PENDAHULUAN
Selain persalinan kurang bulan, KPD (ketuban pecah dini) juga erat kaitannya
dengan korioamnionitis. KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD
preterm dapat menyebabkan kejadian korioamnionitis serta sepsis neonatal.5 KPD
adalah jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam yang
mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis.6 Sekitar
1
25% infeksi intrauterine disebabkan oleh KPD. Infeksi intrauterine ini terjadi pada
saat dalam persalinan.7
I.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Epidemiologi
3
1-4% dari semua kelahiran di US mengalami komplikasi amnionitis.
Korioamnionitis mengkomplikasi sebanyak 40-70% kejadian kelahiran premature
dengan ketuban pecah dini dan 1-13% kehamilan aterm.9 12% kelahiran ceasar juga
terlibat dalam korioamnionitis klinis, dengan indikasi tersering pada kasus ini yaitu
kegagalah dalam menangani setelah membrane rupture.10
4
Tabel Diagnosis pada Penderita Korioamnionitis
Result suggesting
Test chorioamnionitis Comments
Clinical parameters Generally non-specific
Fever Temperature >100.4 twice 95–100 sensitive
or >101 once
Maternal tachycardia > 100/min 50–80% sensitive
Fetal tachycardia >160/min 40–70% sensitive
Fundal tenderness tenderness on palpation 4–25% sensitive
Vaginal discharge Foul-smelling discharge 5–22% sensitive
Amniotic fluid
parameters
Culture Microbial growth Diagnostic gold-standard
Gram stain Bacteria or white blood 24% sensitive, 99% specific
cells (>6/HPF)
Glucose level <15mg/dl Affected by maternal
hyperglycemia 57% sensitive, 74%
specific
Interleukin 6 >7.9 ng/ml 81% sensitive, 75% specific
Matrix Positive result 90% sensitive and 80% specific
Metalloproteinase
White blood cell >30/cubic mm 57% sensitive, 78% specific
count
Leukocyte esterase Positive (dipsticks) 85–91% sensitive, 95–100%
specific
Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium klinis dan cairan amnion pada penderita korioamniosintesis9
5
Korioamnionitis secara
histologi didapati lebih sering
dan lebih berat pada daerah
dimana terjadi ruptur membran
dibandingkan dengan daerah
lainnya, seperti placental
chorionic plate atau umbilical
cord. Identifikasi bakteri pada
kasus ini mirip dengan bakteri
yang terdapat di saluran genital
Gambar 1. Rute Korioamnionitis9
bagian bawah. Bila terjadi
infeksi kantong amnion selalu terlibat.13,14
6
mengakibatkan defisit cerebral palsy dan lainnya jangka pendek dan panjang
neurologis (Gambar 2).9
Morbiditas atau mortalitas ibu hamil dan janin serta neonatus sangat tinggi
merupakan komplikasi atau pengaruh korioaminosis terhadap maternal maupun
fetal.15 Korioamnionitis dapat menyebabkan bakteremia pada ibu, menyebabkan
kelahiran prematur dan infeksi yang serius pada bayi.12 Penyebab tersering infeksi
intrauterin adalah bakteri yang ascending dari saluran kemih ataupun genital bagian
bawah atau vaginitis.12 Organisme penyebab terjadinya korioamnionitis adalah
organisme normal di vagina, termasuk Eschericia coli, selain itu Streptokokus grup B
juga sering berperan sebagai penyebab infeksi.12 Chlamydia trachomatis sebagai
salah satu bakteri penyebab cervicitis juga berperan sebagai bakteri penyebab infeksi
intrauterin dan berhasil diisolasi dari cairan amnion.13 Peran virus sebagai penyebab
korioamnionitis sampai dengan saat ini belum jelas diketahui.13 Gejala
korioamnionitis dapat asimtomatik dan berbeda-beda pada setiap wanita, meskipun
demikian, gejala yang umum didapati dapat berupa demam, peningkatan denyut
jantung ibu dan janin, uterus yang lembut dan nyeri, serta cairan amnion yang bau.16
7
dalam respon sindrom inflamasi sistemik (SIRS).9 Karena parameter klinis analog
yang mendefinisikan SIRS sulit untuk dipastikan pada janin, FIRS awalnya
didefinisikan oleh peningkatan IL-6 darah cord dalam pengaturan persalinan prematur
dan PPROM tetapi dapat jug untuk kehamilan term. Ciri histopatologis FIRS adalah
funisitis dan vaskulitis chorionic.10 FIRS sekarang diakui untuk mewakili respon
imun janin terhadap infeksi atau luka dimediasi oleh pelepasan sitokin dan kemokin
seperti interleukin, TNF-alpha, protein C-reaktif, dan matriks melloproteinases.10
FIRS juga telah dikaitkan dengan persalinan prematur yang berpuncak pada kematian
perinatal dan berhubungan, khususnya di kalangan neonatus prematur, dengan cedera
multi-organ, termasuk penyakit paru-paru kronis, leucomalacia periventrikular dan
cerebral palsy.17
8
antibiotic dihentikan dan pasien dapat dipulangkan. Terapi oral dilakukan
kemudian hanya jika pasien mengalami stafilokokus bakteremia.8
3 Fasilitas pelahiran. Infeksi bukan merupakan indikasi untuk pelahiran sesar.8
4 Observasi persalinan disfungsional, yang terjadi lebih sering jika terdapat
korioamnionitis.8
5 Observasi denyut jantung janin (DJJ) seara ketat. Takikardia dan penurunan
variabilitas terjadi pada 75% bayi ini.8
6 Beri tahu tenaga pediatric. Persiapkan seorang bayi berpotensi sakit.8
9
Baru-baru ini, uji coba pengobatan korioamnionitis telah bergeser ke arah
menguji efisiensi dan keamanan dosis sekali sehari gentamisin. Gentamisin adalah
aminoglikosida yang biasa digunakan dalam kehamilan untuk pengobatan bakteri
Gram-negatif, meskipun ada keengganan oleh beberapa praktisi untuk
menggunakannya, mengingat efek samping toksisitas ginjal dan ototoksisitas. Hal ini
juga ditetapkan bahwa dosis sekali sehari memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dosis harian ganda, dengan tingkat serum puncak yang lebih tinggi
menyebabkan peningkatan efektivitas pembunuhan bakteri, dan berkepanjangan
tingkat yang lebih rendah melalui memiliki risiko yang lebih rendah toksisitas.23
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korioamnionitis merupakan suatu kelainan yang terjadi pada ibu hamil yang
bisa mengakibatkan meningkatnya mortalitas dan morbiditas baik bagi ibu maupun
bagi janin.1 Korioamnionitis juga bisa menginduksi KPD (ketuban pecah dini),
premature, serebral palsi, bahkan kematian pada ibu dan janin. Korioamnionitis
disebabkan oleh berbagai bakteri yang masuk melalui vagina, saluran kemih maupun
transplasenta. Untuk penatalaksaan bagi ibu hamil dengan korioamnionitis bidan bisa
melakukan kolaborasi atau rujukan dengan dokter spesialis kandungan (Obgyn).
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
12. Stoll BJ. Infections of the neonatal infant. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia:
Saunders, 2004.h.623-5
13. Lubis, Siska Mayasari. 2008. Korioamnionitis sebagai Faktor Risiko Terjadinya
Palsi Serebral. Medan: Kedokteran Nusantara.
14. Romero R. Preterm Labor, intrauterine infection, and the fetal inflammatori
respons syndrome. NeoReviews 2002;3:e73-84
15. Manuaba, I.B.G., 2007. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
16. Czikk, M.J., et al. 2011. Clinical and Microbiology Infection: Chorioamnionitis,
From pathogenesis to treatment. Copenhagen: European Society of Clinical
Microbiology and Infectious Diseases.
17. A, Bashiri, et al. 2006. Cerebral palsy and fetal inflammatory response
syndrome: a review. [Online] http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16489880/.
Diakses pada 13 Noember 2014.
18. PS, Ramsey. 2005. Chorioamnionitis increases neonatal morbidity in
pregnancies complicated by preterm premature rupture of membranes. [Online]
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15846196/. Diakses pada 13 November
2014.
19. L, Cornette. 2004. Fetal and neonatal inflammatory response and adverse
outcome. [Online] http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15691784/. Diakses
pada 14 Novembe 2014.
20. Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol. 1 Ed.4. Alih bahasa:
Ana Lusiyana. Jakarta: EGC.
21. GJ, Locksmith, et al. 2005. High compared with standard gentamicin dosing for
chorioamnionitis: a comparison of maternal and fetal serum drug levels. [Online]
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15738010/. Diakses pada 14 November
2014.
22. JO, Fahey. 2008. Clinical management of intra-amniotic infection and
chorioamnionitis: a review of the literature. [Online]
13
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18455097/. Diakses pada 14 November
2014.
23. K, Ward, dan RN, Theiler. 2008. Once-daily dosing of gentamicin in obstetrics
and gynecology. [Online] http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18677142.
Diakses pada 14 November 2014.
14