Di Susun Oleh :
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh dan berkembangnya industri-industri di Indonesia membantu
peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, tetapi
disisi lain menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan, yaitu
adanya limbah yang dihasilkan sebagai hasil samping dari suatu proses
pengolahan dalam industri. Limbah yang dihasilkan tersebut kadang kurang
diperhatikan oleh pengelola industri dengan kata lain dibuang begitu saja
tanpa melalui pengolahan limbah terlebih dahulu, sehingga membawa
beberapa efek buruk bagi lingkungan. Pada industri rumah tangga biasanya
limbah cair langsung dibuang ke lingkungan. Penimbunan secara alami yang
terus menerus berlangsung dari senyawa dalam limbah tersebut (misal: logam
berat, zat warna sintetis atau senyawa organik) akan mempunyai dampak
lingkungan yang serius. Apabila timbunan zat-zat tersebut terbawa ke dalam
jaringan manusia akan bersifat dapat merangsang terjadinya kanker
(karsinogenik). Selain itu menimbulkan bau, rasa yang tidak sedap dan
mengganggu ekosistem dalam air (Widayatno dan Sriyani, 2008)
Limbah hasil industri menjadi salah satu persoalan serius di era
industrialisasi. Oleh karena itu, regulasi tentang industrialisasi ramah
lingkungan menjadi isu penting. Alasan yang mendasari sebab limbah tidak
hanya dari proses produksi tapi juga kelangsungan hidup. Oleh karena itu,
pengolahan limbah harus dilakukan sedari dini ketika proses produksi terjadi.
Artinya, pengolahan limbah harus dilakukan dari hulu sampai hilir karena jika
ini tidak dilakukan maka ancaman terhadap pencemaran akan berakibat fatal
(Nasir dan Saputro, 2015).
Urgensi penanganan dan pengelolaan limbah hasil industri bahwa hasil
produksi menimbulkan limbah yang rentan terhadap lingkungan, baik berupa
limbah cair, padat atau bentuk limbah lainnya. Oleh karena itu, edukasi kepada
pelaku usaha industri kecil terkait problem penanganan dan pengelolaan
limbah hasil usaha sangat penting (Nasir dan Saputro, 2015).
1.2 Permasalahan
Semakin berkembangnya industri domestik mengakibatkan bertambahnya
limbah-limbah industri yang pengolahannya masih belum maksimal sehingga
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui regulasi terkait limbah industri domestik
2. Mengetahui pengolahan limbah industri domestik
3. Mengetahui dampak limbah industri domestik terhadap lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
Agen Penyakit
Virus: Diare pada anak
Rotavirus Hepatitis A
Virus Hepatitis A Polio (myelitis anterior acuta)
Virus Poliomyelitis
Bakteri: Cholera
Vibrio cholerae Diare/Dysenterie
Escherichia coli Typhus abdominalis
Enteropatogenik Paratyphus Dysenterie
Salmonella typhi Dysentrie amoeba
Salmonella paratyphi Balantidiasis
Shigella dysenteriae
Protozoa:
Entamuba histolytica
Balantidia coli
Giarda lamblia Giardiasis
Metazoa: Ascariasis
Ascaris lumbricoides Clonorchiasis
Clonorchis sinensis Diphylobothriasis
Diskripsi Proses
Proses Pengolahan Limbah Gas di lndustri pestisida, yang
kebanyakan berupa gas dan merupakan zat organik yang mudah
menguap ( VOC ) berupa CH3 OCN dan CN 10 mg /lt, pada
pengolahannya dipakai system kombinasi dan modifikasi beberapa
metode yaitu : Absorbsi, katalitik, oxidasi dan thermal oxidasi, sehingga
dapat dihasilkan limbah dengan kualifikasi sesuai dengan ambang batas
yang telah ditetapkan cleh pemerintah. Limbah gas hasil proses blow
out dan blow down dimasukan dalarn scruber pada dasar kolom,
scrubt:r dengan bahan isian pall ring. Dari atas kolom dispray larutan
encer NaOH sebagai absorben gas organic larut dan bereaksi dengan
absorben seperti pada reaksi (1), gas yang larut akan tertampung pada
bottom kolom sedangkan gas yang tidak larut akan keluar dari scruber
sebagai polutan yang sudah bersih. Larutan coustic dan gas yang
terlarut kemudian dialirkan dalam pre heater sebelum masuk pre heater
diijeksikan gas Cl2 mellaui regulator yang telah diiatur konsentrasinya
sesuai dengan kebututhuur. Gas Cl2 akan bereaksi sesuai dengan reaksi
(2) didalam preheater akan dipanaskan sampai ternperanre 80 oC, gas N2
dan CO2 akan teruapkan masuk dalam ruang katalitik, sedangkan NaCl
akan terendapakan dibawah tangki, Gas dan uap air akan mu;uk
kedalarn ruang katalis untuk menyempurnakan reirksi, sehingga
konversi reaksi dapat mencapai 99%, Uap air dan gas N 2 dan CO2
selajutnya dipanaskan dalam heater hingga temperaturnya l00 oC
selanjutnya dimasukan dalam flash distilasi. Dari flash distilasi gas N 2
dan CO2 akan naik ke top kolom dan keluar sebgai gas dengan
kandungan CN dan MIC dibawah 0,001 mgr/lt, sedangkan hasil dasar
dari flash distilasi adalah air dengan kandungan CN dibawah 0,01 mgr /
1t, dan selanjutnya diolah sebagi limbah cair (Supriyo, 2007).
2.5.3 Proses Pengolahan Limbah Padat Industri
A. Pemanfaatan Limbah Padat Hasil Perikanan
Limbah industri perikanan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan umat manusia. Limbah padat merupakan penyumbang
terbesar terhadap keseluruhan limbah industri perikanan. Berikut
beberapa alternatif pemanfaatan limbah padat hasil perikanan
menjadi produk yang bernilai tambah.
a. Tepung Ikan
Tepung ikan adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan
dengan jalan mengeluarkan sebagian besar cairan dan sebagian
atau seluruh lemak yang terkandung di dalam tubuh ikan.Proses
Pembuatan Tepung Ikan menurut El Nino Ramadhan (2012) dapat
dilihat pada Gambar 2.5.3.
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara bahan baku yang
bagus, setengah bagus dan yang tidak bagus serta kotoran-kotoran
atau sampah yang terdapat pada limbah ikan. Tahap perebusan
dilakukan untuk menghilangkan lemak-lemak yang mengganggu
proses selanjutnya dan bakteri-bakteri yang tidak berguna.
Perebusan dilakukan dengan cara yaitu bahan baku dimasukan ke
dalam alat perebus selama dua menit untuk menghilangkan lemak,
kemudian bahan baku tersebut diangkat untuk diproses lebih lanjut.
Tahap pencacahan bertujuan mencacah bahan baku yang telah
mengalami proses perebusan untuk dicacah menjadi potongan-
potongan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Setelah
pencacahan, selanjutnya dilakukan pengeringan guna
mengeringkan bahan baku yang telah mengalami proses
pencacahan. Tahap penggilingan dilakukan guna menggiling bahan
baku yang telah dikeringkan. Tahap penggilingan ini menghasilkan
tepungikan. Selanjutnya dilakukan pengepakan tepung ikan dan
penyimpanan di dalam silo (Harianti, 2012).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komponen limbah hasil produksi merupakan bagian akhir dari semua
proses produksi. Pengelolaan limbah yang kurang maksimal akan
menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah yang dihasilkan oleh suatu
kegiatan di industri dapat menimbulkan gas yang berbau busuk misalnya H2S
dan amonia akibat dari proses penguraian material-material organik yang
terkandung di dalamnya. Selain itu, limbah dapat juga mengandung
organisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit dan nutrien terutama
unsur P dan N yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Untuk mengatasi
pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran terhadap perairan banyak hal
yang harus dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dijadikan langkah
prioritas adalah langkah regulasi di bidang pencemaran lingkungan,
khususnya pencemaran air dan perlu pengelolaan limbah dengan baik.
3.2 Saran
Perlunya pengetahuan dan melaksanakan atau mematuhi peraturan dalam
pengelolaan limbah, kebijakan dan langkah regulasi yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah ataupun undang-undang yang sudah ada untuk
meminimalkan pencemaran lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA