Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN ABELI

KOTA KENDARI
Coastal Area Development In Abeli Sub-District Kendari
Muis1*, La Sara1 dan Dasmin Sidu2
1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara
email: 1*muisfpik@gmail.com, 1lasara_unhalu@yahoo.com
2
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara,
email:dasminsidu_07@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan 1) tingkat perkembangan kawasan pesisir, 2) persepsi
stakeholder mengenai pengelolaan kawasan pesisir, dan 3) strategi pengembangan kawasan
pesisir di Kecamatan Abeli Kota Kendari. Total pendapatan masyarakat terbesar dan terkecil
masing-masing ditemukan di Kelurahan Pudai Rp862.070 dan Kelurahan Lapulu sebesar
Rp322.317,38. Hasil analitical hierarky process mencakup pendapat perseorangan dan
pendapat gabungan. Hasil analisis gabungan didapatkan bahwa yang bertanggung jawab dari
ketiga aspek tersebut adalah pemerintah (nilai bobot 0,695), lalu berturut-turut swasta (nilai
bobot 0,220) dan masyarakat (nilai bobot 0,085). Hasil analisis pendapat gabungan dalam
perumusan strategi pengembangan wilayah pesisir di Kecamatan Abeli menempatkan
pengembangan budidaya laut yang diprioritaskan (nilai bobot 0,627), dan berturut-turut industri
(nilai bobot 0,182), pengembangan pariwisata (nilai bobot 0,108) dan pelabuhan peti kemas
(nilai bobot 0,083). Strategi pengembangan desa-desa pesisir seharusnya berdasarkan
pengamatan kondisi internal, sekaligus mengantisipasi perkembangan eksternal. Faktor-faktor
internal meliputi pola-pola pengembangan sumberdaya manusia, informasi pasar, sumberdaya
modal dan investasi, kebijakan investasi, pengembangan infrastruktur, pengembangan
kemampuan kelembagaan lokal dan kepemerintahan, serta berbagai kerjasama dan kemitraan,
sedangkan faktor eksternal meliputi kesenjangan wilayah dan pengembangan kapasitas otonomi
daerah, perdagangan bebas dan otonomi daerah.

Kata Kunci : analitical hierarky process, persepsi stakeholders, pengembangan kawasan


pesisir

ABSTRACT

This study is aimed to describe development level, the stakeholders perception and strategy of
coastal area development. The highest and the lowest of income of community were found at
Pudai of Rp862 070 and Lapulu of Rp322,317.38 respectively. The Analytical Hierarchy
Process (AHP) analisys which is based on individual and collective opinions. The results of
combined analysis found that the responsible of the above third aspect is the government (the
weight of 0.695), and a row of private (0.220 weight values) and community (weighted value of
0.085). The results of the combined analysis of opinion in the formulation of development
strategies in Abeli coastal aquaculture development puts a priority (weighting value 0.627),
industry (weighted value 0.182), the development of tourism (weighted value of 0.108) and the
container port (the weight 0.083) respectively. Development strategies of coastal villages in
Abeli District should be based on observations of the internal conditions, and anticipating
external developments. Internal factors include patterns of human resource development, market
information, capital resources and investment, investment policy, infrastructure development,
capacity building of local institutions and governance, as well as a variety of collaboration and
partnership, while external factors include the gap of problem areas and capacity building of
regional autonomy, free trade and regional autonomy.

Key words: analitycal hierarchy process, coastal area development, stakeholder perception.

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015 :1-16 1


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

PENDAHULUAN lemahnya jaringan pemasaran dan belum


berfungsinya koperasi nelayan yang ada,
A. Latar Belakang
serta dampak negatif kebijakan
Desa/kelurahan di Kecamatan Abeli
modernisasi perikanan.
merupakan daerah pesisir yang
Wilayah pesisir Kecamatan Abeli
berhadapan langsung dengan Teluk
mempunyai banyak potensi sumberdaya.
Kendari yang masih terpinggirkan jika
Potensi sumberdaya yang ada sekarang
dibandingkan dengan desa/kelurahan lain
dapat dipertahankan dan dikembangkan
yang ada di Kota Kendari. Padahal ini
menjadi potensi pariwisata dan industri
sangat potensial menjadi kantong-
budidaya pantai. Kelurahan Bungkutoko
kantong pemukiman masyarakat miskin.
memiliki hutan mangrove sekitar 2 ha
Budiharjo (1997) menjelaskan bahwa
untuk dikembangkan menjadi hutan
kota dapat menyediakan fasilitas dan
mangrove wisata. Pantai Nambo dan
pelayanan sosial yang terbaik, namun
Pulau Bungkotoko yang juga berpotensi
sekaligus juga mewadahi kehidupan
untuk pengembangan pariwisata pantai
kaum papa yang serba termarginalkan,
masing-masing seluas 5 ha. Kegiatan lain
kumuh, tidak sehat, sarat dengan
yang dapat pula dikembangkan adalah
pencemaran dan ketidakteraturan.
usaha budidaya laut (mariculture). Usaha
Kesulitan mengatasi masalah
budidaya lainnya pula adalah rumput laut
kemiskinan di kawasan pesisir di
yang cukup berkembang pesat di
Kecamatan Abeli menjadikan wilayah ini
Kelurahan Sambuli, Tondonggeu dan
termasuk wilayah yang rawan pada
Purirano.
bidang sosial ekonomi. Reksohadiprodjo
Hingga saat ini telah terolah sekitar
dan Karsene (1998) menjelaskan bahwa
80 ha dengan tingkat produksi mencapai
kemiskinan menjadi salah satu sebab
1,36 ton ikan yang terdiri dari sekitar 0.9
timbulnya kejahatan.
ton ikan kerapu, dan ikan lainnya
Beberapa faktor yang menyebabkan
(beronang, bandeng, kuwe, dan lain lain)
kemiskinan masyarakat di daerah ini
sekitar 0.46 ton serta rumput laut sekitar
antara lain adalah fluktuasi musim
324,6 ton (Kasim dkk., 2007).
penangkapan, keterbatasan daya jangkau
Potensi sumberdaya tersebut, jika
teknologi penangkapan, ketimpangan
tidak dengan hati-hati dimanfaatkan maka
dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya
dapat berpotensi mendorong berbagai
jaminan sosial tenaga kerja yang pasti,

2 ISSN : 2355-6617, ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

pihak pengguna (stakeholders) untuk B. Perumusan Masalah


mengeksploitasinya secara berlebihan Berdasarkan uraian di atas, maka
sesuai dengan kepentingan masing- dirumuskan permasalahan pokok dalam
masing. Ancaman terhadap status penelitian ini, yaitu:
kawasan ini salah satunya dapat berasal 1. Bagaimana tingkat perkembangan
dari pencemaran perairan laut akibat pemanfaatan kawasan pesisir di
limbah domestik dan limbah industri Kecamatan Abeli
(limbah industri perikanan yang ada di 2. Bagaimana persepsi atau pandangan
Kelurahan Pudai dan industri somel di para stakeholder mengenai arah
Kelurahan Lapulu). Pola penangkapan pengembangan dan pengelolaan
ikan yang tidak ramah lingkungan, serta kawasan pesisir di Kecamatan Abeli
adanya konflik pemanfaatan ruang antara 3. Bagaimana strategi pengembangan
masyarakat dengan masyarakat lainnya kawasan pesisir di Kecamatan Abeli
yang berakibat pada terjadinya konflik ke depan.
sosial. C. Tujuan Penelitian
Langkah awal dalam upaya Penelitian ini bertujuan untuk
pemanfaatan wilayah pesisir secara mengetahui:
berkelanjutan adalah melakukan kegiatan 1. Tingkat perkembangan kawasan
identifikasi kondisi sosial ekonomi pesisir di Kecamatan Abeli Kota
masyarakat kawasan pesisir. Kendari.
Sebagai langkah awal dalam 2. Persepsi para stakeholder mengenai
menciptakan reorientasi kebijakan pola pengelolaan kawasan pesisir di
pengelolaan dan pemanfaatan wilayah Kecamatan Abeli.
pesisir Kecamatan Abeli, maka dilakukan 3. Strategi pengembangan kawasann
penelitian yang dapat mengetahui tingkat pesisir di Kecamatan Abeli.
perkembangan wilayah pesisir di D. Manfaat Penelitian
Kecamatan Abeli, baik kondisi saat ini, di Hasil Penelitian diharapkan menjadi
masa mendatang dan upaya-upaya yang bahan masukan bagi pemerintah Kota
dapat dilakukan untuk mengatasi Kendari dalam menyikapi permasalahan
kegagalan pembangunan yang mungkin di kawasan pesisir dan menyusun ran-
timbul. cangan dan perencanaan pengembangan
wilayah. Selain itu, penelitian ini

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015 3


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pertimbangan responden adalah aktor


peneliti-peneliti selanjutnya dalam hal atau pengguna lahan (stakeholders).
pengembangan kawasan pesisir ke depan. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 13 stakeholders, yang terdiri
METODE PENELITIAN
dari:

A. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Pemerintah Kota Kendari:

Penelitian ini dilakukan mulai bulan  Eksekutif: Bappeda (1 orang),

April 2010 sampai Juni 2010. Lokasi Dinas Kelautan dan Perikanan (1

penelitian meliputi 10 kelurahan pesisir di orang), Dinas Perindustrian dan

Kecamatan Abeli (dari 13 kelurahan) Perdagangan (1 orang), Dinas

Kota Kendari (Gambar 1). Perhubungan (1 orang), Camat


Abeli (1 orang), Lurah desa
pesisir (2 orang).
 Legislatif: Anggota DPRD Perwa-
kilan Abeli (1 orang).
b. Staf Pelabuhan Perikanan Samudera
(PPS) Kendari (1 orang)
c. Swasta: pengusaha industri (1 orang)
d. Tokoh masyarakat nelayan (1 orang),
tokoh masyarakat pesisir non-nelayan
Gambar 1 Peta Administrasi (1 orang),
Kecamatan Abeli e. LSM (1 orang)
B. Populasi dan Sampel Informasi dari responden diperoleh
Populasi yang dimaksud dalam dengan melakukan kegiatan wawancara
penelitian ini adalah aktor atau pengguna dengan menggunakan kuisioner.
lahan (stakeholders) terdiri dari C. Variabel Yang Diamati
pemerintah, swasta, masyarakat, dan Variabel yang diamati dalam
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). penelitian ini disajikan adalah :
Pemilihan responden dilakukan 1. Aspek sosial meliputi : penyerapan
dengan cara purposive sampling atau tenaga kerja, tersedianya akses pela-
pemilihan secara sengaja dengan yanan, kesenjangan kesempatan kerja.

4 ISSN : 2355-6617, ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

2. Aspek ekonomi meliputi : peningkatan desa. Alat bantu yang digunakan untuk
pendapatan masyarakat, peluang usaha uji standar deviasi ini adalah perangkat
sektor informal, kesenjangan lunak excell, dengan ketentuan :
pendapatan; PDRB dari sektor : 1. Jika tingkat perkembangan suatu
angkutan dan komunikasi, keuangan, wilayah kurang dari selisih antara
jasa-jasa, pertanian, industri, listrik, nilai rata-rata tingkat perkembangan
gas dan air, konstruksi dan dengan standar deviasinya maka
perdagangan. tingkat perkembangan wilayah
3. Aspek lingkungan meliputi : tersebut rendah.
konservasi lingkungan, pencemaran 2. Jika tingkat perkembangan suatu
lingkungan, keamanan dan wilayah berada diantara nilai selisih
kenyamanan rata-rata tingkat perkembangan
Setiap variabel pada masing-masing dengan standar deviasinya hingga
aspek terlebih dahulu disusun dalam tabel jumlah dari keduanya maka tingkat
hingga membentuk baris dan kolom. perkembangan wilayah tersebut
Baris yang terbentuk mengindikasikan adalah sedang.
perbandingan antara masing-masing 3. Jika tingkat perkembangan suatu
variabel pada aspek tersebut. Oleh karena wilayah lebih dari jumlah antara nilai
itu, kolom pertama menganut variabel rata-rata tingkat perkembangan
terbanding, sedangkan kolom terakhir dengan standar deviasinya maka
menganut variabel pembanding. Di antara tingkat perkembangan wilayah
keduanya, terdapat kolom yang menganut tersebut adalah tinggi.
angka-angka skor yang terdiri dari satu Alat analisis hierarki proses
hingga sembilan. Teknik pengambilan dipergunakan untuk menjawab permasa-
data dapat membentuk format dengan lahan kedua bagaimana persepsi atau
memberi tanda checklist (√) setiap kolom pandangan stakeholder mengenai arah
perkembangan dan pengelolaan kawasan
D. Analisis Data
pesisir dan permasalahan ketiga bagai-
Untuk menjawab permasalahan
mana strategi pengembangan kawasan
tentang bagaimanakah tingkat perkem-
pesisir.
bangan pesisir, dilakukan analisis
Pendekatan AHP menggunakan
deskriptif berdasarkan klasifikasi tingkat
Skala Saaty (1993) yaitu :
perkembangan kawasan setiap kelurahan/

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015 5


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

1. Tingkat kepentingan satu adalah kedua antara dua nilai pertimbangan yang
elemen sama penting, dengan pen- berdekatan, dengan penjelasan bahwa
jelasan dua elemen mempunyai nilai ini diberikan bila ada dua
pengaruh yang sama besar terhadap kompromi diantara dua pilihan
tujuan 7. Tingkat kepentingan dengan nilai
2. Tingkat kepentingan tiga adalah kebalikan yaitu jika untuk aktivitas i
elemen yang satu sedikit lebih penting mendapat satu angka dibandingkan
dari pada elemen yang lain, dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai
penjelasan bahwa pengalaman dan kebalikannya bila dibandingkan
penilaian sedikit mendukung satu dengan i.
elemen dibanding elemen yang lainnya
HASIL
3. Tingkat kepentingan lima adalah
elemen yang satu lebih penting dari Tingkat perkembangan kawasan
pada elemen yang lain, dengan pesisir di Kecamatan Abeli Kota Kendari
penjelasan bahwa pengalaman dan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ;
penilaian sangat kuat mendukung satu Tabel 1 Jumlah Keluarga Prasejahtera di
Daerah-daerah Pesisir Kecamat-
elemen dibanding elemen yang lainnya
an Abeli Kota Kendari
4. Tingkat kepentingan tujuh adalah satu No Kelurahan Jumlah Keluarga
Prasejahtera
elemen jelas lebih penting dari elemen
1 Pudai 114
lainnya, dengan penjelasan bahwa satu
2 Lapulu 467
elemen dengan kuat didukung dan 3 Poasia 223
dominan terlihat dalam praktek 4 Talia 229
5 Bungkutoko 230
5. Tingkat kepentingan sembilan adalah
6 Petoaha 268
satu elemen mutlak lebih penting dari 7 Nambo 162
pada elemen yang lainnya, dengan 8 Sambuli 231
9 Tondonggeu 128
penjelasan bahwa bukti yang mendu-
Sumber : BPS Kecamatan Abeli Dalam Angka
kung elemen yang satu terhadap 2010

elemen lain memiliki tingkat Hasil analisis pendapat gabungan


penegasan tertinggi yang mungkin responden (Gambar 2) tentang prioritas
menguatkan pemanfaatan dalam perumusan strategi
6. Tingkat kepentingan dua, empat, pengembangan wilayah pesisir di
enam, dan delapan adalah nilai-nilai Kecamatan Abeli secara berturut-turut

6 ISSN : 2355-6617, ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

adalah pengembangan perikanan (nilai wilayah penelitian telah memberikan


bobot 0,627), pengembangan industri kontribusi yang besar bagi peningkatan
(nilai bobot 0,182), pengembangan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan
pariwisata (nilai bobot 0,108) dan Abeli. Pernyataan ini didukung dengan
pelabuhan peti kemas (nilai bobot 0,083). hasil survei industri besar dan industri
sedang (Tabel 2) menunjukkan bahwa
jumlah perusahaan industri besar dan
sedang di Kecamatan Abeli tahun 2011,
tercatat 14 buah perusahaan yang
menyerap tenaga kerja sebanyak 951
orang. Hasil data BPS (2011)
memperlihatkan status pekerjaan mereka,
908 orang tenaga kerja produksi
(95,47%), dan 43 orang (4,53%) adalah
tenaga kerja lainnya.
Tabel 2 Industri Besar/Sedang, Tenaga
Kerja dan Pengeluaran untuk
Tenaga Kerja di Kecamatan
Abeli
Kelurahan Banyaknya Tenaga
Perusahaan Kerja
Benuanirae - -
Puday 9 651
Lapulu 2 181
Gambar 2 Gabungan Pendapat
Abeli - -
Responden pada Strategi Pengembangan
Pesisir di Kecamatan Abeli Kota Kendari Anggalomelai - -
Tobimeita 1 -
Hasil analisis pendapat gabungan Poasia 2 34
(Gambarl 2) pada pengembangan pesisir Talia - 72
di Kecamatan Abeli sebagai alternatif Petoaha - -
Nambo - -
pengembangan adalah industri (nilai
Bungkutoko - -
bobot 0,182). Industri yang ada di Sambuli - -
Kecamatan Abeli adalah sebagian besar Tondonggeu - -
industri perikanan (Pelabuhan Perikanan Jumlah 14 938
Sumber : Survey Rutin Industri Besar/ Sedang
Samudera). Industri-industri perikanan di Tahunan BPS, 2011

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015 7


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

PEMBAHASAN menyerap tenaga kerja dalam jumlah


besar. Usaha yang perlu didorong adalah
A. Tingkat Perkembangan Kawasan
Pesisir usaha-usaha padat karya yang tidak
mensyaratkan kualifikasi tenaga kerja
Tingkat Perkembangan kawasan
dengan kualitas tinggi, mengingat masih
pesisir ditinjau dari 3 aspek yaitu
relatif rendahnya tingkat kualitas
Aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek
sumberdaya manusia di wilayah ini.
lingkungan
2. Peluang Usaha Sektor Informal
Aspek Ekonomi
Peluang usaha sektor informal
Aspek ekonomi merupakan aspek
memiliki nilai bobot 0,160 yang
terpenting yang mempengaruhi keputusan
merupakan kriteria dengan prioritas
dalam pemilihan/penentuan prioritas
tertinggi kedua di antara semua kriteria.
arahan pengex mbangan kawasan pesisir
Jenis-jenis usaha di sektor informal yang
di Kecamatan Abeli. Hal ini dapat dilihat
berkembang di lokasi penelitian adalah
dari hasil analisis dampak manfaat yang
antara lain pembuatan abon ikan (skala
menunjukkan nilai bobot kriteria pada
home industri). Sektor ini dapat menjadi
aspek ini yang lebih besar dari kriteria
prioritas mengingat bahwa karakteritik
pada dua aspek lainnya. Dari aspek ini
sumberdaya manusia yang ada
diangkat tiga kriteria yang merupakan
memungkinkan sebagian besar
faktor-faktor yang mungkin terjadi, yaitu:
masyarakat di lokasi penelitian bekerja
1. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
atau berpeluang bekerja di sektor
Di antara tiga kriteria aspek ekonomi,
informal ini.
peningkatan pendapatan masyarakat
3. Kesenjangan Pendapatan
merupakan kriteria dengan nilai bobot
Kesenjangan pendapatan merupakan
terbesar (0,477).
prioritas terakhir dalam aspek ekonomi
Masih tingginya jumlah keluarga pra
(dengan nilai bobot 0,071). Pada
sejahtera di desa-desa pesisir Kecamatan
umumnya responden menilai bahwa
Abeli (Tabel 1) menggambarkan perlunya
kesenjangan pendapatan bukan
memprioritaskan upaya pengembangan
merupakan permasalahan yang mendasar.
kapasitas usaha ekonomi yang mampu
Mereka menyadari bahwa pendapatan
meningkatkan pendapatan masyarakat. Di
sangat berhubungan dengan lapangan
samping itu usaha ekonomi yang perlu
kerja dan kapasitas usaha. Karena itu
diprioritaskan adalah usaha yang

8 ISSN : 2355-6617, ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

dengan terbukanya secara luas peluang sosial yang menjadi prioritas kedua (nilai
usaha dan terbinanya peningkatan bobot 0,043). Akses pelayanan yang
kapasitas usaha maka dengan sendirinya dimaksud bukan saja dalam hal pelayanan
akan terjadi peningkatan pendapatan perizinan dan infrastruktur tetapi juga
masyarakat yang pada akhirnya akan kepada pelayanan pembinaan seperti
menurunkan kesenjangan pendapatan. pembiayaan, teknologi dan pemasaran,
Aspek Sosial serta perlindungan usaha.
Hasil analisis aspek sosial diharapkan Meningkatnya akses pelayanan
nanti bersifat bottom up, sehingga akan kepada masyarakat akan memberikan
berdampak positif dan dapat diterima dampak yang positif. Jika semua unsur
serta mendapat respons dari masyarakat tersebut di atas terakses dengan baik oleh
karena aspek sosial bersentuhan langsung masyarakat, sehingga masyarakat dengan
dengan harapan masyarakat sehingga mudah melihat peluang-peluang pengem-
masyarakat ikut serta merasa memiliki bangan usaha maupun peningkatan
suatu kebijakan yaitu : kesejahteraan lainnya.
a. Penyerapan Tenaga Kerja c. Kesenjangan Kesempatan Kerja
Kriteria penyerapan tenaga kerja Mengatasi kesenjangan kesempatan
merupakan kriteria aspek sosial yang kerja menempati prioritas ketiga dalam
menjadi prioritas pertama (nilai bobot pandangan para stakeholder wilayah
0,109). Penyerapan tenaga kerja yang pesisir Kecamatan Abeli (nilai bobot
besar pada berbagai kegiatan ekonomi 0,017). Masyarakat menilai bahwa
akan berimplikasi pada pemerataan hampir tidak ada faktor yang menjadi
pemanfaatan sumberdaya manusia penyebab kesenjangan kesempatan kerja
setempat, sehingga secara ekonomi dapat selain faktor permodalan. Dengan
meningkatkan taraf hidup masyarakat. perbaikan akses masyarakat terhadap
Pemerataan disini mencakup pemerataan sumber-sumber pembiayaan usaha maka
pembangunan, pemerataan akses untuk dengan sendirinya akan terbuka peluang
terlibat dalam kegiatan pembangunan, usaha dan kesempatan kerja.
serta pemerataan pendapatan. Aspek Lingkungan
b. Tersedianya Akses Pelayanan Persepsi reponden terhadap
Peningkatan akses pelayanan kepada pentingnya kriteria aspek lingkungan
masyarakat merupakan kriteria aspek dalam pengembangan wilayah pesisir

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015 9


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

Kecamatan Abeli relatif kecil. Hal ini b. Keamanan dan Kenyamanan


terlihat dari rendahnya bobot nilai dari Kriteria keamanan dan kenyamanan
kriteria-kriteria aspek lingkungan yaitu : menjadi kriteria aspek lingkungan yang
a. Konservasi Lingkungan menjadi prioritas kedua (bobot nilai
Kegiatan perikanan, pariwisata, 0,028). Persepsi ini menggambarkan
industri, perhubungan, dan pembangunan besarnya keinginan masyarakat untuk
yang dilakukan secara terus-menerus hidup dalam lingkungan yang aman dan
tanpa mengindahkan aspek-aspek nyaman. Keamanan akan menjamin
lingkungan telah menyebabkan degradasi ketenteraman dalam masyarakat dan
lingkungan pesisir Kecamatan Abeli. ketenangan berusaha. Keamanan dapat
Persepsi responden menunjukkan bahwa diwujudkan melalui pembinaan melalui
kriteria konservasi lingkungan merupakan lembaga-lembaga yang ada dalam
kriteria aspek lingkungan yang harus masyarakat dengan pendekatan
menjadi prioritas utama (nilai bobot keagamaan dan kesejahteraan. Adapun
0,086). Hal ini menunjukkan perlunya kenyamanan menggambarkan kualitas
perhatian serius pemerintah dalam kehidupan yang lebih baik.
mengendalikan penurunan kualitas c. Pencemaran Lingkungan
lingkungan tersebut. Faktor yang dapat timbul sebagai
Reklamasi pantai juga memberikan dampak negatif pengembangan pesisir di
kontribusi yang besar terhadap penurunan Kecamatan Abeli adalah pencemaran
degradasi lingkungan di Pesisir Kecamat- lingkungan (0,009). Hal ini karena masih
an Abeli. Sebagian besar wilayah pesisir kurangnya kesadaran masyarakat akan
Kecamatan Abeli telah mengalami lingkungannya, seperti membuang
reklamasi pantai dengan tujuan industri, sampah ke laut, mengabaikan keberadaan
pelabuhan penyeberangan, pemukiman drainase atau saluran air, dan sebagainya.
dan pariwisata. Kegiatan reklamasi ter- Kegiatan yang memberi kontribusi bahan
sebut kurang memperhatikan aspek teknis pencemar kepada lingkungan di
dan pelestarian lingkungan. Akibatnya Kecamatan Abeli terutama adalah industri
terjadi pendangkalan, kekeruhan, abrasi, pengolahan ikan dan limbah rumah
serta penyusutan produksi ikan secara tangga.
berangsur-angsur karena degradasi
habitat.

10 ISSN : 2355-6617, ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

B. Persepsi Stakeholder terhadap optimal oleh Pemerintah Kota Kendari


arah pengembangan dan
belum memberi manfaat yang signifikan
pengelolaan kawasan pesisir
pada perekonomian masyarakat.
Pandangan para stakeholder terhadap
Prioritas terakhir adalah pengem-
prioritas pemanfaatan dalam rangka
bangan Pelabuhan Peti Kemas.
pengelolaan dan pengembangan kawasan
Stakeholder menilai bahwa penetapan dan
pesisir Kecamatan Abeli berdasarkan
pembangunan pelabuhan peti kemas telah
level kriteria dapat dilihat pada Tabel 2.
dilakukan oleh pemerintah sejak tahun
a. Pandangan Stakeholder : Pemerintah
2011 di Kelurahan Bungkutoko. Pada saat
Pengembangan perikanan sebagai
pengoperasiannya, pelabuhan ini dengan
prioritas pertama dalam pandangan
sendirinya akan menyerap tenaga kerja
pemerintah didasari oleh kenyataan
tidak saja dari Kecamatan Abeli tetapi
bahwa sebagian besar masyarakat desa-
juga dari wilayah-wilayah lain di Kota
desa pesisir di Kecamatan Abeli bekerja
Kendari, dengan kualifikasi tertentu
di sektor perikanan baik perikanan
kecuali untuk buruh pikul.
budidaya maupun perikanan tangkap.
b. Pandangan Stakeholder : Swasta
Letak wilayah yang berada di mulut
Pihak swasta menilai bahwa
Teluk Kendari sangat memudahkan akses
pengembangan ekonomi pada sektor
mereka kepada daerah penangkapan ikan
perikanan di Kecamatan Abeli didukung
di sepanjang perairan pantai timur Jazirah
oleh tenaga kerja dalam jumlah besar
Sulawesi Tenggara.
yang telah familiar dengan usaha di
Pengembangan industri sebagai
sektor ini. Perhatian yang besar dari
prioritas kedua dalam pandangan
pemerintah untuk pengembangan sektor
pemerintah lebih disebabkan oleh karena
perikanan khususnya dalam peningkatan
keberadaan PPS Kendari sebagai kawasan
produksi dan kesejahteraan nelayan/
konsentrasi Industri Perikanan sekaligus
pembudidaya memberi peluang yang
pusat ekspor komoditi perikanan.
besar bagi pengembangan bisnis di
Prioritas berikutnya adalah pengem-
bidang perikanan.
bangan pariwisata. Keberadaan Pantai
Dalam hal pengembangan industri,
Nambo di Kelurahan Nambo sebagai
stakeholder swasta menilai bahwa
salah satu obyek daya tarik wisata Kota
pengkonsentrasian industri besar dalam
Kendari mendasari prioritas ini.
satu kawasan (seperti di PPS Kendari)
Pengelolaan Pantai Nambo yang belum

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015 11


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

apalagi untuk jenis industri yang sama masyarakat pendatang yang kemudian
akan memberi nilai positif dalam menetap menyusul pembukaan PPS
kaitannya dengan kemudahan mem- Kendari.
peroleh bahan baku dan aksesibilitas Ditinjau dari aspek sosial, kebera-
pemasaran. daan industri di daerah pesisir akan
Dalam pandangan stakeholder swasta banyak menyerap tenaga kerja sehingga
pengembangan pariwisata di Kecamatan mampu meningkatkan kesejahteraan
Abeli belum dapat diharapkan masyarakat setempat. Namun terkadang
menggerakkan ekonomi masyarakat. pertumbuhan lapangan kerja tidak diikuti
Luasan kawasan wisata Pantai Nambo oleh peningkatan kesejahteraan masyara-
yang sangat terbatas dan saat ini hanya kat setempat disebabkan tenaga kerja
mampu menyerap tenaga kerja dalam yang digunakan berasal dari luar daerah.
jumlah terbatas khususnya sebagai Hal ini dapat terjadi karena kualitas
pedagang makanan, akan sangat sulit sumberdaya manusia di daerah-daerah
untuk dikembangkan lagi skalanya. pesisir yang masih rendah. Pengem-
Infrastruktur wisata yang belum memadai bangan industri dengan teknologi
menjadi kendala tersendiri dalam sederhana dan tepat guna dapat menjadi
meningkatkan pemasarannya. pilihan khususnya teknologi produksi
Adapun di Pulau Bungkutoko, bahan mentah.
keberadaan Pelabuhan Peti Kemas dapat Pariwisata dalam pandangan
dipastikan akan menutup peluang masyarakat masih terlalu kecil
pengembangan wisata di pulau itu. peranannya dalam memutar roda
Pelabuhan peti kemas sendiri, akan lebih perekonomian di Kecamatan Abeli.
memberi manfaat ekonomi pada Kota Meskipun potensi alam cukup
Kendari secara menyeluruh. mendukung namun berbagai keter-
c. Pandangan Stakeholder : Masyarakat batasan seperti pengunjung, infrastruktur,
maupun pengelolaan yang belum berbasis
Dalam pandangan stakeholder
masyarakat semakin membatasi peluang
masyarakat, sebagian besar masyarakat
manfaat dari obyek wisata yang ada.
pesisir Kecamatan Abeli telah secara
Pandangan masyarakat dalam
turun-temurun menjadikan kegiatan
kaitannya dengan pengembangan
perikanan sebagai mata pencaharian,
pelabuhan peti kemas adalah pada
demikian pula dengan kelompok

12 ISSN : 2355-6617, ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

umumnya memberikan apresiasi positif Beach), BWK III (Kawasan Baruga,


sebagai pendorong perekonomian Poasia dan Abeli). Kawasan ini termasuk
regional. Namun demikian tidak banyak kawasan yang dipertahankan pengem-
harapan masyarakat Abeli dari bangannya. Wilayah Abeli diperuntukkan
keberadaan pelabuhan ini sebagai selain sebagai kawasan pemukiman juga
penggerak roda perekonomian mereka. sebagai lokasi terminal tipe B dan ruang
Pelabuhan hanya akan menjadi pintu terbuka hijau untuk mewujudkan konsep
masuk arus barang antar pulau, dari aspek “Kota dalam Taman”. Selanjutnya dalam
daya serap tenaga kerja akan sangat Dokumen Rencana Zonasi Kawasan
terbatas. Pesisir Kota Kendari Tahun 2007 wilayah
Dari semua kriteria di atas yang Kecamatan Abeli merupakan wilayah
paling perlu diperhatikan adalah aspek pesisir yang diarahkan bagi pengem-
ekonomi, karena aspek ekonomi sangat bangan perikanan, pariwisata, pelabuhan
erat kaitannya dengan kehidupan peti kemas dan Pelabuhan Perikanan
masyarakat, selanjutnya aspek sosial dan Samudera, serta industri jasa dan
aspek lingkungan. Bila faktor ekonomi perdagangan.
sudah terpenuhi maka dengan sendirinya Pengembangan budidaya laut ini
faktor sosial dan faktor lingkungan akan merupakan kebutuhan masyarakat untuk
cepat teratasi. peningkatan pendapatan, dapat membuka
peluang usaha sektor informal dan dapat
C. Strategi Pengembangan Kawasan
Pesisir Kecamatan Abeli mengurangi kesenjangan di antara
masyarakat.
Kebijakan Pemerintah Kota Kendari
Alternatif pengembangan wilayah
yang diwujudkan dalam Rencana
pesisir di Kecamatan Abeli berikutnya
Pembangunan Jangka Menengah 2007-
adalah pengembangan pariwisata dan
2012 membuat arahan pengembangan
pelabuhan peti kemas (masing-masing
wilayah kota yang didasarkan atas
nilai bobotnya 0,108 dan 0,083). Ini
pendekatan pembangunan spasial
terlihat dengan dimanfaatkannya pantai
(pewilayahan pembangunan). Wilayah
Nambo sebagai kawasan pariwisata.
Kota Kendari dibagi atas tiga wilayah
Kawasan pariwisata pantai Nambo
pengembangan BWK (Batas Wilayah
disamping meningkatkan Pendapatan Asli
Kota), yaitu: BWK I (Kawasan
Daerah (PAD) melalui penarikan
Mandonga), BWK II (Kawasan Kendari

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015 13


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

retribusi, juga membuka lapangan kerja pengembangan dan pengelolaan


bagi masyarakat sekitarnya yakni kawasan-kawasan pesisir di
penyewaan gazebo yang dikelola Kecamatan Abeli Kota Kendari.
masyarakat, menjajakan makanan dan 3. Prioritas utama strategi pengem-
lain sebagainya. Serta pengembangan bangan wilayah pesisir di Kecamatan
pelabuhan peti kemas di Pulau Abeli adalah pengembangan
Bungkutoko. perikanan dan sebagai alternatif
Strategi pengembangan kawasan pengembangan adalah industri
pesisir di Kecamatan Abeli akan berjalan
SARAN
dengan baik, dimana semua aspek akan
1. Perlu partisipasi aktif dari pemerintah
terpenuhi, termasuk aspek lingkungan
dalam pengembangan perikanan
akan terjaga. Aspek lingkungan dapat
berupa: menyelenggarakan pelatihan/
lestari dengan baik, bila kesejahteraan
kursus kepada masyarakat sekitar
masyarakat sudah meningkat. Semua ini
dengan materi yang aplikatif
bisa terlaksana dengan baik, kalau sejalan
terhadap bidang-bidang perikanan
dengan kebijakan pemerintah daerah.
secara menyeluruh, dan memberikan
Peran pemerintah sangat menentukan
bantuan modal berupa pinjaman
keberhasilan dalam pengelolaan
lunak atau pinjaman tanpa bunga.
sumberdaya.
2. Perlu political will dari pemerintah
SIMPULAN dalam mengatur kebijakan
1. Tingkat Perkembangan pemanfaatan pengembangan kawasan pesisir yang
kawasan pesisir di Kecamatan Abeli dituangkan dalam bentuk peraturan
yang tertinggi adalah Kelurahan daerah.
Pudai dengan tingkat Produk 3. Perlu diterapkan mekanisme pajak
Domestik Regional Bruto (PDRB) lingkungan terhadap industri sebagai
kategori tinggi dan katekori rendah salah satu pendekatan dalam
berturut-turut adalah Kelurahan mengendalikan pencemaran di
Abeli, Kelurahan Nambo dan Kecamatan Abeli Kota Kendari,
Kelurahan Sambuli. termasuk kawasan pesisirnya.
2. Persepsi para stakeholders cenderung
lebih memilih perikanan budidaya
sebagai prioritas utama dalam

14 ISSN : 2355-6617, ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

DAFTAR PUSTAKA Daya Pesisir dan Lautan Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor (IPB).
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2009. Kota
Kendari Dalam Angka.
Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ.
1996. Pengelolaan Sumberdaya
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2009.
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Kecamatan Abeli Dalam Angka
Terpadu. PT. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Bengen, B.G. 2000. Strategi dan Program
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Duncan M. 2005. Desain program
Lautan Indonesia. Prosiding
keterlibatan masyarakat di tingkat
Pelatihan untuk Pelatih Pengelolaan
kecamatan dalam pengelolaan
Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor, 21-
sumberdaya pesisir Kaledupa.
26 Februari 2000. Pusat Kajian
Laporan dalam mendukung program
Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB
COREMAP di Gugus Pulau Kaledupa
dan Proyek Pesisir-Coastal
(unpublished).
Resources Center-University of
Rhode Island.
Kasim dkk. 2007. Rencana Strategis
Zonasi Kawasan Pesisir Kota
Budiharjo, E. 1997. Tata Ruang
Kendari. Bappeda Provinsi Sulawesi
Perkotaan. Penerbit Alumni
Tenggara.
Bandung.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Budiharsono, S. 2005. Teknik Analisis
[KMNLH], Badan Pengendalian
Pembangunan Wilayah Pesisir dan
Dampak Lingkungan Wilayah I
Lautan. Pradnya Paramita. Jakarta.
[BAPEDALWIL I]. 1999. Pengem-
bangan dan Pengelolaan Sumberdaya
Dahuri, R.,J. Rais, S.P. Ginting dan M.J.
Hayati Kawasan Pesisir dan Lautan
Sitepu, 2001. Pengelolaan
secara Terpadu di Provinsi Riau:
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
BARELANG (Batam, Rempang dan
Lautan Secara Terpadu, Pradnya
Galang) dan Bintan. Laporan Akhir
Paramita, Jakarta.
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup.
Universitas Riau. Pekanbaru.
Dahuri, R., 2000. Strategi dan Program
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Mulyadi, 2007. Evaluasi Implementasi
Lautan Indonesia. Prosiding
Rencana Strategis Pengelolaan
Pelatihan untuk Pelatih Pengelolaan
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor, 21-
Laut Kabupaten Muna. Tesis.
26 Februari 2000. Pusat Kajian
Pascasarjana Universitas Haluoleo
Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB
(Tidak dipublikasikan)
dan Proyek Pesisir-Coastal
Resources Center-University of
Nichols, K. 2001. Furthering Coastal
Rhode Island.
Stewardship in Small Islands:
Country Report-Seychelles. Work-
Dahuri, R., 2001. Paradigma Baru
shop paper on Environment and
Pembangunan Indonesia Berbasis
Development in Coastal Regons and
Kelautan. Orasi Ilmiah : Guru Besar
Tetap Bidang Pengelolaan Sumber

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015 15


Muis, La Sara dan Dasmin Sidu, Pengembangan Kawasan Pesisir

in Small Islands (ESI)-UNESCO.


Dominica.
Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.
PT. Pustaka Cidesinjo, Jakarta.

Reksohadiprodjo. S., dan A.R. Karsene.,


1998. Ekonomi Perkotaan, Edisi
Keempat. BPFE-Yogyakarta.

Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Kepu-


tusan Bagi Para Pemimpin (Proses
Hierarki Analitik untuk Pengambilan
Keputusan dalam Situasi Kompleks).
Terjemahan. PT Pustaka Binaman
Pressindo.

16 ISSN : 2355-6617, ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan

Anda mungkin juga menyukai