Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ISBD

MANUSIA, MORALITAS, DAN HUKUM


Hasil materi diskusi kuliah ISBD (SBD 19)
Kamis pukul 07.00 R.03

Oleh :
Kelompok 6
1. Alfan Maulana (130810201213)
2. Ali Saba Al Ahmad (130810201173)
3. Diski Fajar Sasongko (130810201216)
4. Marga Area R. (130810201200)
5. Masruri Sholehan (130810201144)
6. Muhammad Habibi (130810201216)
7. Nur Aulia Safitri (130810201195)
8. Cahyo Bawono (130810201159)

UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BIDANG


STUDI MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS JEMBER
Semester Genap 2013/2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa. Karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-NYA dan kesempatan yang ia
berikan, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Manusia Moralitas
dan Hukum “. Makalah ini dibuat sebagai bagian dari tugas mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar.

Dalam penuyusunannya, kami memperoleh bantuan dari berbagai pihak.


Karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih. Makalah ini dibuat dengan
tujuan memperdalam pelajaran tentang mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
dengan bab: manusia, moralitas, dan hukum. Dengan keterkaitan antara satu
dengan yang lainnya.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan


kekurangan baik isi maupun pada pengantarnya. Hal ini karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun bagi
pembaca.
Wasaalamualaikum wr.wb

Jember, 27 Februari 2014


Tim Penulis

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR…………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI…………………………………… …………………………....... 2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………… 3
1.2 Rumusan Masalah…………………………...……………………………… 3
1.3 Tujuan………………………………………………………………………. 3
BAB II. PEMBAHASAN
1. Manusia,Nilai,Moralitas,dan Hukum……………………………………….. 4
1.1 Manusia…………………………………………………………………. 4
1.1.1 Pengertian Manusia………………………………………………4
1.1.2 Teori Eksistensialisme…………………………………………... 4
1.2 Nilai……………………………………………………………………....5
1.2.1 Pengertian Nilai………………………………………………......5
1.2.2 Ciri-ciri dan Macam-macam Nilai………………………………..6

1.3 Moralitas…………………………………………………………………. 7
1.3.1 KonsepMoral……………………………………………………... 7
1.3.2 Etika Moral……………………………………………………….. 7

1.4 Hukum……………………………………………………………………..8
1.4.1 Pengertian Hukum………………………………………………... 8
1.4.2 Tujuan Hukum…………………………………………………... 9
2. Proses Terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum dalam Kehidupan Manusia… 10
3. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara…….....11
4. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Wujud
Masyarakat yang Bermoral dan Mentaati Hukum............................................13
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………... 14
3.2. Penutup......………………………………………………………………... 14
3.3 Daftar Pustaka.……………………………………………………………... 14

2|Page
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk moral.untuk menjadi makhluk social yang baik serta
bermoral tidak secara otomatis. Perlu suatu usaha yang di sebut pendidikan.
Pendidikan tidak hanya secara formal namun juga non formal. Mulai dari lahir
hingga dewasa manusia sudah menerima pendidikan. Pendidikan dari orang tuanya
sendiri. Menurut Ki Hajar Dewantoro, pendidikan ialah upaya untuk mengajukan
perkembangan budi pengerti (kekuatan batin), pikiran intelek, dan jasmani (slamet
sutrisno,1983, 26). Perkembangan seseorang tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan social budaya tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang.
Kebutuhan hidup manusia selain ada kesamaan juga terdapat banyak
perbedaan bahkan ketentangan antara satu dengan yang lain dalam bermasyarakat,
maka diperlukan adanya suatu aturan norma atau kaidah yang harus di patuhi setiap
warga masyarakat. Oleh sebab itu di Indonesia , kehidupan manusia dalam
bermasyarakat di atur oleh norma-norma agama, kesusilaan dan kaidah-kaidah
lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pemahaman dari manusia, nilai,moralitas dan hukum ?
2. Bagaimana hubungan keterikatan antara manusia dengan lingkungannya
dalam Teori Eksistensisme ?
3. Bagaimana proses terbentuknya nilai,moralitas,dan hukum dalam
kehidupan manusia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui lebih dalam pengertian tentang manusia
2. Mengetahui lebih dalam pengertian dan pemahaman tentang nilai dalam
kehidupan manusia beserta macam-macam nilai dan ciri-cirinya
3. Mengetahui lebih dalam konsep moral serta etika moral dalam diri
manusia

3|Page
PEMBAHASAN

1. Pengertian Manusia, Moralitas dan Hukum


1.1 Manusia
1.1.1 Pengertian Manusia
Apabila berbicara tentang asal muasal manusia, orang segera teringat dengan
Charles Darwin pencetus teori evolusi kejadian manusia dalam bukunya On The
Origin Of Species. Menurut Charles Darwin, manusia berasal dari kera hasil
perkembangan evolusioner selama jutaan tahun. Namun, setelah diuji secara ilmu
pengetahuan dan teknologi, manusia sangat berbeda dengan monyet, baik dari segi
fisiologis, anatomis, maupun biologis. Dengan kata lain, manusia adalah manusia,
monyet adalah monyet, manusia lain sama sekali dengan monyet . Teori Charles
Darwin tidak dapat diterima.
Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep
atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau
seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan
suatu oganisme hidup (living organism).

1.1.2 Teori Eksistensialisme


Teori eksistensialisme memandang manusia itu secara konkret seperti yang
kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Eksistensi manusia dalam konteks
kehidupan konkret adalah manusia makhluk alamiah yang terikat dengan
lingkungannya (ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah, dan tunduk pada hukum
alamiah pula.
Keterikatan dengan lingkungan itu tercermin pada kehidupan sosial dan
tingkah laku etisnya. Untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia harus berkerja keras
dan mencipta. Kerja keras dan ciptaan merupakan cermin kualitas dan martabat
manusia.

4|Page
Kierkegaard menyatakan bahwa manusia mempunyai 3 taraf, yaitu estetis,
etis dan religius. Pada taraf kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia
lingkungan sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkannya
kembali dalam karya lukisan, tarian dan nyanyian yang indah.
Pada taraf kehidupan etis, manusia meningkatkan taraf kehidupan estetis ke
dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan
pertanggungjawaban pada taraf Sang Pencipta. Semakin dekat seseorang dengan
Tuhan, semakin sekat pula dia menuju kesempuranaan dan semakin jauh dia
dibebaskan dari rasa kekhawatiran.

1.2 Nilai
1.2.1 Pengertian Nilai
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan
sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik
disadari maupun tidak.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan
berguna bagi manusia dan berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan dan hal-
hal lain yg bersifat batiniah sebagai pedoman manusia bertingkah laku. Perumusan
Pancasila sebagai ideologi terbuka terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke
4 sesuai penegasan ideologi terbuka yang terdiri dari nilai dasar dan nilai
instrumental.
Nilai dasar tidak dapat diubah dan berubah betapapun pentingmya nilai dasar
yg tercantum dalam pembukaan UUD ‘45 itu sifatnya belum operasional. Karena
nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya memerlukan penjabaran lebih lanjut,
maka penjabaran itulah yang dinamakan Nilai Instrumental. Nilai instrumental
tetap mengacu pada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya.

5|Page
1.2.2 Ciri – Ciri dan Macam – Macam nilai
 Ciri-ciri Nilai
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah sebagai berikut:
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia misalnya
kejujuran.
b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan cita-cita, dan
suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong atau motivator dan manusia adalah
pendukung nilai.

 Macam-macam Nilai
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
a. Nilai logika adalah nilai benar atau salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai naik buruk.

Notonegoro (dalam Kaelan, 2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai:


a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia
atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegitan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian meliputi:
 Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
 Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsure perasaan
(emotion) manusia.

6|Page
1.3 Moralitas
1.3.1 Konsep Moral
Moral berasal dari kata bahasa Latin “mores” yang berarti adat kebiasaan.
Kata mores ini mempunyai sinonim mos, moris, manner mores atau manners,
morals. Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (bahasa Arab) atau
kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang
menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa
Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etika adalah
ajaran tentang baik buruk, yang diterima masyarakat umum tentang
sikap,perbuatan,kewajiban,dan sebagainya.
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara
utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral
adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan
manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga
sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Jadi, moral adalah tata
aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk
melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia
untuk menjadi manusia yang baik.

1.3.2 Etika Moral / Kodrat Budaya


Ada 2 jenis hubungan dalam kehidupan manusia, yaitu hubungan manusia
dengam Tuhan Sang Pencipta dan hubungan sesama manusia dalam bermasyarakat.
Dalam hubungan manusia dengan Tuhan Sang Pencipta, Tuhan adalah sebab dan
manusia adalah akibat. Tuhan Maha Sempurna, diturunkannya sifat sempurna itu
kepada manusia yang diciptakannya, artinya manusia dibekali dengan etika/moral
yang mengandung sifat baik, benar, jujur dan adil dalam bersikap dan berbuat
terhadap manusia lain dalam hidup bermasyarakat. Dalam hubungan antara sesama
manusia, individu adalah sebab dan sikap/perbuatan etis/moral terhadap orang lain
adalah akibat.

7|Page
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikemukakan 2 jenis sumber etika/moral.
Kedua jenis sumber etika/moral tersebut adalah:
a. Tuhan Sang Pencipta
Yang menurunkan etika/moral kepada manusia mahluk budaya ciptaan-Nya.
Etika/Moral yang bersumber dari Tuhan Sang Pencipta disebut etika/moral
kodrat.
b. Manusia
Yang menurunkan etika/moral kepada kelompoknya dalam bentuk
kesepakatan (produk budaya) yang dipatuhi oleh semua individu anggota
kelompoknya (masyarakat). Etika /Moral yang bersumber dari manusia
(masyarakat) disebut etika/moral Budaya.
Etika/moral kodrat adalah kebiasaan berperilaku atau berbuat baik dan
benar bermanfaat bagi semua orang karena kodrat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Apa yang dilakukan diharapkan hasilnya
adalah nilai kebaikan, dan kebenaran, nilai kemanfaatan bagi diri sendiri dan
orang lain (masyarakat). Etika/moral kodrat bersifat asasi dan berlaku umum
(universal).

1.4 Hukum
1.4.1 Pengertian Hukum
Disamping adat istiadat tadi, ada kaidah yang mengatur kehidupan
manusia yaitu hukum, yang biasanya dibuat dengan sengaja dan mempunyai
sanksi yang jelas. Hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan
masyarakat agar terjadi keserasian diantara wrga masyarakat dan system social
yang dibangun oleh suatu masyarakat.Pada masyarakat modern hukum dibuat
oleh lembaga – lembaga yang diberikan wewenang oleh rakyat.

Keseluruhan kaidah dalam masyarakat pada intinya adalah mengatur


masyarakat agar mengikuti pola perilaku yang disepakati oleh system social
dan budaya yang berlaku pada masyarakat tersebut.

8|Page
Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau
berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat
tersebut.Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola
perilaku masyarakat tadi.Pola perilaku berbeda dengan kebiasaan. Kebiasaan
merupakan cara bertindak seseorang yang kemudian diakui dan mungkin diikuti
oleh orang lain. Pola perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan dilaksanakan
pada khususnya apabila seseorang berhubungan dengan orang lain, dinamakan
social organization.

1.4.2 Tujuan Hukum


Pada umumnya hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum
dalam masyarakat.Namun tiap perkara harus diputuskan oleh hakim berdasarkan
dengan ketentuan yang sedang berlaku.
Banyak teori atau pendapat mengenai tujuan hukum. Berikut teori-teori dari
para ahli :
1. Prof. Subekti, SH : Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara menyelenggarakan
keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan yang sama tiap orang
mendapat bagian yang sama pula.
2. Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn : Tujuan hukum adalah mengatur
hubungan antara sesama manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian
antara sesama. Dengan menimbang kepentingan yang bertentangan secara teliti
dan seimbang.
3. Geny : Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia
kepentingan daya guna dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan.
4. Roscoe Pound berpendapat bahwa hukum berfungsi sebagai alat
merekayasa masyarakat (law is tool of social engineering).
5. Muchtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa tujuan pokok dan utama dari
hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini merupakan syarat pokok
bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur.

9|Page
2. Proses Terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum dalam Kehidupan
Manusia

Dengan semakin banyaknya permasalahan-permasalahan sosial dewasa ini,


yang banyak diwarnai dengan masalah pertumbuhan penduduk yang demikian
cepat, revolusi industri, perkembangan tekhnologi serta modernisasi, secara tidak
langsung telah menimbulkan suatu tatanan baru atau gambaran sosial yang baru di
dalam masyarakat saat ini. Perkembangan yang demikian ini membawa serta
peranan dan pengaturan melalui berbagai bidang, umumnya di bidang moralitas dan
di bidang hukum secara khusus.

Permasalahan-permasalahan sosial selalu ada dalam suatu masyarakat ataupun


negara. Bahkan sejak jaman dahulu sampai jaman sekarang permasalahan-
permasalahan sosial itu akan tetap selalu ada di dalam masyarakat dan negara.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial tersebut dibutuhkanlah yang
dinamakan dengan moralitas dan hukum, baik moralitas dan hukum dalam artian
masing-masing maupun moralitas dan hukum sebagai satu kesatuan.

Dalam artian moralitas dan hukum sebagai satu kesatuan maka di kenal suatu
istilah yang dinamakan Hukum Moral. Hukum moral ini berbeda dengan hukum-
hukum yang lainnya. Umumnya, hukum moral dimengerti sebagai “tatanan
pengarah” kegiatan manusia untuk mencapai tujuan yaitu ketertiban dan keadilan.
Hukum moral sendiri meliputi rangkaian aturan permanen, seperti kewajiban
menghormati kontrak antar pribadi (kontrak sosial), peraturan hidup, larangan
untuk melakukan tindakan yang merugikan orang-orang lain.

Terdapat 5 (lima) fungsi perumusan hukum moral antara lain : Pertama,


mewariskan himpunan kebijakan dari jaman dulu kepada generasi sekarang dan
yang akan datang. Sebagai individu dan makhluk sosial, manusia selalu
mempertimbangkan dampak tindakan yang diperbuatnya. Kedua, Mengusahakan
keamanan secara psikologis dan sosial.

10 | P a g e
Secara sosial, hukum ini membantu tatanan hidup masyarakat untuk
menghadapi kekuatan-kekuatan “khaotik” dan “anarkis”. Ketiga, membantu
manusia dalam pengambilan keputusan dan mencegah terjadinya “paralisis moral”.
Keempat, membantu manusia untuk mengenal kekurangan-kekurangan dan
kegagalan-kegagalan sehingga manusia dapat memperbaiki diri. Kelima,
Membagikan pengalaman supaya bisa tercipta tingkah laku personal dan sosial.
Hukum moral ada untuk melayani cinta kasih dan berada di bawah cinta kasih dan
membantu untuk menuntun manusia menuju kebaikan secara otentik.

Supaya hubungan manusia dalam masyarakat dan negara terlaksana


sebagaimana yang diharapkan, maka diciptakanlah norma-norma yang bersumber
pada nilai-nilai dan moral masyarakat melalui tahapan sebagai berikut, (1). Cara
(usage) yaitu menunjuk pada suatu kegiatan. (2). Kebiasaan (folkways) yaitu
perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. (3). Tata kelakuan (mores)
yaitu kebiasaan yang dianggap sebagai cara berperilaku dan diterima norma-norma
pengatur. (4). Adat istiadat (custom) yaitu tata kelakuan yang kekal seta kuat
integrasinya dengan pola-pola masyarakat, disertai dengan sanksi tertentu

3. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara


A. Compliance
Diartikan sebagai suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu
imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman atau sanksi yang
mungkin dikenakan apabila seseorang melanggar ketentuan hukum, baik hukum
formal/ positif ataupun hukum berdasarkan normas-norma masyarakat (sanksi
sosial). Kepatuhan ini sama sekali tidak didasarkan pada suatu keyakinan pada
tujuan kaidah hukum yang bersangkutan, dan lebih didasarkan pada pengendalian
dari pemegang kekuasaan. Sebagai akibatnya, kepatuhan hukum akan ada apabila
ada pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan kaidah-kaidah hukum tersebut.

11 | P a g e
B. Identification

Terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah-kaidah hukum ada bukan karena


nilai instrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok serta hubungan baik
dengan mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan kaidah-kaidah hukum
tersebut tetap terjaga. Daya tarik untuk patuh adalah keuntungan yang diperoleh dari
hubungan-hubungan tersebut, sehingga kepatuhan pun tergantung pada baik-
buruknya interaksi tadi. Walaupun seseorang tidak menyukai penegak hukum akan
tetapi proses identifikasi terhadapnya berjalan terus dan mulai berkembang
perasaan-perasaan positif terhadapnya. Hal ini disebabkan, oleh karena orang yang
bersangkutan berusaha untuk mengatasi perasaan-perasaan kekhawatirannya
terhadap kekecewaan tertentu, dengan jalan menguasai obyek frustasi tersebut
dengan mengadakan identifikasi. Penderitaan yang ada sebagai akibat pertentangan
nilai-nilai diatasinya dengan menerima nilai-nilai penegak hukum.

C. Internalization.
Pada tahap ini seseorang mematuhi kaidah-kaidah hukum dikarenakan
secara intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isi kaidah-kaidah tersebut
adalah sesuai dengan nilai-nilainya dari pribadi yang bersangkutan atau oleh karena
dia mengubah nilai-nilai yang semula dianutnya. Hasil dari proses tersebut adalah
suatu konformitas yang didasarkan pada motivasi secara intrinsik. Titik sentral dari
kekuatan proses ini adalah kepercayaan orang tadi terhadap tujuan dari kaidah-
kaidah yang bersangkutan, terlepas dari pengaruh atau nilai-nilainya terhadap
kelompok atau pemegang kekuasaan maupun pengawasannya.

D. Society Interest.
Maksudnya ialah kepentingan-kepentingan para warga masyarakat
terjamin oleh wadah hukum yang ada.Kesadaran hukum berkaiatan dengan nilai-
nilai yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat. Dengan demikian
masyarakat menaati hukum bukan karena paksaan, melainkan karena hukum itu
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat itu sendiri.

12 | P a g e
Dalam hal ini telah terjadi internalisasi hukum dalam masyarakat yang
diartikan bahwa kaidah-kaidah hukum tersebut telah meresap dalam diri
masyarakat.Terdapat 4 (empat) indikator kesadaaran hukum, yang masing-masing
merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu :
1. Pengetahuan Hukum.
2. Pemahaman Hukum.
3. Sikap Hukum.
4. Pola Perilaku Hukum.

4. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Wujud


Masyarakat yang Bermoral dan Mentaati Hukum.

Disepakati bahwa manusia adalah makhluk sosial, yaitu mahluk yang


selalu berintraksi dan membutuhkan bantuan dengan sesamanya. Dalam konteks
hubungan sesama seperti itulah perlu adanya keteraturan sehinga setiap individu
dapat berhubungan secara harmonis dengan individu lain disekitarnya,untuk
terciptanya keteraturan tersebut diperlukan aturan yang disebut oleh kita hukum.
Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak
mungkin menggambarkan hidupnya manusia tampa atau diluar masyarakat. Maka,
manusia, masyarakat dan hukum merupakan pengertian yang tidak dapat
dipisahkan, sehingga pameo “ Ubi Societas Ibi Ius “ (dimana ada masyarakat disana
ada hukum adalah tepat)
Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda,ada juga yang
menyatakan kegunaan, ada yang menyatakan kepastian hukum, dll. Akan tetapi
dalam kaitan dengan masyarakat, tujuan hukum yang utama dapat direduksi untuk
ketertiban (order), merupakan fakta objektif yang berlaku bagi segala masyarakat
manusia dalam segala bentuknya
Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat ini, diperlukan adanya
kepastian dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat.

13 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Demikianlah penjelasan mengenai manusia,moral dan hukum, dari semua
itu dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia merupakan makluk yang sempurna
yang di beri anugrah oleh tuhan berupa kemampuan untuk berpikir dan akal untuk
menentukan seseuatu baik atau tidak baik bagi mereka.
Selain itu manusia juga harus menjalin hubungan baik dengan dua hal.
Hubungan tersebut adalah hubungan dengan TuhanNya dan hubungan dengan
manusia lainya,hal ini yang menyebabkan manusia disebut makhluk sosial.
Karena untuk menjalin hubungan yang baik setiap manusia harus memiliki
nilai-nilai yang dijadikan landasan untuk bertindak, serta moral yang baik agar
tujuan hubungan yang harmonis juga tercapai.
Selain nilai dan moral, manusia harus menaati peraturan yang berlaku atau
yang biasa kita sebut dengan hukum. Tujuanya agar semua berjalan sesuai dengan
aturan dan tidak menyalahi hak manusia lainnya. Manusia yang tidak bisa
menyeimbangkan ketiga hal ini baik nilai,moral dan hukum berarti belum bisa
menobatkan dirinya sebagai manusia yang baik bagi dirinya atau orang lain.

3.2 PENUTUP
Semoga makalah ini bisa berguna bagi penulis atau pembaca. Kami mohon
maaf jika ada kesalahan baik dalam pemilihan kata atau penulisan makalah.
Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT dan kekurangan
merupakan milik hambaNya.

3.3 DAFTAR PUSTAKA


 Buku ISBD Baru Oleh Dr.H Misno A Lathief, Mpd

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai