Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“PENGARUH CAHAYA (SUHU) TERHADAP KECEPATAN

TRANSPIRASI”

NAMA KELOMPOK:

DISUSUN OLEH:

PUTRI MAYANG SARI

NIM. 12030244024

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

SURABAYA

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi


tergantung pada kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan, kecepatan
proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari
tubuh tumbuhan. Proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan melalui
stomata inilah yang disebut transpirasi. Kemungkinan hilangnya air dari
jaringan tanaman melalui kegiatan tanaman dapat terjadi, tetapi porsi
kehilangan tersebut sangat kecil apabila dibandingkan dengan hilangnya air
melalui stomata.Oleh karena itu, dalam perhitunganya, besarnya jumlah air
yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan untuk air yang hilang
melalui stomata. Proses transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup
(Guritno dan Sitompul, 1995).
Pengangkutan garam mineral dari akar ke daun terutama lewat xilem
dan kecepatanya dipengaruhi oleh kecepatan transpirasi. Transpirasi itu pada
hakikatnya sama dengan penguapan akan tetapi istilah penguapan tidak
digunakan pada makhluk hidup. Transpirasi tidak melalui kutikula, stomata,
dan inti sel sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi akan
tetapi biasanya yang dibicarakan transpirasi lewat daun tersebut. Faktor-
faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah kelembapan, suhu, cahaya,
angina, dan kadar air tanah.
Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara melewati
permukaan daun tersebut lebih kering dari udara tumbuhan sekitar tersebut
(Filter dan Ross, 1982 ).
Salah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengukur
kecepatan transpirasi adalah menghitung berat tanaman yang telah diplot
terhadap hilangnya air (Salisbury dan Ross, 1985). Karena jumlah air yang
digunakan untuk pertumbuhan tanaman kurang dari 1%, maka seluruh
perubahan berat dapat diasumsikan berasal dari adanya transpirasi. Dalam
eksperimen ini, karena cahaya berpengaruh terhadap membuka menutupnya
stomata, sehingga secara tidak langsug berpengaruh terhadap proses
transpirasi, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan,
terutama intensitas cahaya, terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar air
(Impatiens balsamina).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi
tanaman pacar air (Impatiens balsamina)?

C. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya (suhu) terhadap kecepatan


transpirasi tanaman pacar air (Impatiens balsamina) dengan metode
penimbangan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina)


Tanaman berbatang basah dan tegak ini mempunyai tinggi 30-80 cm
dan bercabang.Daun tunggal, bertangkai pendek.Helaian daun bentuk lanset
memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip,
dan warnanya hijau muda.Bunga keluar dari ketiak daun, warnanya
bermacam-macam, seperti merah, oranye ungu, dan putih.Bunganya ada yang
tunggal dan ada yang dobel. Buahnya buah kendaga, jika masak akan
membuka menjadi lima bagian yang terpirih.
Tanaman ini berasal dari Asia Selatan (India) dan Asia
Tenggara.Diperkenalkan di Amerika sekitar abad 19. Di Indonesia, tanaman
ini tersebar merata dan dipakai sebagai tanaman hias sedangkan buahnya
berbentuk kendaga, apabila masak akan membuka menjadi 5 bagian yang
terpilin. Pacar air umumnya tumbuh liar atau ditanam sebagai tanaman
hias.Tanaman pacar air termasuk dalam family Balsaminaceae.

B. Transpirasi
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan dalam bentuk
uap dari jaringan, ini dapat saja terjadi tumbuhan melalui stomata.
Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian-bagian
tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat
kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh karena itu,
dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang umumnya difokuskan
pada air yang hilang melalui stomata (Lakitan, 2000).

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transpirasi

1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi kecepatan transpirasi
tersebut disebabkan oleh kondisi tanaman itu sendiri:
a. Penutupan stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula
secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi
apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak
pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit
untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata.Faktor utama
yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi
lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembaban.
b. Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan. Jumlah dan ukuran stomata mempunyai pengaruh yang lebih
sedikit terhadap transpirasi total dari pada pembukaan dan penutupan
stomata. Pada tanaman nonakuatik, stomata umumnya terletak di
permukaan abaksial (bagian bawah).Meskipun demikian, pada beberapa
spesies, stomata juga dapat ditemukan di permukaan adaksial daun.
c. Jumlah dan kondisi morfologis daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi.Kondisi
morfologis, seperti luas daun, ketebalan, ada tidaknya lapisan lilin atau
kutikula, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun, juga mempengaruhi
kecepatan transpirasi suatu tanaman.
d. Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang
menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
e. Kedalaman dan proliferasi akar
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya
sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang
lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per
satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan
volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Gardner, et.al., 1991).
2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi kecepatan transpirasi adalah faktor yang


berasal dari lingkungan, antara lain sebagai berikut (Dwijoseputro, 1986)
a. Kelembaban
Gerakan uap air ke udara dalam daun akan menurunkan kecepatan
bersih dari air yang hilang, sehingga transpirasi akan menurun seiring
dengan meningkatnya kelembababan udara. Apabila stomata dalam keadaan
terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya
perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga antarsel dengan
tekanan uap air di atmosfer, Jika tekanan uap air di udara rendah, maka
kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar, begitu
pula sebaliknya. Pada kelembaban uadara relatif 50% perbedaan tekanan
uap air di daun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70%
(Jayamiharja, 1977).
b. Suhu
Kenaikan suhu dari 180-200 F cenderung meningkatkan penguapan
air sebesar dua kali lipat. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama
denga suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu
100 – 200F lebih tinggi daripada suhu udara. Suhu berpengaruh terhadap
membuka menutupnya stomata.Pada banyak tanaman, stomata tidak
membuka jika suhu sekitar 00C.
c. Cahaya
Cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi melalui dua cara, yaitu:
1) sehelai daun yang terkena sinar matahari langsung akan mengabsorbsi
energi radiasi, dan 2) cahaya yang tidak berbentuk cahaya langsung dapat
pula mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap membuka-
menutupnya stomata, dengan mekanisme tertentu.
d. Angin
Angin cenderung untuk meningkatkan kecepatan transpirasi, baik di
dalam naungan atau di dalam cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan
tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu
daun akan menurunkan kecepatan transpirasi.
e. Kandungan air tanah
Jika kandungan air tanah menurun akibat penyerapan oleh akar,
gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.Hal ini
cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun sehingga menurukan
kecepatan transpirasi lebih lanjut.

D. Intensitas Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan,
tanpa adanya cahaya matahari kehidupan tidak akan ada (Pearse,1939 set
Wilsie, 1962). Bagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain
ditentukan oleh kualitasnya ternyata ditentukan intensitasnya (Hari Suseno,
1976).
Intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk mengukur daya
yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan
sudut.Satuan SI dari intensitas cahaya adalah Candela (Cd).Dalam bidang
optika dan fotometri (fotografi), kemampuan mata manusia hanya sensitif dan
dapat melihat cahaya dengan panjang gelombang tertentu (spektrum cahaya
nampak) yang diukur dalam besaran pokok ini.
Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi
tanaman.Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang
tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu
lebih sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal, tetapi
ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung (Wilsie,
1962).Beberapa efek dari cahaya matahari yang penuh (yang melebihi)
kebutuhan optimum dapat menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi
meningkat tetapi cenderung mempertinggi daya tahan tanaman.
Intensitas cahaya yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat
digunakan oleh tanaman (Curtis & Clark, 1950, Suseno, 1974). Energi cahaya
matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar
antar 0,5 – 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil
fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya kurang dari batas optimum
yang dibutuhkan oleh tanaman, yang tergantung pada jenis tanaman (Leopold
& Kriedemann, 1975). Pemberian naungan pada tanaman baik secara alami &
buatan, akan berarti mengurangi intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman
tersebut, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan maupun hasil tanaman
(Daubenmire, 1962).
Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari akan mempunyai
akar yang pendek, hal ini diperkuat oleh pendapat Shirley sit Wilsie (1962)
bahwa cahaya matahari penuh menghasilkan akar lebih panjang dan lebih
bercabang. Bila cahaya matahari kurang, karena tanaman berada dalam
keadaan terlalu teduh, maka proses asimilasi akan berkurang, sehingga
hidratarang sebagai hasil proses tersebut juga kurang jumlahnya.
Hidrat arang ini akan diangkut melelui pembuluh tapis dan diakar di
respirasi untuk menghasilkan energi. Bila tanaman kurang dapat menghasilkan
hidratarang maka energipun hanya dihasilkan sedikit saja, sedangkan energi
perlu untuk akar menyerap air berikut zat hara dan mendorong ke bagian
tanaman lainnya.Dalam keteduhan, sel dibentuk oleh tanaman adalah sel yang
besar, tetapi gembos, karena encernya protoplasma didalam sel tanamannya.
Tanaman akan panjang ruas ruasnya (karena beretiolasi) karena tanaman ingin
mengejar matahari dengan cepat, tanaman anggrek terlihat pucat, lemah.
Tanaman akan lebih mudah menguapkan air karena kutikula/lapisan lilin pada
permukaan daun sangat tipis.
Menurut Smit (1975) mengemukakan bahwa pengaruh morfogenik
paling umum dari pertumbuhan dalam kegelapan (intensitas cahaya sangat
rendah) adalah pertumbuhan ruas (internodia) menjadi sangat lambat dan
perkembangan daun menjadi tertekan secara lemah dan pucat (etiolasi).
Menurut Williams et al, (1976) mengemukakan bahwa pengurangan
sinar dari suatu tanaman yang telah optimal sinarnya, suhunya dan
kelembabbannya akan menyebabkan pengurangan pertumbuhan akar dan
tanaman menunjukkan gejala etiolasi. Daniel et al, (1979) menerangkan
bahwa proses fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan
lamanya penyinaran, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya. Hal ini
didukung oleh Soekkotjo (1977) menerangkan bahwa intensitas cahaya
berpengaruh terhadap pembesaran dan differensiasi sel. Sehubungan dengan
laju fotosisntesi, intensitas cahaya yang semakin tinggi (naik) mengakibatkan
kecepatan fotosisntesis semakin tidak bertambah lagi walaupun intensitas
cahaya terus bertambah.Batas ini disebut titik saturasi cahaya atau titik jenuh
cahaya (ligh saturation point).Pada keadaan ini cahaya bukan sebagai sumber
energi maupun sebagai bentuk, tetapi sebagai perusak (foto
destruktif).Intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan temperatur daun
meningkat, sebagai akibat menutupnya stomata, sehingga sebagaian klorofil
menjadi pecah dan rusak (fotodestruktif). Menurut Kramerdan Kozlowski
(1979) menerangkan bahwa kecepatan fotosintesis tersebut diakibatkan oleh
meningkatnya temperatur daun yang mengakibatkan penutupan stomata dan
rusaknya klorofil, sehingga konsentrasi klorofil berkurang.Sedangkan pada
intensitas cahaya yang semakin menurun sampai batas tertentu jumlah O2 yang
dikeluarkan oleh proses fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan
oleh proses respirasi. Batas ini disebut titik kompensasi cahaya (light
compensation point). Oleh karena itu setiap jenis tanaman mempunyai batas
titik kompensasi cahaya dan titik saturasi cahaya yang tidak sama.
Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan
langsung dengan udara, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang,
cabang, ranting, buah, dan bahkan akar. Cepat lambatnya proses transpirasi
ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan
ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu
menyebabkan pergerakan uap atau gas.
Mekanisme transpirasi dimulai ketika air diangkut dari akar.Air
diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar
bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem.Air dalam pembuluh
xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam
kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian
atas.Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke
xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.
Kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2,
cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-
faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya
dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan
kadar ionkalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran
gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer.
Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer.
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat
dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan
menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui
stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih
sedikit.Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk
mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.
Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara
sebagai uap air.Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan
tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah.Transpirasi
menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari
akar ke daun melalui xilem.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental,
karena yang diselidiki adalah pengaruh intensitas cahaya (suhu) terhadap
kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air (Impatiens balsamina).

B. Variabel Penelitian
1. Variabel kontrol: waktu, jenis tanaman (Impatiens balsamina), kondisi
tumbuhan, panjang tanaman, volume air.
2. Variabel manipulasi: intensitas cahaya
3. Variabel respon: kecepatan transpirasi (berkurangnya berat keseluruhan)

C. Alat dan Bahan


1. Alat

- Erlenmeyer 250 mL - Higrometer


sebanyak 2 buah. - Luxmeter
- Sumbat erlenmeyer - Bohlam lampu 100
dengan dua lubang di watt dan lampu duduk
tengahnya (2 buah) - Pisau tajam dan
- Timbangan penggaris.
- Termometer

2. Bahan

- Dua pucuk tanaman pacar air ( Impatiens balsamina ) yang memiliki


kondisi hampir sama sepanjang 20 cm.
- Air
- Vaselin
- Kertas grafik/milimeter block
D. Cara Kerja

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.


2. Menyediakan 2 buah erlenmeyer dan mengisinya dengan air bervolume
150 mL.
3. Memotong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air,
kemudian segera memasukkan potongan tanaman tersebut pada tabung
erlenmeyer melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya
terendam air. Bunga, kuncup, daun yang rusak dibuang;bekas luka diolesi
dengan vaselin. Celah-celah yang ada juga diolesi dengan vaselin,
misalnya di sekitar sumbat.
4. Menimbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air
yang ada di dalamnya, Mencatat hasilnya
5. Meletakkan erlenmeyer pertama pada tempat dengan jarak 20 cm dari
lampu pijar 80 watt dan erlenmeyer kedua di dalam ruangan. Mengukur
kondisi lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu, intensitas cahaya,
dan kelembaban.
6. Menimbang erlenmeyer beserta kelengkapannya setiap 30 menit. Mencatat
hasilnya dalam tabel pengamatan.
7. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
8. Setelah penimbangan terakhir, daun-daun pada tanaman pacar air diambil
dan diukur luas totalnya dengan kertas milimeter atau kertas grafik. Hal ini
dilakukan dengan cara membuat pola masing-masing daun pada kertas
grafik, kemudian memghitung luas daun dengan ketentuan: apabila kurang
dari ½ kotak dianggap nol, dan bila lebih dari ½ dianggap satu.
E. Alur Kerja

Potong miring pucuk


tanaman pacar air +
20 cm
Masukkan melalui lubang sumbat

Erlenmeyer A + Erlenmeyer B +
150 ml air 150 ml air

Olesi semua celah yang


ada dan bekas luka pada
tubuh tumbuhan dengan
vaselin

Timbang Erlenmeyer
beserta isinya, catat
hasilnya
Letakkan

Erlenmeyer A di Erlenmeyer B di
tempat terang tempat gelap

Mengukur
suhu, intensitas cahaya, dan
kelembaban di sekitar.

Timbang Erlenmeyer beserta kelangkapannya setiap


30 menit

Timbang Erlenmeyer beserta kelengkapannya


setiap 30 menit

Ulangi 3 kali, dan catat hasilnya dalam tabel

Timbang Erlenmeyer beserta kelengkapannya setiap 30


menit

Pacar Setelah penimbangan berakhir, potong semua daun


yang ada di batang. Kemudian ukur luasnya menggunakan
kertas millimeter.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Tabel pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan


transpirasi

Intensitas Berat Kecepatan


Suhu Kelembapan Berat akhir Selisih berat Rata-
Cahaya awal Transpirasi
(%) rata
( d/m2) (0C ) (gr) 30’ 30’ 30’ 30’ 30’ 30’ (gr/menit/cm2)

0,00164 =
1028 36 74 318,5 311,0 310,9 310,3 7,5 7,6 8,2 7,7
16,4 x 10-4
0,00128 =
5 34 84 313,0 313,0 310,5 310,1 2 4,5 4,9 3,8
12,8 x 10-4

-
Kecepatan transpirasi pada cahaya terang atau 1028 d/m2

=
Transpirasi pada cahaya terang = ("318,5gram" /"30menit" )/"153 cm2"
313,0

- Kecepatan pada cahaya gelap atau 5 d/m2

Tranpirasi pada cahaya gelap = ("313,0gram" /"30menit" )/"99 cm2 = 12,8 x 10-
4
8x10-5

Tabel 2. Tabel luas permukaan daun pacar air yang digunakan untuk
percobaan

Luas Daun ke- ( cm )


Total
Perlakuan
( cm )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Intensitas
26 23 11 6 7 4 19 18 21 18 153
cahaya tinggi
Intensitas
24 24 13 8 9 25 10 11 99
cahaya rendah
18
Kecepatan transpirasi ( x10-4 gr/menit/cm2 )
16

14

12

10

8
Y-Values
6

0
5 1028
Intensitas cahaya (d/m2)

Grafik1. Grafik pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi tanaman


pacar air

B. Analisis Data
Berdasarkan tabel dan grafik hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa
terjadi perbedaan kecepatan transpirasi antara tanaman pacar air (Impatiens
balsamina) yang diletakkan pada cahaya terang dengan bantuan lampu 100
watt, yaitu dengan intensitas sebesar 1028d/m2, dengan tanaman pacar air
yang diletakkan pada cahaya gelap dengan intensitas sebesar 5 d/m2.
Pada awal pengamatan, yaitu sebelum dilakukan perbedaan perlakuan,
berat keseluruhan erlenmeyer pertama adalah 318,5 gram, sedangkan berat
keseluruhan erlenmeyer kedua adalah 315,0 gram. Erlenmeyer pertama
kemudian diletakkan pada tempat pada tempat terang dengan intensitas cahaya
1028d/m2 dengan suhu 36C dan kelembaban 74% sementara erlenmeyer
kedua berada dalam ruangan dengan intensitas cahaya 5 d/m2 dengan suhu
34C dan kelembaban 84%.
Pengukuran berat atau penimbangan setiap 30 menit dengan pengulangan
sebanyak 3 kali membuktikan adanya perubahan berat pada kedua
erlenmeyer.Erlenmeyer pertama yang diletakkan pada intensitas cahaya
1028d/m2 mengalami penurunan berat menjadi 311,0 gram pada 30 menit
pertama, 310,9 gram pada 30 menit kedua, dan 310,3 gram pada 30 menit
ketiga, sehingga mengalami penurunan berat rata-rata sebesar 7,7 gram.
Erlenmeyer kedua yang diletakkan pada intensitas cahaya 5 d/m2mengalami
penurunan berat menjadi 313,0 gram pada 30 menit pertama, 310,5 gram pada
30 menit kedua, dan 310,1 gram pada 30 menit ketiga, sehingga mengalami
penurunan berat rata-rata sebesar 3,8 gram. Berdasarkan hal ini, maka
penurunan berat erlenmeyer pada intensitas cahaya terang lebih besar dari
pada penurunan berat perangkat erlenmeyer pada intensitas cahaya gelap.
Pada akhir eksperimen, dilakukan pengukuran terhadap luas daun pada
masing-masing tanaman pacar air (Impatiens balsamina) pada perangkat
erlenmeyer.pada tanaman pacar air di Erlenmeyer 1 memiliki 10 helai daun
sedangkan pad Erlenmeyer kedua 8 helai daun. Total luas daun pada
perangkat erlenmeyer pertama, atau intensitas cahaya terang (1028d/m2),
adalah153 cm2. Luas daun pada perangkat erlenmeyer kedua, atau intensitas
cahaya gelap (5 d/m2), adalah 99 cm2.
Setelah dikalkulasi menurut perubahan berat rata-rata, waktu, dan luas
total daun, maka kecepatan transpirasi pada erlenmeyer pertama di tempat
dengan intensitas cahaya terang sebesar 1028d/m2 adalah 16,4x10-4
gram/menit/cm2, sementara kecepatan transpirasi pada erlenmeyer kedua di
tempat dengan intensitas cahaya gelap sebesar 5 d/m2 adalah 12,8x10-4
gram/menit/cm2.

C. Pembahasan

Berdasarkan dari analisis terhadap tabel dan grafik pengamatan, terjadi


penurunan berat pada erlenmeyer pertama yang diletakkan pada intensitas
cahaya 1028 rata-rata sebesar 7,7 gram dan erlenmeyer kedua yang diletakkan
pada intensitas cahaya 5 d/m2 rata-rata sebesar 3,8 gram. Perubahan berat ini
mengindikasikan bahwa pada kedua tanaman pacar air (Impatiens balsamina)
terjadi transpirasi atau hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
tumbuhan karena proses fisiologis tumbuhan seperti proses transpirasi.
Perubahan berat ini dapat diasumsikan akibat adanya transpirasi karena hanya
kurang dari 1% persen air diperlukan tanaman untuk proses pertumbuhan
(Salisbury dan Ross, 1985).
Transpirasi pada intensitas cahaya terang 1028d/m2, yakni sebesar
16,4x10-4 gram/menit/cm2, lebih cepat daripada transpirasi pada intensitas
cahaya 5 d/m2 yang hanya sebesar 12,8x10-4 gram/menit/cm2. Hal ini
membuktikan secara jelas bahwa intensitas cahaya berpengaruh terhadap
kecepatan transpirasi.Semakin besar intensitas cahaya, semakin tinggi
kecepatan transpirasi.Semakin rendah intensitas cahaya, semakin rendah
kecepatan transpirasi.
Intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi karena mekanisme
membuka menutupnya stomata, yaitu pori pada daun yang menjadi tempat
keluarnya air sebagai uap air pada proses transpirasi, juga dipengaruhi oleh
adanya cahaya. Sebagian besar stomata tumbuhan membuka pada siang hari
dan menutup pada malam hari (kecuali pada tanaman sukulen).Berdasarkan
teori fotosintesis, sel penutup pada stomata memiliki kloroplas yang
mengandung klorofil.Adanya klorofil dan cahaya mengindikasikan bahwa
pada sel penutup berlangsung fotosintesis yang menghasilkan
glukosa.Glukosa terdapat dalam bentuk larut dalam cairan sel
penutup.Berdasarkan konsep difusi dan osmosis, apabila pada suatu sel
terdapat banyak zat terlarut (dalam kasus ini, yaitu glukosa), maka potensial
air maupun potensial osmosis menurun. Timbul tekanan turgor pada sel
penutup akibat adanya zat terlarut, sel-sel penutup membesar, sehingga
membukalah stomata dan terjadilah proses transpirasi.
Mengacu pada teori fotosintesis ini, apabila tanaman pacar air ditempatkan
pada intensitas cahaya tinggi, celah stomata akan membuka lebar, sehingga
proses transpirasi berlangsung lebih cepat. Sebaliknya, saat intensitas cahaya
rendah, celah stomata akan mengecil atau menutup sama sekali, sehingga
kecepatan transpirasi rendah, bahkan tidak berlangsung. Pengukuran kondisi
lingkungan yang dilakukan pada kedua tempat perlakuan erlenmeyer pun
mendukung induksi di atas. Pada intensitas cahaya terang sebesar 1028 d/m2
yang kecepatan transpirasinya lebih tinggi, suhu berkisar sampai 36C dan
kelembaban sebesar 74%. Di lain sisi, pada intensitas cahaya gelap sebesar 5
d/m2 yang kecepatan transpirasinya rendah, suhu hanya berkisar 34C dengan
kelembaban sebesar 84%. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
suhu dan kelembaban lingkungan juga berpengaruh pada kecepatan
transpirasi. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin tinggi kecepatan
transpirasi.Semakin rendah kelembaban lingkungan, semakin tinggi kecepatan
transpirasi. Gerakan uap air ke udara dalam daun akan menurunkan kecepatan
bersih dari air yang hilang, sehingga transpirasi akan menurun seiring dengan
meningkatnya kelembababan udara, begitu pula sebaliknya.
Vaseline dalam percobaan ini berfungsi sebagai lapisan yang dapat
memperlambat proses transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan
maka uap air akan sulit keluar. Hal ini sesuai dengan literature Salisbury dan
Ross (1992) yang menyatakan bahwa adanya lapisan lilin akan memperlambat
laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit
berdifusi keluar.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanaman mengalami proses fisiologis berupa hilangnya air dalam bentuk
uap air dari jaringannya yang disebut transpirasi. Berdasarkan eksperimen
terhadap tanaman pacar air (Impatiens balsamina) melalui metode
penimbangan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Lingkungan, khususnya intensitas cahaya, berpengaruh terhadap kecepatan
transpirasi.
2. Semakin tinggi intensitas cahaya, semakin tinggi kecepatan transpirasi.
Sebaliknya, semakin rendah intensitas cahaya, semakin rendah pula kecepatan
transpirasi.

B. Saran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum pengaruh cahaya
terhadap kecepatan tranpirasi air pada tumbuhan Antara lain ketelitian pada
saat menimbang berat awal Erlenmeyer dan perangkatnya dan berat
Erlenmeyer setelah 30 menit beserta pengulangannya. Karena penimbangan
yang tidak teliti akan menyebabkan tidak akuratnya perhitungan kecepatan
transpirasi pada tanaman yang diteliti. Selain itu, hendaknya tanaman yang
digunakan tidak terlalu tua dan masih segar, agar proses transpirasi yang
dilakukan dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Filter A. H. dan R. M. K. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press.


Yogyakarta
Alisbury, Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB Bandung.
Budidaya, Universitas Indonesia Press.
Cutis, O.F., and D.G. Clark. 1950. An introduction to plant physiology Mc. Graw
Hill Book
Dwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Grafindo Persada
Gardner, F. P. , R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi
Tanamanan
Jayamiharja, Joni B. Ahmad. 1977. Diktat Fisiologi Tumbuhan Jilid I.
Purwokerto: Unsoed University Press
Leopold, A.C. and P.E. Kriedemann, 1975. Plant growth and development The
Dynamic of growth Sec. ed. pp. 75 – 105.
Lubis, Khairunnisa. 2000. Tanggap Tanaman Terhadap Kekurangan Air.Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992.Plant Physiology.Wadsworth Publishing co,
California.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa, Bandung.
Loveles, A.R., 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.
Penerjemah Kuswata Kartawinata Ph.D, Sarkat Danimiharja M.Sc dan
Usep Soetisna Ph.D. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Rahayu, Yuni Sri. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Jurusan Biologi FMIPA UNESA

Lakitan, B., 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo: Jakarta

Http://indonesiaindonesia.com/f/35100-manfaat-sehat-tanaman-pacar-air/.
Diakses pada tanggal 8 Maret 2014.
Lampiran 1

Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Gambar 1. Tanaman pacar air yang Gambar 2. Tanaman pacar air yang
digunakan dalam percobaan ini
telah dipotong dan di masukkan
kedalam lubang penutup erlenmeyer

Gambar 3. Penimbangan awal Gambar 4. Erlenmeyer A diletakkan di


perangkat Erlenmeyer sebelum diberi tempat terang dengan intensitas cahaya
perlakuan yang tinggi

Gambar 5. Pacar air didalam


Gambar 6. Penimbangan kembali
Erlenmeyer B yang diletakkan di setelah diberi perlakuan 30 menit
tempat intensitas cahaya rendah
Gambar 8. Membuat pola daun pacar
Gambar 7. Mengukur luas daun di atas
air diatas kertas milimeter
kertas millimeter dengan cara megikuti
polanya.

Anda mungkin juga menyukai