• Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi
juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan
proses jenis pembentukan tanah itu sendiri.
Apa yang menyebabkan terjadinya pelapukan ?
1. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi
4. Insolasi
1. Pelapukan Mekanik
2. Pelapukan Kimiawi
3. Pelapukan Biologis (Organik)
1. Pelapukan Mekanik
Pelapukan mekanik adalah proses penghancuran batuan
menjadi bagian - bagian yang lebih kecil tanpa mengubah struktur
kimianya. Pelapukan mekanik dinamakan pula pelapukan fisika.
Jenis pelapukan ini dapat terjadi karena hal-hal berikut :
1. Frost Wedging
Proses ini banyak terjadi di daerah iklim dingin atau di gurun. Pada
saat hujan, titik - titik air dapat masuk ke celah-celah atau retakan
batuan. Pada malam hari saat udara menjadi sangat dingin, air di
celah batuan tersebut membeku menjadi kristal es.
Akibat adanya gejala anomali air, yaitu pada saat membeku,
volumenya meningkat sekitar 0,6 m3 dan massa es tersebut akan
menekan celah-celah batuan. Proses penekanan itu dapat
memecahkan massa batuan.
2. Unloading
Apabila intrusi besar dibawa ke permukaan melalui
pengangkatan tektonik dan erosi batuan diatasnya tekanan
pembatas diatas intrusi telah dilepaskan, tetapi tekanan di
bawahnya masih terus dikerahkan, memaksa batuan untuk
berkembang. Proses ini disebut pembongkaran (Unloading).
Karena lapisan terluar lebih mengembang, retakan atau lembaran
sambungan berkembang melengkung sejajar dengan batuan di
permukaan luasnya.
3. Thermal Expansion
Gejala perubahan suhu secara tiba-tiba sering terjadi di daerah
iklim kering atau gurun. Pada siang hari, suhu udara sangat tinggi
akibat intensitas penyinaran matahari yang kuat, akibatnya massa
batuan mengalami pemuaian. Pada malam hari suhu menjadi sangat
rendah bahkan di bawah titik beku, sehingga batuan mengalami
pengerutan secara tiba-tiba. Akibat pengerutan terus - menerus
bongkah batuan dapat pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
4. Aktifitas Organisme
Proses pelapukan oleh makhluk hidup dapat berupa
penembusan akar tumbuhan ke celah-celah batuan ataupun kegiatan
mikro organisme, seperti cacing, jamur, dan bakteri di dalam tanah
•Pelapukan Kimia
Pelapukan kimiawi atau dekomposisi adalah proses
penghancuran massa batuan yang disertai dengan perubahan struktur
kimianya.
1. Hidrolisis
Reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung
ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan
membebaskan kation logam dan silika. Mineral lempung seperti
kaolin, ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses
pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini
memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.
2. Hidrasi
Proses penambahan air pada suatu mineral sehingga
membentuk mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah
dehidrasi, dimana mineral kehilangan air sehingga
berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang
terjadi pada pelapukan, karena pada proses pelapukan
selalu ada air. Contoh yang umum dari proses ini adalah
penambahan air pada mineral hematit sehingga
membentuk gutit.
3. Oksidasi
Berlangsung pada besi atau mangan yang pada
umumnya terbentuk pada mineral silikat seperti biotit dan
piroksen. Elemen lain yang mudah teroksidasi pada
proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit
(Fe2S).
4. Reduksi
Terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh
jasad hidup) lebih banyak dari pada oksigen yang
tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi menambah
elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut
sehingga lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang
pada sistem pelapukan dalam pelarutan.
5. Pelarutan
Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit,
dolomit dan gipsum oleh air hujan selama pelapukan
akan cenderung terbentuk komposisi yang baru.
6. Penggantian Ion
Proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan
seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada
mineral lempung.
Apa itu Tanah ?
Yaaa hampir benar ……
Sedikit lagi
Tanah
Tanah merupakan bagian kerak bumi yang tersusun
dari mineral dan bahan organik. Jenis tanah di setiap
daerah pun berbeda-beda jenisnya. Komposisi tanah pada
satu lokasi dengan lokasi yang lain juga berbeda. Setiap
tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan yang
berbeda.
Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil
pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk
tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik
yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh
mikroorganisme
Faktor – faktor Pengontrol Pembentuka
Tanah
1. Batuan Induk
Keadaan alami bahan induk akan mempunyai pengaruh terputus
pada sifat-sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh
pada tanah-tanah tua yang ada. Sifat bahan induk yang memakai
satu pengaruh yang mendalam pada perkembangan tanah termasuk
tekstur, komposisi mineral dan tingkat stratifikasi. Pembentukan
tanah dapat dimulai segera setelah penimbunan abu vulkanik, tetapi
harus menunggu penghancuran batuan keras secara fisik dimana
granit dibuka. Selama stadium awal pembentukan tanah,
penghancuran dapat membatasi laju dan kedalaman perkembangan
tanah, dimana laju dan penghancuran batuan melebihi laju
perpindahan bahan oleh erosi, tanah-tanah produktif dengan solum
tebal dapat berkembang dari batuan dasar (Foth. H.D, 1988).
2. Waktu
Tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti
perubahan bentuk bumi. Mereka mempunyai siklus hidup dengan
keadaan yang sama dimana bentuk muka bumi lambat laun
menembus suatu siklus. Siklus hidup tanah teristimewa termasuk
stadium bahan induk, tanah muda, tanah matang dan tanah tua. Pada
tanah-tanah muda kandungan bahan organik meningkat dengan cepat
sebab laju pertambahan melebihi laju dekomposisi. Kematangan
dicirikan oleh kandungan bahan organik yang konstan sebagai
penambah diimbangi oleh yang hilang. Unsur yang tua dicirikan oleh
kandungan bahan organik yang rendah dan menurun yang
menunjukkan bahwa laju pertambahan susut dari tanah menjadi lebih
mudah dilapukkan. (Foth.H.D, 1988).
3. Iklim
Pengaruh iklim yang penting yang mempengaruhi
pembentukan tanah adalah dan temperatur. Iklim juga
mempengaruhi pembentukan tanah secara tidak langsung
yang menentukan vegetasi alami. Tidaklah terlalu
mengejutkan bahwa terdapat beberapa penyebaran iklim,
vegetasi dan tanah yang paralel di permukaan bumi.
Setiap kenaikan 10°C akan menaikkan laju reaksi kimia
dua sampai tiga kali. Meningkatnya pelapukan dan
kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata
temperatur tanah. Rupanya hanya tanah-tanah yang
sangat muda mempunyai pengaruh iklim yang konstan
selama genesa tanah (Foth.H.D, 1988).
•
4. Organisme
Tanaman mengabsorbsi unsur hara dari tanah dan mengangkut nutrien ke tajuk
tanaman, bila tajuk mati dan jatuh ke permukaan tanah perombakan bahan
organik akan melepaskan unsur hara untuk kesuburan dirinya sendiri (Foth.H.D,
1988).
• Profil tanah rumput mengandung lebih banyak bahan organik terdistribusi lebih
uniform di dalam tanah daripada tanah hutan. Tanah dengan vegetasi hutan
mempunyai kira-kira separuh dari kandungan bahan organik dan terdistribusi
tidak merata dengan tingkat perkembangan profil tanah lebih sempurna. Horizon-
horizon pada solum lebih asam dan % jenuh basa yang rendah dan lebih banyak
liat yang dipindahkan dari horizon A ke horizon B (Buckman & Brady, 1982).
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi
soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan
membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan
kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil
ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
5. Kemeringan Lereng / Topografi
Topografi mengubah perkembangan profil tanah
dalam tiga cara, yaitu (1) dengan mempengaruhi jumlah
presipitasi yang diabsorbsi dan ditahan dalam tanah, oleh
karenanya mempengaruhi kelembaban, (2) dengan
mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi,
(3) dengan mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam
suspensi atau larutan dari daerah yang satu ke daerah
yang lain (Foth.H.D, 1988).
Profile Tanah
• Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada
tubuh tanah, tanah merupakan tubuh alam yang
terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam
(natural forces) terhadap proses pembentukan mineral.