Pada tahun 2007 tren ekonomi cukup baik namun pertengahan 2008 tiba-tiba terjadi
Dalam ekonomi makro dijelaskan keadaan ekonomi suatu negara secara menyeluruh
suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonominya. Oleh karena itu, naik turunnya
ekonomi yang meningkat tentu akan meningkatkan pendapatan per kapita sehingga dapat
meningkatkan konsumsi rumah tangga. Selain itu, pertumbuhan ekonomi meningkat akan
Selain pertumbuhan ekonomi inflasi juga merupakan salah satu faktor yang
mempunyai pengaruh dalam mendorong perkonomian, apabila inflasi itu ringan maka akan
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung
dan mengadakan investasi, sebaliknya apabila inflasi tidak terkendali maka perekonomian
akan menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak semangat
bekerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi kerena harga barang meningkat
dengan cepat.
inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara.
Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan
Indonesia ketika laju inflasi demikian tingginya tahun 2008. Tingginya inflasi tersebut
diakibatkan oleh terjadinya krisis di Amerika, dengan berbagai implikasi negatifnya telah
menyebabkan pemerintah memberikan perhatian yang khusus terhadap laju inflasi. Dengan
kebijaksanaan makro ekonomi yang diarahkan pada penekanan laju inflasi maka memasuki
tahun 1980-an laju inflasi telah mulai dapat ditekan. Bahkan pada tahun-tahun berikutnya
laju inflasi di Indonesia tidak pernah lagi mengalami inflasi yang double-digit.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negri atau karyawan swasta serta
kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka semakin merosot dan terpuruk dari waktu kewaktu. Inflasi dapat mempengaruhi
mencatat pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan sebesar Rp8.643.330 Juta setara
7,68 persen ditahun 2014 atau meningkat dari sebelumnya, sebesar Rp8.026.856 Juta setara
7,31 persen ditahun 2013. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku secara nominal meningkat
Rp15.270.350 juta setara 17,64 persen atau meningkat secara nominal dari tahun
PDRB Sulawesi Tenggara Tahun 2009‐2014 atas Dasar Harga Berlaku & atas Dasar Harga
Konstan. Bagi provinsi Sulawesi Tenggara, terdapat tiga sektor yang dapat menyumbangkan
PDRB dalam jumlah besar yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran,
tersebut menyumbang hamper lebih dari separuh struktur PDRB di Sulawesi Tenggara.
Kontribusi sektor ekonomi yang besar ini tentu diharapkan mampu menjadi penggerak roda
ekonomi lokal provinsi Sulawesi Tenggara sehingga kegiatan ekonomi yang dilakukan
menjadi lebih nyata dan signifikan. Sektor ini kemudian ditopang sektor pendukung yang
Jika perekonomian makin besar maka perlu banyak sektor pendukung dalam
perekonomian tersebut. Idealnya sektor pendukung ini dapat dipenuhi oleh masyarakat lokal.
Di Sulawesi Tenggara pertumbuhan Pertumbuhan Ekonomi itu sendiri sebesar 7,86 pada
tahun 2013 dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 8,98. (BPS Prov. Sultra,
2015) dan inflasi pada tahun 2013 mengalami inflasi sebesar 5,09 persen dan pada tahun
2. Butalah data makro ekonomi 2005-2015 PDB, Inflasi, Unemployment, Properti, BI Rate,
Investasi Domestik
b. Setiap analisis variabel tersebut diawali dengan gambar grafik kemudian dianalisis
Selain pertumbuhan ekonomi inflasi juga merupakan salah satu faktor yang
mempunyai pengaruh dalam mendorong perkonomian, apabila inflasi itu ringan maka akan
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung
dan mengadakan investasi, sebaliknya apabila inflasi tidak terkendali maka perekonomian
akan menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak semangat
bekerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi kerena harga barang meningkat
dengan cepat.
inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara.
Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan
Indonesia ketika laju inflasi demikian tingginya hingga mencapai 650 persen pada
negatifnya telah menyebabkan pemerintah memberikan perhatian yang khusus terhadap laju
inflasi. Dengan kebijaksanaan makro ekonomi yang diarahkan pada penekanan laju inflasi
maka memasuki tahun 1980-an laju inflasi telah mulai dapat ditekan. Bahkan pada tahun-
tahun berikutnya laju inflasi di Indonesia tidak pernah lagi mengalami inflasi yang double-
digit.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negri atau karyawan swasta serta
kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka semakin merosot dan terpuruk dari waktu kewaktu. Inflasi dapat mempengaruhi
daya beli masyarakat sehingga meningkatkan angka kemiskinan. Hal ini didasarkan pada
penelitian empiris yang dilakukan Deni Tisna (2008) bahwa inflasi berpengaruh terhadap
peningkatan kemiskinan
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara.
Sulawesi Tenggara mencatat pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan sebesar
Rp8.643.330 Juta setara 7,68 persen ditahun 2014 atau meningkat dari sebelumnya, sebesar
Rp8.026.856 Juta setara 7,31 persen ditahun 2013. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku secara
Pertumbuhan PDRB Sulawesi Tenggara Tahun 2009‐2014 atas Dasar Harga Berlaku & atas
Dasar Harga Konstan. Bagi provinsi Sulawesi Tenggara, terdapat tiga sektor yang dapat
menyumbangkan PDRB dalam jumlah besar yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan
tersebut menyumbang hamper lebih dari separuh struktur PDRB di Sulawesi Tenggara.
Kontribusi sektor ekonomi yang besar ini tentu diharapkan mampu menjadi penggerak roda
ekonomi lokal provinsi Sulawesi Tenggara sehingga kegiatan ekonomi yang dilakukan
menjadi lebih nyata dan signifikan. Sektor ini kemudian ditopang sektor pendukung yang
Jika perekonomian makin besar maka perlu banyak sektor pendukung dalam
perekonomian tersebut. Idealnya sektor pendukung ini dapat dipenuhi oleh masyarakat lokal.
Di Kota Kendari pertumbuhan Pertumbuhan Ekonomi itu sendiri sebesar 7,86 pada tahun
2013 dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 8,98. (BPS Prov. Sultra, 2015)
dan inflasi pada tahun 2013 mengalami inflasi sebesar 5,09 persen dan pada tahun 2014
pengaruh tersebut relatif tidak besar. Populasi penduduk juga berpengaruh secara positif dan
pengaruhnya paling besar. Hal tersebut dikarenakan pendidikan memang merupakan pionir
dalam pembangunan.
3. Jika pemerintah melihat ekonomi di masyarakat sedang melgalami kelesuan sehingga ini
dalam jangka panjang akan berdampak buruk terhadap variabel makro ekonomi dengan
menggunakan kebijakan fiscal atau moneter atau kombinasi kedua kebijakan tersebut
dapat mengatasi kelesuan ekonomi tersebut, instrument kebijakan mana yang tepat untuk
mengatasi kondisi tersebut jelaskan variabel ekonomi yang bisa diperbaiki jika saudara
Perhatikan contoh gambar 10.1. pada gambar tersebut garis II merupakan kurva permintaan
investasi agregatif dengan persamaan fungsi I = 80–4r, dimana I menunjukkan nilai investasi per
tahun dinyatakan dalam milyar rupiah misalnya, dan r merupakan tingkat bunga dinyatakan
dalam persentase. Dengan menggunakan contoh tersebut, maka pada tingkat bunga setinggi 15%
besarnya investasi dalam perekonomian adalah sejumlah Rp 20 milyar. Apabila tingkat bunga
Kalau misalnya sebuah perekonomian mempunyai fungsi konsumsi dengan persamaan fungsi:
Untuk leebih jelasnya, perhatikan saja contoh berikut. Sebuah perekonomian mempunyai fungsi
C = 0,6Y + 40
I = -4r + 80
Berdasarkan persamaan fungsi konsumsi dan fungsi investasi tersebut, fungsi IS perekonomian
1. Menggunakan rumus I
Y =C+I
Y = 0,6Y + 40 – 4r + 80
0,4 Y = 120 – 4r
Y = 300 – 10r
2. Menggunakan rumus II
Secara grafis fungsi IS yang menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan
investasi dan fungsi tabungan dengan bantuan kurva pada kuadran 2, yang menunjukkan
hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan nasional keseimbangan. Pada saat tingkat
bunga sebesar 10%, pendapatan nasional keseimbangan sebesar Rp. 200 milyar.
Pada kurva keseimbangan IS, hubungan antara tingkat bungan dengan pendapatan nasional
keseimbangan mempunyai slope negatif (hubungan terbalik), artinya pada waktu tingkat bunga
meningkat, maka pendapatan nasional keseimbangan akan menurun, dan sebaliknya, pada waktu
Selanjutnya dengan cara penurunan kurva IS dengan 4 kuadran digambarkan berikut ini.
Untuk menerangkan hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dan permintaan uang
untuk berjaga-jaga dengan permintaan uang L1, dengan data sebagai berikut:
LT = 0,25Y
LJ = 0,15Y
dimana:
Berdasarkan data tersebut, dengan mengingat bahwa kurva atau fungsi L1 merupakan hasil
penjumlahan kurva permintaan akan uang untuk transaksi dengan kurva permintaan uang untuk
Jadi singkatnya:
L1 = 0,4Y
Permintaan uang untuk spekulasi (L2) dipengaruhi oleh r (tingkat bunga) mempunyai slope
negatif. Semakin tinggi tingkat bunga maka semakin rendah permintaan akan uang.
Syarat keseimbangannya pasar uang sudah kita ketahui, yaitu bahwa jumlah permintaan uang
L=M
atau:
L1(Y) + L2(r) = M
atau:
L(Y,r) = M
Gambar 10.5. Hubungan permintaan akan uang untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga dengan
permintaan uang L1
sebagai berikut.
Persamaan fungsi yang baru saja kita temukan di atas merupakan persamaan fungsi kurva LM.
Persamaan tersebut berlaku kalau semua fungsi permintaan akan uang berbentuk garis lurus.
Berdasarkan data di atas, dengan menggunakan persamaan yang telah ada, maka kita dapat
Kurva L1 :
L1 = LT – LJ = 0,25Y + 0,15Y
L1 = 0,4Y
L1Y + L2Y = M
0,4Y = 40 + 4r
Y = 100 + 10r
Secara grafis fungsi LM yang menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan
Pada kuadran 2 (gambar 10.8) menunjukkan penurunan kurva LM dari fungsi uang untuk
transaksi dan untuk berjaga-jaga serta untuk spekulasi, yang menunjukkan hubungan antara
tingkat bunga dengan pendapatan nasional keseimbangan. Pada saat tingkat bunga sebesar 5%,
tingkat pendapatan nasional keseimbangan sebesar Rp 150 milyar, dan pada tingkat bunga 10%
pendapatan nasional keseimbangan sebesar Rp 200 milyar yang terlihat pada kurva
mempunyai slope positif (mempunyai hubungan searah), yaitu pada saat tingkat bunga
meningkat, maka pendapatan nasional keseimbangan juga akan meningkat. Sebaliknya pada saat