oleh air penyemprot. Uap yang telah melepaskan panasnya akan mengembun
(terkondensasi) menjadi air bercampur dengan air penyemprot, sehingga kedua fluida
tersebut mencapai temperatur akhir yang sama di Hot Well.

Ruangan didalam biasanya dibagi menjadi 2 ruangan/bagian, yaitu ruangan


pengembunan uap dan ruangan pendinginan gas. Ruangan pengembunan uap, dan
ruangan pendinginan gas dimaksudkan untuk memperkecil volume gas-gas yang tidak
mengembun. Hal ini dibuat demikian agar peralatan pelepas gas-gas (ejector/pengisap
gas) dapat dibuat dalam ukuran yang lebih kecil.

Campuran uap dan gas-gas panas bumi yang tidak terkondensasi keluar dari turbin
melalui satu atau beberapa laluan dan masuk ke dalam kondensor pada bagian
ruangan horisontal untuk pengkondensasian uap. Sedangkan bagian ruangan silinder
vertikal untuk pendinginan gas-gas yang tidak terkondensasi (non-condensable gas).

Untuk mempertahankan kondisi tekanan (vakum), level air di hotwell perlu


dipertahankan (dikontrol). Terlalu tingginya air di dalam kondensor akan mengganggu
proses penyemprotan, dan terlalu rendah akan meyebabkan terjadinya gangguan pada
pompa air pendingin (Condensate Pump). Selain itu vakum dipertahankan dengan
mengeluarkan gas-gas dan udara yang tidak terkondensasi.
Gb 1. Jenis (kontak langsung) jet

Kondensor Permukaan

Pada Jenis ini, uap terpisah dari air pendingin, uap berada diluar pipa-pipa sedangkan
air pendingin berada didalam pipa. Perpindahan panas dari uap ke air terjadi melalui
perantaraan pipa-pipa. kemurnian air pendingin tidak menjadi masalah karena terpisah
dari air kondensat.

Dengan penyekatan yang tepat ruang air (water box ) dari air pendingin dapat dibuat
satu atau dua aliran melintas sebelum mencapai keluaran. Apabila aliran air pendingin
hanya sekali melintas, maka disebut kondensor lintasan tunggal (single pass), sedang
apabila air pendingin melintasi dua kali, maka disebut kondensor lintasan ganda
(double pass). Pada cara ini air dalam pipa separoh bawah akan mengalir dari depan
kebelakang dan separoh bagian atas dari belakang ke depan.
Gb 2. Jenis lintasan tunggal
Gb 3. Jenis lintasan ganda dan saluran venting

Panjang saluran dan jumlah pipa-pipa ditentukan oleh beban silinder lintasan ganda
yang digunakan sedemikian rupa sesuai kenaikan temperatur air pendingin yang
diperbolehkan sehingga air pendingin yang diperlukan jumlahnya lebih kecil.

Jenis kondensor pada turbin dengan satu atau dua silinder tekanan rendah umumnya
dipasang secara melintang menggantung dibawah silinder tekanan rendah dan disebut
’underslung tranverse’ (menggantung melintang). Kondensor yang menggantung
tersebut seluruhnya terletak dibawah silinder tekanan rendah dan diikatkan kepada
silinder. Tetapi kondensor juga disangga oleh pegas-pegas sehingga silinder tekanan
rendah tidak bergeser. Pegas dirancang sedemikian sehingga tidak ada beban yang
diteruskan kerumah turbin bila sedang beroperasi.

Gb 4. posisi kondensor dibawah turbin


Pertanyaan 5. Kenapa pabrik gula menggunakan banyak boiler

Boiler dan Pemakaian Uap di Pabrik Gula

Pabrik Gula memerlukan tenaga dalam jumlah relatif besar untuk penggerak utama. Tenaga
tersebut diperlukan terutama dalam bentuk listrik untuk motor penggerak peralatan dan uap
tekanan menengah hingga tinggi untuk turbin uap dan mesin uap. Untuk proses produksi gula
dibutuhkan energi uap dalam jumlah besar. Dalam sistem cogeneration penggunaan energi uap
yang pertama adalah untuk penggrak mekanik melalui mesin atau turbin uap, bersamaan
dihasilkan uap bekas untuk proses pemanasan, penguapan dan kristalisasi. Dalam pabrik banyak
peralatan seperti pompa, blower, kompresor, centrifugal (low and high grate), conveyor, feeder,
vibrator dan mixer yang digerakkan oleh elektro motor. Untuk pabrik yang efisien, melalui turbin
generator dalam sistem cogeneration seluruh kebutuhan tenaga uap dan listrik dapat dipenuhi
melalui pembakaran ampas pada boiler.

Untuk mengolah nira tebu menjadi gula kristal juga diperlukan energi panas dalam bentuk uap
dengan jumlah besar. Panas tersebut dimanfaatkan melalui kondensasi uap bekas pada pipa-pipa
penukar panas. Secara detil prosesnya sebagaimana pada peralatan pemanas nira, evaporator dan
pan masak.

Anda mungkin juga menyukai