MINI PROJECT
Disusun oleh:
dr. Citra Indah P. Sari
dr. Degup Demolin P. Sinurat
dr. Indriyanti N. A. U. Kotten
dr. Marissa C. Nharaya
dr. Melia Indasari
dr. Mutiara Ramadhiani
dr. Nadim M. Tedyanto
dr. William Tendi
Pendamping:
dr. Diah Palupi Handayani
NIP: 198810032014032002
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
pertolongan-Nya mini project di Puskesmas Kelurahan Dukuh dapat dilaksanakan. Mini project
adalah salah satu tugas dalam Program Internship Dokter Indonesia yang wajib dilakukan sebagai
suatu wujud nyata dalam usaha kesehatan masyarakat sekaligus sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) tetap profesi dokter.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama persiapan
hingga penulisan laporan, mini project ini tidak mudah untuk diselesaikan. Oleh karenanya, pada
kesempatan ini kami hendak mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Elviena Tauvany selaku kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh beserta seluruh jajaran
staf yang tidak dapat kami sebut satu persatu, yang telah banyak mendukung selama masa
internship di Puskesmas Kelurahan Dukuh.
2. dr. Diah Palupi Handayani yang telah memberi masukan konstruktif sekaligus sebagai
pendamping wahana kami di Puskesmas Kelurahan Dukuh.
3. Bpk. M. Arif, S. P. selaku Kepala Sie Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Dukuh beserta
staf yang telah mendukung pelaksanaan mini project.
4. Para guru-guru PAUD yang tanpanya mini project ini tidak mungkin terwujud.
Akhir kata, penulis berharap agar kiranya Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan mini project ini dapat berguna
bagi pengembangan kesehatan masyarakat di Puskesmas Kelurahan Dukuh, terutama dalam
bidang kesehatan ibu dan anak.
Dokter Internship Gel. III PKL Dukuh Feb ’16 – Feb ‘17
ii
DAFTAR ISI
METODE ...................................................................................................................................... 38
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 41
iii
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 46
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial, emosional dipengaruhi
oleh banyak hal, di antaranya gizi, kesehatan dan pendidikan. Hal ini telah banyak dibuktikan
dalam berbagai penelitian. Penelitian longitudinal oleh Bloom tentang kecerdasan menunjukkan
bahwa perkembangan kognitifnya mencapai sekitar 50% dalam kurun waktu 4 tahun pertama usia
anak, mencapai sekitar 80% kurun waktu 8 tahun, dan mencapai 100% setelah anak berusia 18
tahun. Oleh sebab itu, stimulasi harus dilakukan sejak 3 tahun pertama dalam kehidupannya guna
memaksimalkan kepandaian seorang anak. Selain itu, jumlah sel otak yang dipunyai pada usia
tersebut dua kali lebih banyak dari orang dewasa.1,2
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) adalah
revisi dari salah satu program pokok Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebelumnya, yakni
Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK). Progam itu telah dilakukan sejak tahun 1988. Kegiatan
tersebut diselenggarakan melalui kerja sama antara keluarga (orang tua, pengasuh anak, dan
anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat),
dan tenaga kesehatan profesional. Melalui kegiatan SDIDTK, diharapkan kondisi paling buruk
dari penyimpangan pertumbuhan anak, seperti gizi buruk dapat dicegah karena penyimpangan
pertumbuhan dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK. Selain mencegah penyimpangan
pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga mencegah penyimpangan perkembangan dan mental
emosional anak sebeleum terlambat.1,2
Dengan ditemukannya penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak secara dini,
intervensi dini juga akan lebih mudah dilakukan. Tenaga kesehatan juga mempunyai lebih banyak
waktu untuk membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama saat melibatkan keluarga.
Bila penyimpangan terlambat diketahui, intervensi akan lebih sulit dilakukan dan akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak
adalah untuk mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk
melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera
mungkin ketika usia anak masih di bawah lima tahun.1,2
1
Untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
terutama dalam hal deteksi dini kelainan tumbuh kembang balita, maka dibuat sebuah acara
bertemakan “Pelatihan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang” di Puskesmas
Kelurahan Dukuh berupa sesi materi dan sesi workshop. Acara ini menargetkan seluruh guru
sekolah PAUD yang ada di Kelurahan Dukuh. Melalui kegiatan ini, diharapkan terjadi peningkatan
yang signifikan pada penanganan masalah tumbuh kembang balita di Kelurahan Dukuh.1,2
Identifikasi Masalah
Guru-guru PAUD memiliki peran penting dalam deteksi dini masalah pertumbuhan dan
perkembangan balita sehingga seluruh guru harus paham akan pengetahuan tentang program
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang.
- Mengajarkan cara partisipasi PAUD yang benar dalam program Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang kepada guru PAUD di Kelurahan Dukuh
- Memperluas wawasan guru sekolah PAUD akan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Mengajarkan cara sikat gigi yang benar pada guru PAUD
- Menyeragamkan cara cuci tangan yang benar sesuai panduan terbaru
1.3.3 Manfaat
2
- Mengaplikasikan ilmu mengenai deteksi dini masalah tumbuh kembang anak, pola
hidup bersih dan sehat, serta cara sikat gigi yang terbaru
- Mempererat kerja sama dengan guru-guru PAUD di Kelurahan Dukuh
- Menjalankan program mini project yang merupakan salah satu bagian program dokter
internsip
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SDIDTK
2.1.1 Definisi SDIDTK
Stimulasi dini yang memadai, yaitu merangsang otak balita agar perkembangan kemampuan
gerak, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian anak berlangsung secara optimal sesuai usia
anak. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan
orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok
masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan
gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah
adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta
kemapuan sosialisasi dan kemandirian.1
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu melakukan skrining atau
mendeteksi sejak dini terhadap kemungkinan adanya penyimpangan tumbuh kembang anak
balita. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka
intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam
membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga.
Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak.1
4
Intervensi dini, yaitu melakukan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk
memperbaiki bila ada penyimpangan tumbuh kembang dengan tujuan agar pertumbuhan dan
perkembangan anak kembali ke jalur normal dan penyimpangannya tidak menjadi lebih berat.1
Rujukan dini, yaitu merujuk/membawa anak ke fasilitas kesehatan bila masalah
penyimpangan tumbuh kembang tidak dapat diatasi meskipun sudah dilakukan intervensi dini.
Tidak semua umur anak bisa dilakukan pendeteksian. Anak bisa dideteksi ketika menginjak umur
0 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, 15 bulan, 18 bulan, 21 bulan, 24 bulan, 30 bulan, 36
bulan, 42 bulan, 48 bulan, 54 bulan, 60 bulan, 66 bulan, dan 72 bulan. Usia ini adalah standar
usia yang telah ditetapkan.1
Jadwal atau waktu pendeteksian anak yaitu :
Jika umur si anak belum menginjak usia standar pemeriksaan maka jangan dilakukan
pendeteksian, namun tunggu si anak mencapai usia yang ditentukan.1, 2
Fungsi dari deteksi dini tumbuh kembang anak adalah untuk mengetahui penyimpangan
tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya
penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan sedini mungkin pada masa-masa kritis
proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan
anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal.1
Pada pelayanan dasar, terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat
dikerjakan, yaitu:
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui status gizi anak, serta
lingkar kepala.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui terdapat
penyimpangan dalam perkembangan, daya lihat, dan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah
mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian, serta hiperaktivitas.
5
Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, jenis deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang anak adalah sebagai berikut:1
(Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013. Hal. 43)
Keterangan:
BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan
LK : Lingkar Kepala
6
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDD : Tes Daya Dengar
TDL : Tes Daya Lihat
KMME: Kuesioner Masalah Mental Emosional
CHAT : Checklist for Autism in Toddlers
GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
Tanda *: Tes dilakukan atas indikasi
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan pada semua tingkat pelayanan.
Deteksi dini ini dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Adapun
pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:1
Tabel 2. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan
(Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013. Hal. 44)
Keterangan:
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak
7
TK : Taman Kanak-Kanak
LK : Lingkar Kepala
8
- Cara menggunakan KPSP:3
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan umur anak lebih 16
hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai
4. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak,
Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP.
5. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu
pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya
6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan satu persatu. Setiap pertanyaan hanya
ada 1 jawaban. Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan
terlebih dahulu
8. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
9
Tabel 3. Formulir KPSP
10
11
12
13
14
Interpretasi hasil KPSP:3
Intervensi:3
1. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur
dan kesiapan anak.
d) lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara
teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika
anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kelompok Bermain dan Taman
Kanak-kanak.
e) Lakukan pemeriksaan/Skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan
pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampal
72 bulan.
a. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih
sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
15
b. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk
mengatasi penyimpangan /mengejar ketertinggalannya.
c. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit
yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
d. Lakukan penllaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar
KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e. Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan
ada penyimpangan (P).
16
1) Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat melakukannya
dalam satu bulan terakhir.
2) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah / tidak
tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
Interpretasi
Bila ada satu atau lebih jawaban “Tidak”, kemungkinan anak mengalami gangguan
pendengaran.
Catat dalam Buku KIA atau status anak atau formulir deteksi dini tumbuh kembang
anak.
17
Intervensi:
Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
Rujuk ke RS bila tidak dapat ditangulangi
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera
dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman
daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak
usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan.
18
Gambar 1. Snellen chart
1. Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik.
2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
3. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dan poster “E”, menghadap ke poster “E”.
4. Letakkan sebuah kursi Iainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
5. Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu
“E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh
pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau melakukaninya. Lakukan hal ini sampai anak
dapat menarahkan kartu “E” dengan benar.
6. Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.
7. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu, mulai baris pertama
sampai baris keempat atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
8. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan
huruf “E” pada poster.
19
9. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
10. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah disediakan:
mata kanan ……. mata kiri : ……....
Interpretasi:3
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris ketiga pada poster “E”.
Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster “E”, artinya tidak dapat
mencocokkan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjuk
oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
Intervensi:3
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang lagi untuk
pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris yang
sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
20
A. Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental
emosional pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah
rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan
jadwal skrining/pemeriksaan perkembangan anak.3
Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) yang
terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali masalah mental emosional anak umur 36 bulan
sampai 72 bulan.3
Cara melakukan:3
1. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak.
2. Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA
21
Gambar 2. Kuesioner Masalah Mental Emosional
Interpretasi :
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.
Intervensi:
1. Bila jawaban YA hanya I (satu):
22
b. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
2. Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih :
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36
bulan. Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi bila ada keluhan
dari ibu/pengasuh atau ada kecurigan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD,
dan guru TK. Keluhan tersebut berupa salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :3
- Keterlambatan berbicara
- Gangguan komunikasi/interaksi sosial
- Perilaku berulang-ulang
Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in Toddlers). CHAT ini ada 2
jenis pertanyaan, yaitu :3
Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis pada CHAT kepada orangtua/pengasuh anak.
Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada CHAT.
Catat jawaban orangtua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan
kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah
dijawab
23
Tabel 5. Checklist Deteksi Dini Autis Pada Anak
Interpretasi:3
1) Risiko tinggi menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada pertanyaan A5, A7, B2, B3, dan
B4.
2) Risiko rendah menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada pertanyaan A7 dan B4
3) Kemungkinan gangguan perkembangan lain: bila jawaban “Tidak” jumlahnya 3 atau
lebih untuk pertanyaan A1-A4; A6; A8-A9; B1; B5.
4) Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1, 2 dan 3.
24
Intervensi:3
Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, Rujuk ke
Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dan orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan. Keluhan tersebut dapat berupa salah
satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsif
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) (Abbreviated Conners Ratting Scale). Formulir ini terdiri 10 pertanyaan
yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuh anak /guru TK/guru PAUD dan pertanyaan yang
perlu pengamatan pemeriksa.3
1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis
pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua/pengasuh anak untuk tidak
ragu-ragu atau takut menjawab.
2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir
deteksi dini GPPH.
3. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal ketika
di rumah, sekolah, pasar, toko, dll; setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.
4. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan.
5. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
25
Gambar 3. Formulir Deteksi Dini GPPH
Interpretasi3
26
Intervensi3
1. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang memfasilitasi
kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi lebih lanjut
2. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu – ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang satu bulan
kemudian
3. Ajukan pertanyaan kepada orang – orang terdekat dengan anak (orangtua, pengasuh, nenek,
guru, dsb)
1. Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesuai dengan yang
seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan
seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban “YA” = 7 atau 8, lakukan intervensi sebagai
berikut:
a. Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dan umur anak misalnya: Menurut
KPSP, anak umur 12 bulan belum bisa berdiri, maka dilihat kelompok umur
stimulasi 9 – 12 bulan atau yang lebih muda (bukan kelompok umur stimulasi 12-
15 bulan).
b. Ajari orang tua cara melakukan intervensi sesuai dengan masalah/penyimpangan
yang ditemukan pada anak tersebut, misalnya, anak mempunyai penyimpangan
gerak kasar, maka yang diintervensi adalah gerak kasamya.
c. Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak sesering
mungkin, penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermain dengan
anak agar ia tidak bosan.
d. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4 jam, selama 2
minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah.
27
Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila
anak sudah dapat diintervensi tagi.
e. Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian untuk
dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah ada kemajuan/perkembangan
atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai dengan
umur skrining yang terdekat.
2. Bila seorang anak mempunyai masalah/penyimpangan perkembangan, sedangkan umur
anak saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka lakukan intervensi perkembangan
sesuai dengan masalah yang ada sebagai berikut:
a. Misalnya: anak umur 19 bulan belum bisa menyebut ayah ibunya dengan panggilan
seperti “papa mama” artinya ada penyimpangan kemampuan bahasa dan bicara.
Lihat kelompok umur stimulasi yang lebih muda, lihat tabel Kemampuan Bicara dan
Bahasa yang memuat cara melatih anak supaya bisa menyebut kata-kata “papa
mama” yaitu pada kelompok umur stimulasi 3-6 bulan.
b. Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk kelompok umur yang lebih muda pada
contoh di atas stimulasi untuk kelompok umur 15-18 bulan, tetap diberikan.
c. Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak sebagaimana yang
dianjurkan pada kotak stimulasi tersebut.
d. Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak sesering
mungkin penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermain dengan
anak agar ia tidak bosan.
e. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4 jam, selama 2
minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah.
Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak
sudah dapat diintervensi lagi.
f. Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian untuk
dilakukan evaluasi dan intervensi dan melihat apakah ada kemajuan/perkembangan
atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur
skrining yang terdekat.
28
Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani
meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi dini. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang
anak dilakukan secara berjenjang, sebagai berikut.3
1) Tingkat keluarga dan masyarakat.
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan
untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya atau Rumah
Sakit. Orang tua/ keluarga perlu diingatkan agar membawa catatan pemantauan tumbuh
kembang yang ada di dalam Buku KIA.
2) Tingkat Puskesmas dan jaringannya.
a. Pada rujukan dini, bidan dan perawat di Posyandu, Polindes, Pustu termasuk
Puskeling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman.
b. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka
dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas (dokter, bidan, perawat, ahli gizi dan
tenaga kesehatan terlatih lainnya).
3) Tingkat Rumah Sakit rujukan.
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat ditangani di tingkat Puskesmas atau
memerlukan tindakan yang khusus maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten (tingkat
rujukan primer) yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan dokter
spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostik. Rumah
Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh
kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa kesehatan
mata, THT, rehabilitasi medik, ahli terapi (fisioterapis, terapis bicara, dan sebagainya),
ahli gizi dan psikolog.1
29
Tabel 6. Tindakan intervensi anak dengan gangguan perkembangan.
30
Gambar 4. Formulir deteksi dini tumbuh kembang anak.
31
2.2 PHBS
2.2.1 Definisi
Pola hidup bersih dan sehat atau lebih dikenal dengan istilah PHBS adalah sekumpulan
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan dimana hal-hal yang dilakukan tersebut akan
membawa seseorang beserta anggota keluarganya menuju hidup yang lebih sehat. Semua
perilaku sehat tersebut harus dilakukan dengan kesadaran sendiri dan dilakukan bersama-sama
dengan orang lain dalam hal ini masyarakat sekitar agar lingkungan orang tersebut menjadi
lingkungan yang baik dan sehat untuk ditinggali.4
Pada dasarnya, PHBS itu dimulai dari awal oleh satu orang dimana orang tersebut
membawa contoh perilaku yang sehat tersebut ke keluarga intinya atau di dalam rumah.
Setelah keluarga bersama-sama memiliki perilaku yang sehat, kemudian hal ini akan dibawa
lebih lanjut ke lingkungan kerja, sekolah hingga masyarakat setempat. Oleh sebab itu, PHBS
memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan tempat dilakukannya perilaku tersebut.4
a. PHBS di Rumah4
PHBS di rumah merupakan PHBS yang paling umum dan paling dasar yang harus
dilakukan setiap orang untuk menciptakan suasana yang sehat dan bersih. Terdapat 10
komponen penting dalam PHBS di rumah yaitu:
32
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan
Poin ini penting karena membantu orangtua dan tenaga medis untuk mendeteksi secara
dini adanya malnutrisi pada anak. Oleh sebab itu, orangtua yang sedang memiliki anak
berusia 1 bulan hingga 5 tahun wajib melakukan penimbangan minimal sebulan sekali dan
hasilnya akan dicatat dalam buku kesehatan ibu dan anak (KIA) atau kartu menuju sehat
(KMS).
33
memberantas jentik nyamuk adalah dengan 3M yaitu menguras penampungan air, menutup
tempat yang berpotensi sebagai penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas
yang dapat menampung air.
Sepuluh komponen PHBS di atas sebenarnya secara umum juga dilakukan di tempat-
tempat lainnya, hanya saja beberapa komponen akan disesuaikan tergantung tempat
dilakukannya PHBS tersebut.
b. PHBS di Sekolah4
Perilaku bersih sehat di sekolah secara umum meliputi komponen PHBS di rumah yang
bisa dilakukan di sekolah dengan tambahan konsumsi jajanan sehat di sekolah dan
membuang sampah pada tempatnya.
34
Perilaku bersih sehat di tempat kerja ini adalah PHBS di rumah yang bisa dilakukan di
tempat kerja dengan tambahan kurangi menggunakan sterofoam, manfaatkan kertas bekas,
mematikan komputer dan peralatan listrik lainnya saat sedang tidak digunakan, membuang
sampah pada tempatnya dan meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi atau
maksimalkan penumpang dalam satu mobil.
Perilaku bersih sehat di tempat umum adalah PHBS di rumah yang bisa dilakukan di
tempat umum dengan tambahan membuang sampah pada tempatnya dan tidak meludah
sembarangan.
Perilaku bersih sehat di fasilitas pelayanan kesehatan adalah PHBS di rumah yang
memungkinkan untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan tambahan
membuang sampah pada tempatnya dan tidak meludah sembarangan.
Salah satu hal paling dasar yang bisa dilakukan pertama kali untuk memiliki PHBS
dimanapun adalah dengan mencuci tangan yang baik dan benar. Dalam hal ini mencuci
tangan sesuai rekomendasi WHO adalah dengan menggunakan air dan sabun lalu melakukan
6 langkah yaitu:4,5,6
35
Gambar 5. Cara mencuci tangan dengan air dan sabun
Telinga merupakan indera pendengaran dan oleh sebab itu sangat penting untuk dijaga
kebersihannya agar tidak tersumbat oleh kotoran dan mengurangi kemampuan seseorang dalam
mendengar. Proses pembersihan telinga sebaiknya dilakukan oleh dokter terutama apabila
serumen telah mengeras. Hal paling penting sebelum dilakukan pembersihan telinga adalah
bagaimana memeriksa liang telinga yang benar agar liang telinga terlihat jelas.7
Cara melakukan pemeriksaannya adalah dengan menarik telinga menyerong kearah superior
dan posterior dengan tangan yang berlawanan dengan sisi telinga. Jadi apabila telinga kanan yang
diperiksa, maka tangan kiri yang digunakan untuk menarik daun telinga dan tangan yang lain
memegang senter untuk menerangi liang telinga.7
36
2.4 Cara Menyikat Gigi
Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang penting. Gigi berfungsi untuk membantu
proses makan. Gigi memiliki beberapa peran dalam mengunyah. Proses mengunyah ini sendiri
juga dibagi menjadi beberapa bagian yaitu proses memotong, mengoyak makanan dan menggiling
atau mengunyah makanan. Dalam menjalankan prosesnya, gigi juga diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis. Gigi seri adalah gigi yang bertanggungjawab untuk proses memotong makanan
pertama kali, sehingga posisi gigi seri berada di depan. Proses berikutnya yaitu mengoyak
dilakukan oleh gigi yang memiliki bentuk yang tajam yaitu gigi taring yang letaknya lebih ke
dalam daripada gigi seri. Terakhir, gigi yang terletak di area yang paling dalam adalah gigi
geraham dimana gigi ini memiliki permukaan yang cukup lebar untuk menggiling makanan
menjadi lebih halus.8, 9
Oleh karena posisi gigi ini berbeda-beda berdasarkan fungsinya, maka semua gigi harus
dijaga dengan baik. Cara untuk merawat gigi adalah dengan melakukan sikat gigi. Proses sikat gigi
ini harus mencakup semua jenis gigi dimana ini berarti sikat gigi harus mampu menjangkau hingga
ke bagian dalam mulut dan mengenai semua sisi gigi.8, 9
Sikat gigi merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan setiap hari. Metode untuk
menyikat gigi berbeda-beda namun salah satu yang cukup ideal untuk dilakukan adalah metode
Stillman. Metode ini dilakukan dengan membagi area mulut menjadi 4 bagian dengan masing-
masing kiri dan kanan di bagian atas dan bagian bawah. Proses menyikat gigi adalah dengan
menyikat gigi sisi luar dan dalam per bagian dengan arah dari gusi ke gigi dimana sikat gigi
diposisikan pada 450. Setelah sisi luar dan dalam selesai disikat, maka area mengunyah disikat
maju mundur untuk keempat bagian.8
37
BAB III
METODE
Kegiatan mini project yang bertema “Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu pemaparan
materi dan workshop. Pemaparan materi menjadi kegiatan yang pertama dilakukan, kemudian
diikuti dengan workshop yang masih berkaitan dengan materi dari kegiatan sebelumnya.
a. Tempat Kegiatan
b. Waktu Kegiatan
Kegiatan mini project “Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” ditujukan kepada seluruh guru PAUD di Kelurahan Dukuh yang
belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh
kembang sebagai pengurus kader posyandu balita.
3.4 Instrumen
38
- Kursi
3.5 Prosedur
Proses registrasi peserta acara “Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” dimulai pukul 12.30. Peserta yang sudah datang
diharuskan melakukan registrasi dan akan diberikan nomor kursi. Pukul 13.00, acara akan dibuka
oleh pembawa acara, kemudian diikuti kata sambutan yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
Kecamatan Kramat Jati, Kasie Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan
Dukuh, serta Kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan
pemaparan materi mengenai stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) dan
perilaku pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Sesi tanya jawab dilakukan setelah pemaparan materi
selesai. Kemudian acara dilanjutkan dengan kegiatan workshop. Workshop terdiri dari 3 pos, yaitu
pos menyikat gigi, pos mencuci tangan, serta pos pemeriksaan telinga dan diskusi SDIDTK. Setiap
pos dipandu oleh seorang tutor dan setiap 15 menit tutor bergantian sehingga dipastikan semua
peserta akan melewati ketiga pos tersebut. Kelompok workshop telah diatur sesuai dengan nomor
kursi yang didapatkan peserta ketika melakukan registrasi. Setelah selesai, acara dilanjutkan
dengan sesi kuis untuk peserta. Kemudian acara ditutup oleh pembawa acara dan diikuti
pembagian sertifikat serta foto bersama.
39
3.6 Alur Workshop
40
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pelatihan sosialisasi Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
pada wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Dukuh memiliki kegiatan, memberikan informasi jika
terdapat penyimpangan dari perkembangan, pertumbuhan dan mental emosional serta pola hidup
bersih dan sehat, pada anak didik di PAUD maupun taman kanak-kanak (TK) itu sendiri.
PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pelaksanaan pelatihan SDIDTK dan PHBS pada guru-guru PAUD sendiri dilaksanakan
dalam satu hari pada hari kamis tanggal 1 Desember 2017 pada pukul 13.00 WIB, di Aula
Puskesmas Kelurahan Dukuh. Pelatihan tersebut ditujukan untuk 11 PAUD dan 2 TK di wilayah
kerja Kelurahan Dukuh. Sebelas PAUD diantaranya berasal dari PAUD Cempaka, PAUD Merpati,
PAUD Al Hasanah, PAUD Cendana, PAUD Anggrek, PAUD Bougenville, PAUD Melati, PAUD
Pandawa, PAUD Al Hidayah, PAUD Teratai, dan PAUD Ria Pembangunan. Sedangkan 2 TK
lainnya berasal dari TK Kuntum Suci dan TK Riadhus Solihin.
Dari sebelas PAUD dan dua TK di wilayah kerja Kelurahan Dukuh yang mendapat undangan
untuk pelatihan SDIDTK dan PHBS dari 48 guru hanya 39 guru PAUD dan TK yang hadir dan
mengikuti pelatihan. Sedangkan sisanya 9 orang peserta pelatihan lainnya tidak dapat hadir. Hal
ini dikarenakan 9 orang peserta tersebut telah memiliki kegiatan lain di luar pelatihan, seperti
bekerja, memiliki kegiatan lain yang sudah terjadwal sebelumnya, dan lainnya. Berdasarkan data
sebaran yang didapat, peserta pelatihan SDIDTK dan PHBS sebanyak 100% berjenis kelamin
perempuan. Dalam acara pelatihan tersebut kami turut mengundang tamu khusus dari pihak
Kelurahan Dukuh dan Kepala Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.
41
Pada pelaksanaan pelatihan SDIDTK dan PHBS yang dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan
Dukuh diberikan penyuluhan dan informasi tentang pemantauan perkembangan dan pertumbuhan
yang dilakukan sejak dini, serta pola hidup bersih dan sehat untuk anak didik di PAUD maupun
TK itu sendiri. Materi yang diberikan untuk peserta adalah latar belakang, status gizi balita tahun
terakhir 2015, pengertian serta tujuan, jenis pemeriksaan SDIDTK, cara menilai dan memantau
jika ditemukan penyimpangan SDIDTK, cara mencuci tangan yang benar menurut WHO dan
menyikat gigi yang terbaru dari PDGI. Para peserta juga diberikan kesempatan untuk bertanya di
akhir sesi jika ada materi yang diberikan belum jelas. Setelah pemberian materi dan sesi pertanyaan
berakhir, dilanjutkan dengan sesi pelatihan bagi para perserta yang dibagi dalam enam kelompok.
Masing-masing kelompok terdapat satu tutor dari dokter internsip yang memberikan pembahasan
dan pengajaran mengenai cara menilai penyimpangan SDIDTK menggunakan kuesioner maupun
alat penilaian lain, cara menyikat gigi yang benar menurut PDGI, dan cara cuci tangan yang benar
menurut WHO. Para peserta diberikan kesempatan untuk mempraktekkan dan bertanya mengenai
materi yang diberikan di masing-masing kelompok.
Dari hasil pengamatan selama berlangsungnya pelatihan SDIDTK dan PHBS, para peserta
guru-guru PAUD dan TK sangat antusias terhadap materi yang diberikan. Sebagian besar para
peserta sudah banyak mengetahui cara menyikat gigi dan mencuci tangan namun ada beberapa hal
yang masih kurang maupun salah dalam mempraktekkannya. Untuk penilaian penyimpangan
SDIDTK sendiri, para peserta sangat bersemangat untuk mengetahui bagaimana membedakan
yang normal atau menyimpang, karena terkadang mereka menemukan di anak didik yang kurang
lebih perilaku, perkembangan dan pertumbuhannya menyerupai seperti pembahasan materi yang
sudah di jelaskan.
4.2 Keterbatasan
42
Beberapa tamu undangan khusus lainnya yang kami harapkan datang juga tidak sepenuhnya
hadir. Seperti tamu undangan dari pihak Kelurahan Dukuh yang tidak sempat hadir dikarenakan
memiliki kegiatan lain yang sudah di agendakan sebelumnya.
Jumlah peserta pelatihan SDIDTK dan PHBS yang hadir tidak semuanya hadir dalam acara.
Masih ada 19% peserta yang sudah mendaftar namun tidak hadir dalam acara pelatihan sehingga
amat disayangkan informasi yang di dapat tidak menyeluruh ke semua peserta pelatihan.
43
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Lebih dari 80% peserta yang mendaftar, datang dan mengikuti acara sepenuh-penuhnya.
2. Acara dapat berlangsung lancar dan selesai tepat waktu
3. Peserta menunjukkan antusiasme dan interaktif dalam pelaksanaan pelatihan
4. Acara pelatihan seperti ini merupakan cara yang bermanfaat untuk penyebaran infomasi
dari program kesehatan puskesmas kepada masyarakat terutama guru-guru PAUD.
5.2 Saran
- Mengadakan penyegaran ilmu kepada guru-guru PAUD dan juga peserta mini project
bertemakan SDIDTK sebelumnya seperti kader posyandu.
- Diharapkan untuk terus mendukung kegiatan mini project berikutnya sebagai salah satu
upaya dalam program peningkatan peran serta masyarakat (PPSM)
- Diharapkan untuk terus bersiap sebagai ujung tombak dalam melayani anak-anak yang
masuk dalam skrining SDIDTK.
- Mengevaluasi kembali baik secara informal maupun formal, pengetahuan peserta (guru
PAUD)
Bagi Masyarakat
44
DAFTAR REFERENSI
45
LAMPIRAN
Yth.
Kasie Pemberdayaan Ekonomi
dan Kesejahteraan Masyarakat
Kelurahan Dukuh
46
Surat Undangan ke Kepala Puskesmas Kec. Kramat Jati
Yth.
drg. S. Sholikhah Darmawie
Kepala Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Jakarta Timur
47
Surat Undangan ke Guru PAUD
Nomor :
Lampiran :-
Perihal : Biasa
Hal : Pelatihan SDIDTK & PHBS
Yth.
Guru-guru PAUD
di Kelurahan Dukuh
Sehubungan dengan pentingnya acara diatas, kami harapkan saudara/i hadir tepat
waktu.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih
48
Surat Permohonan Peminjaman Proyektor
Yth.
Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Jakarta Timur
49
Contoh Sertifikat
50
Foto-Foto Kegiatan
51
52
53
54
55
Dokumentasi Kegiatan Dokter Internship di Kelurahan Dukuh
56
Diskusi dan Tanya jawab setelah PSN
Penyuluhan dalam gedung
Posyandu Lansia
57