Anda di halaman 1dari 17

REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN

1. Sarana Moda Udara


Dewasa ini perkembangan teknologi sudah semakin meningkat. Salah satunya
adalah dalam bidang transportasi. Transportasi merupakan suatu kegiatan manusia
untuk melakukan suatu perjalanan dengan jarak tertentu, dari tempat yang satu ke
tempat yang lain dengan menggunakan alat transportasi.
Sejak zaman dahulu, alat transportasi juga ikut berkembang seiring dengan
kemajuan teknologi. Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa transportasi
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu transportasi darat, laut dan udara. Dimulai
dengan transportasi darat, alat transportasinya dapat berupa kendaraan bermotor,
kendaran roda empat, kereta api dan sebagainya. Begitu juga dengan transportasi
laut yang alat transportasinya adalah kapal laut. Yang akan kita bahas kali ini
adalah tentang transportasi udara yang alat transportasinya adalah pesawat terbang.
Saat ini, alat transporatsi udara merupakan alat transportasi yang dianggap tercepat
dalam menempuh suatu jarak yang jauh dengan waktu yang relatif singkat. Akan
tetapi tentu saja dengan biaya yang tidak sedikit pula. Kelemahan dari transportasi
udara adalah tidak semua tempat/daerah dapat dijangkau melalui pesawat terbang.
Maka dari itu, sebelumnya kita harus merencanakan daerah-daerah mana saja yang
dapat dilalui jalur pesawat terbang yakni yang memiliki tempat mendarat/airport.
Untuk daerah yang belum memiliki bandar udara/airport, kita dapat merencanakan
untuk membangun areal lapangan terbang dengan ketentuan-ketentuan dan data-
data yang ada.

2. Airport
Airport atau bandar udara atau lapangan terbang merupakan suatu
tempat/areal yang luas yang memiliki bagian terpenting antara lain:
1. Landasan pacu (R/W) adalah bagian udara yang berbentuk empat persegi
panjang, yang lapisannya diperkeras dan berfungsi sebagai tempat untuk take
off dan landing.
2. Landasan hubung (T/W) adalah bagian bandar udara yang digunakan untuk
“taxing” (keluar-masuk) dan menghubungkan satu bagian bandar udara
dengan yang lainnya (R/W  A/P)

1
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

3. Terminal (A/P) adalah bagian bandar udara yang digunakan untuk tempat
parkir pesawat,sebagai tempat untuk menaikkan/menurunkan
barang/penumpang, dan juga sebagai tempat mengisi bahan bakar.
Yang nantinya ketiga komponen penting inilah yang menjadikan suatu areal
disebut sebagai bandar udara. Selain ketiga komponen diatas ada juga komponen
lain yang mendukung sistem kerja dalam suatu bandar udara. Antara lain holding
A/P yang berfungsi sebagai tempat menunggu cek akhir, untuk pesawat yang akan
take off ( terminal sementara sebelum take off ). Selain itu ada juga suatu bangunan
yang disebut terminal building yang nerupakan bangunan yang berfungsi
menampung dan melayani aktivitas yang berhubungan dengan penumpang dan
barang.
Dibangunnya airport merupakan implementasi dari tuntutan kebutuhan akan
alat transportasi yang dapat membantu masyarakat untuk dapat berhubungan
dengan wilayah lain dalam waktu yang sangat efisien. Airport juga merupakan
sarana awal bagi suatu wilayah tempat dibangun airport, untuk membuka diri
(membuka isolasi wilayah) sehingga dapat berhubungan dengan wilayah-wilayah
lain disekitarnya maupun negara-negara lain. Dengan demikian airport sangat
penting dibangun untuk membuka isolasi suatu wilayah, sehingga dapat dengan
mudah dijangkau dari daerah lain, yang tentunya akan diikuti berkembangnya
pembangunan wilayah tempat dibangunnya airport.

2
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

BAB II
DATA PERENCANAAN
1. Peta topografi
Dalam menentukan lokasi lapangan terbang kita memerlukan peta topografi
suatu daerah agar didapat perhitungan yang matang. Lokasi lapangan terbang
dipengaruhi oleh beberapa factor berikut :
a. Tipe pengembangan lingkungan sekitar
b. Kondisi atmosfer
c. Kemudahan transportasi darat
d. Adanya tanah untuk pengembangan
2. Data angin
Panjang R/W sangat dipengaruhi oleh angin yang dibedakan menjadi 3
kondisi, yaitu:
a. Arah angin sejajar arah pesawat
b. Arah angin berlawanan arah pesawat
c. Arah angin tegak lurus arah pesawat

Tabel 1.1 Data Angin


Percentage of wind A
Arah 6-25 25-05 50-75
Km/h Km/h Km/h
N 4,5 1,3 0,1
NNE 3,3 0,8 0
NE 1,3 0,1 0
EEN 2,7 0,3 0
E 2,0 0,4 0
EES 5,3 0,1 0
SE 6,3 3,2 0,1
SSE 7,4 7,7 0,3
S 4,6 2,2 0,1
SSW 2,4 0,9 0
SW 1,1 0,1 0
WWS 3,6 0,4 0
W 1,8 0,3 0
WWN 5,9 2,6 0,2
NW 5,8 2,4 0,2
NNW 6,8 1,9 0,3

3
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

3. Temperatur
Ta : 35 °C
Tm : 47 °C
To : Ta + (Tm-Ta) / 3 = 35+(47-35)/3 = 15,67 = 16 °C
Makin tinggi temperatur, makin panjang landasan pacu yang dibutuhkan
karena temperatur yang tinggi mencerminkan kerapatan udara yang lebih
rendah. Hal ini mengakibatkan hasil daya dorong yang lebih rendah.
Penambahan landasan pacu tidak linier dengan penambahan temperatur.

4. Karakteristik pesawat
Type pesawat : B-737-300
Jumlah pesawat : 3 pesawat
Karakteristik pesawat :
 Wingspan : 94 ft 9 in ≈ 28, 9 m
 Fusalages length : 109 ft 7 in ≈ 33,4 m
 Wheel truck : 17 ft 2 in ≈ 5,2 m

109 ft = 33,4m

36,6 ft = 11,1 m

94 ft = 28,9m

17 ft = 5,2m

Gambar 1.1 , Pesawat B 737 – 300

4
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

5
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

BAB III
PERENCANAAN RUNWAY/LANDASAN PACU

Adapun perhitungan panjang landasan pacu ( runway ) adalah berdasarkan :

a. Tipe pesawat yang dioperasikan


Panjang landasan pacu untuk pesawat perusahaan penerbangan tipikat, bervariasi
dari 5000-14500 ft. Namun perlu diingat bahwa tidak berlaku anggapan bahwa
semakin besar berat pesawat akan semakin panjang landasan pacu yang
dibutuhkan. Khusus pesawat besar, panjang perjalanan sangat mempengaruhi berat
lepas landas dan mempengaruhi pula landasan pacu yang diperlukan. Oleh karena
itu dalam membuat analisis keperluan panjang landasan pacu perkiraan dari
panjang perjalanan sangat penting.
Dalam perencanaan panjang landasan pacu untuk perencanaan lapangan terbang
pada tugas terstruktur ini akan digunakan panjang runway yang terbesar
berdasarkan jenis pesawat yang telah ditentukan.

b. Kondisi lokasi airport/medan


Di dalam perencanaan panjang landasan pacu ( runway ) diperlukn koreksi
terhadap perhitungan berdasarkan:

 Temperatur lokasi
Sebagai standar temperatur diambil 59°F = 15°C. Semakin tinggi temperatur
airport maka semakin panjang runway yang diperlukan. Panjang runway
bertambah 1% setiap kenaikan 1°C dari standar temperatur.

 Ketinggian/level lokasi
Semakin tinggi elevasi pelabuhan udara dari muka air laut maka hawanya
lebih tipis dari hawa laut, sehingga landasan membutuhkan runway yang lebih
panjang.Setiap kenaikan 1000 ft akan terjadi perpanjangan runway 7%.

6
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

 Topografi/gradien medan
Koreksi terhadap kemiringan tergantung pada besarnya gradien efektif pada
lokasi runway tersebut. Gradien efektif adalah selisih maksimum antara titik
tertinggi dan titik terendah runway dibagi dengan panjang runway yang sudah
dikoreksi terhadap temperatur dan tinggi.
ICAO merekomendasikan untuk menambah panjang runway yang sudah
dikoreksi terhadap elevasi sebesar 20% setiap kenaikan 1% gradien efektif.
Dari peta kontur didapat lokasi runway terletak di daerah yang datar yaitu
berada pada satu kontur yang memiliki ketinggian + 150 m.

A. Penentuan Klasifikasi dari Runway/Airport


a. Klasifikasi berdasarkan ICAO
ICAO membuat 2 unsur yang digunakan dalam menentukan klasifikasi
lapangan terbang, yaitu:
b. Aerodrome Code Number ( 1, 2, 3, 4 )
Berdasarkan panjang landasan pacu untuk keperluan tinggal landas pada
kondisi standar, dimana kondisi standar yang dimaksud adalah:
 pada tinggi elevasi muka air laut
 standart temperature 15 °C
 kondisi landasan pacu berbentuk datar

1) Aerodrome Code Letter ( A, B, C, D, E )


berdasarkan wingspan, outer main gear wheel span yaitu jrak terluar dari roda
utama.

Tabel 1.3 Klasifikasi Airport

7
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

2) Klasifikasi berdasarkan FAA


FAA menentukan 2 unsur yang digunakan untuk menetukan klasifikasi airport,
dimana:
a. Airport Approach Category ( A, B, C, D, E )
Berdasarkan approach speed pada saat konfigurasi mendart dengan besar
approach speed adalah 1,3 stall speed.
b. Airport Design Group ( I, II, III, IV, V, VI )
Berdasarkan aircraft wingspan:

Tabel 1.4 FAA Airport Reference Code


Airport Aircraft Airplane Aircraft
Approach Approach Design Wingspan
Category Speed Group ( ft )
( knot )
A < 91 I < 49
B 91 - < 121 II 49 - < 79
C 121 - < 141 III 79 - < 116
D 141 - < 166 IV 116 - < 171
V 171 - < 214
E > 166
VI 214 - < 262

B. Sistem operasi airport


Sistem lapangan terbang/airport mencakup dua sisi, yaitu: sisi darat
(landside), sisi udara ( airside ) dan kedua sisi tersebut dibatasi dengan terminal.
Adapun Standar airport adalah:
1) Penumpang pesawat berada pada bandar masuk jalan darat ke bandar udara.
Artinya penumpang dari luar kawasan bandar udara baru saja memasuki
kawasan tersebut.
2) Penumpang memasuki lapangan pesawat dan arus lalu lintas darat. Aktivitas
yang dilakukan adalah memarkir kendaraan dan aktivitas lainnya di kawasan
luar terminal.
3) Penumpang memasuki bangunan terminal ( sisi darat ). Aktivitas yang
dilakukan adalah pemeriksaan tas/barang bawaan oleh petugas bandara.
Setelah itu penumpang memasuki kawasan apron/ area pintu gerbang (sisi
udara). Adapun aktivitasnya adalah menunggu kedatangan pesawat.

8
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

Penumpang dapat langsung memasuki kawasan apron ini dari jalan masuk
darat tanpa mamasuki lapangan terbang.
4) Penumpang berada di sitem landas hubung ( taxiway ) setelah melalui apron
( A/P ).
5) Penumpang berada di landasan tunggu ( holding pad ) setelah melalui taxiway
( T/W ).
6) Penumpang berada di landasan pacu/runway ( R/W ) setelah melalui holding
pad.
7) Penumpang berada di terminal udara setelah melalui R/W. Terminal udara
merupakan standar landasan. Pada tempat inilah pesawat melakukan take off
atau lepas landas.
8) Penumpang berada di jalur penerbangan di angkasa. Perjalanan menuju tujuan
telah dimulai. Setelah menempuh waktu perjalanan sesuai jarak tempat tujuan,
pesawat melakukan landing atau pendaratan.
9) Pesawat melakukan landing di terminal udara di bandar udara tujuan.
10) Setelah itu pesawat menuju landasan pacu dan langkah selanjutnya
seperti perjalanan ketika akan take off. Hanya yang membedakan adalah jalur
yang dilewati merupakan kebalikan dari jalur pergi.

C. SISTEM LAPANGAN TERBANG

9
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

D. Penentuan Arah Landasan Pacu (Wind Rose)


Pada umumnya, analisis angin adalah hal yang mendasar dalam perencanaan

10
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

landasan pacu. Landasan pacu utama sedapat mungkin harus searah dengan arah
angin yang dominan. Pada saat mendarat dan lepas landas, komponen angin yang
tegak lurus dengan arah bergeraknya pesawat ( diidefinisikan sebagai angin sisi )
tidak boleh berlebihan. Angin sisi maksimum yang diperbolehkan tidak hanya
tergantung pada ukuran pesawat, melainkan juga pada susunan sayap dan keadaan
permukaan landasan.
Pesawat terbang untuk transpor dapat melakukan manuver pada kecepatan
angin 30 knot. Akan tetapi, hal ini sangat sulit dilakukan sehingga digunakan
nilai-nilai yang lebih rendah untuk perencanaan bandar udara. Setelah komponen
angin sisi maksimum yang diperbolehkan, arah paling baik dari landasan pacu
bagi liputan angin dapat ditentukan dengan penelitian karakteristik angin untuk
kondisi-kondisi berikut:
1) Seluruh liputan angin tanpa memperhatikan jarak penglihatan atau tinggi
alam. Kondisi ini menyatakan keseluruhan jarak penglihatan dari yang
terbaik sampai yang terburuk.
2) Kondisi angin ketika tinggi awan berada di antara 200 dan 100 kaki dan
atau jarak pada penglihatan di antara ½ - 3 mil. Kondisi ini menyatakan
berbagai tingkat jarak penglihatan yang buruk yang membutuhkan
penggunaan instrumen untuk pendaratan.
Kedua kondisi ini sangat berguna untuk mengetahui kekuatan angin apabila jarak
penglihatan terbatas. Data-data yang dibutuhkan untuk menentukan arah runway
dengan diagram windrose:
1) Karakteristik pesawat
 Jenis pesawat
 ARFL ( Aeroplane Reference Field Length ) atau Basic Runway Length
adalah minimum R/W yang diperlukan untuk T/O dengan Maximum
Take Off Weight ( MTOW ) yang sudah ditetapkan oleh pabrik pesawat
atau dengan Aeroplane Flight Manual. Pada elevasi 0 m diatas
permukaan laut (sea level), satu standar tanpa angin ( wind 0 ) dan
slope 0 %.

Tabel 1.5 Klasifikasi pelabuhan udara berdasarkan ICAO

11
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

Kode Huruf Panjang Runway Permissible Crosswind


( ft ) ( Pcw )
A 7000 atau lebih ( 2100 m ) 20 knots ( 23 mph )
B 5000 – 7000 ( 1500 - 2100 m ) 20 knots ( 23 mph )
C 3000 – 5000 ( 900 – 1500 m ) 13 knots ( 15 mph )
D 2500 – 3000 ( 750 – 900 m ) 10 knots ( 11,5 mph )
E 2000 -2500 ( 600- 750 m ) 10 knots ( 11,5 mph )

2) Data angin
Data dapat dilihat pada halaman berikut.
3) Data topografi
Peta topografi dapat dilihat pada halaman setelah data angin.

Langkah-langkah penentuan arah runway dengan diagram windrose:


1) Membuat diagram windrose ( DWR )
a. Menentukan skala
Skala diambil 1 MPh=0,076 cm, 1 cm = 13,15 Mph
b. Bagi lingkaran menjadi 16 arah mata angin
c. Buat angka arah 0 - 360 ( setiap 10 )
2) Data angin diplot 16 DWR
3) Tentukan PCW ( Permissible Crosswind )
4) Menentukan lingkup dari P = a
a = ( 2 . Pcw ) / c dimana c : faktor ketinggian ≤ 1
5) Buat 2 garis sejajar dan satu sumbu jarak a ( skala seperti DWR )
6) Letakkan lembar transparan pada arah tertentu yang diperkirakan dapat
meliputi total % angin terbesar, diulang beberapa kali sampai menghasilkan
total angin 95 %.
7) Jika ≥ 95 % maka digabung menjadi 2 arah.
8) Sesuaikan dengan peta topografi.

E. MENENTUKAN ARAH RUNWAY


Data Perencanaan

12
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

 Kelas bandara menurut ICAO : 4C


 Peta topografi : terlampir
 Temperatur rata-rata tertinggi : 16o C
 Data angin :A

Percentage of wind A
Arah 0-6 6-25 25-05 50-75 Total (%)
Km/h Km/h Km/h Km/h
N 9,2 4,5 1,3 0,1 15,1
NNE 3,3 0,8 0 4,1
NE 1,3 0,1 0 1,4
EEN 2,7 0,3 0 3
E 2,0 0,4 0 2,4
EES 5,3 0,1 0 5,4
SE 6,3 3,2 0,1 9,6
SSE 7,4 7,7 0,3 15,4
S 4,6 2,2 0,1 6,9
SSW 2,4 0,9 0 3,3
SW 1,1 0,1 0 1,2
WWS 3,6 0,4 0 4
W 1,8 0,3 0 2,1
WWN 5,9 2,6 0,2 8,7
NW 5,8 2,4 0,2 8,4
NNW 6,8 1,9 0,3 9
Calm Sub Total 100

13
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

Karena data kecepatan angin yang didapat dalam satuan Kph ( Kilometer Per
Haours), maka data kecepatan angin tersebut terlebih dahulu diubah dalam bentuk
Mph (Mile per Haours). 1mile = 1.61 Km.

Arah Kecepatan angin ( Mph )


0–6 6 - 25 25 - 50 50 - 75 Total (%)
angin Prosentase waktu
N - 4,5 1,3 0,1 5,9
NNE - 3,3 0,8 0 4,1
NE - 1,3 0,1 0 1,4
ENE - 2,7 0,3 0 3
E - 2 0,4 0 2,4
ESE - 5,3 0,1 0 5,4
SE - 6,3 3,2 0,1 9,6
SSE - 7,4 7,7 0,3 15,4
S - 4,6 2,2 0,1 6,9
SSW - 2,4 0,9 0 3,3
SW - 1,1 0,1 0 1,2
WSW - 3,6 0,4 0 4
W - 1,8 0,3 0 2,1
WNW - 5,9 2,6 0,2 8,7
NW - 5,8 2,4 0,2 8,4
NNW - 6,8 1,9 0,3 9
Calm 9,2 - 9,2
Total 100

F. Penentuan Arah Runway Dengan menggunakan wind Ross


Cross wind maksimum yang diijinkan untuk airport kelas A adalah 20 knot
(23 MPh). Untuk alat ukur yang tingginya 20 ft, memiliki faktor koreksi sebesar c
= 1,0. Sehingga lebar Wind Coverage (a) :
2. Pcw 2. 20
a    40 MPh.
c 1
Skala diagram windrose = 1 mm : 1 MPh
Jadi a dalam skala = 40 x 1 = 40 mm = 4,0 cm.
G. Hasil Perhitungan Cross Wind

Total
Arah Kecepatan angin ( Mph ) (%)
angin 0–6 6 - 25 25 - 50 50 - 75
Prosentase waktu
- 4,5 x1 1,3 x 1 0,1 x 0,8
N
4,50 1,30 0,08 5,88
- 3,3 x 1 0,8 x 0,8 0,00
NNE
3,30 0,65 0,00 3,95

14
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

- 1,3 x 1 0,1 x 0,5 0,00


NE
1,30 0,05 0,00 1,35
- 2,7 x 1 0,3 x 0,5 0,00
EEN
2,70 0,15 0,00 2,85
- 2,0 x 1 0,4 x 0,9 0,00
E
2,00 0,36 0,00 2,36
- 5,3 x 1 0,1 x 1 0,00
EES
5,30 0,10 0,00 5,40
- 6,3 x 1 3,2 x 1 0,1 x 1
SE
6,30 3,20 0,10 9,60
- 7,4 x 1 7,7 x 1 0,3 x 1
SSE
7,40 7,70 0,30 15,40
- 4,6 x 1 2,2 x 1 0,1 x 0,7
S
4,60 2,20 0,07 6,87
- 2,4 x 1 0,9 x 0,8 0,00
SSW
2,40 0,72 0,00 3,12
- 1,1 x 1 0,1 x 0,5 0,00
SW
1,10 0,05 0,00 1,15
- 3,6 x 1 0,4 x 0,5 0,00
WWS
3,60 0,20 0,00 3,80
- 1,8 x1 0,3 x 0,8 0,00
W
1,80 0,24 0,00 2,04
- 5,9 x 1 2,6 x 1 0,2 x 0,6
WWN
5,90 2,60 0,12 8,62
- 5,8 x 1 2,4 x 1 0,2 x 1
NW
5,80 2,40 0,20 8,40
- 6,8 x 1 1,9 x 1 0,3 x 1
NNW
6,80 1,90 0,30 9,00
CALM
9,2 9,2
Total 98,99

Menentukan Arah Runway Berdasarkan Perhitungan Daerah yang di Arsir


Besar usability yang didapat adalah 98,99%.

Karena usability factor > 95% maka arah tersebut memenuhi syarat sebagai
runway. Setelah dianalisa secara grafis (wind rose methode) terhadap data angin yang
ada yaitu dengan membuat lingkaran-lingkaran yang mewakili kecepatan angin,
garis-garis radial yang menunjukkan arah angin, dengan menggunakan kertas
transparan yang telah dibuat wind coveragenya. Setelah dibuat arah runway NNW -
SSE dengan harga useability sebesar 98,99 % maka arah tersebut dapat digunakan,
yang artinya 98,99 % dari waktu runway tersebut dapat digunakan dan 1,01 % dari

15
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

waktu runway tidak dapat digunakan karena cross wind yang terjadi melebihi cross
wind yang diijinkan.

16
REKAYASA LAPANGAN TERBANG 2014/2015

17

Anda mungkin juga menyukai