Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU : REVIEW JURNAL

WAWASAN KEMARITIMAN

OLEH:
MUHAMMAD ALI
B2B1 15 032

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAGEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2015

Judul Jurnal :
Coastal Management and Economic Development in Developed Nations : The Forth Estuary
Forum
Penulis :
Derek J. McGlashan, University Dundee, UK
PENDAHULUAN
Pengelolaan pesisir dilatarbelakangi oleh manajemen yang efektif terhadap pesisir dalam
rangka meningkatkan kualitas sumber daya pesisir, dan pengendalian penggunaan sumber daya
sebagai bentuk pembatasan risiko kerusakan. Namun, pesisir tidak hanya berupa garis di peta, yang
merupakan kawasan dinamis yang memanjang ke arah laut dan darat yang di mana laut bertemu
tanah. Kawasan ini adalah area di mana pesisir harus dikelola, tapi pertanyaannya sejauh mana
zona ini untuk dikelola. Dalam zona ini ada banyak kegiatan pesisir, penggunaan, dan pertikaian
yang perlu dimanajemenisasi, seperti kecenderungannya di pesisir yang sering menjadi titik
tekanan di antara kegiatan yang bersaing. Isu-isu ini telah dikutip oleh banyak penulis (bendi,
1988; Carter, 1988; Viles & Spencer, 1995; Perancis, 1997) sehingga tidak perlu diulas kembali
dalam setiap pembahasan. Namun, perlu dicatat bahwa semua penulis yang dikutip di atas merujuk
kepada komponen pembangunan ekonomi sebagai isu di pantai, yang biasanya saling bertentangan
dengan penggunaan lainnya, baik proses alam, konservasi, atau bentuk pembangunan ekonominya
(rekreasi, pariwisata, industri, perdagangan, dan lain sebagainya).
Namun demikian dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya
kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi berbagai bentuk pembangunan ekonomi seperti di
atas, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut itu semakin
meningkat. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat mengancam keberadaan dan
kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya.
Satu hal yang lebih memprihatinkan adalah, bahwa kecenderungan kerusakan lingkungan pesisir
dan lautan lebih disebabkan paradigma dan praktek pembangunan yang selama ini diterapkan
belum sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Cenderung bersifat ekstratif serta dominasi kepentingan ekonomi pusat lebih diutamakan daripada
ekonomi masyarakat setempat (pesisir). Seharusnya lebih bersifat partisipatif, transparan,
dapat dipertanggungjawabkan (accountable), efektif dan efisien, pemerataan serta mendukung
supremasi hukum.
PEMBAHASAN
Jurnal yang ditulis oleh Derek J. McGlashan yang berjudul Coastal Management and
Economic Development in Developed Nations : The Forth Estuary Forum secara umum lebih
membahas pada masalah pembangunan ekonomi sebagai komponen pemicu pengelolaan pesisir di
negara maju, dengan fokus pada muara Forum Forth sebagai studi kasus. Evolusi pengelolaan
pesisir dalam pengelolaan pesisir terpadu secara singkat dipertimbangkan seperti konteks sistem
pengelolaan pesisir Skotlandia dan diskusi singkat tentang variasi antara sistem hukum yang
berbeda di Inggris. Rintangan saat ini untuk pembangunan ekonomi dalam pandangan
pengembang dan lembaga ekonomi adalah pertimbangan dalam proses pengelolaan pesisir itu
sendiri, di yang disoroti adalah mengenai penggambaran proses integrasi dan rezim sukarela saat
ini di Inggris, terutama di Forum Muara Forth. FEF sendiri meliputi, kawasan pesisir yang luas
yang sangat mengkota dan industri, tetapi selain itu ada pula kawasan pesisi yang memiliki nilai
konservasi tinggi (dengan banyak daerah untuk kepentingan ilmiah khusus dan kandidat lokasi
untuk ditunjuk sebagai daerah perlindungan khusus). FEF adalah organisasi amal yang terdaftar,
dan sebuah perusahaan terbatas dengan jaminan. Struktur administrasi dan operasi FEF terdiri dari
dewan yang baru terbentuk direksi yang tidak dibayar dan mengawasi isu-isu bisnis (khususnya

keuangan, pekerjaan, jasa anggota, dan arah perusahaan), dewan bertanggung jawab kepada
anggota, melalui manajemen kelompok (yang mungkin memecat direksi jika diperlukan).
Artikel ini menyimpulkan bahwa isu-isu pembangunan ekonomi harus diperhatikan serius jika
pengelolaan pesisir adalah menjadi terintegrasi dan inklusif. Lebih jelasnya mengenai pembahasan
jurnal tersebut dapat dilihat di bawah ini.
Negara berkembang (dan kurang berkembang) harus mulai memikirkan bagaimana mereka
benar-benar dapat mengintegrasikan pengelolaan pesisir dan pembangunan ekonomi. Hal ini
ditekankan oleh Hale (1993, hal 13.): Perlunya pembangunan ekonomi yang jelas, dan hubungan
antara yang produktif, ekosistem yang sehat serta baik ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan juga jelas" Semua negara pesisir harus mempertimbangkan untuk menjalankan
audit regional, dan sebaiknya pada tingkat daerah tangkapan, sebuah panduan yang sesuai mungkin
(1998) melaporkan FCR. Jika negara tidak mulai sekarang, maka bisa puluhan tahun sebelum
ICZM menjadi benar-benar terintegrasi. Ada forum pesisir dan kelompok pengelolaan pesisir
lainnya harus mempertimbangkan mendirikan kelompok yang membahas pembangunan ekonomi,
dan kemauan politik harus ditemukan.
Tidak ada keraguan bahwa industri dan perdagangan memiliki pengaruh besar terhadap
pesisir, sehingga mereka harus diikut sertakan dan menjadi bagian dalam pengelolaan pesisir
tersebut, apabila tidak kerugian terhadap sumber daya pesisir di seluruh dunia dan ekonomi lokal
serta nasional bisa sangat besar. Sehingga sangat berbahaya untuk mengecualikan mereka.
Terlepas dari apakah rezim pengelolaan pesisir di negara masing-masing secara sukarela atau
hukum, hal ini dapat dicapai. Pendekatan sukarela yang FEF lakukan telah mulai menggelinding
bola dengan satu inisiatif di Skotlandia. Hal tersebut dilakukan secara terbuka , dan mungkin
lainnya akan mengikuti jika mereka ingin ( salinan laporan FCR dan strategi manajemen FEF
tersedia untuk umum ). Hale ( 1993) berpepatah sumber daya pesisir secara jelas mulai menyusut ,
dan kompetisi dalam menggunakan sumber daya tersebut turut meningkat seiring pertumbuhan
penduduk dunia. Sehingga, kita akan harus mengelola sumber daya pesisir dengan cara yang lebih
berkelanjutan dan semakin efisien, khususnya termasuk masalah pembangunan ekonomi sebagai
elemen sentral dari proses ICZM.
Jurnal di atas yang berjudul Coastal Management and Economic Development in
Developed Nations : The Forth Estuary Forum ditulis oleh Derek J. McGlashan seorang
ilmuawan Research Fellow dari Jurusan Geografi School of Environment University
Dundee, UK. Peneliti telah banyak mempublikasikan penelitian khususnya terkait pesisir baik
dalam Jurnal Geografi maupun jurnal bidang lainnya baik tingkat nasional (UK) maupun jurnal
internasional. Tidak ada informasi lebih selain tersebut di atas mengenai peneliti khususnya di
media internet. Namun intensitas peneliti mempublikasikan penelitian dalam jurnal nasional dan
internasional merepresentasikan peneliti sebagai peneliti aktif dan memiliki ketertarikan bahasan
khususnya terkait kepesisiran. Secara umum pembahasan dalam jurnal telah menjelaskan cukup
lengkap mengenai pembangunan ekonomi dan manajemen pesisir di lokasi studi forum Muara
Forth. Namun pembahasan terkesan sebagai jurnal deskriptif atau jurnal yang sifatnya hanya
menggambarkan dan mengeksplorasi dari berbagai literatur. Tidak ada dasar analitis independen
dari pihak penulis untuk menggambarkan permasalahan dalam pembahasan jurnalnya tersebut.
Sehingga memberikan kesan, bahwa jurnal tersebut sebagian besar hanya mentabulasikan dalam
bentuk jurnal dengan cara mengutip pembahasan yang telah dilalukan oleh peneliti lain
sebelumnya. Namun bukan berarti keadaan tersebut mutlak salah, karena banyak manfaat yang
tetap dapat diperoleh dengan membaca jurnal ini. Lebih dalam mengenai kritisi jurnal ini
dipaparkan dalam poin-poin di bawah ini.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan critical review di atas, maka dapat diperoleh beberapa poin
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penulis dalam jurnal ini membahas korelasi antara pembangunan ekonomi dalam konteks di
wilayah pesisir dengan pengelolaan pesisir terpadu dengan menggambarkannya dalam studi
kasus jurnalnya yaitu di Muara Forth, UK. Dan dari hasil pembahasan jurnal tersebut diketahui
pembangunan ekonomi ternyata sebagai pemicu adanya suatu pengelolaan pesisir, dikarenakan
pembangunan ekonomi yang tidak terkendali berdampak pada aspek ekologis yang dimensi
utama keberlanjutan.
2. Penulis telah mendeskripsikan pembangunan ekonomi dan pengelolaan pesisir secara
menyeluruh, namun terdapat beberapa informasi yang tidak tersampaikan dalam pembahasan
jurnalnya. Seperti lebih menfokuskan kepada aspek kebijakan dan kelembagaan, keintegrasian
dengan aspek lainnya tidak terbahas dalam jurnal ini.
3. Forum Muara Forth merupakan forum
yang bersifat sukarela untuk bersama-sama
merumuskan kebijakan pengelolaan pesisir terpadu di daerah muara urban Forth, UK. Adanya
forum pesisir tersebut secara efektif telah dapat melakukan gerakan dan intervensi untuk
pengelolaan pesisir secara terpadu dengan tujuan keberlanjutan. Sehingga dapat menjadi
contoh untuk diterapkan di negara lain
4. Topik dan pembahasan jurnal ini sangat bermanfaat sebagai khasanah pengetahuan khususnya
tentang perencanaan kawasan pesisir yang terpadu khususnya terkait pemecahan permasalahan
pembangunan ekonomi di kawasan pesisir.
5. Saran lebih lanjut mengenai topik pembahasan jurnal ini sebaiknya memberikan pijakan
analisis independen untuk menggambarkan alternatif solusi isu permasalahan topik jurnal
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto L. 2005. Kebijakan Pengelolaan Perikanan dan Wilayah Pesisir (Kumpulan
Working Paper Tahun
2005). Bogor: PK-SPL IPB.
Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.
Jakarta : PT Pradnya
Paramita.
Cicin-Sain, Billiana and Robert W.Knecht. 1998. Integrated Coastal and Ocean
Management- Concept and
Practices. California : Island Press
Dahuri R, Jacub R, Sapta PG. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Dunn, William. 1995. Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
McGlashan. 2002. Coastal Management anf Economic Development in Developed
Nations: The Forth Estuary
Forum. UK :Taylor & Francis
Pieris, John. 2001. Pengembangan Sumberdaya Kelautan. Jakarta: PT Pustaka Sinar
Harapan
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Judul jurnal :
Towards integrated coastal zone management, with a special emphasis on the Mediterranean Sea
(Menuju Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Dengan Penekanan Khusus Di Laut Mediterania).
Penulis :
Micallef , A.S
PENDAHULUAN
Dalam jurnal ini menyatakan bahwa seluruh lingkungan pesisir Eropa terancam oleh
beberpa aktifitas manusia misalnya seperti urbanisasi, perkembangan industry, perikanan,
budidaya, rekreasi dan pariwisata.
Micallef dalam tulisannya mengusulkan beberapa rencana untuk sistem pengelolaan pesisir
Mediterania-Mesir ini yaitu usulan tujuan jangka pendek yaitu menentukan pedoman daerah
perencanaan dan penyusunan rencana struktur umum untuk wilayah pesisir kemudian usulan yang
kedua adalah tujuan jangka panjang yang merupakan persiapan dan pelaksanaan rencana ICZM
(Integrated Coastal Zone Management) untuk kawasan pesisir Mediterani Mesir. Micallef
menjelaskan partisipasi masyarakat sangat penting dalam perencanaan pesisir dan keterlibatan
masyarakat ini harus di sesuaikan dengan keahlian dan sumber daya masyarakat itu sendiri. Dalam
mengelola kawasan pesisir perlu memperhatikan diantaranya adalah kebutuhan untuk
meningkatkan pedoman kinerja dari pengembang, standarisasi keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan, pelatihan untuk fasilitator forum dan meningkatkan kesadaran dari kelompok peduli
lingkungan mengenai integritas partisipasi publik dengan sistem pembangunan..
Proses yang dinamis yang berjalan secara terus menerus, dalam membuat keputusankeputusan tentang pemanfaatan, pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumberdaya pesisir
dan lautan. Bagian penting dalam pengelolaan terpadu adalah perancangan proses kelembagaan
untuk mencapai harmonisasi dalam cara yang dapat diterima secara politis, penjelasan ini
merupakan salah satu, begitu ungkapnya.
PEMBAHASAN
Konsep yang ditawarkan yaitu pengelolaan kawasan pesisir terpadu merupakan temuan
yang bagus, sehingga kawasan pesisir tidak hanya difokuskan pada satu bidang saja akan tetapi
integrasi antara potensi alam dengan sumber daya manusia sekitar kawasan pesisir itu sendiri
berjalan dengan sesama. Konsep ini juga sebagai cahaya terang bagi kawasan pesisir yang masih
belum memiliki sistem pengelolaan yang baik,karena dalam jurnal ini menyebutkan salah satu
unsur keterpaduan sebuah kawasan adalah berkaitan dengan keterlibatan masyarakat, memelihara
lingkungan dan pembangunan ekonomi. Micallef juga menyebutkan salah satu metode atau
permodelan untuk mempermudah dalam hal merencanakan kawasan pesisir terpadu yaitu dengan
menggunakan GIS, agar pola ruang yang diperlihatkan lebih jelas dengan tampilan grafis yang
terdapat dalam aplikasi GIS.
Akan tetapi dalam jurnal ini tidak menjelaskan secara rinci sebenarnya apa perbedaan
pengelolaan terpadu dengan pengelolaan biasa, padahal jelas adanya perbedaan namun Micallef
tidak menyebutkan hal tersebut, Micallef juga tidak menyebutkan kriteria pesisir yang layak untuk
diaplikasikan konsep pengelolaan terpadu bahkan pada studi kasus jurnalnya yaitu Mediterania
tidak menyebutkan apakah kawasan ini cocok diaplikasikan atau tidak, secara umum jurnal ini
tidak menjelaskan kriteria kawasan yang layak untuk diaplikasikan, aspek-aspek apa saja yang
termasuk ke dalam keterpaduan perencanaan kawasan pesisir karena menurut penulis ada 4 aspek
yang patut diperhatikan yaitu keterpaduan wilayah/ekologis, keterpaduan sektor, keterpaduan
disiplin ilmu dan keterpaduan stakehorder, kemudia tahap-tahap keterpaduan dan banyak hal
lainnya yang belum di jelaskan dalam jurnal ini.

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management) ICZM
merupakan sebuah wawasan baru dengan cakupan yang luas, sehingga dapat dikatakan sebagai
sebuah cabang ilmu baru bagi masyarakat dunia. Pengelolaan pemanfaatan sumberdaya dan jasa
lingkungan (environmental services) yang terdapat di kawasan pesisir, dengan cara melakukan
penilaian menyeluruh (comphrehensive assessment) tentang kawasan pesisir serta sumberdaya
alam dan jasa lingkungan yang terdapat didalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan,
dan kemudian merencanakan dan mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai
pembangunan yang maksimal dan berkelanjutan. Proses pengelolaannya harus dilakukan secara
kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan budaya dimana
aspirasi masyarakat pengguna kawasan pesisir harus turut didalamnya serta konflik kepentingan
dan konflik pemanfaatan kawasan pesisir dan lautan yang tersedia.
Berdasarkan Djojpbroto (1998), bahwa daerah pesisir Indonesia berbeda-beda menurut
kondisi geografis dan kependudukan. Oleh karena itu, tujuan dan keadaan lokal juga berbeda
sehingga setiap rencana dan setiap negara akan memerlukan perlakuan yang berbeda. Namun
demikian suatu urutan yang terdiri dari 10 tahap dapat direkomendasikan sebagai suatu pedoman
perencanaan. Tiap tahap mewakili suatu kegiatan spesifik atau suatu rangkaian kegiatan yang
hasilnya memberikan informasi untuk tahap-tahap seperti tentukan sasaran dan kerangka acuan,
aturlah pekerjaan, analisis kesulitan yang ada, identifikasi kesempatan untuk perubahan, evaluasi
kemampuan sumberdaya, penilaian alternatif, ambil pilihan yang paling baik, siapkan rencana,
implementasi, penentuan revisi rencana.
Kesepuluh tahapan ini meringkaskan proses perencanaan yang menggambarkan langkahlangkah yang terlibat dalam perencanaan zona pesisir secara terpadu.
Ada beberapa masalah atau kendala dalam penerapan konsep ini di Indonesia. Pemanfatan
dan pengelolaan daerah pesisir yang dilakukan oleh masyarakat maupun daerah sebagian belum
memenuhi ketentuan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kondisi dan kelestarian pesisir dan lingkungannya. Penyebab degradasi
kondisi daerah pesisir secara tidak langsung juga disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam di
hulu yang berpengaruh terhadap muara di pesisir.
Perlu analisa yang matang untuk dapat mengendalikan keterpaduan kawasan pesisir, karena
berbagai macam polemik yang terdapat di indonesia dapat menghambat berlangsung pembangunan
kawasan pesisir, dalam hal ini perencanaan yang matang dan konseptual di sesuaikan dengan
karakteristik kawasan.
KESIMPULAN
Pengelolaan kawasan pesisir terpadu merupakan sistem pengelolaan pesisir secara
berkelanjutan dengan mengetahui ekologis, sosial ekonomi, potensi kawasan dan keterlibatan
masyarakat sekitar. Keunikan wilayah pesisir dan laut serta beragamnya sumberdaya yang ada,
mengisyaratkan pentingnya pengelolaan wilayah tersebut secara terpadu bukan secara sektoral.
DAFTAR PUSTAKA
Wiyana, Adi. 2004. Faktor Berpengaruh Terhadap Keberlanjutan Pengelolaan Pesisir
Terpadu (P2T). http://rudyct.com/PPS702-ipb/07134/afi_wiyana.htm.
Timothy Beatly, David J. Bower, dan Anna K. Schwab. 2002. An Introduction to Coastal
Zone Management. Island Press. Washington, DC.
Ekosistem Pesisir Dan Pengelolaan Indonesia, Yayasan Terangi . www.terangi.or.id di
akses tgl 6 November 2013

Anda mungkin juga menyukai