Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Bab ini akan membahas kasus secara teori sehingga dapat dibandingkan

antara teori dengan praktek. Pada bab ini penulis akan membahas konsep dasar

hipertiroid dan proses keperawatannya.

2.1 Konsep Dasar Hipertiroid

Dalam konsep dasar hipertiroid akan dibahas meliputi: pengertian hipertiroid,

anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi,

pemeriksaan penujang, dan penatalaksanaan medis.

2.1.1 Pengertian Hipertiroid

Menurut Rumahorboh, (2013) hipertirodisme didefinisikan sebagai

kondisi berupa peningkatan kadar hormone tiroid yang disintesis dan di

sekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal.

Hipertiroid merupakan salah satu bentuk thyrotoxicosis atau tingginya

kadar hormon tiroid T4 (Tetra Iodotironin) dan T3 (Tri Iodotironin), maupun

kombinasi keduanya, di aliran darah. Peningkatan kadar hormon tiroid

menyebabkan paparan berlebihan pada jaringan-jaringan tubuh yang

menyebabkan munculnya berbagai manifestasi klinis yang terkait dengan fungsi

hormon tiroid dalam berbagai proses metabolisme tubuh (Bartalena, 2011).

Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi

kelebihan sekresi hormon tiroid. Tirotoksikosis mengacu pada manifestasi klinis

yang terjadi bila jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon ini.

Hipertiroid merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah. Seperti kebanyakan


kondisi kelainan tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat menonjol

pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita 4 kali lebih banyak dari pada pria,

terutama wanita muda yang berusia antara 20 dan 40 tahun. Namun hal ini tidak

menutup kemungkinan bahwa laki-laki juga memiliki resiko mengalami

hipertiroid (Hotma Rumahorbo, 2013, Asuhan Keperawatan dengan gangguan

sistem endokrin, hal. 51, Jakarta: EGC).

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Tiroid

Rumitnya tubuh manusia dan adanya kekhususan sel dan jaringan memerlukan

komunikasi internal yang bisa mengatur berbagai proses dalam tubuh. Hal ini penting

supaya bagian tubuh dapat berfungsi sebagai satu unit dalam memenuhi kebutuhan tubuh

tertentu. Ada dua sistem tubuh yang mengatur macam-macam proses ini yaitu sistem

endokrin dan sistem persarafan. Sistem endokrin terdiri atas hipofisis anterior dan

posterior, tiroid, paratiroid, korteks adrenal, medulla adrenal, pancreas, gonad, badan

pineal, serta timus (Mary Baradero, 2015, Seri Asuhan Keperwatan Gangguan Endokrin,

Jakarta:EGC).

Kelenjar tiroid merupakan organ berbentuk seperti kupu-kupu dan terdiri atas

dua lobus terletak dibawah kartilago tiroid pada bagian superior dan anterior trakea.

Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasi, dibungkus

oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kelenjar tiroid

mempunyai dua macam sel, yaitu sel folikular dan sel parafolikular. Sel folikular adalah

unit fungsional kelenjar tiroid. Sel folikular menghasilkan hormone tiroksin (T4) dan

hormone triodotironin (T3). Apabila tubuh memerlukan hormon tiroid, sel folikular

merubah globulin menjadi T3 dan T4. Sedangkan sel parafolikular menghasilkan hormon

kalsitonin yang terkait dalam metabolisme kalsium. Kelenjar tiroid memerlukan iodin
untuk meghasilkan hormon tiroid (Mary Baradero, 2015, Seri Asuhan Keperwatan

Gangguan Endokrin, Jakarta:EGC).

2.1.2.1 Hormon dari kelenjar tiroid dan fungsinya

Menurut Mary (2015) hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) memiliki

fungsi sebagai berikut:

1. Katabolisme protein lemak dan karbohidrat dalam semua sel. (katabolisme

adalah proses ketika zat yang kompleks diubah menjadi sederhana).

2. Mengatur kecepatan metabolisme semua sel.

3. Mengatur produksi panas tubuh.

4. Antagonis terhadap insulin.

5. Mempertahankan sekresi hormon pertumbuhan dan pematangan tulang.

6. Mempertahankan mobilisasi kalsium

Sedangkan fungsi dari hormon kalsitonin adalah:

1. Mengurangi kalsium dan fosfat serum.

2. Mengurangi absorbsi kalsium dan fosfor oleh GI

Dalam pembentukan hormon tiroid dibutuhkan persediaan unsur yodium yang

cukup dan berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan

penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40-50 persen dibawah normal, dan bila

kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya kecepatan

metabolisme basal sampai 60 hingga 100 persen diatas normal (Guyton & Hall, 2013).

2.1.2.2 Proses Sintesis Hormon Tiroid

Hormone tiroid disintesis oleh glandula tiroidea. Sekresi hormon dipengaruhi

oleh TRH dan TSH dari hipotalamus dan hipofisis anterior. Hormon stimulator tiroid

(Thyroid Stimulating Hormone, TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur

sekresi dari kelenjar tiroid. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting

dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Dengan demikian sekresi tiroid
dapat mengadakan penyesuian terhadap perubahan didalam maupun diluar tubuh (Watson

2010).

Mekanisme feedback terhadap hipotalamus dan hipofisis dilakukan oleh T3 dan

T4. Sel-sel folikular kelenjar tiroid mensintesis tiroksin dan triglobulin. Tiroksin

berikatan dengan trioglobulin. Tiroksin yang terkandung dalam trioglobulin disekresikan

ke dalam koloid secara eksositosis. Iodine dari darah masuk ke dalam sel folikel dengan

bantuan iodine pump. Iodine yang sudah sampai ke koloid akan berkaitan dengan tiroksin

yang terkandung dalam globulin (Agamemnon, 2011).

Bila 1 Iodine + 1 tyrosine = Monoiodotyrosine (MIT)

Bila 2 Iodine + tyrosine = Diiodotyrosine (DIT)

MIT + DIT = T3

DIT + DIT = T4

T3 dan T4 kemudian dilepaskan ke dalam darah sedangkan iodine yang terikat

pada MIT dan DIT dipergunakan kembali. TSH berperan untuk mempertahankan

integritas kelenjar tiroid dan meningkatkan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid.

Dalam keadaan fisiologis, faktor yang diketahui dapat meningkatkan sekresi TRH dan

TSH dalam darah adalah rangsangan udara dingin pada bayi baru lahir untuk

meningkatkan produksi panas dan suhu tubuh (Agamemon, 2011).

Sedangkan pada orang dewasa mekanisme meningkatkan suhu tubuh tidak

melalui TRH dan TSH melainkan melalui jalur simpatis. Respon terhadap kenaikan kadar

hormon tiroid di dlam darah dapat di deteksi setelah beberapa jam. Durasinya kerjanya

bisa sangat lama oleh karena responnya akan tetap berlangsung sampai konsentrasi

hormon tiroid didalam darah normal dan juga karena hormone tiroid tidak didegradasi

(Agamemon, 2011).

2.1.2.3 Histologi
Unit strukural dari tiroid adalah folikel yang tersusun rapat berupa ruangan

bentuk bulat yang dilapisi oleh selapis sel epitel bentuk gepeng, kubus sampai kolumnar.

Konfigurasi dan besarnya sel-sel folikel tiroid ini dipengaruhi oleh aktifitas fungsional

kelenjar tiroid itu sendiri. Bila kelenjar dalam keadaan inaktif, sel-sel folikel menjadi

gepeng dan akan menjadi kubus atau kolumnar bila kelenjar dalam keadaan aktif. Pada

keadaan hipertiroid, sel-sel folikel menjadi kolumnar dan sitoplasmanya terdiri dari

vakuol-vakuol yang mengandung koloid (Koss, 201).

Folikel-folikel tersebut mengandung koloid, suatu bahan homogeny eosinofilik.

Variasi kepadatan dan warna daripada koloid ini juga memberikan gambaran fungsional

yang signifikan. Koloid eosinofilik yang tipis berhubungan dengan aktivitas fungsional,

sedangkan koloid eosinofilik yang tebal dan banyak dijumpai folikel dalam keadaan

inaktif berhubungan dengan beberapa kasus keganasan. Pada keadaan yang belum jelas

diketahui penyebabnya, sel-sel folikel ini akan berubah menjadi sel-sel yang besar denga

sitoplasma banyak dan eosinofilik, kadang-kadang dengan inti hiperkromatik, yang

dikenal sebagai oncocytes (bulky cells) atau Hurthle cells (Koss, 2016).

2.1.3 Patofisiologi Hipertiroid

Menurut Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter

toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroid, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga

kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hyperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel

folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali

dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga setiap sel meningkatkan kecepatan

sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari normal.

Pada hipertiroid, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormone hingga

diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid

membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk

akibat dari sifat hormone tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolism
tubuh yang diatas normal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah

satu efek hormone tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi

merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan

otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

Tiroiditis Penyakit Graves (antibody Nodul Tiroid


reseptor TSH merangsang Toksik
aktivitas tiroid)

Sekresi Hormon Tiroid


yang Berlebihan

Hipertiroidisme

Hipermetabolisme Aktivitas simpatik Gerakan kelopak mata relative


berlebihan lambat terhadap bola mata

Penurunan Ketidakseimbangan
energy dengan Perubahan konduksi Infiltrasi limfosit, sel
Berat Badan
kebutuhan tubuh listrik jantung masuk ke jaringan
orbital & otot mata

Beban kerja jantung


meningkat
Nutrisi
Kurang dari Eksoftalmus
kebutuhan Aritmia, takikardia
tubuh

Resiko penurunan curah Resiko kerusakan


Kurang Kelelahan jantung integritas jaringan
informasi

Kurang
pengetahuan
2.1.4 Tanda Dan Gejala Hipertiroid

Pada penderita hipertiroid yang sudah berkembang lebih jauh akan

memperlihatkan kelompok tanda dan gejala yang khas (yang disebut

Tirotoksikosis). Gejala yang sering ditemukan pada penderita hipertiroid yaitu:

1. Umum: Berat badan menurun, keletihan, apatis, berkeringat (intoleransi

panas), dan tidak tahan panas.

2. Kardiovaskuler: palpitasi, sesak nafas, angina, gagal jantung,

sinustakikardia, fibrilasi atrium, nadi kolaps.

3. Neuromuskular: gugup, gelisah, agitasi, tremor, koreoatetosis, psikosis,

kelemahan otot, secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel),

iritabel dan terus menerus merasa khawatir, serta tidak dapat duduk diam,

insomnia, pada wanita terjadi amenore (berhenti menstruasi).

4. Gastrointestinal: penderita mengalami peningkatan selera makan dan

konsumsi makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan otot

yang abnormal, perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare, serta

muntah.

5. Reproduksi: Oligomenorea, infertilitas.

6. Kulit: warna kulit penderita biasanya agak kemerahan (flushing) dengan

warna salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak, serta basah.

Pasien yang berusia lanjut kulit agak kering, tangan gemetar, pruritus,

eritema palmaris, miksedema pretibial, rambut tipis.

7. Mata: Lakrimasi meningkat, kemosis (edema konjungtiva), proptosis,

ulserasi kornea, optalmoplegia, diplobia, edema pupil, penglihatan kabur.


(Carpenitto, Lynda Juall. 2013. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.

EGC:Jakarta) .

2.1.5 Komplikasi Hipertiroid

Komplikasi hipertiroid yang dapat mengancam nyawa adalah krisis

tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien

hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar titoid, atau terjadi

pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan TH

dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardi, agitasi, tremor,

hipertermia, dan apabila tidak diobati, kematian, penyakit jantung hipertiroid,

Oftalmopati graves, dermopati graves, infeksi (Hotma Rumahorbo, 2013, Asuhan

Keperawatan dengan gangguan sistem endokrin, hal. 51, Jakarta: EGC).

Hipertiroid menyebabkan komplikasi terhadap jantung, termasuk fibrilasi

atrium dan kelainan ventrikel akan sulit dikontrol. Dapat terjadi episode paralisis

yang di induksi oleh kegiatan fisik atau masukan karbohidrat dan adanya

hypokalemia dapat terjadi sebagai komplikasi. Hiperkalsemia dan nefrokalsinosis

dapat terjadi. Pria dengan hipertiroid dapat mengalami penurunan libido,

impotensi, berkurangnya jumlah sperma, dan ginekomastia (Barbara, C. Long.

2013. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan).

Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran:Bandung).

Menurut Djokomoeljanto (2012) komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas

yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang terjadi secara tiba-tiba. Bidai

tiroid bisa menyebabkan:

1. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan.

2. Kelemahan dan pengecilan otot yang luar biasa.


3. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma).

4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan.

Bidai tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan

memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan

ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok. Bidai

tiroid biasanya terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan

yang tidak adekuat dan bisa dipicu oleh infeksi karena diabetes yang kurang

terkendali, ketakutan terhadap pembedahan, dan stress akan kehamilan atau

persalinan.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Norman (2012) pemeriksaan penunjang pada klien dengan

hipertiroid adalah sebagai berikut:

1. Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan

menurun pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis

hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan dengan kadar TSH yang rendah.

Jika kadar TSH tidak rendah maka tes lain harus dijalankan.

2. Hormon tiroid sendiri (T3 dan T4) akan meningkat. Bagi klien dengan

hipertiroid, mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi.

Terkadang semua hormon tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu

atau dua pengukuran hormone tiroid yang berbeda dan tinggi. Hal ini

tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid akan memiliki

semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).

3. Yodium tiroid scan akan menunjukan jika penyebabnya adalah nodul

tunggal atau seluruh kelenjar.


2.1.7 Penatalaksanaan Medis

Tujuan Pengobatan hipertiroid adalah produksi hormon (obat anti tiroid)

atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi sub total).

1. Obat anti tiroid digunakan dengan indikasi, terapi untuk memperpanjang

remisi atau mendapatkan remisi yang menetap pada pasien muda denga

struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis. Obat ini juga digunakan

untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau

sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif. Unuk

persiapan tiroidektomi, pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia,

serta pasien dengan krisis tiroid. Obat anti tiroid yang sering digunakan

adalah:

Obat Dosis Awal (Mg/hari) Pemeriksaan (Mg/hari)

Karbimatol 30-60 5-20

Metimazol 30-60 5-20

Propiltiourasil 300-600 50-200

Obat-obatan ini umunya digunakan sekita 18-24 bulan. Pada pasien

hamil biasanya diberikan propiltiurasil dengan dosis serendah mungkin

yaitu 200 mg/hari.

2. Pengobatan dengan yodium radioaktif indikasinya adalah:

a. Pasien umur 35 tahun atau lebih.

b. Hipertiroid yang kambuh sesudah di operasi.

c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid.

d. Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid.


e. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik.

3. Operasi tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroid.

Indikasi dilakukannya operasi adalah:

a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespon

terhadap obat antitiroid.

b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat

antitiroid dosis besar.

c. Alergi terhadap obat antitiroid, klien tidak dapat menerima yodium

radioaktif.

d. Adenoma toksik atau strauma multinodular toksik.

e. Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih

nodul.

Sebelum operasi biasanya klien diberi obat antitiroid sampai eutitiroid

kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau cairan lugol

10-14 tetes/hari selama 10 hari sebelum dioperasi untuk mengurangi

vaskularisasi pada kelenjar tiroid.

4. Pengobatan Tambahan

a. Sekat B-adrenergik: Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala

dan tanda hipertiroid.

b. Yodium terutama digunakan untuk persiapa operasi. Sesudah

pengobatan dengan yodium radioaktif dan pada krisis tiroid.

c. Ipodat. Kerjanya lebih cepat dan sangat baik digunakan pada

keadaan akut seperti krisis tiroid. Kerja Ipodat adalah menurunkan


konversi T4 dan T3 diperifer, mengurangi sintesis hormon tiroid,

serta mengurangi pengeluaran hormon dari tiroid.

d. Litium. Mempunyai daya kerja seperti yodium namun tidak jelas

keuntungannya dibandingkan dengan yodium. Litium dapat

digunakan pada pasien dengan krisis tiroid alergi terhadap yodium.

(Mansjoer Arief,dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta:Prima

Medikal).

2.2 Proses Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang

perawat kepada soerang klien menggunakan proses keperawatan. Menurut

Hidayat (2014), proses keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan

oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan

dengn melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan

yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan

yang telah diberikan.

2.2.1 Pengkajian

Menurut Hidayat (2014), pengkajian merupakan langkah pertama dari

proses keperawatan dengan mengumpulka data-data yang akurat dari klien

sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian

terdiri dari pengumpulan data, validasi data, dan identifikasi masalah.

Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid menurut Carpenito

(2010) adalah:

1. Aktivitas atau istirahat


Memiliki gejala yaitu insomnia, sensitifitas meningkat, otot lemah,

gangguan koordinasi, dan kelelahan berat. Tandanya adalah atrofi otot.

2. Sirkulasi

Palpitasi, nyeri dada, disritmia, irama gallop, murmur, peningkatan

tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardi saat istirahat, sirkulasi

kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).

3. Eliminas

Perubahan pola berkemih (polyuria, nokturia), rasa nyeri atau terbakar,

kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan

abdomen, diare, bisisng usus lemah dan menurun.

4. Integritas/ego

Ketergantungan pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan

dengan kondisi.

5. Makanan dan cairan

Hilang nafsu makan, mual dan muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan

masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode

beberapa hari atau minggu, haus, pengguna diuretic, kulit kering atau bersisik,

pembesaran tiroid, bau halitosis atau manis, bau nafas aseton.

6. Neurosensori

Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot

parasetia, gangguan penglihatan. Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau

koma, refleks tendon dalam, aktivitas kejang.

7. Nyeri dan kenyamanan


Mengkaji abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat), wajah

meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

8. Pernapasan

Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulent

(tergantung adanya infeksi atau tidak), sesak nafas, frekuensi pernapasan

meningkat.

9. Keamanan

Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan

umum/rentang gerak, parasetia atau paralisis otot termasuk otot pernapasan (jika

kadar kalium menurun dengan cukup tajam).

10. Seksualitas

Rabas wanita (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria.

2.2.2 Analisa Data

Mutaqqin (2010:110) mengatakan analisa data merupakan

perbandingan subjektif dan objektif yang dikumpulkan dari sumber primer (klien)

dan sekunder (misalnya catatan kesehatan) dengan standar dan nilai normal yang

diterima. Perawat membandingkan data subjektif dan data objektif klien yang

yang dapat diukur. Perawat juga memeriksa apakah ada data objektif memvalidasi

data subjektif. Analisa data meliputi tanda dan gejala, penyebab dan masalah

seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.1 Analisa Data.

Tabel 2.1 Analisa Data

No Masalah Penyebab Tanda dan Gejala

1. Resiko tinggi hipertiroid tidak Palpitasi, nyeri dada,


terhadap penurunan terkontrol, keadaan disritmia, murmur,

curah jantung hipermetabolisme, peningkatan tekanan

peningkatan beban kerja darah, takikardi saat

jantung istirahat.

2. Kelelahan hipermetabolik dengan otot lemah, gangguan

peningkatan kebutuhan koordinasi, dan

energy kelelahan berat, atrofi

otot.

3. Resiko tinggi peningkatan metabolisme Hilang nafsu makan,

terhadap perubahan mual dan muntah,

nutrisi kurang dari penurunan berat badan

kebutuhan kulit kering atau

bersisik.

4. Resiko tinggi perubahan mekanisme Gangguan penglihatan.

terhadap kerusakan perlindungan dari mata:

integritas kerusakan penutupan

kelopak

mata/eksoftalmus.

5. Kurang pengetahuan tidak mengenal sumber Pertanyaan kurang

informasi. informasi

2.2.4 Diagnosa Keperawatan

Menurut Moyet (2010), diagnose keperawatan adalah suatu pernyataan

klinik yang menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau masyarakat


terhadap masalah kesehatan baik aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan

merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan oleh perawat yng bertanggung jawab.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid

adalah (Carpenito, 2010):

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan

beban kerja jantung.

2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan

kebutuhan energi.

3. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu

makan/pemasukan dengan penurunan berat badan.

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan

perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan

kelopak mata/eksoftalmus.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Nursalam (2010:35) mengatakan diagnosa keperawatan adalah suatu

pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan dan resiko

perubahan pola) dari individu atau keluarga. Dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasikan dan memberikan secara pasti untuk menjaga status

kesehatan. Menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah.


Menurut Nursalam (2010) diagnosa keperawatan yang muncul pada

pasien dengan hipertiroid adalah:

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan disritmia.

2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan dan

pengecilan otot (perubahan metabolisme).

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kecepatan metabolisme tubuh.

4. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme

dan kegelisahan.

5. Ketidakefektifan coping yang berhubungan dengan emosi labil dan

perhatian yang pendek.

6. Perubahan sensori penglihatan yang berhubungan dengan gangguan

fungsi saraf optic dan otot ekstraokular (edema).

7. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan kurang nya informasi

tentang sifat penyakit.

2.2.4 Perencanaan Keperawatan

Muttaqin (2010:71) Perencanaan adalah penetapan hasil (tujuan yang

spesifik) dan mengidentifikasi tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.

Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan yang merupakan penentuan

apa yang akan dilakukan untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dan

mengatasi masalah keperawatan yang telah dilakukan.

Menurut Hidayat (2014) perencanaan keperawatan merupakan suatu

proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk

mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah klien.


Proses perencanaan keperawatan pada klien denga hipertiroid adalah.

Tabel Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Resiko tinggi Mempertahankan 1. Nadi perifer 1. pantau tekanan darah
terhadap curah jantung teraba normal. pada posisi baring.
penurunan curah yang adekuat 2. Vital signs dalam 2.Perhatikan besarnya
jantung sesuai dengan batas normal. tekanan nadi.
berhubungan kebutuhan tubuh. 3. Pengisian kapiler 3. Periksa kemungkinan
dengan hipertiroid normal adaya nyeri dada yang
tidak terkontrol, 4. Status mental dikeluhkan.
keadaan baik 4. Auskultasi suara nafas,
hipermetabolisme, 5. Tidak ada perhatikan adanya suara
peningkatan disritmia. yang tidak normal.
beban kerja 5. Observasi tanda dan
jantung. gejala haus yang hebat,
mukosa membrane kering,
nadi lemah, penurunan
produksi urin dan hipotensi.
Kelelahan Kelelahan tidak Menetapkan secara 1. Pantau tanda-tanda
berhubungan terjadi verbal tentang vital dan catat nadi baik
dengan tingkat energy peka pada saat istirahat
hipermetabolik rangsang dari saraf maupun saat
dengan sehubungan dengan melakukan aktifitas.
peningkatan gangguan kimia 2. Catat berkembangnya
kebutuhan energi. tubuh. takipnea, dyspnea,
pucat saat sianosi.
3. Berikan atau ciptakan
lingkungan yang
terang.
4. Sarankan pasien untuk
mengurangi aktivitas
dan meningkatkan
istirahat ditempat tidur
sebanyak-banyaknya
jika memungkinkan
5. Berikan tindakan yang
membuat pasien
nyaman seperti
massase.
6. Berikan obat sesuai
indikasi.
Resiko tinggi Penurunan Menunjukan berat 1. Auskultasi bising usus
terhadap nutrisi tidak badan yang stabil, 2. Catat dan laporkan
perubahan nutrisi terjadi. disertai nilai adanya anoreksi
kurang dari laboratorium kelemahan umum atau
kebutuhan normal dan terbebas nyeri abdomen mual
berhubungan dari tanda-tanda muntah.
dengan malnutrisi. 3. Pantau masukan
peningkatan makanan setiap hari.
metabolisme Timbang berat badan
(peningkatan setiap hari, serta
nafsu laporkan adanya
makan/pemasukan penurunan berat badan.
dengan penurunan 4. Konsultasikan dengan
berat badan ahli gizi untuk
memberikan diit tinggi
kalori, tinggi protein,
karbohidrat, dan
vitamin.
5. Berikan obat sesuai
indikasi: Glukosa,
Vitamin B komlpleks.
Resiko tinggi Kerusakan Mempertahankan 1. Observasi edema
terhadap integritas kelembaban periorbital, gangguan
kerusakan jaringan tidak membrane mukosa penutupan kelopak
integritas jaringan terjadi. terbebas dari ulkus mata, lapang pandang
berhubungan dan mampu penglihatan sempit, air
dengan perubahan mengidentifikasi mata yang berlebihan.
mekanisme tindakan untuk 2. Catat adanya
perlindungan dari memberikan fotophobia, rasa adanya
mata: kerusakan perlindungan pada benda diluar mata dan
penutupan mata. nyeri pada mata.
kelopak 3. Evaluasi ketajaman
mata/eksoftalmus mata, laporkan adanya
pandangan kabur, atau
diplopia.
4. Bagian kepala tempat
tidur ditinggikan dan
batasi pemasukan
garam jika ada indikasi.
5. Instruksikan agar
pasien melatih otot ,ata
ekstraokuler jika
memungkinkan.
6. Kolaborasi berikan
obat sesuai indikasi:
obat tetes mata
metilselulosa, ACTH.
7. Siapkan pembedahan
sesuai indikasi.
Kurang Klien akan Mengungkapkan 1. Tinjau ulang proses
pengetahuan melaporkan pemahaman tentang penyakit dan harapan
mengenai kondisi, pemahaman penyakitnya. masa depan
prognosis, dan tentang berdasarkan informasi.
kebutuhan penyakitnya. 2. Berikan informasi yang
pengobatan tepat.
berhubungan 3. Identifikasi sumber
dengan tidak stress.
mengenal sumber 4. Tekankan pentingnya
informasi perencanaan waktu
istirahat.
5. Berikan informasi
tanda dan gejala.

2.2.6 Implementasi

Soemantri (2010:80) Implementasi adalah meletakkan rencana kedalam

tindakan dan mengamati respon-respon yang penting. Selama tahap implementasi

perawat atau instruksi keperawatan untuk membantu memenuhi kriteria hasil,

yang komponen-komponennya adalah:

1. Tindakan keperawatan mandiri.

2. Tindakan keperawatan kolaboratif.

3. Dokumentasi tindakan keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan

dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang

telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2014).

Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja

aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan ketrampilan

interpersonal, intelektual dan tekhnik intervensi harus dilakukan dengan cermat

dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi harus dilindungi

dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2010).


2.2.6 Evaluasi

Soemantri (2010:80) menjelaskan perbandingan hasil yang diamati

dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan, klien keluar dari siklus

proses keperawatan bila kriteria hasil telah dicapai. Komponen-komponennya

berupa: pencapaian kriteria, hasil keefektifan terhadap proses-proses keperawatan

dan terminasi rencana asuhan keperawatan.

Mutaqqin (2010:110) mengemukakan bahwa perawat bertanggungjawab

untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien terhadap pencapaian hasil setiap

hari. Evaluasi dalam aspek merupakan upaya untuk menilai keberhasilan tindakan

asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien, evaluasi ini dilakukan

dalam 2 tahap yaitu: evaluasi proses yang biasanya didokumentasi dalam catatan

perawat dan evaluasi hasil yang merupakan tahap akhir untuk menilai apakah

tujuan jangka panjang yang telah dibuat tercapai atau tidak. Beberapa evaluasi

yang diharapkan pada klien dengan hipertiroid adalah:

1. Tidak terjadi penurunan curah jantung

2. Kelelahan yang berlebihan berkurang.

3. Pemasukan nutrisi dan cairan adekuat, berat badan stabil.

4. Keluarga mengerti penyakit dan perawatan klien.

5. Penyakit tidak berulang.

Anda mungkin juga menyukai