Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DEFORMASI BATUAN

(Sebagai Tugas Mata Kuliah Pengantar Geologi Fisika)

Oleh :

Fajar Setiawan (4211415010)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bencana alam atau proses alam baik Gempa bumi, tsunami, atau letusan gunung api
semakin menguatkan teori tentang perkembangan bumi yang telah ada, yakni kerak Bumi
terus bergerak secara aktif dan dinamis. Kerak Bumi tempat dimanamanusia tinggal,
merupakan serpihan-serpihan raksasa yang mengambang di atas inti Bumi.Teori Dinamika
Bumi telah muncul diperkenalkan semenjak 1960 tahun silam, ketika Teori Pergerakan
Lempeng Tektonik dari ahli geofisika dan meteorologi Jerman, Alfred Wegener dapat
dibuktikan secara ilmiah.
Meski demikian, Wegener bukanlah ilmuwan pertama yang meyakini bahwa benua-
benua di dunia terus bergerak. Hanya saja dialah yang pertama kalinya meneliti secara
intensif dan memublikasikan penelitian ilmiahnya tersebut. Sedari awal, teori pergerakan
lempeng benua oleh A. Wegener menuai banyak pro dan kontra. Beberapa ilmuwan bahkan
menyebutkan teori tersebut tidak memiliki landasan yang kuat.
Kelemahan dari teori yang disampaikan oleh Wegener saat itu adalah teori tersebut
tidak dapat menjelaskan mekanisme dari gerakan kerak Bumi. Kesalahan teori juga
menyebabkan kesalahan perhitungan kecepatan pergerakan pemisahan benua Amerika Utara
dan Eropa.Pada mulanya, teori yang dilontarkan oleh Wegener ini, terinspirasi dari kesamaan
flora dan faun serta fosil di antara dua benua yang berjauhan yang dipisahkan oleh Samudra
Atlantik.Dalam penelitiannya lebih lanjut, ia menemukan lebih banyak fenomena kesamaan
flora, fauna, dan fosil di kawasan yang dipisahkan samudra luas. Alfred Wegener mengajukan
teori adanya benua besar Pangea sampai sekitar 300 juta tahun lalu di akhir zaman Karbon.
Setelah itu, benua besar Pangea pecah dan terpisah – pisah menjadi benua yang kita
kenal sekarang ini.Ketika teori lempeng tektoniknya nyaris dilupakan, pada 1929 pakar
geologi Inggris, Arthur Holmes, melontarkan teori mengenai gaya konveksi inti Bumi yang
mampu menerangkan adanya mekanisme gerakan lempeng tektonik yang sebelumnya tidak
dapat dijelaskan oleh teori dari Wegener. Teori Tektonik Lempeng dari Alfred Wegener
merupakan mainstream dalam ilmu kebumian. Dengan adanya teori pergerakan lempeng
tektonik dari Wegener dan para ilmuwan di generasi-generasi berikutnya, kini dinamika di
dalam perut Bumi dapat dimengerti lebih jelas.
Terbukti bahwa benua – benua tidak terpancang erat melainkan terus bergerak saling
menjauh - mendekat atau saling bertumbukan.Dengan berlandaskan teori pergerakan lempeng
tektonik, maka fenomena gempa Bumi dapat dijelaskan yaitu di sepanjang zona tumbukan
dua lempeng, aktivitas gunung api di sepanjang zona subduksi, dan terbentuknya samudra
luas seperti Atlantik.Setelah diketahui adanya rangkaian gunung api di dasar samudra pada
1953 tahun lalu, para ahli geologi dan geofisika mulai meyakini adanya dinamika Bumi yang
amat kompleks.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Apayang dimaksud deformasi
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses deformasi
3. Apa yang dimaksud deformasi plastic, brittle dan deformasi kerak bumi
4. Fenomena apa yang terjadi akibat dari deformasi

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan deformasi
2. Mengetahui factor – factor yang berkaitan dengan terjadinya deformasi kerak bumi
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan deformasi plastis dan deformasi Brittle
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan deformasi kerak bumi
5. Mampu menjelaskan fenomena yang timbul dari adanya deformasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deformasi

Deformasi merupakan proses perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda.
Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau
pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif. Dikatakan titik
bergerak absolut apabila dikaji dari perilaku gerakan titik itu sendiri dan dikatakan relatif
apabila gerakan itu dikaji dari titik yang lain. Perubahan kedudukan atau pergerakan suatu
titik pada umumnya mengacu kepada suatu sitem kerangka referensi (absolut atau relatif).
Untuk mengetahui terjadinya deformasi pada suatu tempat diperlukan suatu survey,
yaitu survei deformasi dan geodinamika. Survei deformasi dan geodinamika sendiri adalah
survei geodetik yang dilakukan untuk mempelajari fenomena–fenomena deformasi dan
geodinamika. Fenomena–fenomena tersebut terbagi atas 2, yaitu fenomena alam seperti
pergerakan lempeng tektonik, aktivitas gunung api, dan lain–lain. Fenomena yang lain adalah
fenomena manusia seperti bangunan, jembatan, bendungan, permukaan tanah, dan
sebagainya.
Survei deformasi dan geodinamika itu sendiri bisa bermacam–macam metodenya.
Dengan metode konvensional bisa dilakukan juga, contohnya dengan menggunakan theodollit
ataupun suatu alat pengukuran sifat datar. Dengan kemajuan teknologi muncul metode baru
dalam survei deformasi dan geodinamika, yaitu dengan metode satelit. Dengan metode satelit
dapat dilakukan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) ataupun dengan
menggunakan system penginderaan jauh.
Salah satu contoh dalam survey deformasi dan geodinamika adalah pengamatan
pergerakan lempeng. Interior bumi kita terdiri dari lapisan–lapisan yang mempunyai
karakteristik tersendiri. Lithosphere yang merupakan tempat berpijaknya benua dan samudra
berada di atas lapisan yang berifat fluida yaitu lapisan Astenosphere dan Mesosphere.
Sehingga Lithosphere seolah-olah mengapung, dan selalu dalam keadaan tidak stabil, sangat
mudah bergerak jika ada beban atau gaya yang bekerja padanya. Salah satu hal yang
menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng adalah adanya arus Konveksi di tunjukkan pada
gambar 1. Dengan melakukan pengamatan menggunakan GPS model pergerakan lempeng
dapat ditentukan dengan membandingkan posisi titik–titik di atas permukaan lempeng dalam
suatu kurun waktu tertentu.

Gambar 1.Arus Konveksi inti Bumi

Adapun akibat dari adanya pergeseran lempeng yang diakibatkan oleh gaya yang kuat
dari arus konveksi inti bumi adalah sebagai berikut;

2.1.a Tegasan (Stress) dan Regangan (strain)

Pengaruh tegasan terhadap batuan tergantung pada cara bekerja atau sifat tegasannya
dan sifat fisik batuan yang terkena tegasan. Ada dua bentuk stress :

1.Stress uniform
Stress uniform akan menekan dengan besaran yang sama dari segala arah. Dalam
batuan dinamakan confining stress karena setiap tubuh batuan dalam litosfir dibatasi oleh
batuan lain di sekitarnya dan ditekan secara merata (uniform) oleh berat batuan di atasnya.

Gambar 2.Macam – macam Stress


2. Stress diferensial
Stress diferensial menekan tidak dari semua jurusan dengan besaran yang sama.
Dalam sistem ortogonal dapat diuraikan menjadi stress utama, yang maksimum, yang
menengah, dan yang paling kecil besarannya. Biasanya differential stress ini yang
mendeformasi batuan dan dikenal 3 jenis diferrential stress, yaitu tensional stress,
compressional stress dan shear stress.

Gambar 3. Deformasi batuan akibat berbagai bentuk stress.


Panah menunjukkan arah tegasan utama (maximum stress).

Tensional stress, arahnya berlawanan pada satu bidang, dan sifatnya menarik (stretch)
batuan.
Compressional stress, arahnya berhadapan, memampatkan atau menekan batuan.
Shear stress, bekerja berlawanan arah, tidak dalam satu bidang, yang menyebabkan
terjadinya pergeseran dan translasi.

Uniform atau differential stress yang menyebabkan terdeformasinya lapisan litosfir yang
diakibatkan oleh adanyagaya-gaya tektonik yang bekerja sepanjang waktu. Batuan yang
terkena stress akan mengalami kompresi, regangan atau perubahan bentuk, volume dalam
keadaan padat yang disebut strain atau regangan.

2.1.1 Tahap deformasi

Bila batuan mengalami penambahan stress akan terdeformasi melalui 3 tahap secara
berurutan :
1. Elastic deformation
Deformasi sementara tidak permanen atau dapat kembali ke bentuk awal (reversible).
Begitu stress hilang, batuan kembali terbentuk dan volume seperti semula. Seperti karet
yang ditarik akan melar tetapi jika dilepas akan kembali ke panjang semula. Elastisitas
ini ada batasnya yang disebut elastic limit, yang apabila dilampaui batuan tidak akan
kembali pada posisi awal. Di alam tidak pernah dijumpai batuan yang pernah
mengalami depformasi elastis ini, karena tidak meninggalkan jejak atau bekas, karena
kembali ke keadaan semula, baik bentuk maupun volumenya. Sir Robert Hooke (1635-
1703) adalah orang pertama yang memperlihatkan hubungan antara stress dan strain
yang sesuai dengan jenis batuannya. Hukum Hooke yang mengatakan bahwa sebelum
melampaui batas elastisitasnya hubungan stress dan strain suatu material adalah linier.

2. Ductile deformation
Deformasi dimana elastic limit dilampaui dan perubahan bentuk dan volume batuan
tidak kembali ke bentuk semula. Untuk mempermudah dalam penjelasannya dapat
dilihat diagram strain–stress pada Gambar 4 yang di dapat dari percobaan dengan
menekan contoh batuan yang berbentuk silindris. Mula–mulakurva stress–strainnaik
tajam sepanjang daerah elastis dan sesampainya pada elastic limit (Z), kurvanya
mendatar. Penambahan stress menyebabkan terjadinya deformasi ductile. Bila proses
stress dihentikan pada titik X silinder akan kembali sedikit ke arah semula. Strain
menurun sepanjang kurva X ’ Y. Strain permanennya adalah XY yang merupakan
deformasi ductile.
3. Fracture
Kejadian ini terjadi apabila batas atau limit elastik dan ducktile deformasi dilampaui.
Perhatikan Gambar 4 yang semula stress dihentikan pada X ‘ , disini dilanjutkan
dengan menaikkan stress. Kurva stress–strain berlanjut sampai ke titik F dan batuan
akan pecah melalui rekahan. Deformasi rekah (fracture deformation) dan lentur (ductile
deformation) adalah sama, menghasilkan regangan (strain) yang tidak kembali ke
kondisi semula.
Gambar 4.Kurva Stress-strain

Kurva stress-strain memperlihatkan deformasi elastik (X ke Z) limit elastis (Z)


menandai dimulainya deformasi ductile. Bila stress dihentikan pada X ‘ maka benda
akan kembali dalam keadaan tidak tertekan di Y melalui lintasan X ‘ Y. Jarak XY
merupakan strain akibat deformasi ductile. Apabila stress dilanjutkan maka benda akan
patah/pecah di titik fracture F.

2.1.2 Pengontrol Deformasi

Percobaan-percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa deformasi batuan, selain


tergantung pada besarnya gaya yang bekerja, juga kepada sifat fisika dan kompisis batuan
serta lingkungan tektonik dan waktu.

a. Suhu (Temperature)

Makin tinggi suhu suatu benda padat semakin ductile sifatnya dan keregasannya
makin berkurang. Misalnya pipa kaca tidak dapat dibengkokan pada suhu udara normal, bila
dipaksa akan patah, karena regas (brittle). Setelah dipanaskan akan mudah dibengkokan.
Demikian pula halnya dengan batuan. Di permukaan, sifatnya padat dan regas, tetapi jauh di
bawah permukaan dimana suhunya tinggi, bersifat ductile.

b. Waktu dan Kecepatan Tarikan (Time and Strain Rate)

Pengaruh waktu dalam deformasi batuan sangat penting. Kecepatan strain sangat
dipengaruhi oleh waktu. Strain yang terjadi bergantung kepada berapa lama batuan dikenai
stress. Kecepatan batuan untuk berubah bentuk dan volume disebut strain rate, yang
dinyatakan dalam volume per unit volume per detik, di bumi berkisar antara 10-14/ detik
sampai 10-15/ detik. Makin rendah strain rate batuan, makin besar kecenderungan terjadinya
deformasi ductile.

c. Komposisi (Composition)

Komposisi batuan berpengaruh pada cara deformasinya. Komposisi mempunyai dua


aspek. Pertama, jenis dan kandungan mineral dalam batuan, beberapa mineral (seperti kuarsa,
garnet dan olivin) bersifat sangat brittle, sedangkan yang lainnya (seperti mika, lempung,
kalsit dan gypsum) bersifat ductile. Kedua, kandungan air dalam batuan akan mengurangi
keregasannya dan memperbesar keduktilannya. Pengaruh air, memperlemah ikatan kimia
mineral-mineral dan melapisi butiran-butiran mineral yang memperlemah friksi antar butir.
Jadi batuan yang ‘basah’ cenderung lebih ductile daripada batuan ‘kering’. Batuan yang
cenderung terdeformasi ductile diantaranya adalah batu gamping, marmer, lanau, serpih, filit
dan sekis. Sedangkan yang cenderung brittle daripada ductile, batupasir, kuarsit, granit,
granodiorit, dan gneiss.

Deformasi yang terjadi pada kerak, yang kita amati sekarang ini adalah jejak
deformasi yang telah terjadi beberapa ratus atau juta tahun yang lalu, dan dikenal sebagai
struktur geologi. Dalam struktur geologi, deformasi yang terjadi akibat gaya tektonik
dikelompokkan sebagai struktur sekunder dan dibedakan dari struktur yang terbentuk pada
saat atau sebelum batuan terbentuk yang dinamakan struktur primer. Yang termasuk dalam
struktur primer adalah struktur-struktur pada batuan sedimen, seperti bidang perlapisan,
lapisan bersusun (graded beding), lapisan silang siur (cross beding) dan jejak binatang.
Sedangkan pada batuan beku adalah rekahan-rekahan yang terbentuk akibat pendinginan,
dinamakan kekar kolom (columnar joint). Arah rekahan–rekahanyang tegak lurus terhadap
bidang pendinginan, permukaannya segi enam, struktur aliran pada lava dan
sebagainya. Struktur sekunder yang terbentuk setelah batuan terbentuk, adalah lipatan
(fold), kekar (joint) dan sesar (fault).

2.1.3 Klasifikasi Sesar


Sesar diklasifikasi berdasarkan atas : dip dari bidang sesar dan arah gerak relatifnya,
menjadi sesar normal, sesar naik, (reverse fault atau thrust fault) dan sesar mendatar (strike
slip fault).

a. Sesar normal ( Normal fault )


Sesar normal disebut juga sesar turun disebabkan oleh stress tensional yang seolah-
olah menarik/memisahkan kerak. Seperti halnya juga bila kerak mengalami gaya dari bawah.
Sesar normal dapat didefinisikan sebagai sesar yang hanging wall-nya relatif turun terhadap
foot wall. Atau sebaliknya, dapat dikatakan foot wall relatif naik terhadap hangingwall.
Umumnya, dua atau lebih sesar normal dengan jurus sejajar dan kemiringan berlawanan
membentuk segmen tinggian dan amblesan pada kerak.
Blok yang ‘turun’ dinamakan graben atau rift, jika dibatasi oleh dua sesar normaldan half
graben bila pelengseran hanya pada satu sesar normal. Blok yang ‘naik’ diantara dua sesar
normal dinamakan horst. Sesar normal banyak sekali dijumpai pada kerak bumi yang
mengalami stress tensional.

Gambar 5. Horst dan graben


terjadi akibat stress tensional membentuk sesar-sesar normal.

b. Sesar naik (reverse fault dan thrust fault )


Sesar naik berkembang karena stress kompresional. Gerak pada sesar naik, blok
hanging wall relatif naik terhadap blok foot wall. Sesar naik terjadi karena kerak memendek.
Bila kemiringan bidang sesarnya lebih dinamakan sesar anjakan kecil dari 45° berasosiasi
dengan perlipatan (thrust fault). Dan umumnya kuat, akibat gaya kompresi horizontal sangat
kuat pada kerak bumi. Thrust fault berkembang dari lipatan yang kemudian tersesarkan.
Thrust fault banyak dijumpai pada pegunungan lipatan.

c. Sesar mendatar (strike slip fault)


Sesar mendatar sering juga disebut sesar geser. Akibat bekerjanya shear stress gerak
utama sesar ini adalah horizontal dan sejajar dengan bidang sesarnya. Pergerakan lateralnya
ditentukan dengan melihat bidang sesarnya. Bila pengamat berdiri didepanblok sesar yang
bergerak kearah kanannya, maka sesar mendatar tersebut namanya sesar mendatar
menganan atau sesar mendatar dextral. Atau dikatakan juga right lateral slip fault dan
sebaliknya bila blok didepan pengamat bergerak kekiri namanyasesar mendatar mengiri atau
sesar mendatar sinister (left lateralslip fault).Contoh sesar mendatar besar yang terkenal
adalah sesar San Andreas di California Amerika dan diIndonesia, sesar Sumatra, sepanjang
bagian Barat pulau Sumatra, sesar Palu-Koro di Sulawesi, sesar Sorong di Irian dan lainnya.
Pada umumnya sesar mendatar besar merupakan batas lempeng, atau kejadiannya berkaitan
dengan aktivitas pergerakanlempeng. Oleh karena itu kebanyakan masih aktif (masih
bergerak sampai saat inimeskipun sangat lambat) seperti contoh diatas, keduanya masih
aktif.Meskipun geraknya tidak teramati, tetapi pengaruhnya jelas. Sepannjang sesar sering
terjadi gempabumi dan tanah longsor. Sesar mendatar yang merupakan batas lempeng dan
berkaitan dengan pemekaran lempeng namanya sesar transform, seperti yang terdapat di lantai
samudra.

Gambar.6.Macam Fault

2.2 Deformasi Plastis

Deformasi plastis artinya perubahan bentuk yang tidak dapat kembali seperti semula,
suatu logam yang diberi gaya akan terdeformasi, jika masih di batas–batas elastisitas suatu
bahan akan kembali kebentuk semula nya, tapi jika gaya tersebut menyebabkan deformasi
sampai titik luluh disinilah dimulainya deformasi plastis. pengaruh nya pada struktur
kristalnya yaitu pada tinjauan mikro, deformasi plastis menyebabkan lepasnya ikatan atom
suatu bahan dengan atom tetanganya, dan membentuk ikatan atom lain, tapi ada juga atom
yang tergeser terus menerus sehingga menyebabkan dislokasi, jika bergeser terus sampai ke
ujung kristal dan terjadi slip.

Dengan adanya deformasi maka bentuk kristal akan berubah dari equiaxed menjadi
memanjang, dan jika beban dilepaskan, atom ini tidak kembali kebentuk awal. untuk
pengaruh nya terhadap sifat mekanik yaitu, deformasi plastis menyebabkan distorsi yang
menyebabkan logam makin tegang, hal ini menyebabkan kekuatan logam makin besar, logam
makin keras dan kuat, tp keuletan nya semakin kecil, peristiwa ini dinamakan penguatan
regang (strain hardening).

Gambar7. Gambaran singkat uji tarik dan datanya

Pada intinya deformasi plastis terjadi ketika banyak dislokasi bergerak dan
berkembang biak sehingga mengakibatkan deformasi makroskopik. Dengan kata lain, itu
adalah gerakan dislokasi dalam materi yang memungkinkan untuk deformasi. Jika kita ingin
untuk meningkatkan sifat mekanik bahan (yaitu meningkatkan hasil dan kekuatan tarik), kita
hanya perlu memperkenalkan suatu mekanisme yang melarang mobilitas dislokasi ini. Apa
pun mekanisme mungkin, (bekerja pengerasan, ukuran butir, pengurangan, dll) mereka semua
dislokasi menghambat gerak dan membuat materi lebih kuat daripada sebelumnya. Tekanan
yang diperlukan untuk menimbulkan gerakan dislokasi lipat lebih rendah daripada tegangan
teoritis yang diperlukan untuk memindahkan seluruh bidang atom, sehingga mode ini stress
lega adalah menguntungkan dengan penuh semangat.

Oleh karena itu, kekerasan dan kekuatan (baik hasil dan tarik) secara kritis tergantung
pada kemudahan yang bergerak dislokasi. Menjepit poin, atau lokasi dalam kristal yang
menentang gerakan dislokasi dapat diperkenalkan ke dalam kisi untuk mengurangi mobilitas
dislokasi , dengan demikian meningkatkan kekuatan mekanik. Dislokasi dapat disematkan
karena lapangan stres interaksi dengan dislokasi dan partikel terlarut, atau hambatan fisik dari
batas butir dan tahap kedua presipitat. Ada empat utama mekanisme penguatan logam, namun
konsep kunci yang harus diingat tentang penguatan bahan logam adalah bahwa hal itu adalah
tentang gerak dan mencegah dislokasi propagasi. Anda tidak menguntungkan sehingga
bersemangat untuk dislokasi bergerak atau menyebarkan.

Untuk materi yang telah diperkuat, dengan beberapa metode pengolahan, jumlah gaya
yang dibutuhkan untuk memulai ireversibel (plastik) deformasi lebih besar daripada itu untuk
bahan asli. Dalam amorf bahan-bahan seperti polimer, keramik amorf (kaca), dan logam
amorf, tidak adanya tatanan rentang panjang mengarah ke menghasilkan melalui mekanisme
seperti patah getas, krasing, dan geser band pembentukan. Dalam sistem ini, penguatan
mekanisme tidak melibatkan dislokasi, melainkan terdiri dari modifikasi struktur kimia dan
pengolahan bahan utamanya. Sayangnya, kekuatan bahan baku tidak dapat jauh meningkat.
Masing-masing dari mekanisme diuraikan di bawah ini melibatkan beberapa trade off dengan
yang lain properti materi dikompromikan dalam proses penguatan.

2.3. Deformasi Brittle

Beberapa matetial dapat patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti
benda tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle). P.S. Saklani (2008) dalam Glossary of
Structural Geology and Tectonic menyatakan bahwa brittle adalah rekahan pada batuan yang
disebabkan karena kekuatan deformasi atau strain yang kecil. Di dalam buku Earth Structure
2nd edition karangan Ben A. van der Pluijm dan Stephen Marshak, brittle adalah respon
material padat terhadap stress saat material tersebut kehilangan kohesivitas. Sifat brittle
mencerminkan proses dari mekanisme deformasi brittle, hal itu hanya terjadi saat stress
melebihi nilai kritisdan hanya terjadi setelah material tersebut mengalami sifat elastic
dan/atau plastic. Brittle akan terjadi apabila stress yang dikontrol oleh tekanan (stress–
sensitivebehavior) dan biasanya tidak terjadi pada temperature yang tinggi.

2.3.1. Yang mempengaruhi sifat ductile dan brittle

Respon mekanis dari batuan terhadap stress berbeda–beda, tergantung dari


kondisi deformasi. Berikut ini akan dipaparkan beberapa variabel yang mempengaruhi
reologi dari batuan. Dalam suatu urutan litologi yang berbeda, batuan yang paling
mungkin untuk bersifat paling ductile jika dikenai stress biasanya disebut
sebagai incompetent, sedangkan batuan yang paling mungkin untuk
bersifat brittle biasanya disebut competent. Kedua istilah ini bersifat relative karena
urutan batuan berdasarkan kompentensinya dapat berubah apabila kondisi-kondisi
deformasi seperti: confining pressure, temperature, laju strain, tekanan fluid pori dan
lamanya deformasi (waktu).

 Confining pressure dan tekanan fluida pori, bertambahnya confining pressure pada
batuan mempengaruhi besarnya kekuatan dan ductility batuan. Tekanan fluida pori
juga akan mempengaruhi besarnya kekuatan dan ductility batuan. Meningkatnya
tekanan fluida pori dapat secara dramatis mengurangi kekuatan dan ductility batuan.
Di dalam cekungan sedimen, misalnya, air yang terjebak di dalam sedimen pada saat
pengendapan dapat tertekan selama penurunan cekungan, penimbunan, dan kompaksi,
akibat pembebanan dari sedimen impermeabel yang lebih muda di atasnya. Besaran
yang mewakili efek dari confining pressure dan tekanan fluida pori adalah effective
stress, yang besarnya sama dengan confining pressure dikurangi tekanan fluida pori.

 Temperature, meningkatnya temperatur mengurangi kekuatan batuan dan


mempertinggi ductility. Batuan sedimen bersifat lebih responsif terhadap perubahan
temperatur dari pada batuan beku. Jika cukup terpanasi, batuan dapat bersifat plastis
atau viscous dalam deformasi, sehingga batuan mengalami strain permanen yang
besar tanpa terjadinya rupture dan kehilangan kohesi.

 Strain Rate, apabila laju strain relatif rendah, besar stress yang diperlukan untuk
menghasilkan deformasi plastis dan failure (kerusakan) akhir adalah lebih kecil
dibandingkan jika laju strain lebih tinggi.

2.4 Deformasi Kerak Bumi

Deformasi kerak bumi mengakibatkan perubahan bentuk, volum, dan letak kerak bumi
sehingga menghasilkan keberagaman struktur gelogi dipermukaan bumi. Dua abad lalu, jarak
antara sejumlah monument–monument-survei di Yunani diukur dengan sangat akurat. Pada
tahun 1988 team ilmiah mengukur kembali jarak-jarak tersebut, dan menemukan bahwa
Yunani lebih panjang satu meter. Mereka juga mendapatkan bahwa Yunani sedang terpelintir
(twisted), bagian ujung Selatan, Peloponnesus, bergerak ke Baratdaya. Penyebab
pemanjangan dan pelintiran ini adalah tektonik lempeng. Afrika bergerak ke Utara, perlahan-
lahan mendorong sebagian lantai laut Mediteran kebawah Yunani. Gaya tektonik secara
kontinu menekan, menarik, melengkungkan dan mematahkan batuan litosfir.Sumber energi
tektonik berasal dari energi panas bumi yang diubah menjadi energi mekanik oleh arus
konveksi. Aliran konveksi sangat besar, batuan panas dalam mesosfir dan astenosfir pelahan-
lahan menyeret dan melengkungkan litosfir secara kontinu yang akhirnya menyebabkan
batuan terdeformasi, menjadi seperti yang kita lihat saat ini. Deformasi batuan litosfir terlalu
lambat dan terlalu dalam untuk diamati. Contohnya lempeng India-Australia yang mendesak
lempeng Eurasia, tercermin pada sesar Sumatra. Gerakannya tidak teramati tetapi hasilnya
berupa Bukit-barisan dan seringnya terjadi gempa-bumi didaerah ini.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda. Berdasarkan
definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau pergerakan
suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif.Bila batuan mengalami
penambahan stress akan terdeformasi melalui 3 tahap secara berurutan :Elastic
deformation,Ductile deformation ,Faracture.
Deformasi plastis artinya perbuahan bentuk yang tidak dapat kembali seperti semula.
Deformasi brittle adalah deformasi yang bersifat rapuh atau getas (brittle). Sedangkan
deformasi kerak bumi adalah deformasi yang terjadi di kerak bumi akibat adanya aktifitas
gaya tektonik.

3.2 Saran

Semoga dengan adanya maklah ini, yang tentunya jauh dari kesempurnaan, dapat
menambah wawasan bagi pembacanya , serta penyusun juga berharap agar kita mengetahui ,
dan memahami ilmu alam, salah satunya deformasi, dengan kita mengetahui deformasi, tentu
saja kita dapat lebih mengetahui ilmu alam itu sendiri, karena pada dasarnya manusia
bergantung pada alam.
DAFTAR PUSTAKA

Djauhari Noor, 2012, E-Book Pengantar Geologi,.


Fahrudin, 2011, “Mekanisme Deformasi, Pergerakan (Sense Shear) Dan Perkembangan
Struktur Dalam Proses Deformasi Ductile”, Vol.3 No.2.Teknik
Heri Andreas, 2007.Karakteristik Deformasi Strain Dan Stress. Mahasiswa Program Doktor
Prodi Geodesi Dan Geomatika, Bandung : ITB
Juson and Marvin E. Kauffman, 1990, Physical Geology 8th edition, Prentice Hall, New
Jersey
Tim Dosen Praktikum Geologi Fisik, xxxx, Geologi Dinamik Bab Struktur Geologi,
Bandung : ITB

Anda mungkin juga menyukai