PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak
hanya anak sejak masih bayi hingga remaja bahkan juga dewasa serta wanita hamil.
Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu
yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh
untuk membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi berguna untuk
Pada tahun 2008 terjadi kasus Tetanus Neonatorum dengan kematian sejumlah
91 kasus atau Case Fatality Rate (CFR) 55%. Dari kasus Tetanus Neonatorum
tersebut sebagian besar adalah bayi yang persalinannya ditolong oleh dukun bersalin.
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium tetani, yaitu kuman
yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang system syaraf pusat. Faktor risiko
bersih yaitu perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan
pemberian imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak
2006 cakupan imunisasi TT-2 sebesar 52,0%. tahun 2007 meningkat menjadi 59,0%
1
dan pada tahun 2008 cakupan imunisasi TT-2 menjadi 63,1%. Secara keseluruhan
menunjukkan bahwa cakupan imunisasi TT masih sangat rendah dari target yang
diharapkan yaitu 100% dari seluruh ibu hamil maupun wanita usia subur yang ada di
Indonesia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. IMUNISASI
2.1.1. Definisi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan.
2.1.2. Jenis-jenis
menjadi dua: imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif merupakan
pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi
buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan
respons seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar terjadi
infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat
empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dijelaskan sebagai berikut.
- Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba
guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang
- Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
- Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imunogenitas antigen.
3
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat
yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang berasal dari plasma manusia atau
binatang yang digunakan untuk mangatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam
1) BCG
Indikasi:
Gambar
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
Vaksin BCG & pelarut
tuberkulosis.
Kontra indikasi:
Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksin,
furunkulosis dan sebagainya.
Mereka yang sedang menderita TBC.
4
- Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya, untuk
mencapai cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG
- Dosis untuk bayi < 1 tahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml, diberikan
(1) efektivitas perlindungan hanya 40%, (2) 70% kasus TBC berat
(meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan (3) kasus dewasa dengan
2) Hepatitis B
- Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B.
- Kontra indikasi:
Hipersensitif terhadap komponen vaksi. Sama halnya seperti vaksin-vaksin
lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat
- Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling
tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
5
- Pemberian imunisasi hepatitis B harus berdasarkan status HBsAg ibu pada
sebagai berikut:
Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui.
12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis
minggu).
Bayi lahir dari ibu HBsAg positif. Dalam waktu 12 jam setelah lahir,
rekombinan (HB Vax-II dengan dosis minimal 2,5 mg (0,25 ml) atau
(0,5 ml) secara intra muskular, pada saat lahir sampai usia 2 bulan.
Dosis kedua diberikan 1-2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan
12 tahun.
6
- Telah dilakukan suatu penelitian multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap
anak dari ibu pengidap hepatitis B, yang telah memperoleh imunisasi dasar 3x
pada masa bayi. Pada umur 5 tahun, sejumlah 90,7% diantaranya masih
memiliki titer antibodi anti HBs yang protektif (titer anti HBs >10 mg/ml).
(booster) pada usia 5 tahun, tidak diperlukan. Idealnya, pada usia ini dilakukan
3) DPT
- Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6
minggu, DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan
dan DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan selanjutnya (DPT 4) diberikan satu
tahun setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk
- Dosis DPT/ DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar
maupun ulangan.
4) Tetanus
7
- Upaya Departemen Kesehatan melaksanakan Program Eliminasi Tetanus
3 tahun. Dari 3 dosis toksoid tetanus pada bayi tersebut setara dengan 2
imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun, pada umur
sampai umur 17-18 tahun; pada umur dewasa dihitung setara 4 dosis
toksoid.
perlindungan seumur hidup dan pada wanita usia subur (WUS) untuk
neonatorum.
TT 5x selain pada sasaran bayi, juga pada anak sekolah melalui kegiatan
bertahap.
8
5) Polio
- Untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4), vaksin diberikan 2 tetes per-oral, dengan
yang lebih tinggi, diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan segera
- Perlu mendapat perhatian pada pemberian polio 1 saat bayi masih berada di
rumah bersalin/ rumah sakit, dianjurkan vaksin polio diberikan pada saat bayi
akan dipulangkan agar tidak mencemari bayi lain mengingat virus polio hidup
6) Campak
- Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan
- Hasil penelitian terhadap titer antibodi campak pada anak sekolah kelompok
usia 10-12 tahun didapat hanya 50% diantaranya masih mempunyai antibodi
ulangan pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun), guna mempertinggi
serokonversi.
7) MMR
- Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan dengan dosis satu kali 0,5 ml,
secara subkutan.
9
- Vaksin MMR yang beredar di pasaran ialah MMRII [MSD]® dan Trimovax
[Pasteur Merieux] ®
lain.
- Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18 bulan,
diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak diperlukan.
- Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali.
- Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular.
9) Demam tifoid
- Tifoid oral Ty21a yaitu Vivotif [Berna] ® diberikan pada umur > 6 tahun,
dikemas dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3, dan 5).
10) Hepatitis A
exposure), pada umur >2 tahun. Imunisasi dasar Hepatitis A yang telah
10
beredar ialah Havrix [Smith Kline Beecham] ® dosis pemberian sebaga
dan II. Untuk mendapatkan perlindungan jangka panjang (10 tahun) dengan
nilai ambang pencegahan >20 mlU/ml, dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah
11) Varisela
imunisasi belum tinggi oleh karena harga belum terjangkau bagi sebagian
vaksin varisela pada anak kecil dapat mengubah epidemiologi penyakit dari
penyakit pada orang dewasa lebih berat apalagi bila terjadi pada masa
dengan angka kematian yang tinggi. Oleh karena itu untuk menghindarkan
tahun yang belum terpajan, dengan dosis 0,5 ml, subkutan, satu kali. Apabila
diberikan pada umur >13 tahun maka imunisasi diberikan 2 kali dengan jarak
4-8 minggu. Di lain pihak, atas permintaan orang tua imunisasi varisela dapat
diberikan kapan saja setelah anak berusia 1 tahun. Imunisasi ulangan sampai
11
Vaksin dapat diberikan secara subkutan, intramuskular, intrakutan
(intradermal), dan per-oral sesuai dengan petunjuk yang tertera dalam kemasan. Cara
pemberian vaksin selalu tertera pada label vaksin, maka harus dibaca dengan baik.
Vaksin harus diberikan pada tempat yang dapat memberikan respons imun optimal
maupun persarafan.
diberikan untuk vaksin hidup dan vaksin yang menghasilkan imunogenisitas yang
diberikan subkutan.
atau daerah deltoid untuk anak besar. Jarum yang dipergunakan berukuran 5/8-3/4
inci yaitu jarum ukuran 23-25. Kulit dan jaringan di bawahnya dicubit tebal perlahan
dengan mempergunakan jempol dan jari telunjuk sehingga terangkat dari otot,
kemudian jarum ditusukkan pada lipatan kulit tersebut dengan kemiringan kira-kira
45 derajat.
berisi ajuvan, apabila diberikan secara subkutan atau intradermal dapat menyebabkan
iritasi pada kulit setempat, menimbulkan indurasi, kulit menjadi pucat, reaksi
inflamasi, dan pembentukan granuloma, Pemilihan tempat dan ukuran jarum harus
12
pedoman WHO, pada suntikan intramuskular, jarum harus masuk 5/8 inci atau 16 mm
rabies dan tifoid, pada lengan atas atau daerah volar. Ukuran jarum 3/8-3/4 inci atau
jarum nomor 25-27. Untuk vaksin oral, apabila dalam 10 menit anak muntah
sebaiknya pemberian vaksin diulang; tetapi bila kemudian muntah lagi ulangan
Vaksin tetanus toksoid adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah
2) Mencegah terjadinya penyakit tetanus pada ibu saat hamil, bersalin dan
nifas
13
1) Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum . Tetanus
pusat.
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari
tetanus neonatorum
Usia Subur (WUS) baik WUS hamil maupun WUS non hamil. Program
program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu
hamil. Dikatakan tereliminasi jika terdapat kurang dari satu kasus tetanus
Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil dari data rutin tahun 2004
Terdapat perbedaan cakupan yang sangat besar mencapai 47,5% dari cakupan
14
permasalahan pada format pencatatan dan pelaporan dan Iain-Iain. Sehingga
perlu ada upaya untuk menata sistem pencatatan dan pelaporan TT2+ ibu
hamil.
Hasil survei Riskesdas tahun 2010, proporsi imunisasi TT2+ sebesar 47,2%,
laporan rutin.
15
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
16