Anda di halaman 1dari 8

BAB I

1. LATAR BELAKANG
Sejak tahun 2001 telah terjadi perubahan pada pengelolaan pemerintahan
Indonesia yaitu dengan dilakukannya otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi
daerah ini ditandai dengan diterbitkannya undang- undang nomor 32 tahun
2004 tentang pemerintah daerah dan undang- undang tersebut direvisi
menjadi undang- undang nomor 23 tahun 2014 bahwa otonomi daerah adalah
hak, kewajiban, dan wewenang daerah otonom untuk mengatur dan mengurusi
urusan kepemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan perundang-
undangan. Dengan dilaksanakannya otonomi daerah secara langsung
memberikan pengaruh pada sistem pembiayaan, pengelolaan, dan pengawasan
keuangan daerah. Dan oleh sebab itu daerah diharapkan mampu dalam
meningkatkan penerimaan asli pendapatan daerah.

Menurut Herlina Rahman ( 2005:38) dalam blog resminya Herlina Rahman


mengatakan bahwa “pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil distribusi, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain- lain pendapatan daerah yang sah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otoda sebagai perwujudan asas
desentralisasi. Pengelolaan keuangan daerah yang baik berpengaruh terhadap
kemandirian dan kemajuan daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah tidak
dapat terpisahkan dengan kebijakan desentralisasi fiscal yang diberikan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, aturan- aturan kewenangan ini
terdapat pada undang- undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pada asas
desentralisasi fiscal ini memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
untuk mengatur dan mengelola keuangannya untuk membangun dan
mengembangkan daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritas di daerah
masing- masing termasuk dalam penyusunan dan pengalokasian dana yang
dimiliki secara efektif dan efesien guna untuk kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam artikelnya Dodik Siswantoro (2017) mengatakan bahwa dalam


pengelolaan keuangan daerah sudah terangkum dalam dokumen keuangan
yang mengikat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta DPRD
yang disebut anggaran public (APBD). APBD ini adalah suatu dokumen yang
berisi rencana keuangan yang menjadi dasar pengelolaan keuangan daerah dan
pedoman bagi pemerintah daerah dan memberikan pelayanan public dalam
masa periode anggaran atau satu tahun anggaran. Didalam anggaran ini
terdapat kegiatan- kegitan yang sudah direncanakan pemerintah daerah yang
dituangkan dalam bentuk angka dan batas maksimal untuk periode anggaran.
Peraturan pemerintah nomor 58 tahun 2005 menyebutkan bahwa anggaran
pendapatan dan belanja daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD
juga ditetapkan dengan peraturan daerah. Dalam anggaran pemerintah daerah
ini biasanya termuat berbagai kebutuhan masyarakat dengan potensi dan
sumber daya yang dimiliki serta beberapa pengeluaran untuk membiayai
kebutuhan tersebut, agar dapat melayani masyarakat dengan baik. Tetapi
dengan keterbatasan sumber daya menjadi pangkal utama permasalahan yang
mendasar dalam penganggran sector public. Permasalahan inilah yang
menyebabkan proses pembuatan keputusan pengalokasian menjadi sangat
dinamis, terlebih lagi dalam kondisi terdapat banyak pihak dengan
kepentingan dan preferensi yang berbeda, sehingga membutuhkan suatu
manajemen pengeluaran public yang mampu mengendalikan pola konsumsi
sumber daya ekonomi dengan tepat sasaran yang terangkum dalam anggaran
belanja public.

Dengan keterbatasan sumber daya yang telah dimiliki ini pemerintah berusaha
mengalokasikan dengan tepat penerimaan yang terbatas ini untuk membiayai
berbagai kebutuhan seperti belanja rumah tangga kepemerintahan, agar
pengeluaran tersebut dapat menghasilkan nilai ekonomis di masa mendatang.
Pemerintah membuat kebijakan dalam mengelola keuangannya dengan
menerapkan manajemen pengeluaran public melalui belanja public yang
sifatnya produktif diberbagai lini. Maksut dari belanja public produktif ini
berarti mampu menghasilkan dan menyediakan pelayanan yang baik sehingga
mampu mendorong pertumbuhan perekonomian, pembangunan, dan
kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam bukunya mahmudi belanja modal diantaranya adalah belanja tanah,


gedung dan bangunan, dll. Belanja modal ini digunakan untuk membiayai
semua kebutuhan masyarakat akan fasilitas, sarana dan prasarana, dan
pembangunan infrastruktur daerah yang dapat meningkatkan produktivitas
masyarakat dan iklim investasi di suatu daerah. Dengan belanja modal
pemerintah menggunakannya untuk penambahan dan pemenuhan asset tetap
yang dapat mendukung dan memperlancar tugas dalam pelayanan publik.
Pentingnya belanja modal ini untuk kepentingan publik, dan juga diimbangi
dengan pengelolaan belanja modal yang memadai di daerah. Seringkali
belanja modal pada akhir tahun lebih rendah dari target, atau lebih rendah dari
pada anggarannya. Kondisi ini terkadang bertolak belakang dengan realisasi
penerimaan yang mengalami surplus diakhir tahun, ini dikarenakan
pelampauan realisasi pendapatan . Padahal dengan besarnya realisasi anggaran
ini menunjukkan bahwa program- program telah berjalan, dan kegiatan
pemerintah berjalan efektif dan efesien dengan ditunjukkannya pelayanan
yang baik dan terdorongnya bagi pertumbuhan perekonomian daerah. Kondisi
ini yang menandai adanya penyerapan belanja modal yang
rendah dan saat kejadian pelampauan penerimaan hasil
kekayaan daerah tersebut, maupun transfer pemerintah pusat
dan dari sumber- sumber pendapatan lain. Dan pada saat
terjadi pelampauan pendapatan pemerintah daerah belum
mampu meningkatkan belanja modal atau dalam
menyesuaikannya pemerintah daerah belum mampu
mengejar antara pendapatan dengan belanja khususnya
belanja modal. Rata- rata belanja yang mengalami
peningkatan adalah belanja pegawai tidak langsung atau gaji
PNSD. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan karena jenis
belanja ini tidak bersentuhan langsung dengan kepentingan
dan pelayanan public serta tidak memiliki daya ungkit
terhadap pertumbuhan ekonomi dan produktifitas
perekonomian daerah.

Perlunya perhatian khusus pemerintah pusat kepada


pemerintah daerah dalam mengatasi pengelolaan belanja
modal. Kurangnya penyerapan dalam belanja modal di daerah
ini menjadi permasalahan yang kompleks. Peran pemerintah
dalam mengambil kebijakan dana transfer ini diharapkan
mampu untuk meminimalkan permasalahan tersebut. Dalam
pengoptimalan sumber pendapatan untuk pendanaan belanja
modal pemerintah daerah dituntut lebih cerdas dan kreatif
dalam mengelola anggaran. Bila dihadapkan pada
keterbatasan sumber daya dan hambatan- hambatan lain
dalam penyerapan belanja modal pemerintah daerah tetap
berpegang pada Undang- Undang Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara. Diharapkan dengan belanja modal
yang tinggi pemerintah daerah lebih memadai dalam
pelayanan kepada public untuk meningkatkan pertumbuhan
dan produktivitas perekonomian daerah.

Pendanaan untuk belanja modal berasal dari sumber


pendapatan daerah itu sendiri, dana perimbangan ( DAU, DAK,
bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak), dan penerimaan
pembiyaan ( SILPA tahun sebelumnya, pencairan dana
cadangan, hasil penjualan kekayaan yang dipisahkan,
penerimaan pinjaman, penerimaan kembali pemberian
pinjaman). Dalam penelitian ini terbatas pada pengaruh
variable bebas ( sumber pendapatan dan penerimaan
pembiayaan) terhadap variable terikat ( belanja modal), bukan
pada pembahasan tentang prediksi dan solusi dalam
rendahnya penyerapan dana belanja modal. Ada beberapa
factor yang mempengaruhi belanja modal. Dalam penelitian
Yulius Agus Linggau Pratomo (2016) factor yang
mempengaruhi diantaranya PAD, DAU, Silpa, Luas Wilayah.
Dan dalam jurnal Magister Akuntansi (2016) mengatakan
factor yang mempengaruhi belanja modal antara lain pajak
daerah, retribusi daerah, lain- lain pendapatan asli daerah
yang sah, dan DAK.

Dalam penelitian tersebut DAU, DAK adalah dana transfer dari


pemerintah pusat yang ditransfer untuk memenuhi kebutuhan
belanja modal, karena belanja modal termasuk belanja yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat secara langsung.
Berdasarkan penelitiannya Dodik (2017) DAU ini tidak
berpengaruh terhadap belanja modal karena dalam
pengidentifikasiannya tidak untuk pembangunan daerah.
Sedangkan DAK dalam penelitiannya Sheila Ardhian Nuarisa
(2013) mengatakan bahwa DAK itu mempunyai pengaruh
positif terhadap belanja modal, karena kepentingan untuk
jangka dan masa manfaatnya yang panjang. Dalam berita
sindonews.com menyebutkan bahwa DAU yang telah
diberikan kebanyakan untuk belanja pegawai. Pengamat
ekonomi dari Universitas Brawijaya dalam berita
sindonews.com pernah menyebut komposisi APBD di berbagai
daerah selama ini mengandalkan DAU dari Pemerintah Pusat,
dan di provinsi Jawa timur porsi pendapatan asli daerah
terhadap APBD rata- rata 13,7%. Dan dijawa timur hanya
beberapa daerah saja yang PADnya diatas 20% sementara
DAU minimal 80%. Salah satunya kabupaten Kediri yang
mana masih sangat mengandalkan dari dana perimbangan.
PAD yang dihasilkan kabupaten Kediri tahun 2016 sekitar 10%
saja dan untuk tahun 2017 ini ditargetkan sekitar 2,4 triliun
(berita metro: 2016). Dalam hal ini pemerintah kabupaten
Kediri segera mengajukan perubahan peraturan daerah nomor
17 tahun 2011 tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah,
tetapi fraksi Nasdem menolak karena apa artinya bila
dibandingkan dengan terdapatnya SILPA pada tiap tahunnya,
yang pada tahun 2016 saja silpa mencapai 500 Miliyar.
Mengenai Silpa ini, banyak sekali daerah- daerah yang selalu
mengalami SILPA diakhir tahun, tidak hanya Kediri saja tetapi
ada juga dari kabupaten Blitar dan kota Malang. Kota malang
ini silpa tahun 2016 SILPA mencapai 304,9 Miliyar, dan
diperkirakan bahwa silpa tahun 2017 akan turun menjadi
sekitar 200 miliyar ungkap “pemkot malang dalam
merdeka.com”. Dan dalam penelitiannya Dodik siswantoro
(2016) mengatakan bahwa silpa berpengaruh positif terhadap
belanja modal, tetapi dalam penilaian kinerjanya, jika suatu
daerah itu silpanya tinggi cenderung dinilai bahwa program-
program yang ada dalam daerah tersebut belum berjalan
maksimal karena tidak sesuai dengan anggaran yang telah
dibuat diawal tahun.

Selain factor- factor diatas pendapatan asli daerah berupa


pajak daerah juga berpotensi yang sangat besar dalam
memenuhi kebutuhan belanja modal, karena pendapatan
daerah terbesar berasal dari pajak daerah. Pajak daerah ini
meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak penerangan jalan, pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan dll. Diharapkan dengan adanya
kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dapat
membantu meningkatkan pendapatan daerah ini sehingga
dapat mencukupi kebutuhan dalam pelayanan kepada
masyarakat. Selain itu pajak daerah yang dijelaskan dalam UU
no. 28/2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
menjelaskan bahwa pajak daerah yang selanjutnya disebut
pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang sifatnya memaksa
berdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Dikota
malang terdapat banyak bangunan hotel, restoran dan
hiburan- hiburan lain yang berdiri di kota malang. Dengan
banyaknya bangunan bangunan dan tempat hiburan berarti
juga ikut menambah penerimaan pendapatan asli daerah.

Dan selain faktor diatas masih ada satu pendapatan daerah


yang juga ikut menyumbang untuk memenuhi kebutuhan
dalam mensejahterakan masyarakat yaitu hasil kekayaan
yang terpisahkan. Jika di malang mempunyai kekayaan alam
yang melimpah yang menjadikan kota malang ini cocok
sebagai perkebunan dan persawahan, dan juga terdapat
banyak tempat-tempat wisata yang juga dapat menambah
hasil pendapatan daerah. Lain dengan kota Kediri yang

Pemerintah kota malang ini selain dari pajak daerah juga dari
hasil kekayaan alamnya yang melimpah, karena menurut
geologi daerah malang ini ditutupi oleh endapan kuarter
gunung api dan juga ditutupi oleh endapan sedimen dan
batuan vulkanik tersier yang mengakibatkan daerah malang
subur dan cocok sebagai perkebunan dan persawahan. Jadi
hasil kekayaan kota malang yang melimpah juga dapat
membantu mencukupi kebutuhan belanja modal khususnya
untuk kota malang. Kemungkinan besar ini yang
mengakibatkan penyerapan anggaran dari pemerintah
menjadi sisa sampai 304,9 miliyar pada tahun 2016, dan pada
tahun 2017 ditargetkan akan turun menjadi 200 miliyar
ungkap pemkot malang dalam merdeka.com.

Dengan berbagai pendapat diatas peneliti ingin lebih jelas


meneliti sejauh mana beberapa factor- factor yang
mempengaruhi belanja modal dan alasan variable tersebut
mempengaruhinya, dengan focus pada daerah- daerah
dipulau jawa khususnya jawa timur.

2.RUMUSAN MASALAH
Dari berbagai uraiann diatas sudah jelas peneliti mempunyai
beberapa rumusan masalah diantaranya sebagai berikut :

1. Pengaruh pajak daerah terhadap belanja modal?

2. Pengaruh pendapatan asli darah terhadap belanja modal


?

3. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja modal ?

4. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap belanja modal ?

5. Pengaruh retribusi daerah terhadap belanja modal ?

6. Apakah hasil kekayaan daerah berpengaruh terhadap


belanja modal, dan jika iya, seberapa besarkah
pengaruh hasil kekayaan tersebut terhadap belanja
modal ?

7. Pengaruh sisa lebih pembiayaan anggaran tahun


sebelumnya terhadap belanja modal ?

3. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai, oleh peneliti atas
penelitian yang akan dilakukan antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap


belanja modal pada kota malang

2. Untuk mengetahui pengaruh sisa lebih pembiayaan


anggaran tahun sebelumnya pada kota malang

3. Untuk mengetahui apakah hasil kekayaan daerah


berpengaruh terhadap belanja modal pada kota malang.

4. Untuk mengetahui pengaruh besarnya hasil kekayaan


terhadap belanja modal kota malang.

5. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah


dan dana perimbangan terhadap belanja modal

6. Untuk mengetahui pengaruh dana alokasi umum dan


khusus terhadap belanja modal

4. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang ingin diperoleh oleh peneliti yang akan


dilakukan antara lain :

1. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan membantu pemerintah


daerah dalam upaya- upaya dan kebijakan yang
seharusnya dilakukan dalam hal pemungutan pajak
untuk menambah jumlah pajak daerah sehingga untuk
tahun berikutnya pemerintah dapat memperbaiki hal-
hal yang akan menambah dan meningkatkan
penerimaan PAD yang akan berpengaruh terhadap
belanja modal yang akan dianggarkan.

2. Peneliti lain dan pembaca


Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang
membaca penelitian ini mengenai pajak daerah, hasil
kekayaan yang dipisahkan, pendapatan asli daerah,
dana perimbangan, dan sisa lebih pembiayaan
anggaran terhadap belanja modal.

Anda mungkin juga menyukai