Anda di halaman 1dari 1

Universitas Muhammadiyah Malang

www.umm.ac.id

Bahasa Indonesia Siap Jadi Bahasa Resmi ASEAN


Malang Post : Rabu, 2014-11-05 | 13:05

MALANG - Jelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang, bahasa Indonesia
diyakini sangat berpeluang menjadi bahasa resmi ASEAN, sebagaimana bahasa Inggris menjadi bahasa resmi Uni
Eropa. Demikian dikatakan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Muhadjir Effendy MAP saat
pembukaan Seminar Internasional Politik Bahasa Indonesia yang diadakan oleh Lembaga Kebudayaan (LK) UMM di
ruang teater UMM Dome, Selasa (4/11). Kegiatan berakhir Rabu (5/11) ditutup dengan penandatanganan dan
deklarasi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional dan rekomendasi sebagai bahasa resmi ASEAN di era
MEA.
Muhadjir menuturkan, saat ini ASEAN dihuni sekitar 626 juta jiwa, yang 150 juta jiwa di antaranya adalah
masyarakat Indonesia, sekaligus menjadi yang terbanyak dibandingkan negara lainnya. Dengan pertimbangan
tersebut, bagi Muhadjir, MEA akan sulit berjalan dengan baik jika tidak ada kesepakan tentang bahasa bersama yang
akan digunakan.
Dalam konteks ini, menurutnya, yang paling berpeluang menjadi bahasa resmi ASEAN yaitu Bahasa Indonesia dan
Bahasa Melayu, karena kedua bahasa ini memiliki jumlah penutur terbanyak.
“Karena itu UMM sangat mendorong internasionalisasi bahasa Indonesia, di antaranya melalui kebijakan mewajibkan
setiap mahasiswa asing yang kuliah di UMM agar bisa berbahasa Indonesia dengan mahir,” terang Muhadjir.
Kebijakan ini berimplikasi pada terbentuknya kelas-kelas internasional di UMM yang tidak menggunakan bahasa
Inggris, tapi justru berbahasa Indonesia. “Jadi di UMM itu yang namanya kelas internasional yaitu kelas berbahasa
Indonesia yang diikuti mahasiswa asing dari berbagai negara. Nah, tanggung jawab kita adalah bagaimana membuat
mahasiswa asing yang kuliah di sini bisa fasih berbahasa Indonesia,” ungkapnya.
Muhajdir menambahkan, yang disebut internasional bukan soal bahasanya, tapi apakah kualitasnya diakui dunia
atau tidak. Ia mencontohkan penyebutan jurnal internasional yang lebih merujuk pada jurnal yang meraih akreditasi
internasional, bukan justru jurnal berbahasa Inggris. “Tidak semua jurnal berbahasa Inggris diakui internasional,
sebaliknya, banyak jurnal berakreditasi internasional yang tidak menggunakan bahasa Inggris. Karena itu bisa saja
jurnal berbahasa Indonesia disebut jurnal internasional, selama kualitasnya diakui dunia,” paparnya.
Mengamini paparan Muhadjir, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Dr Mahsun menilai, kiprah UMM dalam upaya internasionalisasi bahasa Indonesia ini
dipandang sebagai titik awal yang baik. “Saya senang karena yang memelopori justru kampus berbasis Islam. Upaya
UMM ini tentu akan sangat saya dukung,” ujarnya.

page 1 / 1

Anda mungkin juga menyukai