Anda di halaman 1dari 19

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Data Rencana Pelabuhan


Perencanaan pelabuhan ikan di daerah dengan data sebagai berikut :
a. Peta Batrimetri
b. Data pasang surut
HHWL : +2,56m
HWL : +2,16m
MSL : +1,16m
LWL : +0,16m
LLWL : -0,39m
c. Data Kapal

Tabel 3.1 Dimensi Kapal Sesuai Dengan Bobot Kapal

Bobot Kapal (GT) Panjang Total Loa (m) Lebar B (m) Draft (m)
5 - - -
20 16,20 4,20 1,30
30 18,50 4,50 1,50
50 21,50 5,00 1,78

Tabel 3.2 Jumlah dan Bobot Kapal di PPI

No Jenis Kapal/motor ikan Bobot Jumlah Durasi Trip


(GT) (A) Harian Tahunan
1 Kapal/motor sedang (Ks) 5 30 5 48
2 Kapal/motor besar (Kb1) 20 20 10 24
3 Kapal/motor besar (Kb2) 30 12 10 24
4 Kapal/motor besar (Kb3) 50 8 14 17
Tabel 3.3 Periode Ulang Gelombang
Kala Ulang (Tahunan) Tinggi Gelombang (m)
1 2
10 2,3
25 2,7
50 3
Periode Gelombang (T) = 10 detik
H0 =3m
H0 direncanakan dengan tinggi gelombang 50 tahunan.

3.2 Perhitungan Berat Rerata Kapal dan Jumlah kapal per Hari
a. Perhitungan Berat Rerata Kapal

Rumus Berat rerata kapal :

𝐾𝑏1 × 𝐴𝑏1 + 𝐾𝑏2 × 𝐴2 + 𝐾𝑏3 × 𝐴𝑏3


𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 =
⅀𝐴
Dengan :
Kapal Besar (Kb1)= 20 GT
Kapal Besar (Kb2)= 30 GT
Kapal Besar (Kb3)= 50 GT
Jumlah Kapal Besar (Ab1) = 20 buah
Jumlah Kapal Besar (Ab2) = 12 buah
Jumlah Kapal Besar (Ab3) = 8 buah
Jumlah total kapal (⅀A) = 40 buah
Keterangan :
1. Untuk total A (jumlah kapal) dipakai jumlah kapal besar yang ada, kapal
sedang 5 GT tidak dihitung.
2. Jumlah kapal (A) yang dipakai adalah 40 kapal.
3. Kapal/motor sedang (Ks) tidak masuk dalam hitungan berat rerata kapal
karena kapal sedang dengan bobot 5 GT atau kurang tidak melakukan
bongkar muat di dermaga.
20 × 20 + 30 × 12 + 50 × 8
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 29 𝐺𝑇
40
Dari hasil bobot rerata kapal diambil bobot yang terdekat dengan bobot kapal
yang ada di pelabuhan berdasarkan Tabel 3.1, maka dipakai bobot kapal 30
GT.

Untuk data kapal dengan bobot 30 GT sebagai berikut :


o Panjang Total (Loa) = 18,50 m
o Lebar (B) = 4,50 m
o Draft = 1,50 m
b. Perhitungan Jumlah Kapal tiap Hari
Rumus Jumlah kapal yang berlabuh tiap hari :

(365 − 𝐷𝑡 . 𝑇)
Jumlah kapal yang berlabuh tiap hari = 𝛴 𝑁
365
Dimana :
Dt : Durasi trip tiap jenis/bobot kapal (hari)
T : Jumlah trip tiap jenis/bobot kapal (tahun)
N : Jumlah kapal jenis/bobot kapal
Untuk perhitungan jumlah kapal yang berlabuh tiap hari tidak menyertakan
kapal sedang 5GT.

Table 3.4. Perhitungan Jumlah kapal yang berlabuh tiap hari

NO Jumlah kapal Durasi trip Jumlah kapal


(N) Harian Tahunan berlabuh
(Dt) (T) (365−𝐷𝑡 .𝑇)
.𝑁
365

1 25 10 24 6,489
2 10 10 24 4,109
3 6 14 17 2,783
Jumlah kapal yang berlabuh tiap hari 13,742
14 kapal

Dari hasil perhitungan jumlah kapal diperoleh 15 kapal yang berlabuh tiap hari.
Karena waktu untuk bongkar muat ikan untuk 1 kapal adalah 1 jam maka untuk 15
kapal memerlukan waktu bongkar muat ikan 15 jam sedangkan waktu operasional
pelabuhan adalah 12 jam. Maka untuk kapal yang ada di dermaga pendaratan dan
dermaga perbekalan masing-masing 2 kapal.

3.3 Perencanaan Dermaga


3.3.1 Dermaga Pendaratan
Rumus panjang dermaga pendaratan :
𝑁
𝐿𝑑 = (𝐿 + 0,15 × 𝐿)
𝛾

Dengan :
Ld : panjang dermaga pendaratan
N : jumlah kapal yang berlabuh tiap hari
γ : perbandingan antara waktu operasional pelabuhan dan waktu
bongkar muatan ikan.
Dengan anggapan waktu untuk bongkar muat ikan adalah = 1 jam
dan waktu untuk operasional adalah12 jam, maka nilai γ = 12
L : Panjang kapal
Untuk panjang kapal (L) yang digunakan sesuai berat rerata kapal. Berat
rerata kapal adalah 30 GT dengan panjang kapal 18,5 m.
15
𝐿𝑑 = (18,50 + 0,15 × 18,50)
12
= 26,593
Ld = 26,6 m
Panjang dermaga pendaratan (Ld) yang didapat adalah panjang minimum
yang bisa digunakan. Karena ada 2 kapal yang mendarat di dermaga pendaratan,
panjang dermaga pendaratan (Ld) disesuaikan dengan panjang kapal dan ruang
kebebasan kapal. Panjang dermaga pendaratan (Ld) yang digunakan adalah 46 m.
Ruang kebebasan = 0,15 L
= 0,15×18,50
= 2,775 m
Ruang kebebasan =3m
Gambar 3.1 Ukuran dermaga pendaratan

3.3.2 Dermaga Perlengkapan


Panjang dermaga perlengkapan sama dengan dermaga pendaratan yang
digunakan untuk merapatkan 2 buah kapal secara bersamaan yaitu 46 m.

3.3.3 Dermaga Tambat


Rumus panjang dermaga tambat :
LT = n (B + 0.5 B)
Dengan :
LT : panjang dermaga tambat
n : jumlah kapal ikan yang ditambatkan
karena dermaga pendaratan dan dermaga perlengkapan dapat
menampung masing-masing 2 buah kapal, maka jumlah kapal yang
menggunakan dermaga tambat adalah 41-2-2 = 37 kapal
B : lebar kapal
Untuk lebar kapal (B) yang digunakan sesuai berat rerata kapal. Berat rerata
kapal adalah 30 GT dengan lebar kapal 4,5 m.
LT = n (B + 0.5 B)
= 37 (4.50 + 0.5 . 4.50)
LT =249,75 m
Panjang dermaga tambat (LT) yang didapat adalah panjang minimum yang
bisa digunakan. Panjang dermaga tambat disesuaikan dengan jumlah kapal besar
yang bertambat. Karena jumlah kapal yang banyak dan agar tidak mengambil lahan
yang banyak, dermaga tambat dibuat tegak lurus garis pantai yaitu dengan dermaga
jenis pier. Panjang total dermaga tambat dengan 2 pier adalah 140 m.

Gambar 3.2. Ukuran dermaga tambat

3.4 Kolam Pelabuhan


3.4.1 Kolam Pendaratan
Untuk kapal dengan bobot diatas 5 GT, luas kolam pendaratan dihitung
berdasarkan bobot kapal rerata yaitu 30 GT.
a. Dimensi kapal yang berbobot 30 GT adalah :
L = 18,5 m
B = 4,5 m
D (draft) = 1.5 m
Jumlah kapal yang bertambat di dermaga pendaratan adalah 2 kapal.
luas kolam pendaratan dihitung dengan persamaan :
A1 = ∑ 𝐿1 . 𝐵1
Dengan :
A1 : luas kolam pendaratan (m2)
L1 : panjang dermaga pendaratan =1,15L
B1 : lebar perairan untuk pendaratan = 1,5B
A1 = ∑ 𝐿1 . 𝐵1
= 2 (1,15 . 18,5) . (1,5 . 4,5)
A1 = 287,212 m2

3.4.2 Kolam Perbekalan


Luas kolam perbekalan yang diperlukan dihitung menggunakan perhitungan
yang sama dengan luas kolam pendaratan
b. Dimensi kapal yang berbobot 30 GT adalah :
L = 18,5 m
B = 4,5 m
D (draft) = 1.5 m.
Jumlah kapal yang bertambat didermaga perbekalan adalah 2 kapal.
luas kolam perbekalan dihitung dengan persamaan :
A1 = ∑ 𝐿1 . 𝐵1
Dengan :
A1 : luas kolam pendaratan (m2)
L1 : panjang dermaga pendaratan =1,15L
B1 : lebar perairan untuk pendaratan = 1,5B

A1 = ∑ 𝐿1 . 𝐵1
= 2 (1,15 . 18,5) . (1,5 . 4,5)
A1 = 287,212 m2

3.4.3 Kolam Tambat


Untuk kapal dengan bobot diatas 5 GT, luas kolam pendaratan dihitung
berdasarkan bobot kapal rerata yaitu 30 GT.
c. Dimensi kapal yang berbobot 30 GT adalah :
L = 18,50 m
B = 4,5 m
D (draft) = 1.5 m.
Jumlah kapal yang bertambat di dermaga tambat 37 kapal
luas kolam tambat dihitung dengan persamaan :

A2 = ∑ 𝐿2 . 𝐵2
Dengan :
A2 : luas kolam tambat (m2)
L2 : panjang dermaga tambat =1,1L
B2 : lebar perairan untuk bertambat = 1,5B
A2 = ∑ 𝐿2 . 𝐵2
= 37 (1,1 . 18,5) . (1,5 . 4,5)
A2 = 5082,412 m2

3.4.4 Perairan Untuk Manuver


Agar kapal – kapal besar dapat merapat ke dermaga dengan mudah dan
aman, perairan untuk manuver ditentukan berdasarkan kapal terbesar yang
menggunakan pelabuhan yaitu kapal yang berbobot 50 GT dengan panjang dermaga
yang telah dihitung sebelumnya.
Panjang kapal (L) bobot 50 GT : 21,5 m
Panjang dermaga pendaratan : 46 m
Panjang dermaga perbekalan : 46 m
Panjang dermaga tambat : 140 m
Rumus perairan manuver :
A3 = ∑ 𝐿3 . 𝑊
Dengan :
A3 : luas perairan manuver kapal
L3 : panjang dermaga
W : lebar maneuver kapal= 2L
a. Luas kolam manuver di depan dermaga pendaratan adalah:
Amanuver 1 = 46. (2 . 21.5) = 1978 m2
b. Luas kolam manuver di depan dermaga perbekalan adalah:
Amanuver 2 = 46. (2 . 21.5) = 1978 m2
c. Luas kolam manuver di depan dermaga tambat adalah :
Amanuver 3 = 140. (2 . 21.5) = 6020 m2
3.4.5 Kolam Putar
Luas kolam putar ditentukan berdasarkan kapal terbesar yang menggunakan
pelabuhan yaitu kapal yang berbobot 50 GT.
Panjang kapal (L) bobot 50 GT : 21,5 m
Ap = 𝜋 R2 = 𝜋 (2 . L)2
Dengan :
Ap : luas kolam putar
𝜋 : 3.14
L : panjang kapal
Ap = 𝜋 R2 = 𝜋 (2 . L)2
= 3.14 R2 = 3.14 (2 . 21,5)2
Ap = 5805.86 m2

3.4.6 Luas Kolam Pelabuhan


Berdasarkan luas masing-masing kolam yang telah dihitung di depan maka
luas kolam pelabuhan adalah :
Apelabuhan = Apendaratan + Aperbekalan + Atambat + Amanuver1+2+3 + Aputar
Dengan :
Apelabuhan : luas kolam pelabuhan
Apendaratan : luas kolam pendaratan
Aperbekalan : luas kolam perbekalan
Atambat : luas kolam tambat
Amanuver1+2+3 : luas kolam manuver
Aputar : luas kolam putar
Apelabuhan = Apendaratan + Aperbekalan + Atambat + Amanuver1+2+3 + Aputar
= 287,212 + 287,212 + 5082,412 + 1978+ 1978 + 6020 +5805,86
Apelabuhan = 21438,697 m2

3.4.7 Kolam Pelabuhan Kondisi badai


Untuk luasan kolam pelabuhan pada kondisi badai, ukuran kolam putar dan
perairan untuk manuver dihitung berdasarkan bobot rerata kapal, yaitu 30 GT.
Panjang kapal dengan bobot 30 GT adalah 18,5 m.
 Luas Kolam Putar :
Ap darurat = 𝜋 R2 = 𝜋 (2 . L)2
Dengan :
Ap darurat : luas kolam putar darurat
𝜋 : 3.14
L : panjang kapal
Ap = 𝜋 R2 = 𝜋 (2 . L)2
= 3.14 R2 = 3.14 (2 . 18,5)2
Ap = 4298,66 m2

 Luas perairan manuver kapal :


Amanuver = 2 × 𝐿𝑑 (2 × 𝐿)
Dengan :
Amanuver : luas perairan manuver kapal
Ld : panjang dermaga pendaratan
L : panjang kapal
Amanuver = 2 × 𝐿𝑑 (2 × 𝐿)
Amanuver = 2 x 46 (2×18,5) = 3404 m2
d. Luas kolam pelabuhan kondisi badai :
A𝑏𝑎𝑑𝑎𝑖 = N × (𝐿𝑟 + 0,1𝐿𝑟 ) × (𝐵𝑟 + 0,3𝐵𝑟 )
Dengan :
Abadai : luas kolam pelabuhan pada kondisi badai
Lr : panjang kapal rerata dari semua kapal yang ada
Br : lebar kapal rerata dari semua kapal yang ada
N : jumlah kapal keseluruhan termasuk kapal sedang 5GT
A𝑏𝑎𝑑𝑎𝑖 = N × (𝐿𝑟 + 0,1𝐿𝑟 ) × (𝐵𝑟 + 0,3𝐵𝑟 )
= 71 × (18,7 + 0,1.18,7) × (4,6 + 0,3.4,6)
= 8733,611 m2
Luas kolam total pada kondisi badai adalah sebagai berikut :
A𝑏𝑎𝑑𝑎𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐴𝑝 𝑑𝑎𝑟𝑢𝑟𝑎𝑡 + 𝐴𝑚𝑎𝑛𝑢𝑣𝑒𝑟 + 𝐴𝑏𝑎𝑑𝑎𝑖
= 4298,66 + 3404 + 8733,611 = 16436,271 m2
3.4.8 Alur Pelayaran
Perhitungan alur pelayaran dihitung menggunakan bobot kapal terbesar yang
ada di pelabuhan yaitu 50 GT.
Lebar kapal (B) bobot 50 GT = 5 m
Alur pelayaran dihitung dengan rumus :
B𝑎𝑙𝑢𝑟 = 7,6 × 𝐵
= 7,6 × 5 = 38 m
Ketentuan :
Lebar dasar alur pelayaran = 40 m
Kemiringan tebing alur pelayaran = 1:1
Lebar permukaan air pada saat surut terendah = 46 m
Muka air rerata = 50 m
Kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
H=d+G+R+P+S+K
Di mulut pelabuhan dengan gelombang besar menurut Brunn (1981)
menyatakan bahwa :
Ruang kebebasan draft kapal (G+R) = 20 % dari draft kapal
Draft kapal (d) untuk kapal bobot 50 GT = 1,78 m
Nilai ketelitian pengukuran (P), ruang pengendapan (S) dan toleransi
pengerukan (K) ditetapkan masing-masing 0,25 m,.
H =d + G + R + P + S + K
=1,78 + 20%× 1,78 + 0,25 + 0,25 + 0,25 = 2,886, dibulatkan menjadi 3 m

3.5 Kolam pelabuhan Kapal Kecil/Perahu Motor Tempel


Perhitungan pelabuhan kapal kecil menggunakan kapal bobot 5 GT yang ada
pada pelabuhan. Untuk kapal dengan bobot 5GT, maka :
e. Panjang kapal (L) :8m
f. Lebar :1m
g. Draft : 0,5 m
h. Jumlah kapal bobot 5 GT : 30 kapal
Kapal tersebut juga dilengkapi dengan cadik di kanan kirinya, Lebar antara kedua
cadik adalah Lc= 3,5m
3.5.1 Dermaga
a. Dermaga Bongkar
Diasumsikan bahwa operasi TPI tiap hari adalah 8 jam.
Diasumsikan waktu yang dibutuhkan perahu motor tempel adalah 20
menit.

 jumlah shift pendaratan (S) adalah :


(8×60)
S= = 24 shift
20
 Jumlah kapal yang mendarat setiap shift (N) adalah :
30
N= = 1,25 ,dibulatkan menjadi 2 kapal
24
a. Panjang dermaga bongkar adalah :
Lbongkar = N (B+0,5B)
=2 (3,5+0,5.3,5) = 10,5 ,dibulatkan menjadi 11 m

Gambar 3.3. Dermaga bongkar untuk kapal kecil


b. Dermaga Perbekalan
Perhitungan Panjang dermaga perbekalan adalah sama dengan dermaga
pendaratan, yaitu Lbekal = 11 m
Lokasi dermaga perbekalanterletak bersebelahan dengan dermaga bongkar.
c. Dermaga Tambat
Mengingat jumlah kapal yang bertambat di dermaga bongkar dan perbekalan
masing-masing 2 buah perahu motor tempel maka kapal yang bertambat di dermaga
tambat adalah :
N2 = 30 − 2 − 2 = 26 buah
Rumus Panjang dermaga tambat :
N
Ltambat = (B + 0,5B)
n
dengan :
N : Jumlah kapal yang bertambat di dermaga tambat
n : Jumlah deret (2 deret)
B : Lebar antar cadik
Maka panjang dermaga tambat adalah :
26
Ltambat = (3,5 + 0,5 + 3,5) = 68,25 m
2
Gambar 3.4. Dermaga tambat untuk kapal kecil

3.5.2 Kolam Pelabuhan


Panjang kapal (L) :8m
Lebar antar cadik (B) : 3,5 m
a. Luas Kolam pendaratan
Apendaratan= ∑ 𝐿𝑖 𝐵𝑖 = 2 (1,1 × 8)( 1,5 × 3,5) = 92,4 m2
b. Luas Kolam Perbekalan
Aperbekalan= ∑ 𝐿𝑖 𝐵𝑖 = 2 (1,1 × 8)( 1,5 × 3,5) = 92,4 m2
c. Luas Kolam Tambat
Atambat= ∑ 𝐿𝑖 𝐵𝑖 = 26 (1,1 × 8)( 1,5 × 3,5) = 1201,2 m2
3.5.3 Kolam Manuver
Untuk memudahkan manuver kapal, lebar manuver (W) ditetapkan :
Lebar manuver (W) = 2 L = 2 x 8 = 16 m

Mengingat dermaga pendaratan dan dermaga perbekalan bersebelahan maka


Luas kolam manuver di depan dermaga pendaratan dan perbekalan adalah :
Amanuver 1 = 2 x L.dermaga pendaratan atau perbekalan x W
Amanuver 1 = 2 x 11 x 16 = 352 m2

Luas kolam manuver di depan dermaga tambat adalah;


Amanuver 2 = panjang dermaga tambat x W
Amanuver 2 = 68,25 x 16 = 1092 m2

3.5.4 Luas Kolam Pelabuhan untuk Kapal dengan bobot 5 GT


Luas total kolam pelabuhan untuk kapal kecil bobot 5GT adalah jumlah luas
dari kolam pendaratan, perbekalan, tambat dan kolam manuver;
Atotal = APendaratan + Aperbekalan + Atambat + Amanuver 1 + Amanuver 2
= 92,4 + 92,4 + 1201,2 + 352 + 1092 = 2830m2

3.6 Pemecah Gelombang


3.6.1 Gelombang Rencana

Tabel 3.5 Gelombang dengan periode ulang


Kala Ulang (Tahunan) Tinggi Gelombang (m)
1 2
10 2,3
25 2,7
50 3

3.6.2 Mukak Air Rencana


Dalam perencanaan ini digunakan Tingggi gelombang rencana dengan
periode ulang 50 tahunan yaitu:
Ho = 3 m
T = 10 detik
Berdasarkan data rencana pelabuhan, data pasang surut yaitu HWL = +2,16
m; MSL = +1.61 m dan LWL = 0.16 m.

A. Wave Stup
a. Menghitung Tinggi Gelombang Pecah (Hb)
𝐻′0
𝑔𝑇 2

Untuk mencari Ho’digunakan rumus :


Ho’ = Kr.Ho
Dianggap tipe pemecah gelombang adalah tumpukan batu sisi miring
sehingga nilai Kr = 0,6
Jadi Ho’ = 0,6 x 3 = 1,8 m

𝐻0 ′ 1,8
= 9,81×10² = 0,00183, 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 0,002
𝑔𝑇 2

Kemiringan dasar laut = 0,05 m.


Tinggi gelombang pecah digunakan rumus :
𝐻𝑏 1
= 𝐻𝑜′ 1/3
𝐻𝑜′ 3,3( )
𝐿𝑜

Dengan Lo = 1,56 . T² = 1,56 . 10² = 156 m


𝐻𝑏
= 1,321
𝐻𝑜′

𝐻𝑏 = 2,378 𝑚
Jadi tinggi gelombang pecah (Hb) 2,378 m.
b. Menghitung Kedalaman Gelombang Pecah (db)
𝐻𝑏 2,378
2
= = 0,002
𝑔𝑇 9,81 × 102

𝑑𝑏
= 0,94
𝐻𝑏

Nilai db/Hb didapat dari grafik hubungan antara db/Hb dan Hb/gT² dengan
kemiringan 0,05.
sehingga db = 0,94 x 2,378 = 2,235 m
Jadi kedalaman gelombang pecah adalah (db )= 2,235 m
c. Menghitung Wave Set Up (Sw)
𝐻
Sw = 0.19 [1 − 2,82 √𝑔𝑇𝑏2 ] 𝐻𝑏

2,378
= 0.19 [1 − 2,82 √9.81 .102] 2,378 = 0,389 m, dibulatkan 0,4 m

b. Kenaikan Muka Air Laut Karena Pemanasan Global


Kenaikan air laut karena pemanasan global (sea level rise, SLR) diperkirakan
dari Gambar 4.9 Buku Teknik Pantai, Bambang Triatmodjo, cetakan ke-6 2012,
Yogyakarta. Dengan menggunakan grafik tersebut diperhitungkan bahwa 50 tahun
yang akan datang terjadi kenaikan muka air laut terbesar sebesar 0.3 m.
Design Water Level (DWL) ditetapkan berdasarkan :
DWL = HWL + Sw + SLR
= 2,16 + 0,4 + 0,3 = 2,86 m
3.6.3 Gelombang Rencana di Lokasi Bangunan
Pemecah gelombang pelabuhan perikanan tersebut direncanakan pada
kealaman 0,0 m dimana :
DWL = 2,86 m sehingga kedalaman bangunan adalah 2,86 m. Dengan menggunakan
gambar 11.8, grafik 2, Buku Perencanan Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, halaman
441, untuk d = 2,86 m diperoleh tinggi gelombang dilokasi bangunan adalah H =
0,78 d. Maka H= 2,23 m

3.6.4 Ukuran Pemecah Gelombang

3.6.4.1 Run up pada Jetty


Lapis lindung pemecah gelombang direncanakan dari tetrapod.
Diketahui :
Tinggi gelombang di lokasi pemecah gelombang (H) = 2,70
Periode (T) = 10 detik
kemiringan struktur 1 : 2
Dari data diatas diperoleh angka Irribaren (Ir) dengan menggunakan rumus :
𝑡𝑔𝜃
𝐼𝑟 = 𝐻
(𝐿𝑜)0,5
𝑡𝑔𝜃 0,5
𝐼𝑟 = 𝐻 = 2,23 = 4,18
( )0,5 ( )0,5
𝐿𝑜 156
Dari grafik 5.10 di Buku Perencanaan Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, halaman
171, untuk lapis lindung tetrapod diperoleh :
𝑅𝑢
= 0,9
𝐻
𝑅𝑢 = 0,9. 𝐻 = 0,9 × 2,23 = 2 𝑚
3.6.4.2 Tinggi Pemecah Gelombang Dari Tanah Dasar
Tinggi pemecah gelombang = DWL + Ru – Elevasi Dasar + tinggi kebebasan
= 2,86 + 2 – 0,0 + 0,5
= 5,36 m

3.6.4.3 Perhitungan Berat Lapis Lindung (W)


Rumus :
𝛾𝑟𝐻³
𝑊=
𝐾𝑑(𝑆𝑟 − 1)3 𝑐𝑜𝑡𝜃

Dengan,
Berat jenis beton beton (γr ) = 2,4 ton/m3
Tinggi gelombang rencana (H) = 2,23
Koefisien stabilitas KD= 8 (Karena memakai Tetrapod)
Berat jenis air laut (γr ) = 1,03 ton/m3
Kemiringan bangunan (cotθ) = 2
Sr = Berat Jenis Beton / Berat jenis air laut = 2,4/1,03 = 2,33 ton/m3

Maka berat lapis lindung (W) = 0,71 ton

3.6.4.4 Tebal lapis lindung (t)


Tebal lapis lindung dihitung dengan menggunakan persamaan :
𝑊 1/3
t = nk [𝛾𝑟]

Keterangan :
Jumlah lapis (n) = 2
Koefesien (kΔ) = 1,04 (Buku Perencanaan Pelabuhan, Tabel 5.2, Halaman 174)
𝑊 1/3
t = nk [𝛾𝑟]
1
0,71 3
= 2 . 1.04 [ 2,4 ]

t = 1,4 m

3.6.4.5 Perhitngan lebar jetty


Lebar puncak pemecah gelombang dihitung dengan persamaan dengan
menggunakan persamaan :
𝑊 1/3
B = nk [𝛾𝑟]

Keterangan :
Jumlah butir batu (n) = 3

𝑊 1/3
B = nk [𝛾𝑟]

2,4 1/3
= 3 . 1.1 [2,4]

=3,3 m

Gambar 3.5. Tampak Pemecah Gelombang

Anda mungkin juga menyukai