Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEMANTIK BAB I

DIKERJAKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


MATA KULIAH SEMANTIK

OLEH :
KELOMPOK 1

MIFTAH NURJANNAH (E1C015037)

NURFAIDAH (E1C015047)

RIAN GUNADY PUTRA (E1C015052)

SITI NURHIDAYAH (E1C015064)

TEGUH SATRIA PRATAMA (E1C015067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA


INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita


berbagai macam nikmat terurtama nikmat, umur, kesehatan dan
kesempatan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SA W.
Makalah ini merupakan tugas untuk memenuhi tugas tengah
semester dari mata kuliah semantik. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan
solusi sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat.
1. Bapak Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph.D., Selaku Rektor Universitas
Mataram.
2. Bapak Dr. H. Wildan, M.Pd., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan pada Universitas Mataram.
3. Ibu Dra. Siti Rohana Hariana Intiana, M.Pd., Selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni pada FKIP Universitas Mataram.
4. Bapak Drs. I Nyoman Sudika, M.Hum., Selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah pada FKIP
Universitas Mataram.
5. Bapak Muhammad Syahrul Qodri, S.Pd, MA., Selaku Dosen
Pembimbing Akademik.
6. Bapak Drs. H. Nasaruddin M. Ali, M.Pd., Selaku Dosen
Pembimbing Mata Kuliah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan dan
arahan selama proses perkuliahan berlangsung.
7. Para Dosen Dan Staf Tata Usaha Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Mataram yang tidak dapat disebut satu
persatu.
Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun agar pembuatan karya tulis
ilmiah ke depannya dapat lebih baik. Akhirnya, penulis berharap karya
tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 11 Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ .. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. .. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... .. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. .. 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 1
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
3.1 Istilah Semantik ............................................................................. 4
3.2 Ruang Lingkup Semantik .............................................................. 5
3.3 Istilah Makna ................................................................................. 6
3.4 Semantik dan Linguistik ................................................................ 7
3.5 Sifat Sejarah Semantik .................................................................. 8
3.6 Semantik, Filsafat, dan Psikologi .................................................. 9
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 10
4.1 simpulan ....................................................................................... 11
4.2 saran .............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semantik adalah studi tentang makna. Makna merupakan bagian dari bahasa.

Maka semantik bagian dari linguistik. Sebagai salah satu komponen bahasa,

semantik ini kurang diperhatikan orang karena objek kajiannya adalah makna yang

dianggap sangat sukar ditelusuri dan dianalisis strukturnya. Makna sangat bersifat

arbitrer, berbeda dengan morfem atau kata, sebagai sasaran dalam studi morfologi

yang strukturnya tampak jelas dan dapat disegmen-segmenkan.

Makna sebagai objek dalam studi semantik ini memang sangat rumit

persoalannya, karena bukan hanya menyangkut persoalan dalam bahasa saja, tetapi

juga menyangkut persoalan luar bahasa, disebabkan keterkaitan bahasa dengan

segala segi kehidupan manusia. Karena bahasa mampu mentransfer keinginan,

gagasan, kehendak, dan emosi dari seorang manusia kepada manusia lainnya.

Bahasa yang wujudnya berupa bunyi-bunyi ujaran dalam suatu pola bersistem tidak

lain daripada lambang-lambang konsep dan gagasan yang dipahami dan disepakati

bersama oleh para anggota penuturnya. Namun dalam praktik berbahasa yang

sebenarnya terdapat persoalan dan hambatan mengenai penyampaian ide, konsep,

gagasan, dan sebagainya, seperti adanya lambang-lambang bahasa yang bisa

melambangkan dua konsep atau lebih atau dapat juga lambang yang melambangkan

konsep yang samar-samar atau abstrak. Persoalan dan hambatan itu terjadi karena

akibat dari kemampuan berbahasa dan bernalar para penutunya yang kurang,

sehingga seringkali mereka tidak bisa membedakan apa yang disebut makna,

informasi, dan maksud.


1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Istilah Semantik ?
1.2.2 Apa Saja Ruang Lingkup Semantik ?
1.2.3 Bagaimana Istilah Makna ?
1.2.4 Bagaimana kedudukan Semantik dan Linguistik ?
1.2.5 Bagaimana Sifat Sejarah Semantik ?
1.2.6 Bagaimana Hubungan Semantik, Filsafat, dan Psikologi ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui Istilah Semantik
1.3.2 Mengetahui Ruang Lingkup Semantik
1.3.3 Mengetahui Istilah Makna
1.3.4 Mengetahui Kedudukan Semantik dan Linguistik
1.3.5 Mengetahui Sifat Sejarah Semantik
1.3.6 Mengetahui Hubungan Semantik, Filsafat, dan Psikologi
1.4 Manfaat Penelitian

Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada


lembaga-lembaga pendidikan sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan
yang ada.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Istilah Semantik
Semantik dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Inggris yaitu
“semantics”. Kata ini berasal dari bahasa yunani, sema yang berarti nomina dan
tanda atau dari verba samaino yang artinya menandai dan berarti. Istilah ini
sebenarnya sudah ada sejak abad ke-17 namun baru dikenal luas pada abad ke-
18-19 hingga kini. Semantik secara umum diartikan sebagai ilmu bahasa cabang
linguistic yang menganalisis dan mempelajari makna.
Pada tahun 1825, Reisig seorang ahli klasik mengungkapkan konsep
baru tentang tiga unsur utama grammar, yakni etimologi (studi asal-usul kata
berkaitan dengan bentuk maupunn makna), sintaksis (tata kalimat), dan
semasiologi (ilmu tanda makna). Unsur ketiga (semasiologi) ini merupakan apa
yang dikenal sebagai semantik pada masa ini, hanya saja pada periode 1825-
1925 hal ini belum disadari oleh khalayak banyak. Menurut Reisig,
perkembangan semantic telah melalui tiga masa pertumbuhan, yakni:
a. Masa awal meliputi setengah abad yang dikenal dengan sebutan Ullmann
sebagai Underground Period.
b. Masa kedua, yaitu masa dimana semantik dikenal sebagai ilmu murni
historis atau yang dikenal sebagai historical semantics yang dipopulerkan
oleh karya klasik M. Breal (1987).
c. Masa ketiga, yaitu masa yang ditandai dengan karya filolog swedia, Gustaf
Stern (1931) yang melakukan kajian makna secara empiris bertolak dari
satu bahasa (bahasa inggris).

Kemunculan semantik secara independen sebagai ilmu yang berdiri


sendiri tidak luput dari pengaruh artikel yang dibuat oleh M.Breal yang berjudul
Le Lois Intelectualles du langange. Ia mengungkapkan istilah semantik sebagai
bidang baru dalam keilmuan, M.Breal menyebutnya sebgai semantic historis
(historical semantics);yaitu mempelajari kecenderugan semantic berhubungan
dengan unsure-unsur luar bahasa seperti latar belakang perubahan makna,
hubungan perubahan makna dengan logika, psikologi, dan perubahan makna itu
sendiri.

Dilain tempat, Ferdinand de Sausure menerbitkan karyanya yang


berjudul Cours de Linguistique Generale yang menjadi pandangan aliran
strukturalisme, yaitu aliran yang menganggap bahasa sebagai sistem yang terdiri
dari unsur-unsur yang berhubungan (merupakan satu kesatuan; the whole
unified). Pandangan Ferdinand ini membuat semantik tidak lagi dipandang
dengan cara sebelumnya. Perbedaan tersebut terlihat pada pandangan historis
yang mulai ditinggalkan, perhatian mulai diarahkan pada struktur di dalam kosa
kata, semantik mulai dipengaruhi stilistika, studi semantic terarah pada bahasa
tertentu, mulai dipelajarinya hubungan antara bahasa dengan pikiran, dan
terakhir adalah semantik telah melepaskan diri dari filsafat.

Para pakar linguistik mulai cenderung menghubungkan semantik dengan


ilmu lain dalam menerangkannya. Hal ini dikarenakan pemahaman mereka yang
berbeda-beda dalam mengartikan makna The Meaning of Meaning, sebuah buku
karya Ogden dan Richards (1923) yang menekankan hubungan tiga unsur dasar.
Perbedaan ini terlihat pada pandangan pakar-pakar lain seperti Palmer (1976),
Lyons (1977), Leech (1974), dan Lehrer (1974) yang masing-masing dari
mereka menggunakan istilah semantic yang bermacam-macam, antara lain
signifik, semasiologi, semologi, semiotik, sememik, dan semik.

B. Ruang Lingkup Semantik


Ruang lingkup semantik umumnya terbatas pada hubungan ilmu makna
itu sendiri di bidang linguistic. Semantik sangat berkaitan erat dengan struktur
dan fungsi, hal ini dikarenakan struktur, fungsi, dan makna tersebut merupakan
satu kesatuan dalam meneliti atau mengkaji unsur-unsur bahasa itu sendiri
(Jepersen 1924, Uhlenbeck 1978, Djajasudarna 1986). Makna dapat pula diteliti
melalui fungsi, dalam pemahaman “fungsi hubungan antarunsur secara
fungsional” (Strukturalisme Saussurian 1916). Terdapat makna leksikal (makna
leksem itu sendiri), makna gramatikal (hubungan antarunsur secara fungsional).
Demikian pula dari segi unsur gramatikal (afiks sebgai pembentuk verba, baik
infleksional maupun derivasional dalam Bahasa Indonesia).
C. Istilah Makna
Dalam semantik istilah makna merupakan pertautan yang ada di antara
unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Mengkaji makna suatu kata
ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-
hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain
menyangkut makna leksikal dalam kamus sebagai leksikon. Makna mempunyai
tiga tingkat keberadaan, yaitu (1) menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan, (2)
menjadi isi dari suatu kebahasaan, dan (3) menjadi isi komunikasi yang mampu
membuahkan informasi tertentu. Filosof dan Linguis mencoba menjelaskan tiga
hal yang berhubungan dengan makna, yakni:
1. Makna kata secara alamiah (inherent < inherent – bahasa Inggris).
2. Mendeskripsikan makna kalimat secara alamiah (termasuk makna
kategorial).
3. Menjelaskan proses komunikasi.
D. Semantik dan Linguistik
Kedudukan semantik pada tataran bahasa/linguistik melibatkan tataran
yang lebih luas dari sintaksis. Ferdinand de Saussure dari kajian filsafat kaum
Stoik menggunakan istilah signans sebagai komponen terkecil dari tanda;
signatum sebagai makna yang diacu oleh signans. Setiap bentuk atau lambang
bunyi memiliki makna atau mendukung makna, apakah kata, frase, klausa, dan
kalimat terdiri atas dua lapisan, yakni bentuk struktur dan makna. Linguistik
membatasi diri pada garapan bentuk dan makna, sedangkan acuan bergantung
pada pengalaman penutur bahasa itu sendiri. Semantik lebih menitik beratkan
pada bidang makna dengan berpangkal dari acuan dan bentuk/simbol.
E. Sifat Sejarah Semantik
Semantik dalam hubungannya dengan sejarah, melibatkan asal kata dari
bahasa apa dan makna yang dapat bergeser atau berkembang. Seperti yang
dinyatakan oleh Slametmujana (1964: 1) bahwa semantik adalah penelitian
makna, bagaimana mula adanya makna sesuatu (misalnya sejarah kata, dalam
arti bagaimana kata itu muncul, bagaimana perkembangannya, dan mengapa
terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa). Bahasa berubah dan
berkembang merupakan akibat dari masyarakat yang bersifat dinamis, yaitu
masyarakat yang tidak hidup terasing dan selalu bercampur-baur dengan
masyarakat lain. Berdasarkan hal tersebutlah bahasa mengalami perkembangan.
Di satu sisi pengaruh bahasa lain terhadap unsur budaya yang belum ada juga
mempengaruhi perkembangan bahasa, hal ini dikarenakan unsur tersebut mampu
memenuhi kebutuhan budaya masyarakat bahasa itu sendiri.
F. Semantik, Filsafat, dan Psikologi
Semantik pada dasarnya memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu lain. Baik
linguis, psikolog, maupun filosof menggunakan semantik sebagai salah satu
pendekatan ilmunya. Perbedaan tersebut akan dipaparkan di bawah ini.
1. Linguis tidak memperhatikan sistem bahasa dari sudut logika secara
tradisional, artinya linguis lebih mempersoalkan ekspresi itu dari segi
maknanya. Berbeda dengan filosof yang lebih menekankan pada masing-
masing makna yang terkandung lebih dalam pada suatu kalimat
(mempertanyakan mengapa harus demikian).
2. Ilmuan pada dasarnya menjelaskan berbagai hal (objeknya) dengan
menggunakan definisi dan rumus-rumus. Berbeda halnya dengan para filosof
yang menuntut penjelasan/definisi/rumus dan teori haruslah dimengerti
secara logis (terjelaskan sesuai logika).
3. Secara ontologis semantik membatasi msalah yang dikajinya sebatas dari
lingkup jangkauan pengalaman manusia itu sendiri, sedangkan psikologi
mempelajari gejala kejiwaan yang berada dalam jangkauan pemikiran
manusia.
Pada dasarnya para pakar semantik, filosof, dan psikologi menempatkan
bahasa sebagai alat. Hal ini dikarenakan bahasa cenderung bersifat simbolik,
emotif, dan afektif. Dimana semua hal tersebut mengantarkan manusia
mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar (sesuai dengan syarat ilmu
pengetahuan yaitu rasionalisme dan empirisme).
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Semantik dalam


Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Inggris yaitu “semantics”. Kata ini
berasal dari bahasa yunani, sema yang berarti nomina dan tanda atau dari
verba samaino yang artinya menandai dan berarti. Istilah ini sebenarnya
sudah ada sejak abad ke-17 namun baru dikenal luas pada abad ke- 18-19
hingga kini. Semantik secara umum diartikan sebagai ilmu bahasa cabang
linguistic yang menganalisis dan mempelajari makna.

3.2 Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ke depannya lebih baik lagi. Semoga
makalah ini mampu memberikan manfaat untuk pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003 “Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan

ke tiga”. Jakarta: Balai Pustaka.

Djajasudarma, Fatimah. 2016. Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal..

Bandung. Refika Aditama.


LAMPIRAN

LAPORAN PRESENTASI KELOMPOK 1

Mata Kuliah : Semantik.

Materi : Bab I Semantik I.

Hari, Tanggal : Senin, 02 Oktober 2017.

Ruangan : D4.

Durasi Keseluruhan Presentasi : 25 menit.

Penyaji : Rian Gunady Putra

1. Sebelum : Kelompok 1 menyiapkan bahan dan alat-alat keperluan


presentasi seperti laptop, LCD, dan Makalah Review Bab I buku Semantik I
sebagai persiapan awal presentasi.
2. Sedang : Pembukaan diawali dengan salam dan dilanjutkan dengan
pemaparan mengenai materi yang dipresentasikan yaitu “Review Bab I buku
Semantik I” yang berjalan selama kurang lebih sepuluh menit. Kegiatan berjalan
mencakup dua sesi umum yaitu sesi pertama sebagai sesi pemaparan materi dan
sesi umum kedua adalah sesi tanya jawab. Berikut pemaparan hasil sesi tanya
jawab tersebut.
SESI I
1. Parmi Andari
Coba jelaskan seperti apa yang dimaksud dengan pandangan historis yang mulai
ditinggalkan, semantik mulai dipengaruhi stilistika, dan studi semantik mulai
terarah pada bahasa tertentu dalam perbedaan yang terjadi akibat pandangan
Ferdinand de Saussure tersebut!
Jawaban:
a) Rian Gunady Putra

Untuk pernyataan bahwa studi semantik mulai terarah pada bahasa tertentu
tersebut merupakan bentuk keluasan dari pandangan Gustaf Stern yang dulunya
menjadikan satu bahasa yaitu Bahasa Inggris sebagai tolak ukur kajian makna
yang ia lakukan. Semantik setelah munculnya pandangan Ferdinand
(strukturalisme) kajian makna mulai dilakukan dengan bertolak ukur pada
bahasa tertentu. Artinya tolak ukur pengkajiannya tidak lagi hanya pada Bahasa
Inggris saja, melainkan bahasa manapun yang dijadikan sebagai objek penelitian
itu sendiri yang digunakan sebagai tolak ukur pengkajiannya.
b) Teguh Satria Pratama
Untuk pernyataan kedua bahwa semantik mulai dipengaruhi Stilistika,
maksudnya adalah makna sangat dipengaruhi oleh gaya bahasa itu sendiri.
Artinya dalam pandangan Ferdinand ini mereka mulai sadar bahwa
pengguna bahasa (masyarakat bahasa) yang satu dengan yang lain memiliki
ciri khas gaya bahasa mereka masing-masing yang dalam penggunaannya
sangat berbeda dalam membentuk makna yang sejatinya memiliki arti dalam
bahasa yang digunakan itu sama. Namun dengan adanya gaya bahasa yang
dimiliki oleh suatu masyarakat bahasa tersebut tentu sangat mempengaruhi
makna dari apa yang diucapkannya itu.

Kemudian berkaitan dengan pernyataan bahwa pandangan historis mulai


ditiggalkan itu, maksudnya adalah cara pandang historis yang sebelumnya
menitikberatkan pada kecendrungan mempelajari semantik yang
berhubungan dengan unsur-unsur luar bahasa itu hakikatnya tidak
ditinggalkan, melainkan digunakan sebagai pelengkap dari pandangan
Ferdinand itu sendiri yang menganggap bahwa bahasa merupakan sistem
yang terdiri dari unsur-unsur yang saling berhubungan. Jadi fokus kajiannya
itu tidak lagi pada pengaruh luar bahasa, melainkan mulai bermain pada
hubungannya dengan unsur-unsur bahasa itu sendiri.

c) Nurfaidah
maksudnya pandangan historis mulai ditinggalkan adalah semantic tidak lagi
berkaitan dengan unsure-unsur di luar bahasa misalnya latar belakang
perubahan makna, hubungan perubahan makna dengan logika, psikologi, dan
perubahan makna itu sendiri. Tetapi semantic lebih mengacu pada struktur
di dalam kosa kata itu sendiri.

2. Berikan contoh dari perubahan makna itu.

Jawab :

a) Nurfaidah.
contohnya dalam kata amplop. Kata Amplop akan berubah makna atau
mengalami pergeseran makna apabila kata itu dimasukkan dalam sebuah
kalimat.
1. Tolong saya belikan amplop
2. Beri saja dia amplop, urusannya akan beres.

makna kata amplop dalam kalimat satu adalah makna leksikal atau makna
sebenarnya yaitu sebagai pembungkus surat dan tempat untuk menaruh
uang. Sedangkan pada kalimat dua, adalah makna konotasi, yang di mana
arti amplop adalah sogokan atau suap.

Anda mungkin juga menyukai