Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS CERPEN ANTARA SISWA IPA

DAN IPS KELAS XI SMA NEGERI 06 KOTA BENGKULU

Proposal ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Penelitian Pendidikan Bahasa dan
Sastra yang diampu oleh Dr. Susetyo, M.Pd dan Dr. Gumono, M.Pd

Oleh :

Puspita Sari

A1A014031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun proposal ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Proposal ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah “Seminar dan Proposal” yang
diampu oleh Bapak Suhartono, Gumono, Supadi, dan Amril Canrhas. Penulis ucapkan terima
kasih kepada teman-teman atas dukungan dan bantuannya dalam mencari informasi, dan juga
terhadap Bapak Suhartono, Gumono, Supadi, dan Amril Canrhas yang telah membimbing.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul Perbandingan kemampuan
menulis teks cerpen antara siswa ipa dan ips kelas XI SMA Negeri 06 Kota Bengkulu

Penulis menyadari bahwa masih ada atau bahkan banyak kekurangan yang mendasar
pada proposal ini, baik dari segi isi maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya kritik atau saran yang membangun dari pembaca, karena penulis juga masih dalam
tahap belajar. Semoga proposal ini dapat dipahami dan bermanfaat baik bagi penulis maupun
pembaca.

Bengkulu, Desember 2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keterampilan menulis tidak dapat datang dengan sendirinya, menulis
membutuhkan proses yang panjang agar tilisan menjadi mudah dipahami oleh
seseorang. Dengan menulis berarti melatih seseorang untuk berkreasi, berimajinasi, dan
bernalar. Sejak memasuki sekolah dasar dan hingga diperguruan tinggi kegiatan tulis
menulis sudah sering dilakukan karena, menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai seseorang.

Aktifitas menulis merupakan kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling


akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara,
dan membaca (iskandarwassid, 2010:248). Dibandingkan dengan tiga kemampuan
berbahasa yang lain. Kemampuan menulis lebih sulit dikuasai . hal ini terjadi karena
kemampuan menulis harus menguasai berbagai unsur bahasa dan unsur diluar bahasa
itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan.

Pentingnya pembelajaran menulis, maka keterampilan menulis merupakan salah


satu keterampilan yang harus dipelajari dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah
Menengah Atas (SMA), siswa diwajibkan menyusun karya tulis, makalah, maupun
tugas akhir sebagai syarat kelulusan atau syarat mengikuti ujian akhir nasional. Adanya
perlombaan pengalian proposal potensi kreativitas siswa melalui karya tulis siwa
tingkat SMP dan SMA. Kondisi ini menandakan adanya posisi penting dari kegiatan
menulis.

Pada dasarnya ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki setiap siswa
sebagai hasil belajar. Keempt jenis keterampilan bahasa ini yakni menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis (dalman, 2012: 1-2). Keempat aspek ini dalam penggunaan nya
sebagai alat komunikasi tidak pernah bisa berdiri sendiri satu sama lain saling berkaitan
dan saling menentukan.

Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan sebutan cerpen menurut Thahar
(2008:1) merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyak ditulis orang. Cerita
pendek merupakan karangan yang menceritakan tentang suatu alur cerita yang memiliki
tokoh cerita dan situasi cerita terbatas.

Cerita pendek menurut Sukino (2010:142) adalah kisahan yang memberikan


kesan tunggal dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi yang
dramatik.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cerita


pendek adal;ah salah satu fiksi yang menceritakan tentang suatu alur, tokoh dan suatu
situasi yang terbatas.

Menurut allan (dalam aminudin, 2009:10), panjang cerpen itu sendiri bervariasi.
Ada cerpen pendek yang (short story0, bahkan mungkin pendrek sekali yang terdiri atas
500-an kata. Ada pula cerpen yang panjangnya sedang (middleshort story) serta ada
cerpen yang panjang (long short story), yang terdiri atas puluhan atau bahkan beberapa
ribu kata.

Kemampuan menulis setiap oarang pasti berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
adanya keheterogenan individu dalam masyarakat. Baik usia, status, topik, setting,
maupun jenis kelamin turut mempengaruhi adanya perbedaan ragam bahasa tersebut.
Setiap manusia pasti berbeda dalam mempresentasikan dirinya, hal ini tampak dari
mereka mengekspresikan emosi dalam pemilihan kata-kata ketika menulis cerpen.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , masalah yang akan dikaji pada penelitian ini
adalah bagaimana perbandingan kemampuan menulis cerpen antara siswa ipa dan
ips kelas XI SMA Negeri 06 Kota Bengkulu

B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbandingan
kemampuan menulis cerpen antara siswa ipa dan ips kelas XI SMA Negeri 06 Kota
Bengkulu
C. Manfaat penelitian
1. Mengetahui kemampuan menulis cerpen antara siswa ipa dan ips dalam
menentukan pilihan kata saat mengarang cerpen.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik pihak yang ada
hubungannya dengan dunia pendidikan guna meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis cerpen
3. Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis terutama dalam menulis teks cerpen
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Menulis
1. Pengertian Menulis

Menurut Mulyati (1999:2.44), menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan
dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan). Gagsan atau ide pesan yang akan
disampaikan bergantung pada perkembangan dan tingkat pengetahuan serta daya nalar siswa.
Menurutnya (2000:2.65), menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui proses
atau tahapan-tahapan, yaitu pennyajian bahan ajar harus dimulai dari yang mudah ke yang
sedang, dan dari yang sedang ke yang sukar, dari yang sudah diketahui ke yang belum
diketahui, dari yang kongkret ke yang abstrak (2000:2.65)`

Taringan (1993:3), Menulis pada hakikatnya adalah suatu keterampilan berbahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
lain. Menulis merupakan suatu kigiatan yang produktif dan ekspresuf.

Menulis merupakan proses perubahan bentuk pikiran angan-angan atau perasaan yang
berbentuk lambang dan tulisan yang dimiliki makna. Menulis berarti proses kreatif dan
menemukan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk menyampaikan informasi , meyakinkan
dan menghibur, hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan.
Menulis dikaitkan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau kalimat bahkan
paragraf, gunanya untuk disampaikan kepada orang lain sehingga orang lain dapat memahami
maksudnya.

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk menifestasi dan keterampilan berbahasa
yang paling akhir dikuasai oleh pembelajaran bahsa setelah kemampuan mendengarkan,
berbicara, dan membaca (iskandarwassid, 2010: 248). Sukino (2010: 5) berpendapat bahwa
menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak asing bagi kita selanjutnya,
dalman (2012 : 3) menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa
kalimat penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat atau media nya. Disamping itu menurut tarigan (1994: 4)
mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif
Berdasarkan pengertian diatas, menulis yaitu pengungkapan ide-ide atau gagasan dari
dalam hati yang dituangkan dalam bentuk tulisan . menulis berarti proses penyampaian pikiran
, angan-angan dan perasaan dalam bentuk lambang atau tanda atau tulisan yang memiliki
makna.

2. Kemampuan menulis

Kemampuan menulis mencakup berbagai komponen seperti kemampuan menguasai


gagasan yang dikemukakan , kemampuan menggunakan gaya dan kemampuan menggunakan
ejaan. Seperti yang dikemukakan oleh nurgiyantoro (1988: 273) bahwa menulis merupakan
kemampuan yang menuntut siswa mempertimbangkan (sendiri) unsur bahasa dan gagan,
dengan menghasilkan sebuah hasil tulisan yang dapat dikatan baik maka seorang tentukan
harus memiliki sebuah bentuk kreatifitas dalam kemampuan menulis.

Kemampuan yang dimiliki seseorang tidak datang dengan sendirinya, seorang dapat
miliki kemampuan menulis yang baik harus melewati masa-masa latihan yang teratur dan
secara terus menerus. Dengan melakukan latihan secara terus menerus maka, kemungkinan
seseorang tersebut dapat menghasilkan tulisan yang baik dan indah serta memiliki urutan pola
pikir yang baik dan tulisan leih bersifat logis dan sistematis akan terwujud. Adanya proses
latihan yang baikmaka secara tidak langsung seseorang tersebut telah membiasakan dirinya
untuk mengembangkan pikirannya dalam menuangkan ide, pesan dan gagasan.

Kemampuan menulis ialah kesanggupan seseorang dalam mengkomunikasikan ide,


pikiran, penghayatan dan pengalamannya dengan menggunakan bahasa tulis yang diungkapkan
melalui hasil evaluasi skor mengarang mahasiswa berdasarkan pentunjuk mengarang buatan
peneliti terhadap isi, organisasi, kosa kata, penggunaan bahsa, mekanik atau ejaan (susetyo,
2010: 73). Kemampuan menulis harus dikuasai siswa karena dari kegiatan menulis berarti
siswa telah menguasai salah satu dari empat kebahasaan dengan baik.

3. Pengertian Cerpen

Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan sebutan cerpen menurut Thahar (2008:1)
merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyak ditulis orang. Cerita pendek merupakan
karangan yang menceritakan tentang suatu alur cerita yang memiliki tokoh cerita dan situasi
cerita terbatas.
Cerita pendek menurut Sukino (2010:142) adalah kisahan yang memberikan kesan tunggal
dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi yang dramatik.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adal;ah
salah satu fiksi yang menceritakan tentang suatu alur, tokoh dan suatu situasi yang terbatas.

Menurut allan (dalam aminudin, 2009:10), panjang cerpen itu sendiri bervariasi. Ada
cerpen pendek yang (short story0, bahkan mungkin pendrek sekali yang terdiri atas 500-an
kata. Ada pula cerpen yang panjangnya sedang (middleshort story) serta ada cerpen yang
panjang (long short story), yang terdiri atas puluhan atau bahkan beberapa ribu kata.

Cerpen menurut KBBI, berasal dari dua kata, yaitu: kata “cerita” dan kata ”pendek”
yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi relatif pendek, berarti
kisah yang dicertiakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan
dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut. Cerita
dapat diartikan sebagai sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun berdasarkan
urutan waktu.

Cerpen merupakan ungkapan perasaan pengarang tentang tanggapannya terhadap


kehidupan, dan dengan daya imaginasinya ditulis dengan bahasa yang indah, imajinasi yang
dalam serta tema yang kuat sehingga dapat memberikan kesan yang dalam bagi
pembaca.Cerpen termasuk salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita
mengenai kehidupan manusia, beserta seluk-beluknya (cerminan dari masyarakat) yang dibuat
dalam bentuk tulisan singkat, jelas dan padat. Cerpen juga dapat memberikan ketenangan dan
kepuasan jiwa.

Aspek kebahasaan yang membangun teks cerpen, yakni:

1. Kosa kata berupa pemilihan diksi yang benar dan sesuai adalah hal yang penting
sebagai tolok ukur kualitas cerpen yang dihasilkan.
2. Gaya bahasa, berfungsi untuk meningkatkan efek makna untuk memperkenalkan
serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dalam cerita.
3. Kalimat deskriptif yang menggambarkan suasana cerita.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan untuk mencapai hasil penilitian yang diinginkan pada
penelitian ini, adalah metode analisis deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang
digunakan untuk meneliti suatu objek yang hasilnya disusun dalam bentuk laporan. Metode
deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mendeskipsikan hasil analis dari cerpen
karangan siswa, serta mengetahui perbandingan antara menulis cerpen siswa ipa dan ips.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 6 Kota Bengkulu Kelas VIII, tepatnya
yaitu terletak di jalan Jl.Muhajirin Dusun Besar Kota Bengkulu yang terdiri dari 10 kelas
dan jumlah keseluruhannya 300 orang.

2. Sampel
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen maka jumlah sampel yang
diambil adalah 15 sampai dengan 30 siswa disetiap kelasnya.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


a) Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 6 Kota Bengkulu, yang merupakan salah satu
institusi yang melaksanakan kegiatan pendidikan tingkat satuan Sekolah Menengah
Pertama.
b) Waktu penelitian
Penelitian ini diawali dengan survei pada bulan November 2018. Pembuatan
Instrumen pada bulan Desember 2018 , pada pelaksanaan pembelajaran semester
ganjil. Pelaksanaan eksperimen dilaksanakan mulai Januari sampai dengan Februari
2018.
D. Data dan Sumber Data
Terdapat dua sumber data untuk mendapatkan objek penelitian ini. Pertama data primer
yaitu cerpen hasil karangan siswa kelas XI SMA 06 Kota Bengkulu. Kedua data sekunder,
yaitu beberapa studi pustaka atau buku sebagai pedoman untuk mendukung penelitian, yang
akan dijadikan pedoman teoritis saat melakukan penelitian. Data dalam penelitian ini adalah
cerpen karangan siswa kelas XI SMA 06 Kota Bengkulu.

E. Tempat dan waktu


Tempat penelitian ini di lakukan di SMA 06 KOTA Bengkulu

F. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tes(hasil menulis puisi)
teknik yang digunakan adalah teknik tes, pengumpulan informasi lewat teknik tes lazim nya
dilakukan pemberian seperangkat tugas, latihan atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh
peserta didik yang sedang ditesarikunto (dalam Nurgiyantoro, 1988:57) menggunakan studi
dokumen yaitu dengan mengambil data sumber tertulis. Data berupa cerpen karangan siswa ipa
dan siswa ips kelas XI SMA 06 Kota Bengkulu akan diambil sebagai objek untuk diteliti.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif
1. Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif ini diperoleh dari hasil tas yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu
pada akhir siklus I, dan akhir siklus II. Adapun langkah perhitungannya adalah dengan
menghitung skor yang diperoleh siswa, menghitung skor komulatif dari seluruh aspek,
menghitung skor rata-rata, menghitung nilai, menghitung nilai rata-rata, dan menghitung
presentase dengan rumus sebagai berikut.

Dari perhitungan siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan, yaitu antari
siswa ipa dan ips. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai perbandingan menulis
cerpen siswa ipa dan ips.
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.

Emzir. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Pers.

Mulyati, Yeti, dkk. 1993. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas tinggi. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Targan. Djago. 2003. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Pusat Penerbit

Taringan, Henry Guntur. 1993. Menulia sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai