Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS (MAAG)

A. Definisi Penyakit
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/ lambung dan itis yang berarti inflamasi/ peradangan. Gastritis adalah
inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492).
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal (Price 2005).\
Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan.
( J. Reves, 1999 )
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung ( Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah ,Edisi Kedelapan hal 1062).
Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi. (Brunner dan Sudath, 2000 : 1405)
Gastritis daalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang dipenuhi bakteri (Charlene, 2001).

B. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut:
1. Gastritis Akut Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung), makanan, bahan kimia misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid dan digitalis.
2. Gastritis Kronik Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui,
biasanya disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung Helicobacter
pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
peminum alkohol, dan merokok.
C. Patofisiologi
1. Gastritis akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory
Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuproven dan naproxen dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus
atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh
lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat
(bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta
kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut
bila terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam
lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung. Kemudian
stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress
seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia
mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya
terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam
berlebih menyebabkan edema lalu rusak.
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun,
seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B
(kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H.
pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan
alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri
yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada
lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung
menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat
menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri
menyebabkan luka atau tukak.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan
mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun
demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak
bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga
respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan
senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra
dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber
nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga
terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam
beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.

D. Tanda dan Gejala


1. Beberapa tanda dan gejala gastritis secara umum
a. Perasaan mual atau sakit perut berulang.
b. Sensasi perut kembung.
c. Nyeri perut (dapat bervariasi dari ringan sampai berat).
d. Muntah.
e. Gangguan pencernaan berulang.
f. Terbakar atau menggerogoti di perut (mungkin terjadi di antara waktu makan
atau di malam hari).
g. Cegukan yang mengganggu dan berulang.
h. Kehilangan selera makan.
i. Muntah darah.
j. Berat badan menurun.
k. Adanya gas yang berlebihan atau perut kembung.
l. Perubahan dalam rasa
2. Nyeri perut: Ada beberapa tanda dan gejala gastritis yang terjadi di perut, seperti:
a. Sakit yang terletak di perut bagian atas (dapat dibiarkan nyeri perut bagian atas).
b. Rasa sakit yang mungkin merasa seperti nyeri terbakar di perut bagian atas.
c. Merasa sakit atau berat di dada bagian bawah.
d. Nyeri meningkat ketika perut kosong
3. Tanda dan gejala gastritis parah
a. Darah di tinja atau feses berwarna hitam.
b. Perdarahan rektum.
c. Muntah darah.
d. Ketika muntah, warna yang terlihat seperti bubuk kopi.
e. Kulit pucat.
f. Denyut nadi cepat, merasa pusing atau lelah.
g. Pingsan
4. Tanda dan gejala gastritis kronis
Tidak ada gejala khusus dari gastritis kronis kecuali seperti maag. Orang
mungkin memiliki sensasi yang parah, seperti kembung, pendarahan, demam dan
perasaan sakit. Ketika kehilangan darah terjadi secara perlahan dari ulkus, itu dapat
menyebabkan anemia (hilangnya sel darah merah) dari waktu ke waktu dan Anda
mungkin mengalami gejala seperti lemah, letih lesu dan hilangnya energi karena
anemia.
E. WOC
F. Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
1. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain
(Soeparman,1999).
Pada gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis dan non
medis), yaitu sebagai berikut:
a. Gastritis Akut
1) Intruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
2) Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
3) Bila gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
4) Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastrofestinal.
5) Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
6) Untuk menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7) Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
8) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.
9) Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.
b. Gastritis Kronik
1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan
sedikit tapi lebih sering.
2) Mengurangi stress.
3) H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram
bismuth (pepto-bismol).

G. Data Fokus
1. Wawancara
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang:
a. Adakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau muntah?
b. Apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan,
setelah mencerna makanan pedas atau mengiritasi, atau setelah mencerna obat
tertentu atau alkohol?
c. Apakah gejala berhubungan dengan cemas, alergi, stres, makan atau minum
terlalu banyak, atau makan terlalu cepat?
d. Bagaiman gejala hilang?
e. Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung?
f. Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan
membantu. Riwayat lengkap sangat penting dalam membantu perawat untuk
mengidentifikasi apakah kelebihan diet atau diet sembrono yang diketahui?
g. Apakah orang lain pada lingkungan pasien mempunyai gejala serupa, apakah
pasien memuntahkan darah, dan apakah elemen penyebab yang diketahui telah
tertelan?
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup:
a. Nyeri tekan abdomen.
b. Perubahan turgor kulit.
c. Membran mukosa kering.
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan / kelelahan.
Tanda : Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ).
2) Sirkulasi
Gejala :
 Hipotensi.
 Takhikardi, Disritmia.
 Kelemahan nadi / perifer.
 Pengisian kapiler lambat.
 Warna kulit pucat, sianosis.
 Kelembaban kulit, berkeringat.
3) Integritas Ego
Gejala :
 Faktor stress akut / psikologi.
 Perasaan tidak berdaya.
Tanda :
 Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat.
 Perhatian menyempit.
4) Eliminasi.
Gejala : Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.
Tanda :
 Nyeri tekan abdomen.
 Distensi abdomen. Peningkatan bunyi usus.
 Karakteristik feses ; diare dan konstipasi.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
 Anorexia, mual, dan muntah, cegukan.
 Tidak toleran terhadap makanan.
Tanda : Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.
6) Neorosensori
Gejala :
 Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.
 Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung
mengantuk, disorientasi, bingung.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
 Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
 Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak
makan & hilang setelah minum obat antasida.
 Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus
kepinggang 1-2 jam setelah makan (ulkus peptik).
  Nyeri epigastrium kanan 4 jam setelah makan dan hilang
setelah diberi antasida (ulkus doudenum).
 Faktor pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan obat
tertentu.
 Stress psikologis.
8) Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat.
Tanda : Peningkatan suhu.
d. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996,
seperti di bawah ini :
1. Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat
perdarahan.
2. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik
yang berat.
3. Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa
lambung.
4. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa
lambung.
5. Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam
lambung.
6. Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri
pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa
anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
7. Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori
dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
8. Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung
puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid output) tanpa
perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah
besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
H. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko kekurangan volume cairan d.d output cairan yang berlebihan (muntah,
perdarahan).
2. Nyeri akut b.d iritasi mukosa gaster d.d peradangan mukosa lambung.
3. Gangguan intoleransi aktivitas d.d kelemahan fisik.
I. Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ NOC NIC
1. Risiko kekurangan volume cairan NOC : Manajemen Muntah :
Definisi : Penurunan cairan intravaskular,  Fluid balance  Kaji emesis terkait dengan warna, konsistesi,
interstisial, dan/ atau intraseluler. Ini  Hydration akan adanya darah, waktu, dan sejauh mana
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan  Nutritional Status : Food and kekuatan emesis.
saja tanpa perubahan pada natrium. Fluid Intake  Ukur atau perkirakan volume emesis.
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil :  Identifikasi yang dapat menyebabkan atau
 Kelemahan  Mempertahankan urine output berkontribusi terhadap muntah (misalnya, obat-
 Haus sesuai dengan usia dan BB, BJ obatan dan prosedur).
 Penurunan turgor kulit/ lidah urine normal, HT normal.  Pastikan obat antiemetik yang efekti diberikan
 Membran mukosa/ kulit kering  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh untuk mencegah muntah bila memungkinkan.
 Peningkatan denyut nadi, penurunan dalam batas normal.  Monitor keseimbanagan cairan dan elektrolit.
tekanan darah, penurunan volume/  Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,  Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
tekanan nadi Elastisitas turgor kulit baik, untuk mengelola muntah (misalnya,
 Pengisian vena menurun membran mukosa lembab, tidak biofeedback, hipnosis, relaksasi, imajinasi
 Perubahan status mental ada rasa haus yang berlebihan. terbimbing, terapi musik, distraksi, akupresur).
 Konsentrasi urine meningkat  Monitor efek manajemen muntah secara
 Temperatur tubuh meningkat menyeluruh.
 Hematokrit meninggi
 Kehilangan berat badan seketika (kecuali
pada third spacing)
Faktor-faktor yang berhubungan :
 Kehilangan volume cairan secara aktif.
 Kegagalan mekanisme pengaturan.
2 Nyeri akut NOC : Manajemen Nyeri :
Definisi : Pengalaman sensori dan  Pain Level  Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
emosional yang tidak menyenangkan yang  Pain control meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
muncul akibat kerusakan jaringan yang  Comfort level kualitas, intensitas nyeri dan faktor pencetus.
aktual atau potensial atau digambarkan Kriteria Hasil :  Observasi adanya petunjuk nonverbal
dalam hal kerusakan sedemikian rupa  Mampu mengontrol nyeri (tahu mengenai ketidaknyamanan terutama pada
(International Association for the study of penyebab nyeri, mampu mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari menggunakan tehnik efektif.
intensitas ringan hingga berat dengan akhir nonfarmakologi untuk  Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan mengurangi nyeri, mencari dilakukan dengan pemantauan yang ketat.
berlangsung < 6 bulan. bantuan).  Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
Batasan Karakteristik :  Melaporkan bahwa nyeri mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
 Perubahan selera makan berkurang dengan menggunakan penerimaan pasien terhadap nyeri.
 Perubahan tekanan darah manajemen nyeri.  Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
 Perubahan frekwensi jantung  Mampu mengenali nyeri (skala, penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
 Perubahan frekwensi pernapasan intensitas, frekuensi dan tanda dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyaman
 Laporan isyarat nyeri). akibat prosedur.
 Diaforesis  Menyatakan rasa nyaman  Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
 Perilaku distraksi (mis,berjaIan mondar- setelah nyeri berkurang  Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
mandir mencari orang lain dan atau  Berikan obat sebelum melakukan aktivitas
aktivitas lain, aktivitas yang berulang) untuk meningkatkan partisipasi, namun
 Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, lakukan evaluasi mengenai bahaya dari sedasi.
merengek, menangis)
 Masker wajah (mis, mata kurang
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu fokus
meringis)
 Sikap melindungi area nyeri
 Fokus menyempit (mis, gangguan
persepsi nyeri, hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
 Indikasi nyeri yang dapat diamati
 Perubahan posisi untuk menghindari
nyeri
 Sikap tubuh melindungi
 Dilatasi pupil
 Melaporkan nyeri secara verbal
 Gangguan tidur
Faktor Yang Berhubungan :
 Agen cedera (mis, biologis, zat kimia,
fisik, psikologis)

3 Gangguan intoleransi aktivitas NOC : Terapi Aktivitas :


Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis  Energy conservation.  Pertimbangkan kemampuan klien dalam
atau fisiologis unuk melanjukan atau  Activity tolerance. berpartisipasi melalui aktivitas fisik.
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-  Self Care : ADLs  Berkolaborasi dengan ahli terapis fisik,
hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Kriteria Hasil : okupasi dan terapis rekreasional dalam
Batasan Karakteristik :  Berpartisipasi dalam aktivitas perencanaan dan pemantauan program
 Respon tekanan darah abnormal terhadap fisik tanpa disertai peningkatan aktivitas.
aktivitas. tekanan darah, nadi dan RR.  Bantu klien untuk memilih aktivitas dan
 Respon frekwensi jantung abnormal  Mampu melakukan aktivitas pencapaian tujuan melalui aktivitas dengan
terhadap aktivitas. sehari-hari (ADLs) secara kemampuan fisik, fisiologis dan sosial.
 Perubahan EKG yang mencerminkan mandiri.  Intruksikan pasien dan keluarga untuk
aritmia.  Tanda-tanda vital normal. melaksanakan aktivitas yang diinginkan
 Perubahan EKG yang mencerminkan  Energy psikomotor. maupun yang telah diresepkan.
iskemia.  Level kelemahan.  Ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat
 Ketidaknyamanan setelah beraktivitas.  Mampu berpindah: dengan atau melakukan pergerakan otot secara berkala
 Dipsnea setelah beraktivitas. tanpa bantuan alat. sesuai dengan indikasi.
 Menyatakan merasa letih.  Status kardiopulmunari adekuat.  Berikan akivitas motorik untuk mengurangi
 Menyatakan merasa lemah  Sirkulasi status baik. terjadinya kejang otot.
Faktor Yang Berhubungan :  Status respirasi : pertukaran gas  Bantu klien untuk meningkatkan motivasi diri
 Tirah Baring atau imobilisasi. dan ventilasi adekuat. dan penguatan.
 Kelemahan umum.  Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spritual
 Ketidakseimbangan antara suplai dan terhadap aktivitas.
kebutuhan oksigen.  Bantu klien dan keluarga memantau
 Imobilitas. perkembangan klien terhadap pencapaian
 Gaya hidup monoton tujuan yang diharapkan.
J. Daftar Pustaka

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta :EGC.

Gloria M. Bulechek, dkk.2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia :


CVMocomedia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit Buku

Kedokteran. Jakarta : EGC.

Sue Moorhead, dkk .2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes
Kesehatan Edisi Kelima. Indonesia : CVMocomedia.s
http://seputarsehat.com/keperawatan/asuhan-keperawatan-gastritis.html

http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63376-Keperawatan%20Pencernaan

Asuhan%20Keperawatan%20Gastritis.html

Anda mungkin juga menyukai