Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADAPASIEN DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA


DENGAN INDIKASI PRE EKLAMSI BERAT

OLEH :

NAMA : NI WAYAN YUNI ANTARI


NIM : P07120016012
KELAS : 2.1 / DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DENGAN INDIKASI PRE EKLAMSI BERAT

A. Pengertian Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi


tindakan operasi obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi
pada ibu, indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital ( Manuaba,
2004 : 197).

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin


dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono,
2009 :536).

Gambar Insisi Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui jalur abdominal (laparatomi )


yang memerlukan insisi dalam uterus ( histerotomi ) (Errol R. Norwitz, 2007 :
133)

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai


dngan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009 : 61 ).

Jadi dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Sectio


Caesarea dengan indikasi Preeklampsia adalah Masa setelah proses
pengeluaran janin yang dapat hidup di luar kandungan dari dalam uterus ke
dunia luar dengan menggunakan insisi pada perut dan karena adanya
hipertensi, edema, dan proteinuria.

B. Etiologi Sectio Caesarea

a. Riwayat sectio caesarea


Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai
kontraindikasi untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi
rupture uteri. Resiko ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi
sebelumnya, klien dengan jaringan perut melintang yang terbatas
disegmen uterus bawah , kemungknan mengalami robekan jaringan parut
simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur
uteri beresiko mengalami kekambuhan , sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan
beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.
b. Distosia persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat
disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan
persalinan terdiri dari :
 Ekspulsi (kelainan gaya dorong)
Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi
servik(disfungsi uterus) dan kurangnya upaya otot volunter
selama persalinan kala dua.
 Panggul sempit
 Kelainan presentasi, posisi janin.
c. Gawat janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan
janin,jikapenentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis
seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk
sectio caesarea.

d. Letak sungsang

Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali


pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervaginam
dibandingkan dengan janin presentasi kepala.

e. CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)

CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami.

f. Faktor Plasenta

a) Plasenta previa

Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau


selruh jalan lahir.

b) Plasenta lepas (Solution placenta)

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari
dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi
dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami
kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.

c) Plasenta accrete

Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada


umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang
kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang
pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan
menempelnya plasenta.
g. Kelainan Tali Pusat
a) prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan
ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah
berada di jalan lahir sebelum bayi.

h. Pre-Eklamsi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.Setelah
perdarahan dan infeksi, Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.

i. Ketuban pecah dini (KPD)


KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi impart. Sebagian besar KPD adalah
hamil aterm diatas 37 minggu.

j. Bayi Kembar (Gemili)


Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi tinggidari pada
kelahiran 1 bayi.Selain itu bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang.Sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

k. Faktor Hambatan Jalan Lahir


Adanya hambatan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

C. Tanda dan Gejala Sectio Caesarea

Ada beberapa hal tanda dan gejala post sectio caesarea

 Pusing
 Mual muntah

 Nyeri di sekitar luka

 Operasi adanya luka


bekas operasi

 Operasi Peristaltik
usus menurun
( Sarwono, 2005 )
D. Patofisiologi Sectio Caesarea
Ovum dibuahi oleh sperma, ovum yang telah dibuahi membelah diisi
sambil bergerak menuju rahim kemudian melekat pada mukosa rahim untuk
selanjutnya bersarang diruang rahim disebut implantasi. Setelah janin
bertambah dalam rahim dan cukup bulan akan menuju jalan lahir. Apabila
kelainan letak janin, kehamilan yang melewati dari taksiran persalinan dan
keadaan ibu yang bermasalah selama hamil maka persalinan normal sulit
untuk dilakukan, hal ini di indikasikan kelahiran secara sectio caesarea.
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu preeklamsi berat, distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Setelah dilakukan sectio caesarea
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa

bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak

pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga

kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat

diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan

pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri

berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk

pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat

sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.

Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan

menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan

terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus.

Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh

energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga

menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan

karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat

beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa

endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada

perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi ( Doenges, Sarwono,2009 :

208,Errol R. Norwitz, 2007: 41 ).

E. Komplikasi Sectio Caesarea


Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan
komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea
(Hecker, 2001 ; 341)
a. Perdarahan
Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai
hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat
terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.
b. Sepsis sesudah pembedahan
Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea
dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim.
Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.
F. Uji Laboratorium Dan Diagnostik
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan
fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya
untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan
pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang
yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik
atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
 Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
 Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
 Panel elektrolit
 Skrining toksik dari serum dan urin
 GDA
 Kadar kalsium darah
 Kadar natrium darah
 Kadar magnesium darah
G. Patway / WOC
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan , agama,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, MR , diagnosa medik,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, tanggal operasi, serta
penanggung jawab.

2) Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mengeluh nyeri atau tidak nyaman dari berbagai


sumber misalnya trauma bedah/ insisi, nyeri distensi kantung
kemih meliputi keluhan atau berhubungan dengan gangguan
atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan
setelah pasien operasi.
b. Riwayat kesehaatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat sc sebelumnya,
tekanan darah tinggi, panggul ibu sempit, serta letak bayi
sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat
mempengaruhi penyakit sekarang, apakah pasien pernah
mengalami penyakit yang sama.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga ada yang mengalami riwayat SC dengan indikasi letak


sungsang, panggul sempit, dan sudah riwayat SC sebelumnya
atau penyakit yang lain.
d. Riwayat menstruasi

Kaji menarche, siklus haid, lama haid, ganti duk, masalah dalam
menstruasi

e. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang

Pada saat dikaji klien melahirkan pada kehamilan ke berapa,


lama masa kehamilan, dan kelainan selama hamil, kaji tanggal
persalinan, jenis persalinan, penyulit persalinan, keadaan anak,
apgar score dan lain-lain

f. Riwayat nifas

a) Dikaji tinggi fundus uteri


b) Lochea
 Lochea rubra terdiri dari sebagian besar darah, dan
robekan tropoblastik.
 Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua ( coklat
), banyak serum.Jaringan sampai kuning cair 3 sampai
10 hari.
 Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2-6 minggu
setelah persalinan. Kekuningan berisi selaput lendir
leucocye dan kuman yang telah mati.Jumlah lochea
digambarkan seperti sangat sedikit, moderat dan berat.(
jacobson, 1985 ).

g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital.

a) Kepala
 Rambut : rambut dapat bersih atau kotor, warna
bervariasi sesuia dengan ras, rambut rontok atau tidak.

 Mata : penglihatan baik/ tidak,


kongjungtiva anemis/tidak, sklera ikterik/tidak.

 Hidung : hidung simetris / tidak, bersih/tidak, secret


ada/tidak, ada pembengkakan/tidak.

 Telinga : ganggua pendengaran/tidak, adanya serumen


/ tidak, simetris atau tidak.

 Mulut : kebersihan mulut, mukosa bibir dan kebersihan


gigi

b) Leher

Adanya pembengkakan kelenjer tyroid/tidak, warna kulit


leher.

c) Thorax
Payudara : ASI ada/tidak, puting susu menonjol/tidak.

d) Paru- paru :
I : simetris kiri kanan/ tidak
P: teraba massa / tidak
P: perkusi diatas lapang paru biasanya normal
A : suara nafas biasanya normal ( vesikuler )
e) Jantung

I: ictus cordis terlihat/tidak

P: ictus cordis terba/tidak

P: suara ketuk jantung

A: reguler, adakah bunyi tambahan tidak

f) Abdomen

I: abdomen mungkin masih besar atau menonjol, terdapat luka operasi


tertutup perban

A: bising usus +/-

P: nyeri pada luka operasi, TFU di umbilicus setelah janin lahir

P: difan muskuler pertahanan otot

g) Genetalia
Lihat keadaaan perineum bersih/tidak, jumlah dan warna lochea post
sc hari ke3 biasanya warna lochea rubra, dan berapa kali ganti duk.

h) Ekstremitas
Post sc dapat terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang
mendefresikan sistem saraf pada muskulosskletal sehingga
menurunkan yonus otot.

h. Data Sosial Ekonomi


Sectio caeserae dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dengan
berbagai indikasi.

i. Data Spiritual
Pasien dengan post SC sulit melaksanaakan ibadah karena kondisi
kelemahan setelah SC.

j. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium : pemeriksaan Hb dan leukosit, biasanya pasien dengan
post sc akan mengalami kekurangan darah dan peningkatn leukosit.
2. Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post


op SC.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka post op
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
penyakit.
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi


(NOC) (NIC)
Keperawatan

1. Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan Pain Management


keperawatan selama ….x24 jam  lakukan pengkajian nyeri secara
nyaman ( nyeri ) berhubungan
diharapkan nteri berkurang komprehensif termasuk lokasi,
dengan trauma pembedahan dengan indicator: karakteristik, durasi, frekuensi,
 Pai pain Level, kualitas dan faktor presipitasi
post op SC.
 Pa pain control,  Observasi reaksi nonverbal dari
 Co comfort level ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol nyeri  Gunakan teknik komunikasi
(tahu penyebab nyeri, terapeutik untuk mengetahui
mampu menggunakan pengalaman nyeri pasien
tehnik nonfarmakologi  Kaji kultur yang mempengaruhi
untuk mengurangi nyeri, respon nyeri
mencari bantuan)  Evaluasi pengalaman nyeri masa
 Melaporkan bahwa nyeri lampau
berkurang dengan  Evaluasi bersama pasien dan tim
menggunakan manajemen kesehatan lain tentang
nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri masa
 Mampu mengenali nyeri lampau
(skala, intensitas, frekuensi  Bantu pasien dan keluarga untuk
dan tanda nyeri) mencari dan menemukan dukungan
 Menyatakan rasa nyaman  Kontrol lingkungan yang dapat
setelah nyeri berkurang mempengaruhi nyeri seperti suhu
 ruangan, pencahayaan dan
 Tanda vital dalam rentang kebisingan
normal  Kurangi faktor presipitasi nyeri
-  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)

45
2. Resiko infeksi Setelah dilakuakan Infection Control (Kontrol infeksi)
asuhan keperawatan  Bersihkan lingkungan setelah
berhubungan dengan
selama …..x24 jam dipakai pasien lain
trauma jaringan / luka diharapkan resiko infeksi  Pertahankan teknik isolasi
terkontrol dengan  Batasi pengunjung bila perlu
post op
indicator:  Instruksikan pada pengunjung
Immune Status untuk mencuci tangan saat
 Knowledge : Infection berkunjung dan setelah
control berkunjung meninggalkan pasien
 Risk control  Gunakan sabun antimikrobia
 Klien bebas dari untuk cuci tangan
tanda dan gejala  Cuci tangan setiap sebelum dan
infeksi sesudah tindakan kperawtan
 Mendeskripsikan  Gunakan baju, sarung tangan
proses penularan sebagai alat pelindung
penyakit, factor yang  Pertahankan lingkungan aseptik
mempengaruhi selama pemasangan alat
penularan serta  Ganti letak IV perifer dan line
penatalaksanaannya, central dan dressing sesuai
 Menunjukkan dengan petunjuk umum
kemampuan untuk  Gunakan kateter intermiten untuk
mencegah timbulnya menurunkan infeksi kandung
infeksi kencing
 Jumlah leukosit  Tingktkan intake nutrisi
dalam batas normal  Berikan terapi antibiotik bila
 Menunjukkan perlu
perilaku hidup sehat Infection Protection (Proteksi
Terhadap Infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Teaching : Disease Process

berhubungan dengan keperawatan selama  Berikan penilaian tentang tingkat


pengetahuan pasien tentang proses
….x24 jam diharapkan
tidak mengena sumber penyakit yang spesifik
pengetahuan klien
 Jelaskan patofisiologi dari penyakit
informasi penyakit meningkat dengan
dan bagaimana hal ini berhubungan
indicator: dengan anatomi dan fisiologi,
 Kowlwdge : disease dengan cara yang tepat.
process  Gambarkan tanda dan gejala yang
 Kowledge : health biasa muncul pada penyakit,
Behavior dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga  Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
menyatakan
 Identifikasi kemungkinan
pemahaman tentang
penyebab, dengna cara yang tepat
penyakit, kondisi,
 Sediakan informasi pada pasien
prognosis dan tentang kondisi, dengan cara yang
program pengobatan tepat
 Pasien dan keluarga  Hindari jaminan yang kosong
mampu  Sediakan bagi keluarga atau SO
melaksanakan informasi tentang kemajuan pasien
prosedur yang dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya hidup
dijelaskan secara
yang mungkin diperlukan untuk
benar
mencegah komplikasi di masa yang
 Pasien dan keluarga akan datang dan atau proses
mampu menjelaskan
kembali apa yang pengontrolan penyakit
dijelaskan  Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
perawat/tim
 Dukung pasien untuk
kesehatan lainnya.
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
 Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan berguna untuk memenuhi kebutuhan

klien mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal. Pelaksanaan

tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap

dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

Dokumentasi tindakan keperawatan ini berguna untuk komunikasi

antartim kesehatan sehi ngga memungkinkan pemberian tindakan

keperawatan yang berkesinambungan.

5. Evaluasi
S (Subjektif) : Data subektif Berisi data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung .
O (Objektif) : Data objektif data yang dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik.
A (Assesment) : Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang
terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis,
antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan
tindakan segera.
P (Plan) : Perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan
diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau
labolatorium, serta konseling untuk tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes , M .2001. RencanaPerawatanMaternitas / Bayi .Jakarta : EGC

F. Gary Cunningham .2005 Obstrerti Williamsalihbahasa:


Huriawati Hartono. Jakarta. EGC

Hidayat, Asri. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha


Medika Hollingworth, Tony. 2011. Diagnosis Banding
Dalam Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri


Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC

Norwitz, Errol. 2007. At A Glace Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta :


Erlangga Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan

Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta :


PT Gramedi

Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai