Anda di halaman 1dari 1

Al-Fudhail bin 'Iyadh menafsirkan firman Allah 'Azza wa Jalla’ pada Al-Quran surat al-mulk ayat 2:

“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya"

Dalam ayat tadi tidak dikatakan siapakah yang paling banyak amalannya. Namun dikatakan siapakah
yang paling baik amalannya. Sehingga dituntut dalam beramal adalah kualitas (ikhlas dan sesuai
tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), bukan kuantitasnya(Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim,
8/176 )

Imam Ghazali berkata: "Ilmu tanpa amal adalah gila dan pada masa yang sama, amalan tanpa ilmu
merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan sia- sia."

Kenapa harus tahu ilmunya? Karena kalau kita

mengerjakan sesuatu tidak tahu ilmunya, maka pekerjaan kita tidak ada nilainya dan tidak diterima oleh
Allah Subhanahu wa Ta'ala .

Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang beramal tidak mengikuti
perintah kami, maka akan ditolak." (HR Muslim)

Oleh karena itu, dalam hal ibadah kita harus mengetahui ilmu fikih agar setiap aamalan ibadah yang kita
kerjakan sesuai dengan tata cara yang telah di tentukan Al-Quran dan hadist , sehingga amalan ibadah
kita kerjakan tidak sia-sia/percuma.

Anda mungkin juga menyukai