Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Nursalam (2008:224) mengatakan bahwa tinjauan pustaka yang membuat

tentang teori dasar yang relevan, fakta dan memiliki hasil penelitian dari pustaka

mutakhir atau pendekatan terbaru yang memiliki hubungan dengan penelitian

yang dilakukan serta diuraikan secara sistematik. Sebagai dasar teori diadakannya

penelitian ini adalah konsep dasar kanker payudara dan konsep dasar pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI).

2.1.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah sebagai suatu kemampuan dan keterampilan yang

diperoleh oleh seseorang melalui pengalaman, pemahaman teoritis atau praktis

dari suatu subjek. Istilah dari pengetahuan juga digunakan untuk memahami suatu

subjek yang digunakan untuk tujuan tertentu (Aden, 2010).

Notoatmodjo (2007) mengatakan pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga.

7
8

2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan Di dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi.

1) Tahu. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, mengurangi, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Misalnya dapat menyebutkan pengertian pemeriksaan payudara sendiri.

2) Memahami. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus melakukan

pemeriksaan payudara sendiri.

3) Aplikasi. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi

di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
9

lain. Misalnya dapat melakukan langkah-langkah tepat dan benar pada

pemeriksaan payudara sendiri.

4) Analisis. Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama orang lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti

dapat menggambar (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokan, dan sebagainya.

5) Sintesis. Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya,

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumusan

yang telah ada.

6) Evaluasi. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi

atau penilaian terhdap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara

perempuan yang telah melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan

rutin dan langkah yang benar dan yang tidak, mengapa perempuan tidak

mau melaukan pemeriksaan payudara sendiri.


10

2.1.1.3 Sumber Pengetahuan

Hidayat, (2007) mengatakan pengetahuan yang rendah dikarenakan

kurangnya informasi dan merasa tidak perlu membaca baik dari buku, media

massa maupun internet. Pengetahuan didapat melalui proses pembelajaran setelah

memperoleh pengetahuan, pembelajaran. Setelah memperoleh pengetahuan,

diharapkan subjek akan dapat merubah perilakunya.

Hidayat, (2008) mengatakan seseorang mendapat pengetahuan sebagai

hasil dari pelajaran. Dengan adanya pengetahuan diharapkan dapat mengubah

perilaku seseorang. Perilaku yang diubah dapat berupa keterampilan intelektual,

kemampuan kognitif, kemampuan verbal, kemampuan motorik, sikap dan nilai

yang berhubungan dengan aspek emosional yang dimiliki.

2.1.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memeperoleh

pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi 2 yakni cara

tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah (Notoatmodjo,

2005).

1) Cara Tradisional/Cara Non Ilmiah. Cara tradisional ini dipakai orang

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Sebelum ditemukannya

metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis, cara

tradisional ini meliputi:

(1) Cara Coba-coba. Apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah,

upaya pemecahannya dilakukan dengan metode coba-coba saja. Coba-


11

coba ini dilakukan dengan menggunakan metode kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

maka akan dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan, sehingga cara ini disebut metode coba dan gagal atau salah.

1) Cara Kekuasaan atau Otoritas. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan-kebiasaan orang biasanya diwariskan turun temurun dari

generasi ke generasi berikutnya tidak hanya terjadi pada masyarakat

tradisional saja melainkan juga terjadi pada masyarakat modern dan

kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai

kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan yang diperoleh dapat berasal

dari pemimpin-pemimin masyarakat baik formal maupun informal, ahli

agama, pemegang pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun para

ahli ilmu pengetahuan.

b) Berdasarkan Pengalaman Pribadi. Pengalaman merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan dana dapat dilakukan dengan

cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara

yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi,

maka untuk memecahkan masalah orang lain yang sama orang dapat pula
12

memecahkan cara tersebut, tetapi bila ia gagal menggunakan cara

tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari

cara yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya.

c) Melalui Jalan Pikiran. Manusia telah mampu menggunakan penalarannya

dalam memperoleh pengetahuan, dengan kata lain dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya

merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

pernyataan. Pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya

sehingga dapat dibuat kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan

itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada umum yang dinamakan

induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.

2) Cara Modern. Cara terbaru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yang

mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon dengan mengadakan mula.

2.1.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Umur. Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
13

2) Pendidikan. Bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Semakin

tinggi tingkat pendidikan makin mudah menerima informasi hingga makin

banyak pula pengetahuannya.

3) Pengalaman. Pengalaman akan dijadikan dasar pengetahuan. Jadi kaum

empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan

lewat penalaran nasional umum, lewat tangkapan panca indera manusia.

4) Informasi. Informasi yang diterima semakin banyak membuat seseorang

baik melalui media masa atau media elektronik atau wawancara

narasumber, maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan

yang sebelumnya dapat mempengaruhi proses belajar sekarang.

2.1.2 Konsep Dasar Kanker Payudara

Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengertian kanker payudara,

anatomi payudara, faktor-faktor penyebab kanker payudara, tanda dan gejala

kanker payudara, stadium kanker payudara, klasifikasi kanker payudara.

2.1.2.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran

kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Kanker

payudara terutama menyerang perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan

terjadi pada pria. Sebagian besar kanker payudara bermula pada sel-sel yang
14

melapisi duktus (kanker duktal). Beberapa kasus bermula di lobulus (kanker

lobular) dan sebagian kecil bermula di jaringan lain (cancerhelps, 2010:37).

Kanker payudara adalah kanker ganas yang terjadi pada sel-sel di

payudara. Kanker ini sering menyerang perempuan, tetapi dapat juga terjadi pada

pria. Kanker payudara terjadi karena adanya perubahan pada Deoxyribo Nucleic

Acid (DNA) sel payudara. Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) adalah komponen kimia

yang membentuk gen kita (Sudewo, 2012).

2.1.2.2 Anatomi Payudara

Dalam istilah medik, payudara disebut glanulla mammae yang berasal dari

bahasa latin payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di

atas otot dada. Terlektak sekitar iga kedua atau ketinggian sampai iga keenam atau

ketujuh. Fungsi payudara untuk produksi susu dan menyusui serta sebagai

peranan seksual, dengan berat kira-kira 200 gram dan ukuran normal 10-20 cm.

Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya akan mengecil

setelah menopouse. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan

stroma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Besarnya payudara

tidak menjamin banyaknya jumlah air susu yang dihasilkan (Pitriani & Andriani,

2012).

Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu: korpus, aerola dan papila

(Sari, Indrawati & Harjanto 2012:114-115).

1) Korpus. Korpus atau badan adalah bagian payudara yang membesar. Pada

korpus terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. ASI
15

disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian

beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus

laktiferus).

2) Aerola. Aerola yaitu bagian kehitaman di tengah payudara, semacam

daerah pigmen yang mengelilingi papila susu. Ukuran aerola bermacam-

macam tergantung pada setiap perempuan. Di daerah aerola terdapat

minyak yang dihasilkan oleh kelenjar montgomery. Kelenjar ini dapat

berbentuk gelombang-gelombang naik dan sensitif terhadap siklus

menstruasi seorang perempuan. Kelenjar ini bekerja untuk melindungi

dan meminyaki papila susu selama menyusui.

3) Papila. Papila yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Biasanya,

papila mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari kulit di

sekelilingnya. Warna papila bermacam-macam dari merah muda pucat,

sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Papila

beragam antara sangat halus sampai berkerut dan bergelombang. Papila

biasanya menonjol keluar dari permukaan payudara. Terkadang, papila

menjadi tegak. Hal ini disebabkan oleh kontraksi otot dan biasanya terjadi

ketika perempuan terangsang secara seksual. Ada beberapa bentung papila

yaitu, normal, pendek, dan papila terbenam atau berbalik. Papila terbenam

perlu diwaspadai karena merupakan salah satu tanda kanker payudara


16

Gambar 2.1. Anatomi Payudara

2.1.2.3 Faktor-faktor Penyebab Kanker Payudara

Sebagian besar kanker payudara terjadi tanpa penyebab yang jelas,

walaupun diketahui terdapat beberapa faktor resiko menurut (ACS, 2013) dan

Sudewo (2012) yaitu: jenis kelamin, faktor resiko genetik, tidak memiliki anak

atau hamil di usia tua, menggunakakn pil KB, obesitas atau kelebihan berat badan,

kurangnya aktivitas, minum alkohol dan jaringan payudara yang padat.

1) Jenis Kelamin perempuan lebih beresiko menderita kanker payudara

dibandingkan laki-laki, hal ini mungkin karena pria memiliki lebih sedikit

hormon perempuan estrogen dan progesteron, yang dapat mendorong

pertumbuhan sel kanker payudara.

2) Faktor risiko genetik sekitar 5% sampai 10% dari kasus kanker payudara

dianggap turun-temurun, yang berarti bahwa mereka berakibat langsung

dari cacat gen (mutasi) diwarisi dari orangtua. Penyebab paling umum dari
17

kanker payudara herediter adalah mutasi diwariskan dalam gen BRCA-1

dan BRCA-2. Dalam sel normal, gen ini membantu mencegah kanker

dengan membuat protein yang menjaga sel-sel dari tumbuh abnormal.

3) Tidak memiliki anak atau hamil di usia tua perempuan yang tidak

memiliki anak atau memiliki anak pertama di atas usia 30 tahun memiliki

resiko terkena kanker payudara sedikit lebih tinggirweq dari pada memiliki

anak di bawah usia 30 tahun.

4) Menggunakan pil KB. Penggunakan pil KB dalam jangka panjang

memiliki resiko lebih besar terkena kanker payudara. Hal ini dapat

disebabkan oleh adanya penumpukan hormon saat penggunaan pil KB,

sehingga memicu munculnya kanker. Resiko ini akan menurun ketika

penggunaan pil KB dihentikan atau diganti dengan metode KB lainnya

(seperti suntik atau spiral).

5) Tidak menyusui. Perempuan yang menyusui anak selama 1,5 sampai

dengan dua tahun dapat menurunkan resiko terkena kanker.

6) Obesitas atau kelebihan berat badan diperkirakan dapat meningkatkan

resiko terkena kaker payudara, terutama bagi perempuan paska

menopause.

7) Kurangnya aktivitas fisik, berolahraga dapat mengurangi resiko kanker

payudara. Berdasarkan penelitian Women’s Health Initiative (WHI),

berjalan cepat minimal 1,25 sampai dengan 2,5 jam per minggu dapat

mengurangi 18% resiko terkena kanker payudara. Olahraga fisik yang


18

disarankan adalah selama 45-60 menit dan minimum lima hari dalam

seminggu.

8) Minuman alkohol jelas terkait dengan peningkatan risiko terkena kanker

payudara. Risiko meningkat sesuai jumlah alkohol yang dikonsumsi.

Dibandingkan dengan yang tidak minum alkohol, perempuan yang

mengkonsumsi 1 minuman beralkohol sehari memiliki peningkatan resiko

yang sangat kecil. Mereka yang minum alkohol 2-5 kali sehari memiliki

risiko sekitar 1½ kali dari perempuan yang tidak minum alkohol.

Konsumsi alkohol yang berlebihan juga diketahui meningkatkan risiko

terkena beberapa jenis kanker lainnya.

9) Jaringan payudara yang padat, payudara terdiri dari jaringan lemak,

jaringan fibrosa, dan jaringan kelenjar. Seseorang dikatakan memiliki

jaringan payudara yang padat (seperti yang terlihat pada mammogram)

ketika mereka memiliki lebih banyak jaringan kelenjar dan jaringan

kurang berserat dan lemak. Perempuan dengan payudara padat memiliki

risiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan perempuan

dengan payudara kurang padat. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi

kepadatan payudara, seperti usia, status menopause, penggunaan obat-

obatan (seperti terapi hormon menopause), kehamilan, dan genetikan.

2.1.2.4 Tanda Dan Gejala Kanker Payudara

Sudewo (2012) mengatakan tanda dan gejala kanker payudara adalah

adanya benjolan yang tidak menyakitkan, keras pada seluruh atau sebagaian
19

payudara, payudara terasa nyeri, papila nyeri, tertarik kedalam dan mengeluarkan

cairan atau darah dari papila tetapi bukan ASI. Selain itu kulit payudara berwarna

kemerahan, bersisik atau menebal.

Tanda dan gejala kaner payudara adalah teraba adanya benjolan, nyeri di

payudara maupun papila, keluar cairan dari papila ketika tidak sedang menyusui,

cairan yang keluar memiliki warna dan kekentalan yang berbeda dengan air susu,

timbul iritasi di kulit payudara (bersisik), retraksi kulit papila (kulit tertarik

krrweqe dalam) dan kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange)

(Handayani, Suharmiati & Ayuningtyas 2012).

2.1.2.5 Stadium Kanker Payudara

Stadium kanker menunjukan kondisi kanker. Semakin tinggi stadium

kanker payudara, maka semakin perkembangan penyakit ini semakin memburuk.

Stadium kanker payudara yaitu: stadium 0, stadium I, stadium IIA, stadium IIB,

stadium IIIA, stadium IIIB, stadium IIIC dan stadium IV (Handayani, Suharmiati

& Ayuningtyas 2012).

1) Stadium 0 merupakan stadium pre-kanker, ketika massa tumor belum

keluar dari kelenjar susu maupun saluran susu. Sel-sel kanker masih

berada di dalam saluran susu (duktus), belum menginvasi ke dalam

jaringan payudara normal yang berdekatan. Kemungkinan bertahan hidup

sampai dengan 10 tahun kedepan sebesar 98%.

2) Stadium I ukuran kenker sekitar 2 cm atau kurang, hanya terbatas pada

payudara dan belum sampai pada kelenjar getah bening. Kemampuan


20

bertahan hidup penderita kanker payudara stadium I (suvival rate) selama

5 tahun ke depan bersikisar 85%.

3) Stadium II A tidak ditemukan tumor pada payudara, tetap sel-sel kanker

ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah

lengan. Dikatakan stadium IIA jika ukuran tumor sebesar 2 cm atau

kurang dan telah menyebar kekelenjar getah bening aksila (ketiak). Bisa

juga kondisi tumor berukuran lebih dari 2 cm, tetapi tidak lebih dari 5 cm

dan belum menyebar ke kelenjar getah bening aksila (ketiak). Daya tahan

hidup penderita kanker payudara stadium IIA selama 5 tahun ke depan

berkisar 60-70%.

4) Stadium IIB tumor sudah menyebar ke kelenjar getah bening aksila

dengan ukuran sudah lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak lebih dari 5 cm.

Bisa juga ukuran tumor sudah lebih besar dari 5 cm tetapi belum menyebar

ke kelenjar getah bening aksila (ketiak).

5) Stadium IIIA tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di

kelenjar getah bening melekat atau pada struktur yang lain; atau tumor

bisa ditemukan dengan berbagai ukuran. Kanker sudah menyabar ke

kelenjar getah bening aksila (ketiak), saling melekat atau menempel pada

struktur lain; atau kanker ditemukan pada kelenjar getah bening dekat

tulang dada. Survival rate selama 5 tahun ke depan untuk penderita kanker

payudara stadium IIIA sebesar 30-50%.

6) Stadium IIIB tumor bisa ditemukan dengan berbagai ukuran dan sudah

menyebar ke dinding dada atau kulit payurweqdara, serta mungkin telah


21

menyebar ke kelenjar getah bening aksila (ketiak) yang mengelompok

bersama atau melekat pada struktur lain. Bisa juga kanker sudah

menyebar ke kelenjar getah bening dekat tulang dada. Kanker payudara

yang sudah mengalami peradangan atau inflamasi paling tidak sudah

masuk pada stadium IIB.

7) Stadium IIIC bisa jadi ditemukan adanya tumor di payudara, tetapi tumor

sudah ditemukan adanya berbagai ukururweqan dan sudah menyebar ke

dinding dada dan kulit payudara. Sel kanker sudah menyabar ke kelenjar

getah bening baik di atas maupun di bawah tulang selangka atau klavikula

(collarbone). Kanker bisa jadi sudah menyebar ke kelenjar getah bening

aksila (ketiak) atau kelenjar getah bening dekat tulang dada.

8) Stadium IV kanker sudah menyabar atau bermetastasis ke bagian tubuh

poiuyang lain. Daya tahan hidup penderita 5 tahun ke depan pada

penderita kanker payudara stadium IV sekitar 15%.

2.1.2.6 Jenis-jenis Kanker Payudara

Jenis-jenis kanker payudara menurut CancerHelps.T (2010) yaitu: Duktus

Karsinoma In Situ (DCIS), Lobular Karsinoma In Situ (LCIS), Invasif atau

Infitrating Duktal Karsinoma (IDC), Invasif atau Infiltrating Lobular Karsinoma

(ILC), dan Kanker Payudara Terinflamasi (IBC).

1) Duktus Karsinoma In Situ (DCIS) merupakan tipe kanker payudara non-

invasif paling umum. DCIS berarti sel-sel kanker berada di dalam duktus

dan belum menyebar keluar dinding duktus kejaringan payudara


22

disekitarnya. Sekitar satu hingga lima kasus baru kanker payudara adalah

DCIS. Hampir semua perempuan dengan kanker tahap ini dapat

disembuhkan.

2) Lobular Karsinoma In Situ (LCIS) sebenarnya LCIS bukan kanker, tetapi

LCIS terkadang digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif.

Kanker jenis ini bemula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi

tidak berkembang meeqlalui dinding lobulus. Kebanyakan ahli kanker

berpendapat bahwa LCIS sering tidak menjadi kanker invasif, tetapi

perempuan dengan kondisi ini memiliki resiko lebih tinggi untuk

menderita kanker payudara invasif pada payudara yang sama atau berbeda.

3) Invasif atau Infitrating Duktal Karsinoma (IDC) merupakan jenis kanker

payudara yang paling umum dijumpai. Timbulnya sel kanker dimulai dari

duktus, menerobos diniding duktus, dan berkembang kejaringan lemak

payudara. Kanker akan menyebar (bermetastasis) ke organ tubuh lainnya

melalui sistem getah bening dan aliran darah. Sekitar 8-10 kasus kanker

payudara invasif merupakan jenis ini.

4) Invasif atau Infiltrating Lobular Karsinoma (ILC) kanker jenis ini dimulai

dari lobulus. Seperti IDC, ILC dapat menyebar atau bermetastasis ke

bagian lain di dalam tubuh.

5) Kanker Payudara Terinflamasi (IBC) merupakan jenis kanker payudara

invasif yang jarang terjadi. Hanya 1-3% dari semua kasus kanker payudara

adalah jenis IBC. Sebaliknya kanker jenis ini membuat kulit payudara

terlihat merah dan terasa hangat. Kulit payudara juga tampak tebal dan
23

mengerut seperti kulit jeruk. Biasanya dokter baru mengetahui terjadinya

perubahan ini karena sel-sel kanker telah menghambat pembuluh getah

bening di kulit. Bukan karena adanya inflamasi, peradangan, atau infeksi.

Payudara yang terinvasi biasanya berukuran lebih besar, kenyal, lembek,

gatal. Jenis kanker ini cenderung menyebar dan memiliki prognosis yang

lebih buruk dibandingkan tipe Kanker Payudara Terinflamasi (IBC) atau

Invasif atau Infiltrating Lobular Karsinoma (ILC).

2.1.3 Konsep Dasar SADARI

Dalam bab ini akan dibahas mengenaipengertian SADARI, manfaat

melakukan SADARI, waktu melakukan SADARI, hal-hal yang harus diperhatikan

saat melakukan SADARI, langkah-langkah melakukan SADARI.

2.1.3.1 Pengertiaan SADARI

Depkes RI (2009) menyatakan SADARI adalah pemeriksaan payudara

yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan memeriksa payudaranya

sendiri setiap bulan. Dengan melakukan pemeriksaan secara teratur akan diketahui

adanya benjolan atau masalah lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil

sehingga lebih efektif untuk diobati.

Olfah (2013:73) mengatakan SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya

tumor/kanker payudara dengan mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi

kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna kulit papila bersisik dan perubahan

cairan atau nana dan darah.


24

2.1.3.2 Manfaat Melakukan SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri dapat mengajarkan perempuan untuk

merasakan dan mengetahui payudara yang normal. Bentuk dan kepadatan

payudara bisa berubah-ubah seiring berjalannya waktu terutama pada waktu haid.

Pemeriksaan payudara sendiri juga bermanfaat untuk pencegahan atau deteksi dini

kanker payudara (Rasjidi, 2010).

Pemeriksaan payudara bermanfaat untuk memastikan bahwa payudara

seseorang masih normal. Bila ada kelainan seperti infeksi, tumor atau kanker

dapat ditemukan lebih awal. Kanker payudara yang diobati pada stadium dini

kemungkinan sembuh mendeteksi 95% (DEPKES, 2009).

2.1.3.3 Waktu Melakukan SADARI

American Cancer Society dalam proyek skrining kanker/tumor payudara

menganjurkan hal berikut ini pada perempuan walaupun tidak dijumpai keluhan

apapun (Lestadi, 2009):

(1) Perempuan berusia lebih dari 20 tahun melakukan SADARI tiap tiga

bulan.

(2) Perempuan berusia lebih dari 35 tahun– 40 tahun melakukan mammografi.

(3) Perempuan berusia lebih dari 40 tahun melakukan check up pada dokter

ahli.

(4) Perempuan berusia lebih dari 50 tahun check up rutin/mammografi setiap


tahun.
(5) Perempuan yang mempunyai faktor resiko tinggi (misalnya keluarga ada

yang menderita kanker )


25

DEPKES RI (2009) mengatakan sebaiknya pemeriksaan payudara

dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari ke -1 mulai haid atau bagi

yang telah menopause pemeriksaan payudara dilakukan dengan memilih tanggal

yang sama setiap bulannya.

2.1.3.4 Tanda-tanda Yang Harus Diwaspadai Saat Melakukan SADARI

DEPKES RI (2009) mengatakan tanda-tanda yang dilihat dengan

memperhatikan payudara adalah :

(1) Penambahan ukuran/besar yang tak biasa pada payudara

(2) Salah satu payudara lebih cekung pipit pada kulit payudara

(3) Cekungan atau lipatan pada papila

(4) Perubahan penampilan papila payudara

(5) Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu papila

(6) Adanya benjolan pada payudara

(7) Pembesaran kelenjar getah bening pada lipatan ketiak atau leher

(8) Pembengkakan pada lengan bagian atas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan palpasi adalah apakah

teraba benjolan atau massa. Apabila teraba benjolan, periksa lebih jauh lagi

menganai: letak, ukuran, permukaan rata atau berdengkul, konsistensi padat atau

kenyal, batas dengan jaringan sekitarnya tegas atau tidak), perletakan pada dasar

ada atau tidak, nyeri tekan ada atau tidak (Handayani, Suharmiati & Ayuningtyas

2012).
26

2.1.3.5 Langkah-langkah Melakukan SADARI

Dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri selain harus

melakukannya secara rutin, juga harus melakukannya dengan langkah-langkah

yang benar agar mendapatkan hasil yang tepat. Langkah-langkah Pemeriksaan

Payudara Sendiri menurut Yayasan Kanker Indonesia 2012, yaitu:

1) (a) Perhatikan dengan teliti payudara anda di depan cermin (tanpa berpakaian),

dengan kedua lengan harus ke bawah.

(b) Amati dengan teliti dan perhatikan bila ada benjolan atau perubahan

bentuk pada payudara sebab anda sendirilah yang lebih mengenal tubuh

Anda.

(c) Angkat kedua lengan lurus ke atas dan ulangi pemeriksaan seperti diatas.

Gambar 2.2. Kedua Lengan Disamping Paha Dan Diangkat Lurus Keatas

2) Dengan kedua siku mengarah ke samping, tekanlah telapak tangan anda yang

satu pada yang lain secara kuat. Cara ini akan menegangkan otot-otot dada

anda sehingga perubahan-perubahan seperti cekungan (dekok) dan benjolan

akan lebih terlihat.


27

Gambar 2.3. Kedua Tangan Berada Di Pinggul

3) Pencetlah pelan-pelan daerah di sekitar papila kedua payudara anda, dan amati

apakah keluar cairan yang tidak normal (tidak biasa).

Gambar 2.4. Menekan Puting payudara

4) a) Berbaringlah dengan tangan kanan di bawah kepala dan letakkan bantal

kecil di bawah punggung kanan.


28

b) Rabalah seluruh permukaan payudara kanan dengan tangan kiri sampai ke

daerah ketiak. Perhatikanlah bila ada benjolan yang mencurigakan.

Lakukan perabaan yang sama untuk payudara kiri.

Gambar 2.5. Berbaring dan Palpasi Payudara

5) Raba payudara dengan tiga ujung jari tengah yang dirapatkan.

Gambar 2.5. Palpasi Permukaan Payudara Dengan Ketiga Ujung Jari

6) Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap, dimulai dari

pinggir dengan mengikuti arah putaran jarum jam.


29

Gambar 2.6. Tekan Payudara Mengikuti Putaran Jam

7) Berilah perhatian khusus pada bagian-bagian yang diberi warna merah seperti

ditunjukkan pada gambar di atas, sebab disitu sering ditemukan tumor

payudara.

Gambar 2.7. Beri Perhatian Khusus Pada bagian yang di tandai di bawah ini

2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangkan pemikiran dalam penelitian ini adalah gambaran hubungan

anata pengetahuan tentang payudara dengan pelaksanaan pemeriksaan payudara


30

sendiri (SADARI). Seluruh ide dan pokok penelitian di rangkum dalam gambar

2.8.

Gambar 2.8.Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Pengetahuan Dengan


Pelaksanaan Pemeriksaan Paudara Sendriri

Hubungan antara Pelaksanaan

pengetahuan tentang Pemeriksaan payudara

kanker payudara sendiri

2.3 Hipotesis Penelitian

Sugiyono (2014:99) mengatakan Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara dengan

pelaksanaan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara dengan

pelaksanaan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Anda mungkin juga menyukai